loader image
Minggu, Juni 29, 2025
Lainnya
    Beranda Blog Halaman 21

    Paroki Aek Kanopan

    Pelindung

    :

    Santo Pius X

    Buku Paroki

    :

    Sejak 1 Mei 1975. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Kisaran/ Tanjung Balai

    Alamat

    :

    Jl. Serma Maulana S. No. 48, Aekkanopan Labura – 21457

    Telp.

    :

    0812-6346-1708

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    1.759 KK/ 6.996 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    54

    01. Adian Baja
    02. Adian Mondang
    03. Adian Torop
    04. Aek Nabara
    05. Aek Nauli
    06. Bulu Cina
    07. Cinta Dame
    08. Cinta Rame
    09. Harian Timur
    10. Hau Napitu
    11. Huta Baru
    12. Jambur Damuli
    13. Kampung Baru
    14. Kilang Saudara
    15. Kuala Tani
    16. Labuhan Haji
    17. Lalang Bundar
    18. Makmur Bersama
    19. Marjanji Aceh
    20. Padang Mahondang 1
    21. Padang Mahondang 2
    22. Pamaratan
    23. Pamingke Stasiun
    24. Pancasila
    25. Panigoran
    26. Pardamaran
    27. Pardomuan Nauli
    28. Parsaoran
    29. Pinggol Toba
    30. Pulo Angin
    31. Pulo Gombut
    32. Pulo Harapan
    33. Pulo Maria
    34. Pulo Raja
    35. Rambung Merah
    36. Sei Naetek
    37. Sei Peranginan
    38. Sei Piandang
    39. Simpang Empat
    40. Sinar Toba
    41. Situngir
    42. Suka Maju
    43. Sungai Apung
    44. Sungai Juragan
    45. Sungai Karet
    46. Sungai Piring
    47. Tangkahan Bosi
    48. Tangkahan Habeahan
    49.Tangkahan Manggis
    50. Tapian Nauli
    51. Teluk Ampean
    52. Teluk Binjai
    53. Trans
    54. Tunggul Morbo
     
     
     

    RP. Giovanno Sinaga OFMCap

    05.10.'79

    Parochus

    RP. Meinrad Rumapea OFMCap

    24.01.'87

    Vikaris Parokial



    Jadwal Misa Paroki Aek Kanopan

    Sumber: Sekretariat Paroki (21-11-2024)

    Misa Harian Selasa & Kamis 06:00 WIB
    Jumat 19:00 WIB
    Misa Hari Minggu 08:00 WIB
    Misa Malam Tahun Baru 19:30 WIB
    Misa Tahun Baru 09:00 WIB
    Misa Rabu Abu, Kamis Putih, Sabtu Suci & Malam Natal 19:00 WIB
    Jumat Agung, Minggu Paskah & Hari Raya Natal 09:00 WIB
    *Jadwal misa bisa berubah sewaktu-waktu, silahkan dihubungi kontak sekretariat paroki yang bersangkutan, terima kasih.

    Sejarah Paroki St. Pius X, Aek Kanopan

    A. Pada Awalnya (klik untuk membaca)

    Sejak awal tahun 1940-an sudah ada arus perantau (panombang) dari daerah Tapanuli ke belahan bagian Timur Sumatera Utara, bahkan sampai ke daerah Riau. Para perantau ini dalam kondisi “demam terjajah oleh Belanda (terutama penjajahan Jepang) tetapi sebagian besar sudah beragama Kristen Muda (Protestan) dan sebagian lagi masih “Parmalim” atau bahkan masih animis. Jika diperhitungkan dari sudut historisnya, tentu sebagian kecil dari mereka dapat dipastikan sudah ada yang sudah beragama Katolik.

    Dalam “Sejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara” disebut bahwa pada tahun 1942 tentara Dai Nippon (Jepang) menduduki seluruh wilayah Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 3 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di Perupuk (Tanjung Tiram). Dari Perupuk sebahagian tentara Jepang melanjutkan gerakan merebut kota Tebing Tinggi dan seterusnya Medan. Setelah itu sebagian lagi bergerak menuju Tanjung Balai yang pada saat itu sebagai pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Dari Asahan (Tanjung Balai) melanjut ke wilayah Labuhanbatu untuk merebut kota Rantauprapat.

    Menurut sumber yang tidak tertulis, ternyata bahwa dengan alasan untuk mempertahankan hidup dan masa depannya, para perantau dari Samosir dan Tapanuli yang sudah beragama Kristen Muda dan Parmalim serta aninimis atau mungkin juga yang sudah Katolik, terpaksa menganut agama Islam yang mengikuti masyarakat Melayu (penduduk setempat). Sebagian dari mereka lama kelamaan mereka masuk agama Islam dan bergabung dengan suku Dalle (Orang Batak yang pada umumnya beragama Islam). Mereka beredar di sekitar kabupaten Batubara, Asahan, Labura, Labuhanbatu Induk dan Labuhanbatu Selatan sekarang.

    B. Masa Misionaris Awal

    Sebenarnya, para pastor misionaris periode paling awal, mula-mula ditempat-tugaskan di Tanjung Balai untuk lebih berfokus kepada orang Tionghoa dan sedikit banyaknya pada 'tuan kebun'. Secara berkala mereka mengunjungi orang Tionghoa yang tersebar di wilayah itu, termasuk Aekkanopan. Mungkin sekali sudah sejak Pastor Odilo Wap, OFMCap hal itu terjadi. Akan tetapi, mengenai Beliau, tidak ada data persis yang diketahui.

    Pastor Restitutus Joosten, OFMCap dan terutama pastor Arthur Jansen, OFMCap tercatat sebagai pelopor yang datang dan berkarya di daerah ini dengan dua periode yakni periode 1948-1949, kemudian periode 1953-1962. Lambat laun mereka juga semakin memperhatikan dan mengunjungi/ mengumpulkan orang Batak Perantau. Pastor Ezecchiel Vergeest, OFMCap. dan pastor Paternus van Litsenburg, OFMCap. serta pastor Meinrad Manzer, OFMCap ikut juga memperkuat kelompok misionaris awal ini, sampai ke daerah Aek Kanopan.

    C. Periode Lebih Lanjut

    Sejak awal, umat perdana dilayani para pastor misionaris Kapusin dan Saverian dari paroki Tanjung Balai dan Kisaran. Sebagai paroki, Tanjung Balai berdiri secara resmi pada tahun 1947 dengan nama pelindung St. Mikael. Kemudian pada tahun 1968 paroki ini dimekarkan menjadi dua paroki yakni paroki St. Mikael Tanjung Balai dan Paroki Sakramen Maha Kudus Kisaran. Keduanya terletak di Kabupaten Asahan dan Batubara sekarang.

    Pada pertengahan tahun 50-an atas semangat kerasulan yang gigih dari para pastor misionaris kapusin (RP. Lucas Reinders OFMCap., RP. Remigius Pennock OFMCap, RP. De Wit OFMCap. dan RP. Schepens OFMCap), datang dari Tanjung Balai dan Kisaran ke arah Labuhanbatu bahkan sampai ke daerah Kota Pinang.

    Arus kedatangan “panombang” dari Tapanuli makin lama makin kencang sampai pada tahun 1970-an. Sebelumnya (di Tapanuli: Samosir dan Humbang Hasundutan masih bagian dari Tapanuli pada waktu itu) mereka sudah memeluk agama Kristen atau Katolik, tetapi di perantauan seputar daerah Labuhanbatu sekarang mereka tidak menemukan satu pun gereja di daerah Labuhanbatu. Dari Kisaran juga RP. Clarus Sihotang, OFMCap juga cukup memberi perhatian sejak awal tahun 1972.

    D. Periode Akhir Sebelum Resmi Menjadi Paroki

    Kelompok orang Katolik pertama terbentuk di Stasi Tapian Nauli tahun 1956 sedang Stasi Aekkanopan resmi berdiri sebagai stasi baru pada tahun 1960. Akan tetapi karena Aekkanopan jauh lebih strategis dan menjanjikan perkembangannya, dari pada stasi-stasi yang sudah lebih dahulu terbentuk, maka dalam perjalanan waktu Aek Kanopan ditetapkan menjadi Stasi Induk dan kemudian menjadi pusat paroki. Tahun 1970-an usaha kerasulan para misionaris perdana ini, disuburkan lagi oleh semangat penggembalaan yang tak kenal lelah dari para pastor kapusin dan suster-suster KYM (RP. Antonius Siregar, OFMCap; RP. Beatus Jenniskens, OFMCap; RP. Arie Van Diemen, OFMCap; dan Sr. Imelda Harianja, KYM; Sr. Helena Rumapea, KYM; Sr. Maristella, KYM dan Sr. Anastasia Sitohang, KYM) dan ditopang oleh tokoh umat perdana (B. Rajagukguk, Johanes Tan Kok Eng dan R.S. Siburian, dll.) mereka mempersiapkan Aekkanopan menjadi satu paroki yang baru.

    Menurut kesaksian RP. Arie van Diemen, OFMCap, dituliskan sebagai berikut via email: “Pada awal tahun-tahun tujuhpuluhan paroki Kisaran semakin tambah luasnya dengan semakin berpindahnya umat ke Asahan dan Labuhanbatu, sampai daerah perbatasan Riau. Terutama mereka yang menggarap tanah, dari Tapanuli dan Samosir. Dari ujung ke ujung panjangnya paroki itu sudah lebih dari 200 km. Maka, Bapak Uskup v.d. Hurk menugaskan kami, khususnya pastor Schepens dan saya, untuk mencari tahu tempat yang strategis yang cocok untuk pemekaran paroki itu. Kami berdua segera sepakat: Aek Kanopanlah.

    Sebagai langkah pertama, sebaiknya, agar dalam jangka waktu agak singkat disusul dengan Aek Nabara. Atas prakarsa beberapa pemuka jemaat, seperti R. Joewono, Johannes Tan Kok Eng, Binsar - A. Bukit - Rajagukguk dan Pak Siburian, ditemukan lokasi yang rasanya cocok. Sesudah ditinjau bersama oleh pastor Schepens, Jenniskens dan saya pada tgl 2/1/1975, maka tanah itu resmi dibeli di kantor camat pada tgl 17/3/1975. Agar bisa secepatnya pindah kesana, maka selama dua bulan berikutnya didirikan sebuah 'gubuk-gubuk' yang sederhana. Tepat pada waktu yang sama 'tersiar' berita bahwa Tahta Suci telah mengangkat Pastor Pius Datubara sebagai Uskup Pembantu, dengan tujuan untuk sebentar lagi mengambil alih tugas Uskup Agung Medan. Sungguh, suatu peristiwa bersejarah bagi sejarah Keuskupan kita. Pengumuman resminya sampai pada tgl 24/05/1975, 2 hari sesudah pastor Jennis dan saya pindah ke Aekkanopan.”

    E. Masa Awal Paroki St. Pius Aek Kanopan

    Pada tanggal 16 Mei 1975, Aekkanopan resmi sebagai paroki yang baru dengan nama Paroki St. Pius X Aekkanopan. Akan tetapi pastor paroki pertama, RP. Arie van Diemen, OFMCap bersama pastor rekan RP. Beatus Jenniskens, OFMCap baru kemudian pindah dari Kisaran ke Aekkanopan pada tanggal 26 Mei 1975.

    Tentu sebagai paroki yang sudah resmi, maka sarana-sarana yang mendukung keresmiaanya dibutuhkan, seperti stempel paroki. Untuk membuat stempel dibutuhkan nama pelindung resmi paroki ini juga. Santo Pius X secara spontan muncul dalam pikiran pastor Arie van Diemen, OFMCap.

    Mengapa Santo Pius X? Pastor Arie menulis: “Mengapa justru Pius X? Karena masih agak kontemporer. Baru 60 tahun sebelumnya meninggal dunia, pada saat beliau terkejut mendengar Perang Dunia I telah pecah. Tetapi, terutama, karena ia sebagai Uskup Agung Venetia sangat dicintai dan akrab dengan umat yang sederhana. Sebagai Paus beliau mengusahakan agar perayaan liturgi lebih hidup-hidup oleh partisipasi umat beriman. Keputusannya yang amat terkenal yaitu bahwa umur anak-anak untuk boleh menyambut komuni kudus, dipercepatnya sampai tujuh tahun. Saat itu belum saya bisa menduga bahwa nama beliau kemudian 'dibacak' oleh kelompok-kelompok ultra konservatif dalam gereja yang ingin menghalangi segala perkembangan. Sangat pantas disesalkan.” Demikianlah tahap paling awal sebagai paroki baru dimulai sambil lebih serius memeta kondisi lapangan pastoral misioner di Aek Kanopan.

    Bagi Pastor Arie Van Diemen, OFMCap, sejak awal paroki ini sangat menantang dan mengasyikkan. Selengkapnya Beliau menuliskan sebagai berikut: “Kesan saya tentang karya di paroki: amat menarik, menantang karena semua masih baru, fisik berat tetapi mengasyikkan, semangat para pemuka jemaat bergairah, umat masih gembira menerima kehadiran pastor bersama dengan para suster karena bagi mereka masih sungguh kabar gembira ditongatonga tombak na gok rongit.”

    Ungkapan ini sungguh memberi kesan bahwa pastor Arie dan pastor rekan lainnya serta para tokoh awam perdana benar-benar berjuang untuk permulaan awal paroki St Pius X ini. Medan pastoral begitu sangat berat dan masih banyak hutan asli. Lahan luas membentang subur dan sangat alamiah. Perikehidupan ekonomi sangat-sangat memprihatinkan. Akan tetapi umat masih membutuhkan para petugas pastoral dan disambut dengan sangat antusias.

    Makin lama berpastoral dan semakin masuk ke kondisi riil umat atau masyarakat sekitar, para petugas pastoral ini semakin melihat kebutuhan-kebutuhan hidup harian dan kebutuhan masa depan. Berbagai upaya dilakukan untuk melayani umat baik dari segi kehadiran pendampingan maupun dari segi materi (dana batuan) bagi umat yang sangat-sangat sederhana. Dan untuk menjawabi kebutuhan-kebutuhan ini semua, di sana sini lahan digarap dan dibeli. Sekolah, asrama dan CU didirikan. Kursus-kursus kaderisasi pengurus awam mulai ditangani.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    BIDUK KAM, Gerakan Pastoral Berbasis Data

    KAM - Keuskupan Agung Medan (KAM), Sabtu (5 Oktober 2019), menghelat soft launching Basis Integrasi Data Umat Keuskupan (BIDUK) KAM di Catholic Center – Medan. Puluhan perwakilan sekretariat paroki se-KAM turut hadir dalam seremoni dan dwi-hari training input data umat keuskupan secara online ini. Victor Erico, perwakilan tim BIDUK Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), mengutarakan, program ini adalah gerakan untuk pelayanan pastoral berbasis data. “Ketika kita hendak memulai BIDUK, kita memperkirakan jumlah umat KAJ adalah sebanyak 510.000. Namun, setelah pendataan dengan BIDUK rampung, ternyata jumlah umat KAJ yang benar adalah 430.000,” katanya. Dia melanjutkan, banyak pihak di KAJ yang marah atas hasil perhitungan tersebut. “Banyak yang marah, bahwa kita kehilangan umat sebanyak 80.000 jiwa. Padahal itu adalah jumlah yang sebenarnya. Kenapa? Karena ada umat yang telah meninggal masih dimasukkan dalam data. Selain itu, ada juga umat yang sering berpindah domisili, sehingga terdata di dua atau tiga paroki.” “Jadi, kuncinya adalah gerakan. Dari yang sebelumnya, kita belum mengenal umat. Sekarang paroki bisa mengandalkan data tersebut untuk melayani umat sesuai statistik nyata.Gerakan ini diterapkan di seluruh paroki untuk melayani lebih baik,” ujar Victor. Uskup KAM, Mgr. Kornelius Sipayung, dalam kata sambutan, turut mendukung pelaksanaan gerakan BIDUK KAM. “Kita hendak buat pelayanan pastoral di keuskupan ini agar berbasis digital. Kita ingin pastoral berbasis data. Oleh sebab itu, Jangan kita sia-siakan waktu dan bantuan tim BIDUK KAJ. Banyak yang bisa dirangkul dalam gerakan ini. (Peserta) yang hadir di sini bisa merangkul pastor paroki, ketua lingkungan, dan lainnya agar BIDUK KAM bisa rampung,” ucapnya seraya memotivasi para peserta training, yang berlangsung hingga Minggu (6 Oktober 2019). Dia menyampaikan, “Jangan menganggap bahwa setelah pendataan rampung, program BIDUK KAM akan selesai. Ini tidak akan pernah selesai, karena dinamika data yang akan dikerjakan. Setiap menit data ini akan terus berubah. Semisal ada umat yang meninggal, atau kelahiran, atau juga pindah domisili. Untuk itulah kita membutuhkan data akurat demi pelayanan.” Mgr. Kornelius berharap, BIDUK KAM bisa menjadi rahmat bagi KAM untuk mendorong pelayanan pastoral berdasarkan data. Untuk mewujudkan impian tersebut dibutuhkan komitmen, kesabaran dan ketekunan dalam menjalankan gerakan ini. “Saya mendapat kabar, bahwa BIDUK di Keuskupan Agung Pontianak (KAP), kalau tidak salah bisa selesai 4-5 bulan ya. Besar harapan saya, BIDUK KAM kalau bisa selesai dalam dua bulan ini. Agar menjadi kado natal kita, dan kita akan makan di rumah masing-masing,” ujarnya, disusul gelak tawa hadirin. (Ananta Bangun)  

    Komisi Pendidikan

    0
    Gedung Catholic Center Christosophia, Lantai 3, Jl. Mataram No.21, Kel. Petisah Hulu, Kec. Medan Baru, Kota Medan 20152, Sumatera Utara – Indonesia
    0852-6076-3462
    RP. Michael Manurung OFMCap (PJ)
    Komisi Pendidikan KAM
    Komdik KAM

    Komisi Liturgi

    0
    Gedung Catholic Center Christosophia, Lantai 3, Jl. Mataram No.21, Kel. Petisah Hulu, Kec. Medan Baru, Kota Medan 20152, Sumatera Utara – Indonesia
    RP. Christian Lumbangaol OFMCap
    0813-6134-8824 (Sr Wilfrida)
    Komisi Liturgi KAM

    Komisi Komunikasi Sosial

    0
    Gedung Catholic Center Christosophia, Lantai 3, Jl. Mataram No.21, Kel. Petisah Hulu, Kec. Medan Baru, Kota Medan 20152, Sumatera Utara – Indonesia
    RD. Benno Ola Tage
    0822-6095-6957
    Komsos KAM
    @komsoskam
    KomsosKAM
    www.komsoskam.com

    Komisi Kerasulan Kitab Suci

    0
    Gedung Catholic Center Christosophia, Lantai 3, Jl. Mataram No.21, Kel. Petisah Hulu, Kec. Medan Baru, Kota Medan 20152, Sumatera Utara – Indonesia
    0822-7316-7051
    RP. Paulus Halek Bere SSCC
    Komisi Kerasulan Kitab Suci - KAM
    @komisikkskam
    Komisi Kerasulan Kitab Suci KAM

    Komisi Kerasulan Awam

    0
    Gedung Catholic Center Christosophia, Lantai 3, Jl. Mataram No.21, Kel. Petisah Hulu, Kec. Medan Baru, Kota Medan 20152, Sumatera Utara – Indonesia
    RP. Joseph Lesta S. Pandia OFMConv
    0812-6018-2233
    Komisi Kerawam KAM

    Komisi Kepemudaan

    0
    Gedung Catholic Center Christosophia, Lantai 3, Jl. Mataram No.21, Kel. Petisah Hulu, Kec. Medan Baru, Kota Medan 20152, Sumatera Utara – Indonesia
    0812-6536-0145
    RP. Theodorus Goli Ruing, OCD
    Komisi Kepemudaan KAM
    @komkep.kam

    Sejak 1965 perhatian kepada jemaat khususnya kaum muda sangatlah banyak. Sejak dibentuknya Panitia, Panitialah yang membawahi segala bentuk ormas yang berkaitan dengan kepemudaan, baik itu PMKRI atau Pemuda Katolik, bahkan sampai MUDIKA sekalipun. Sampai pada akhirnya dibuatlah kursus-kursus pengkaderan ke paroki-paroki guna mendidik kaum muda untuk bisa berorganisasi dalam bidang kepemudaan. Hal ini terbukti dengan diberikannya kursus mengenai dokumen "Pacem in Terris" dan "Mater et Magistra" bagi kaum muda di paroki-paroki. Ketua pertama dari panitia untuk kaum muda ini adalah P. Idesblad Domen, OFMCap yang kemudian lebih dikenal dengan nama Komisi Kepemudaan.

    Pada tanggal 10 Desember 1968, P. Domen menghadiri Kongres Pemuda Katolik Se-Indonesia yang berlanjut dengan dibukanya Pusat Kaum Muda di Pematangsiantar tahun 1970 dan 1971 yang kemudian aktif digunakan secara intesif. Bahkan, pada waktu itu telah terbit sebuah majalah berjudul "Pertemuan" yang dipimpin langsung oleh P. Josue Steiner, OFMCap yang kemudian tidak diterbitkan lagi karena suatu hal. Hasil dari dibentuknya komisi ini adalah dengan diadakannya suatu program yaitu "Mgr. Cup" yang rencananya diadakan sekali dalam dua tahun. Tetapi setelah adanya tiga kali penyelenggaraan program ini banyak timbul kekecewaan, dimana program tersebut tidak berhasil membangun kembali hubungan antar kaum muda dibandingkan dengan kerja keras serta upaya agar program ini dapat berlangsung. Sehingga pihak Komisi Kepemudaan sendiri mengusulkan agar Mgr. Cup IV tidak perlu dilaksanakan lagi dikarenakan hal tersebut. Dan Coetus menyerahkan keputusan mengenai hal itu kepada komisi sendiri.

    Disamping itu seiring berjalannya waktu, Komisi Kepemudaan sadar betul akan pembinaan rohani bagi kaum muda. Ditambah lagi dengan banyaknya kelompok kaum muda yang semakin banyak muncul, sehingga pada tahun 1990 terbentuklah yang dinamakan Tim Pastoral Mahasiswa KAM (TPM). Pada awalnya tim ini terbentuk untuk pembinaan mahasiswa-mahasiswa yang sedang baru menyelesaikan studinya. Namun tujuan awal tersebut berubah dengan adanya sekelompok mahasiswa yang tidak mau masuk ke dalam ormas berbau politik seperti PMKRI dan juga tidak mau ikut bergabung ke dalam MUDIKA. Dan pada tanggal 21 Oktober 1990 dilaksanakan pertemuan mahasiswa Katolik se-Kotamadya Medan yang dihadiri sekitar 500 mahasiswa-mahasiswa di Aula St. Thomas guna membahas masalah tersebut. Dan banyak TPM melakukan kegiatan yang berbau ceramah dan juga perayaan ekaristi pada pekan ketiga setiap bulan.

    Komisi Keluarga

    0
    Gedung Catholic Center Christosophia, Lantai 3, Jl. Mataram No.21, Kel. Petisah Hulu, Kec. Medan Baru, Kota Medan 20152, Sumatera Utara – Indonesia
    RP. Gindo Gervatius Saragih OFMConv
    0822-8926-8569
    Komisi Keluarga KAM
    Komisi Keluarga KAM

    Komisi Kateketik

    0
    Gedung Catholic Center Christosophia, Lantai 3, Jl. Mataram No.21, Kel. Petisah Hulu, Kec. Medan Baru, Kota Medan 20152, Sumatera Utara – Indonesia
    0812-1456-0270
    RP. Konrad Situmorang OFMCap
    @komkatkam