Senin, September 15, 2025
Lainnya
    Beranda Blog Halaman 21

    Paroki Medan Mandala

    0
    Pelindung
    :
    Santo Yohanes Penginjil
    Buku Paroki
    :
    Sejak 26 Oktober 2008. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Pasar Merah Medan
    Alamat
    :
    Jl. Mestika 24, Medan – 20224
    Telp.
    :
    061 – 7369989
    Email
    :
    [email protected]
    Jumlah Umat
    :
    1.041 KK / 3.918 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)
    Jumlah Stasi
    :
    2
     
    01. Bandar Setia
    02. Perumnas Mandala
     
    RP. Antimus Melvianus Mali, CMF
    11.05.'77
    Parochus
    RP. Anggalius Yoseph Usfal, CMF
    RP. Romaldus Nairun, CMF
    21.03.'94
    19.06.'77
    Vikaris Parokial
    Vikaris Parokial

    Sejarah Paroki St. Yohanes Penginjil - Medan Mandala

    Paroki St. Yohanes Penginjil Mandala - Medan merupakan salah satu stasi dari Paroki St. Paulus Pasar Merah sebelumnya. Gereja ini tidak serta merta berdiri begitu saja, tetapi merupakan hasil dari proses meleburnya atau bergabungnya 3 (tiga) stasi dalam Paroki St. Paulus Pasar Merah. Ketiga stasi yang digabung itu adalah Stasi Jalan Negara, yang sudah berdiri sejak tahun 1964; Stasi Mandala yang pada masanya berada di lokasi bangunan SD RK Budi Luhur sekarang, dan sudah ada sejak tahun 1965; selanjutnya Stasi Pematang Terang yang beribadah di rumah umat, di sekitar Jalan Pertiwi dan sudah berdiri sejak tahun 1978.
    Beranjak dari kerinduan seluruh umat dari ketiga stasi itu, akhirnya setelah melalui diskusi yang panjang, hingga melahirkan kesepakatan menggabungkan ketiga stasi tersebut itu ke dalam satu komunitas stasi dan gereja yang jauh lebih besar. Mengapa? Karena kalau situasi itu tetap dipertahankan, akan sulit menjawab perkembangan umat yang menuntut satu bangunan gereja lebih besar. Sedangkan masing-masing gereja stasi itu saja hanya menampung 50 orang untuk setiap ibadah. Tentu sangat kecil. Maka pada tahun 1978 ketiga stasi itu digabungkan. Hal itu harus dilakukan, selain agar seluruh umat di kawasan itu bertumbuh dalam satu komunitas, juga karena masih terbatasnya imam Carmel yang melayani.
    Beberapa tahun sebelum pembangunan gedung gereja di jalan Mestika, Pastor J. B. Peper, O.Carm, sebagai pastor di Paroki St. Paulus Pasar Merah, pada tahun 1973 sudah mempersiapkan lahan, diawali dengan pembelian sebidang tanah di jalan Mestika, dengan ukuran 30m x 70m dan umat Stasi Jalan Negara mendukung rencana ini, dan ambil bagian memberi dukungan dana untuk pengadaan lahan. Sebelum Stasi Pematang Terang berdiri, sebetulnya Pastor J. B. Peper, O.Carm memiliki kerinduan untuk menyatukan Stasi Jalan Negara dan Stasi mandala agar efektif melaksanakan reksa pastoral kepada umat.
    Namun dalam proses merealisaikan mimpi itu, ternyata banyak hambatan dan kesulitan dihadapi. Bahwa fenomena penolakan berdirinya bangunan gereja, ternyata tidak saja kita saksikan pada dekade belakangan ini. Penolakan itu juga terjadi di tengah proses penyatuan stasi ini. Namun semua bisa dilalui, dengan harapan impian berdirinya sebuah gereja dengan jumlah umat yang lebih besar dapat segera terealisasi.
    Bulan November 1973 terjadi pergantian pastor paroki, dari pastor J. B. Peper, O.Carm kepada Pastor Paul Gurr, O.Carm, seorang Misionaris Carmel dari Provinsi Australia. Namun, Pastor Paul tidak lama, tidak sampai menuntaskan impian menyatukan stasi itu. Karena hanya satu tahun berkarya di Paroki Pasar Merah, tahun 1974 terjadi lagi pergantian pastor paroki kepada Pastor Johan Kuttschreutter, O.Carm. Pada masa inilah, atas inisiatif Pastor Pannoc, OFMCap dan persetujuan Uskup Agung Medan, Stasi Mandala diserahkan kepada penggembalaan dan iurisdiksi Pastor Paroki Santo Paulus Pasar Merah. Tugas melanjutkan merealisasikan rencana penggabungan stasi dan pembangunan gereja dilanjutkan Pastor Johan Kuttschreutter, O.Carm. Harus bekerja keras menghadapi berbagai persoalan.
    Akhirnya pada tahun 1978 Uskup Agung Medan memutuskan untuk membentuk panita ad hoc. Tugas panitia ad hoc KAM adalah mencari upaya dan solusi menyeluruh kebijakan pastoral, penggabungan stasi, pengurusan administrasi tanah dan izin bangunan serta mempersiapkan pembentukan panitia pembangunan untuk gereja di Jalan Mestika.
    Syukur kepada Tuhan, ternyata panitia ad hoc yang terbentuk ini dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan membawa hasil yang positif. Dan berdasarkan surat dari Uskup Agung Medan tertanggal 1 Desember 1978, maka pada tanggal 17 Januari 1979 dilaksanakan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gereja jalan Mestika. Pada saat yang sama Gereja Jalan Mestika diberi nama pelindung Santo Yohanes Penginjil.
    Umat dari ketiga stasi berkontribusi untuk pembangunannya. Semua umat mengumpulkan dana partisipasi untuk pembangunan gereja ini. Sebanyak 250 kepala keluarga umat, bantuan dari Keuskupan Agung Medan, dan para donatur, maka karena tangan dingin Pastor P. Johan Kuttscheutter, O.Carm, pembangunnya rampung. Pada tanggal 30 November 1980 Gereja Santo Yohanes Penginjil diberkati oleh Uskup Agung Medan yang dihadiri oleh seluruh umat.
    Selanjutnya lonjakan jumlah umat di Stasi St. Yohanes Penginjil semakin terasa, menyusul diresmikan dan mulai ditempatinya Perumnas Medan II, di kawasan Mandala, sekitar tahun 83-an. Ada pertambahan sekitar 300 kepala keluarga menjadi umat Stasi St. Yohanes Penginjil. Artinya, umat Stasi St. Yohanes Penginjil pada tahun 1983 sudah berjumah 550 kepala keluarga.
    Mulai tahun 1983 pertumbuhan jumlah umat dan kepala keluarga di stasi Mandala terus berkembang. Oleh karena itu, demi efesiensi pelayanan pastoral kepada umat maka para pastor terus berupaya meningkatkan karya pelayanan stasi ini dengan berbagai cara. Salah satu uapaya yang dilakukan adalah dengan menempatkan atau menugaskan seorang pastor kapelan yang secara khsusus melayani umat Stasi St. Yohanes Penginjil Mandala. Diantaranya P. Siriakus Ndolu, O.Carm pada tahun 1998. Hal ini membuat semangat umat beriman semakin dalam kehidupan menggereja. Selain itu, umat juga terus membangun kerjasama dengan P. Siriakus Ndolu, O.Carm untuk membangun rumah tempat tinggal pastor di samping gereja dan sebuah aula untuk gereja tempat pembinaan umat dan pertemuan-pertemuan.
    Pembenaan dan penataan baik itu fasilitas-fasilitas gereja (pastoran dan aula) maupun struktur kepengurusan Gereja sebenarnya bertujuan pada harapan peningkatan status gereja dari stasi menjadi paroki. Sebagai tindaklanjutnya pastor Siriakus bersama dengan pengurus dewan stasi yang disetujui pastor paroki St. Paulus Pasar Merah mengajukan permohonan peningkatan status gereja dari Stasi menjadi Paroki kepada Uskup Agung Medan dengan surat No.20/GKSP/11/1999. Atas permohonan ini, tanggapan Uskup Agung Medan sangat positif.
    Hal ini dinyatakan oleh Uskup Agung Medan dalam surat keputusan No.172/GP/KA/2000 tanggal 25 April 2000 yang menyatakan bahwa peningkatan status Gereja Katolik St. Yohanes Penginjil, Jalan Mestika No. 24 Mandala menjadi Paroki merupakan suatu kebutuhan yang mendesak dan akan segera dipersiapkan. Sebagai tindak lanjut dari perencanaan pendirian paroki ini, umat, pastor dan pihak Keuskupan mengawalinya dengan membeli sebidang tanah di samping gereja yang adalah milik para suster Kongregasi St. Elisabet (FSE) dengan ukuran 20m x 46m = 920m² seharga Rp 400.000.000 (empat ratus juta rupiah) pada tahun 2003. Sumber dananya dari paroki, swadaya umat dan pihak keuskupan.
    Kegembiraan dan semangat umat semakin bertambah setelah mendengar berita dari Uskup Agung Medan bahwa perencanaan peningkatan status gereja dari stasi menjadi paroki sudah positif terlaksana setelah Bapak Uskup mendapat surat permohonan dari Kongregasi Claretian (CMF) tahun 2006 untuk diizinkan melayani salah satu paroki di kota Medan yang kelak menjadi tempat transit bagi para pastor Claretian yang telah berkarya di pulau Samosir. Tanggapan uskup Agung Medan atas permohonan Kongregasi Claretian (CMF) sangat positif dan langsung menawarkan gereja Katolik St. Yohanes Penginjil Mandala Medan. Dari pihak Kongregasi Claretian tetap menyanggupinya, tetapi tidak langsung pada tahun 2006 karena masih harus melengkapi tenaga imam yang melayani dua paroki di Samosir. Setelah itu baru memulai di Mandala. Pihak Keuskupan juga akhirnya memahami kebijakan ini.
    Sambil menanti kehadiran para imam Claretian (CMF) yang akan melayani Gereja Katolik St. Yohanes Penginjil, pihak Keuskupan Agung Medan, para pastor di Paroki St. Paulus Pasar Merah bersama umat berusaha untuk merenovasi gereja yang sudah ada berhubung jumlah umat sudah bertambah banyak kurang lebih 800 KK dan daya tampung gereja yang sudah terbatas. Pelaksanaan renovasi dan pengembangan gereja ini dilaksanakan pada tahun 2007.
    Demi pelayanan yang lebih efektif dan menjangkau umat, telah didirikan satu stasi di wilayah Perumnas Mandala, pada tanggal 8 April 2018 dan diberi nama pelindung Stasi Hati Tak Bernoda Maria. Ada 4 lingkungan yang masuk dalam stasi baru ini (132 KK). Dengan keberadaan stasi baru ini, maka Paroki St. Yohanes Penginjil Mandala sekarang sudah memiliki 2 stasi pelayanan.
    Setelah melewati berbagai proses, diskusi dan kesepakatan baik dari pihak Keuskupan, Kongregasi Misionaris Claretian, Pastor Paroki St. Paulus Pasar Merah, Pengurus stasi Mandala dan umat, maka pada tahun 2008, tepatnya tanggal 25 Juli 2008 Kongregasi Misionaris Claretian mengutus dua tenaga imamnya yakni P. Dominikus Kabosu, CMF sebagai Pastor Paroki dan P. Sebastisan Odakal, CMF sebagai pastor rekan untuk memulai berkarya dan melayani umat Katolik Stasi St. Yohanes Penginjil Mandala. Kedua pastor ini bekerja sama dengan Pastor Paroki St. Paulus Pasar Merah untuk mempersiapkan berbagai hal yang berhubungan dengan pendirian Paroki baru ini mulai dari hal-hal administrasi, persiapan acara peresmian paroki yang didahului dengan pemilihan Dewan Pastoral Paroki yang dipimpin oleh ketua Depwil (Dewan Pastoral Wilayah) Medan.
    Pada tanggal 26 Oktober 2008, Gereja Katolik Stasi St. Yohanes Penginjil Mandala - Medan diresmikan menjadi Paroki oleh Yang Mulia Uskup Agung Medan, Mgr A.G Pius Datubara, OFMCap. Dengan peresmian Paroki ini, maka bertambahlah jumlah Paroki Keuskupan Agung Medan menjadi 49 Paroki di masa itu. Pada bulan Januari 2014 Paroki St. Yohanes Penginjil Mandala mendapatkan tambahan satu stasi yang baru yakni Stasi St. Yoseph Freinademetz Bandar Setia dengan jumlah 32 KK dan 116 jiwa. Data BIDUK Paroki St. Yohanes Penginjil Mandala Per 1 Januari 2022 menunjukan bahwa Kepala Keluarga (KK) sejumlah 925, sama dengan 3.540 jumlah jiwa.
    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

     

    Paroki Medan Katedral

    Pelindung

    :

    Santa Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Noda

    Buku Paroki

    :

    Sejak 1 Januari 1879

    Alamat

    :

    Jl. Pemuda 1, Medan Maimun – 20151

    Telp.

    :

    061-4552753 / 0812-6923-4012 / 0813-9605-7856 (WA)

    Email

    :

    [email protected]

    Website

    :

    katedralmedan.or.id

    Jumlah Umat

    :

    743 KK / 2.609 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    -

    RD. Sesarius Petrus Mau

    10.02.’78

    Parochus

    RD. Jameslim Damanik

    04.03.’89

    Vikaris Parokial

         
    Jadwal Misa di Gereja Katedral Medan
    Misa Harian :

    Pukul 06.00 WIB (Senin - Kamis)
    Pukul 18.00 (Jumat)

    Misa Sabtu :

    Pukul 17.30 WIB

    Misa Hari Minggu :

    Sesi 1 : 06.30 WIB
    Sesi 2 : 08.00 WIB
    Sesi 3 : 10.00 WIB
    Sesi 4 : 15.00 WIB
    Sesi 5 : 17.00 WIB

    Sejarah Paroki Katedral Medan

    Misi Gereja Katolik di Medan tidak bisa dilepaskan dari misi di Bangka dan Borneo. Sejak timah ditemukan di Pulau Bangka sekitar tahun 1710, hubungan Batavia dan Palembang terjalin dengan baik. Teknologi baru didatangkan dan buruh-buruh diimpor dari Cina. Pada tahun 1849 diperkirakan ada 9000 orang Cina yang berdomisili di Pulau Bangka. Sebagian kecil menjadi pemeluk agama Islam. Di antara orang Cina itu, ada yang bernama Tsen On Njie yang dibaptis menjadi Katolik di Penang pada tahun 1827. Dia tinggal di Sungaiselan – Bangka. Di sana dia menjadi dokter seraya mempromosikan iman Katolik. Dia membangun sebuah tempat ibadat dan melengkapinya dengan benda-benda rohani yang didatangkan dari Penang dan Singapura.

    Sekitar tahun 1848 seorang Eropa yang beragama Katolik lewat dari depan rumah Tsen dan melihat sebuah kapel dengan atribut Katolik. Dia melaporkan keberadaan bangunan itu kepada Mgr. Vrancken di Batavia. Pada bulan Juli-Agustus 1849 Pastor Claesens, SJ mengunjungi Pulau Bangka. Dia tidak dapat berbahasa Cina ketika menemukan 60 orang calon baptis telah dipersiapkan oleh Tsen di rumahnya. Pastor Claesens, SJ menuliskan kenangan perjumpaan itu dalam sebuah laporan ke De Tijd/Noordhollandsche Courantdi Batavia. Akibatnya, Gubernur Jenderal Batavia F. van Olden menginterogasi Uskup Vrancken.

    Pastor Langenhoof menjadi imam pertama yang tinggal di Sungaiselan. Dia belajar bahasa Cina di Welleslau – Penang. Tak berapa lama dia kembali ke Batavia dan pada bulan Desember 1853 dia diberi ijin untuk tinggal sebagai imam tanpa upah di Bangka untuk melayani orang-orang Cina Katolik. Pada tahun 1854 Langenhoof melaporkan statistik orang Katolik di Bangka berjumlah 156 orang. Jumlah bertambah dari tahun ke tahun. Akhirnya, pada tahun 1867 dia meninggalkan Pulau Bangka. Akibatnya, orang Katolik semakin menurun jumlahnya.

    Pada tahun 1871-1876 Pastor J. de Vries diutus ke Bangka dan masih menemukan 286 orang Katolik dan bertambah hingga sebanyak 420 orang pada tahun 1879. Tak berapa lama kemudian Kortenhorst dan Jan Kusters datang ke Bangka dan berkarya di Sungaiselan. Para misionaris di Sungaiselan melayani wilayah yang sangat luas dari pantai Barat Borneo hingga Sumatera (Deli dan Palembang) dan Kepulauan Riau. Jaraknya ada sekitar 2500 km.

    Pada tahun 1863 Sultan Deli menganggap seluruh tanah wilayah kekuasannya sebagai milik pribadi dan menjualnya kepada pengusaha Belanda. Seluruh tanah di daerah kesultanan Deli pelan-pelan dikuasai orang asing untuk membuka perkebunan-perkebunan kelapa sawit, tembakau, dan karet. Ribuan orang Cina didatangkan sebagai buruh di onderneming-onderneming yang terbentang antara Bukit Barisan dan Selat Malaka. Beberapa daerah mempunyai kekhasan masing-masing. Sekitar Asahan Labuhan Batu hingga Pematangsiantar ditanami pohon karet dan kelapa sawit. Daerah Deli Serdang dikenal sebagai penghasil tembakau. Itulah sebabnya pada masa itu terkenal istilah Deli Dekblad (daun pembalut Deli). Pada tahun 1863 didirikan Deli-Maatschappijyang semakin mempercepat perkembangan perkebunan tembakau. Perdagangan karet, tembakau, dan kelapa sawit yang semakin ramai membuat pelabuhan Belawan menjadi semakin terkenal. Hal ini menciptakan lapangan kerja sehingga tidak mengherankan banyak orang yang datang dan didatangkan untuk mencari kerja ke Medan termasuk kuli-kuli dari berbagai negara seperti India dan Eropa.

    Kota Medan menjadi dikenal dan semakin berkembang. Pada tahun 1905 statistik menunjukkan bahwa penduduk kota Medan mencapai 15.000 jiwa. Pada tahun 1905 telah meningkat menjadi 45.000 jiwa. Pada tahun 1928 penduduknya bertambah menjadi 40.000 jiwa orang pribumi, 27.000 jiwa orang Cina, dan 4.200 jiwa orang Eropa. Pertumbuhan penduduk ini membuat kota Medan semakin diperhitungkan dalam perdagangan internasional dan misi. Pater Vries, seorang pastor di Sungaiselan, ditugaskan ke Sumatera untuk mendampingi orang-orang Eropa yang semakin banyak. Dalam tahun 1873, 1874, dan tahun 1876 dia mengunjungi orang-orang Katolik di kota Medan dan daerah-daerah perkebunan sekitarnya.

    Pada tahun 1876 ada sekitar 300 orang Katolik di kota Medan termasuk tentara-tentara berkebangsaan Belanda, Inggris, dan Perancis. Keberadaan mereka ini membuat Gereja memberi perhatian khusus. Ada beberapa keluarga Katolik yang memiliki mutu religius yang tinggi seperti keluarga McIntyre dan famili de Guigne. Mereka mempunyai pegawai dan buruh yang beragama Katolik. Tidak sedikit orang-orang Cina dan Keling yang didatangkan menjadi buruh. Akan tetapi, tidak banyak yang beragama Katolik. Perjalanan Pater Vries ke lokasi penampungan para buruh membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun demikian, keadaan kualitas dan kuantitas orang Katolik di Medan belum menuntut kedatangan misionaris pada masa itu. Ditambah lagi dengan kematian Pastor de Hesselle tahun 1854 di daerah barat daya. Maka, misi Katolik belum ditujukan ke Medan.

    Pada tanggal 20 Maret 1878 Pastor Claesens, SJ mengajukan permohonan untuk mendirikan satu stasi yang meliputi wilayah Sumatera’s Oostkust. Pemerintah Belanda mengijinkannya. Maka, pada tahun yang sama pemimpin Gereja Katolik di Batavia mengutus Pastor Carolus Wenneker, SJ ke Medan. Dia menjadi pastor pertama yang menginjakkan kaki di Medan. Huub Boellaars mencatat bahwa pada tahun 1878 pertama kali didirikan paroki. Sekitar tiga ratus anggota paroki terdiri dari orang-orang Belanda, Inggris, dan Prancis.

    Pastor Wenneker, SJ datang ke Medan dan menemukan kota yang sudah berkembang cukup pesat. Di beberapa tempat gedung-gedung terus dibangun. Pertama-tama yang dia lakukan adalah mencari tempat atau lokasi yang paling tepat untuk memulai karya misi di Medan. Dia memilih Jalan Pemuda yang waktu itu bernama Paleisweg (Jalan Istana) sebagai titik awal. Di sana dia mendirikan bangunan yang kemudian dijadikan gereja Katolik Medan. Kemudian dia belajar bahasa yang dipakai oleh orang-orang India dan bahasa Batak. Dia memberi perhatian khusus kepada orang India seraya menyelidiki kemungkinan misi di antara orang-orang Batak.

    Oleh karena Jesuit harus melayani banyak tempat di seluruh Indonesia, maka Pastor Wenneker, SJ dibiarkan sendiri melayani. Pimpinan Jesuit tidak mengirimkan teman baginya. Namun demikian, Pastor Wenneker, SJ tidak berkecil hati. Dia memberi perhatian kepada orang-orang Hokkian yang ada di Medan. Dia juga sesekali mengunjungi kuil-kuil Cina di daerah Pulau Bangka. Karya yang sedemikian luas membutuhkan tenaga ekstra.Ternyata, banyak juga orang Eropa yang datang ke Medan untuk mencari dan menemukan harta. Ada yang dengan sengaja diutus oleh Pemerintah Hinda Belanda dan perusahaan-perusahaan. Ada juga yang datang sendiri dengan tujuan bertualang. Karena mereka mempunyai beragam motivasi, kehadiran orang-orang Eropa memunculkan satu tantangan di bidang misi. Pastor Wenneker, SJ berusaha mengadakan pendekatan dengan orang-orang Eropa yang beragama Katolik. Dia mengumpulkan mereka. Memang tidak banyak jumlahnya. Di tengah kenikmatan yang dirasakan di daerah kolonial, Pastor Wenneker, SJ mengajak mereka ke gereja. Akan tetapi, tidaklah mudah untuk mentobatkan mereka.

    Pada tanggal 20 Desember 1880 Pastor Claesens, SJ mengajukan permohonan baru untuk bermisi di sebelah timur Danau Toba dengan berangkat dari Bandar Pulau, Asahan. Namun, situasi saat itu cukup genting terutama karena Sultan Deli menyewakan tanah-tanah di daerah Deli dan Serdang tetapi sesungguhnya milik Batak. Perusahaan Belanda tentu saja senang dengan keputusan Sultan Deli. Tak berapa lama kemudian bulan Oktober 1881 pemerintah Belanda mengijinkan pendirian stasi di Bandar Pulau di bawah pemerintah residen Medan dan dengan catatan tidak boleh bekerja di daerah orang-orang Kristen Protestan. Pastor Wenneker, SJ menghadapi semua itu dengan gigih sampai akhirnya dipindahkan ke Jawa pada tahun 1884.

    Setelah Pastor Wenneker, SJ pergi, selama 8 tahun tidak ada pastor di Medan. Sejak tahun 1892-1898, 3 orang pastor berturut-turut mengurus umat Katolik di Medan. Tahun 1898-1903 stasi di Medan kosong lagi. Pada tahun 1903 Pastor Jos Frencken, SJ diangkat menajdi pastor di Medan. Dia bertugas di Medan sampai tahun 1909. Tak berapa lama kemudian dia harus kembali ke Negeri Belanda karena sakit. Namun demikian, Pastor Frencken sempat membangun pastoran dan gereja di Medan. Sesudah itu, stasi Medan kosong lagi tanpa dilayani pastor karena kekurangan tenaga misionaris. Akhirnya, misi diserahkan dari Serikat Yesus kepada Ordo Kapusin pada tahun 1912.

    Sekalipun sudah tinggal di Batavia, Pastor Wenneker, SJ tidak memutus kontak dengan orang-orang Katolik di kota Medan. Tahun 1913 pastor ini masih terus mempelajari bahasa Batak dan memberi pelajaran Katolik kepada dua belas orang Batak yang ada di Jakarta. Dia menjalin hubungan dengan para perantau dari Medan. Semasa berada di Medan, ternyata Pastor Wenneker, SJ mempunyai sahabat yang bersedia membantunya untuk menerjemahkan Katekismus Agama Katolik ke dalam Bahasa Batak. Dia bukan orang Katolik tetapi mau diajak bekerjasama. Pengetahuannya tentang Katolik masih sangat terbatas. Akibatnya, hasil terjemahan itu memiliki banyak kesalahan sehingga segera ditarik dari peredaran.

    Pada masa itu sudah ada 5 stasi di Sumatera meliputi: Padang, Kota Raja, Medan, Sungai Selan, dan Tanjung Sakti.Tahun 1911 umat di lima stasi sudah berjumlah sekitar 5.000 jiwa. Dari tahun 1912-1921 ada sebanyak 20 orang Kapusin yang diutus ke Sumatera. Pucuk pimpinan Gereja di Sumatera diserahkan kepada Mgr. Liberatus Cluts yang sudah berusia 57 tahun. Perang Dunia I sedang berkecamuk pada masa itu. Akibatnya, keadaaan ekonomi sangat buruk dan banyak bangunan yang rusak parah. Orang-orang Eropa yang masih ada di perkebunan, kantor dan tangsi militer mempunyai kehidupan keagamaan yang tidak jelas. Para misionaris menjadi kikuk karena harus berhadapan dengan mereka di tanah misi. Selain itu, misionaris-misionaris tidak dipersiapkan secara khusus untuk melayani orang-orang pribumi dengan segala budaya dan adat istiadat mereka. Dengan keterbatasan tenaga yang ada, akhirnya Mgr. Liberatus Cluts mengutus pastor ke Medan.

    Pastor Kapusin pertama yang berkarya di Medan adalah Pastor Camillus A. Buil. Dia lahir tahun 1877 dan ditahbiskan pada tahun 1903. Sebelum masuk ke Sumatera, dia aktif melayani di Kalimantan, tepatnya di Laham antara tahun 1903 dan 1912. Dia tiba di Medan pada bulan Juni 1912. Pada waktu itu dia mengubah kebiasaan Kapusin dengan gaya imam diosesan karena dia berpikir bahwa lebih tepatlah mengikuti trend pada zaman itu dalam penggembalaan. Pastoran dilengkapinya dengan kebutuhan-kebutuhan yang paling penting bagi orang kaya. Dia juga menyediakan minuman beralkohol di pastoran. Dia menjalani hidup dengan penuh kenikamtan dan bergaul dengan orang-orang kolonial. Beberapa saudara Kapusin menegur cara hidupnya dan akhirnya dia meninggalkan misi pada tahun 1915 serta keluar dari imamat setelah pulang ke Belanda.

    Pengganti dari Pastor Camillus adalah Pastor Dionysius Pessers. Dia lahir di Tilburg pada tahun 1861 dan menjadi misionaris di Sumatera tahun 1913-1931. Sepeninggal Pastor Camillus, situasi pastoral di Medan sangat mengecewakan. Komunikasi antara pastor dengan para kolonialis sangat sulit. Dia sampai ke Medan lalu menggunakan pendekatan yang berbeda dengan pendahulunya. Dia menjalani gaya hidup orang Katolik ortodoks. Dia berpendapat bahwa aturan-aturan moral harus dipertahankan secara ketat. Dia berkotbah dengan tajam dan keras, kemudian mengambil jarak dengan “pendosa”. Dalam masalah peribadatan dia tidak kenal kompromi. Setiap orang yang tidak setuju dengan ajaran ortodoksnya dicela dan diberi label sebagai orang kafir atau bidat. Akibatnya, orang-orang tidak datang lagi ke gereja. Dia juga menulis surat kepada Superiornya di Belanda agar orang-orang Katolik tidak pergi ke pantai Timur Sumatera karena bahaya akan kehilangan iman.

    Sikapnya yang keras dan tidak memahami konteks Sumatera Timur, membuat dia tidak menghasilkan apa-apa. Dia menjadi frustrasi dan meminta agar dipindahkan dari Medan. Permohonannya dikabulkan. Dia dikembalikan ke Padang dan digantikan oleh Pastor Mattheus.

    Pastor ketiga yang ditugaskan ke Medan adalah Pastor Mattheus de Wolf. Dia lahir tahun 1865. Pengalaman pertama di Indonesia adalah misi di Sejiram (Kalimantan) dari tahun 1908-1917. Dia tiba di Medan pada bulan September 1917. Dia mempunyai gaya pastoral yang berbeda dengan pendahulunya. Dia tidak fokus pada moralitas individu tetapi menekankan perubahan sosial dalam misi. Dia membela hak setiap orang untuk menikah, termasuk antara pegawai pemerintah Belanda dengan orang-orang Indonesia dan Cina. Dia juga menggagas ide tentang Hari Minggu sebagai Hari Libur, di samping praktek-praktek umum dalam misi untuk memutuskan bahwa hanya hari pertama dan hari keenambelas setiap bulan dijadikan sebagai hari libur. Pada tahun 1926 dia dipindahkan ke Sawah Lunto dan bertugas di sana sampai tahun 1929. Dia pernah bertugas di Berastagi sekitar tahun 1941 pada masa Perang Dunia II dan mengalami masa-masa sulit penjajahan Jepang. Dia meninggal pada1950. Menurut catatan sejarah, Pastor Mattheus pernah sama-sama melayani umat di stasi Medan bersama dengan Pastor Rupertus Verbrugge, OFMCap. Memang, tidak banyak cerita tentang Pastor Rupertus karena dia hanya empat tahun bertugas di Medan (1924-1928).

    Pada tanggal 11 April 1921 Mathias Brans diangkat menjadi Superior Regularis Kapusin Sumatera dan pada tanggal 20 Juli 1921 diangkat menjadi Prefek Apostolik Sumatera untuk menggantikan Mgr. Liberatus Cluts. Dia baru 8 bulan di daerah misi. Namun demikian, tugas baru menuntut dia untuk segera beradaptasi dan mengadakan kunjungan ke beberapa stasi. Pekerjaan pertama yang dilakukannya alah pembagian daerah misi di Sumatera. Prefektur Padang diserahkan kepada Kapusin. Prefektur Bangka dan Belitung diserahkan kepada SSCC, Prefektur Bengkulu (kemudian menjadi Palembang) diserahkan kepada SCJ. Masing-masing prefektur dikelola oleh ordo. Prefektur Padang dibagi atas tiga stasi: Padang, Medan, dan Kota Raja (Aceh).

    Sampai tahun 1918 orang-orang Katolik di Medan hanya mempunyai satu gereja dan rumah pastor. Tidak ada sekolah. Hal ini sangat berbeda dengan beberapa tempat yang menunjukkan identitas kekatolikan. Gereja dibangun di atas tanah yang ditempatkan secara terpusat. Tahun 1918 otoritas setempat ingin menggunakan sebagian dari tanah itu untuk beragam kegiatan dalam rencana pengembangan tata kota. Ancaman eksternal ini mendorong para misionaris untuk memulai sekolah berbahasa Belanda yang cukup prestisius di lokasi yang sangat strategis. Sekitar tahun 1923, berdirilah sekolah Katolik pertama di Medan yaitu sekolah yang dirintis oleh Kongregasi Suster Dongen (SFD). Pada awalnya sekolah ini hanya mempunyai 32 orang murid. Lama-kelamaan jumlah semakin bertambah hingga 250 orang.

    Pada tahun yang sama, sekolah itu harus menghadapi persaingan dengan sekolah-sekolah serupa yang dikelola gereja Protestan dan oleh Freemasons. Tetapi pada akhirnya sekolah itu mempunyai siswa-siswi dari kalangan orang Eropa dan orang Eurasia. Pada tahun 1926 suster-suster (SFD) mendirikan asrama yang membuka kesempatan kepada orang-orang Batak untuk masuk. Namun, pendirian asrama itu ternyata kurang mendapat dukungan sehingga tidak berkembang.

    Selain di bidang pendidikan, Mgr Brans meminta tenaga Suster-suster Fransiskanes Santa Elisabeth datang dari Breda (Belanda) untuk berkarya di Indonesia. Mereka tiba di Medan dan untuk sementara tinggal di Jalan Wasir (Jl. Sugiyono sekarang). Kemudian, mereka membeli sebuah rumah di Jalan Padang Bulan (Jl. S. Parman sekarang). Rumah baru itu digunakan sebagai biara dan tempat penampungan bagi orang-orang sakit. Inilah cikal bakal pendirian Rumah Sakit St. Elisabeth di daerah Polonia. Daerah itu dilihat sangat strategis dan memiliki lahan yang sangat luas. Peletakan batu pertama diadakan pada tanggal 11 Februari 1929 dan selesai pada bulan November 1930. Sejak saat itu para suster tinggal di komplek rumah sakit dan menjadikan susteran di sana sebagai biara induk.

    Komunitas Katolik perlahan-lahan dibagi-bagi. Tidak ada maksud untuk membuat pemisahan warna kulit, tetapi demi kepentingan pelayanan pastoral. Selain gereja untuk “orang Eropa” yang didirikan di Paleisweg, ada gereja Tamil yang didirikan untuk orang-oranta Tamil yang bekerja sebagai buruh di perkebunan milik keluarga orang Perancis. Keluarga yang paling terkenal adalah keluarga De Guigne (di Sungai Sikambing). Mereka meninggalkan Sumatera pada tahun 1898. Ada juga sekolah Katolik khusus untuk orang Tamil. Sekolah ini ditutup pada bulan Maret 1924 karena menurunnya populasi orang Tamil di Medan.

    Pelayanan kepada orang-orang Cina yang ada di Medan terus ditingkatkan. Pusat kegiatan religius dan pendidikan juga difokuskan kepada orang-orang Cina Katolik. Untuk itu, didirikan sebagai gereja Katolik di Hakkastraat pada tahun 1934 (sekarang Gereja Kristus Raja di Jalan Merapi). Gereja itu sangat dekat dengan pasar Cina dan dikelilingi oleh sekolah-sekolah dasar dan menengah yang menjadi awal dari paroki orang Cina. Pada awal tahun 1920-an sekolah itu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan menggunakan kurikulum Malaysia. Di samping itu, kemudian didirikan sekolah-sekolah berbahasa Belanda yang dikelola oleh para bruder dan suster. Pastor parokinya adalah Pastor Marcellinus Simons. Dia lahir di Nijmegen pada tahun 1889. Dia menjadi misionaris di Sumatera selama 29 tahun (1918-1947). Dia pernah belajar bahasa Cina di Amoy dan menjadi pastor paroki sejak tahun 1924-1942.

    Sepulang dari Cina, Pastor Marcellinus mulai mengumpulkan orang-orang Cina Katolik. Awalnya dia hanya mendapatkan 30 orang. Setelah orang-orang Cina mengetahui bahwa dia bisa berbahasa Cina, akhirnya semakin banyak orang Cina yang mau dibaptis. Pada tahun 1936 ada sekitar 300 orang Cina di Medan. Mereka ikut bergabung dengan orang-orang Eropa pada hari Minggu di gereja Paleisweg. Akhirnya, pada tahun 1934 gereja Katolik Cina di Jl. Nusantara selesai dibangun.

    Selain itu, Mgr. Brans memperluas karya pelayanan hingga Kota Raja (Banda Aceh), Tanjung Balai, dan Bagan Siapiapi. Gereja di Kota Raja didirikan pada tahun 1928. Pastor Marinus Spanjers diutus ke Tanjung Balai pada tahun 1926 untuk membuka stasi dan sekolah. Tak berapa lama kemudian Pastor Marinus ditarik kembali ke Medan untuk bekerja di tengah-tengah orang Batak. Pada tahun 1943 Pastor Marinus meninggal dunia di kamp Jepang.

    Pada tahun 1941 Roma memutuskan untuk memindahkan tahkta Vikariat Apostolik dari Padang ke Medan. Keputusan itu baru dapat diumumkan dan dilaksanakan sesudah perang dunia II selesai. Mgr. Brans pindah dari Padang ke Medan pada tanggal 3 Januari 1946. Pada tahun 1955 Ferrerius van den Hurk diangkat menjadi pimpinan Vikariat Apostolik menggantikan Mgr. Mathias Brans. Mgr. Brans kembali ke Propinsi Belanda setelah memimpin misi Sumatera selama 35 tahun.

    Pada tahun 1961 Hirarki Indonesia resmi didirikan. Vikariat Apostolik medan menjadi Keuskupan Agung Medan. Harapannya adalah Gereja Indonesia menjadi dewasa dan mandiri. Bagi KAM keputusan ini sungguh merupakan langkah yang berani dan menantang. Pada waktu itu umat di KAM berjumlah 94.433 orang. Semua imam yang berkarya berasal dari Ordo Kapusin: 52 orang Belanda dan 1 orang Indonesia. Waktu itu belum ada satu pun imam diosesan atau pun calon-calon imam diosesan. Peralihan dari ius commisionis ke ius mandati tidak berjalan dengan mulus. Dalam bidang finasinsial pun KAM bergantung kepada Propinsi Kapusin Belanda. Pembangunan gereja, aula dan pastoran didanai oleh luar negeri. Bahkan, biaya penghidupan para tenaga pastoral diminta kepada Propinsi Kapusin Belanda. Dengan kata lain, kehidupan imam dan umat di KAM masih memprihatinkan pada masa itu.

    Mgr. van den Hurk berusaha mencari tenaga-tenaga imam selain imam Kapusin. Tahun 1963 imam-imam dari Swiss didatangkan. Propinsi Kapusin Belanda masih mengirim tenaga imam sebanyak 12 orang dari 1963-1972. Pada tahun 1965 imam-imam Karmelit masuk ke Medan. Pada tahun 1966 imam-imam Konventual dari Italia ikut berkontribusi. Pada tahun 1974 imam-imam PME Canada hadir di Medan dan tahun 1974 imam-imam Serikat Xaverian terlibat. Inilah menjadi cikal bakal keragaman tarekat yang melayani di KAM. Berbagai cara ditempuh untuk membangun kemandirian di tengah umat termasuk memberlakukan dana mandiri Gereja (damang).

    Tahun 1964 imam pribumi pertama ditahbiskan yaitu Pastor Pius Datubara, OFMCap. Tak berapa lama kemudian pada tahun 1975 pucuk pimpinan Keuskupan Agung Medan diserahkan kepada Mgr. A.G. Pius Datubara, OFMCap. untuk menggantikan Mgr. Ferrerius van den Hurk, OFMCap. Kala itu, jumlah umat Katolik sudah mencapai 235.451 orang, dengan 94 orang imam dan 36 orang calon imam. Para imam itu terdiri dari berbagai tarekat: Kapusin, Karmelit, Konventual, PME, Jesuit.

    Perkembangan jumlah umat Katolik di KAM tergolong sangat pesat. Demikian juga umat di Paroki Katedral. Ada sejumlah imam pribumi yang pernah berkarya di Paroki Katedral hingga sekarang: Pastor Pius Datubara, OFMCap. (1968-1974), Pastor Hubertus Tamba, OFMCap. (1974-1975), Pastor Gabriel Lumbantobing, OFMCap. (1980-1987), Pastor Johannes Simamora, OFMCap. (1981-1985), Pastor Marcelinus Manalu, OFMCap. (1982-1986), Pastor Timotheus Sinaga, OFMCap. (1984-1986), Pastor Hubertus Tamba, OFMCap. (1986-1990), Pastor Joseph Rajagukguk, OFMCap. (1990-1998), Pastor Frietz R. Tambunan, Pr. (1997-1998), Pastor Murdi Susanto, Pr. (1999-2002), Pastor Sebastianus Eka BS., Pr (2002-2004), Pastor Benno Ola Tage, Pr. (2005-2011), Pastor Sebastianus Eka BS., Pr. (2012-2016), Pastor Sesarius Petrus Mau, Pr. (2016- sampai sekarang).

    Reksa pastoral di Paroki Katedral yang awalnya dipercayakan kepada imam-imam Kapusin akhirnya diserahkan kepada imam-imam diosesan pada tahun 1997. Selama kurun waktu 22 tahun penggembalaan telah dijalankan imam-imam diosesan hingga sekarang. Beberapa perubahan telah dilakukan dari waktu ke waktu untuk pelayanan yang lebih baik. Di usia yang ke-140 tahun, usia yang sudah sangat tua, umat bersama dengan pastor paroki dan vikaris paroki tetap berupaya untuk menghadirkan wajah Gereja Katedral sebagai Mater et Magistra (Induk dan Guru) bagi semua gereja paroki yang ada di Keuskupan Agung Medan.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Medan Helvetia

    0

    Pelindung

    :

    Santo Padre Pio dari Pietrelcina

    Buku Paroki

    :

    Sejak 1 Januari 1988. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Katedral Medan dan Paroki Hayam Wuruk Medan

    Alamat

    :

    Jl. Beringin III No. 9, Helvetia, Medan – 20124

    Telp.

    :

    (+62) 822-4250-7469

    Email

    :

    [email protected]

    Website

    :

    paroki-padrepio.org

    Jumlah Umat

    :

    2.251 KK / 8.192 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    7

    01. St. Maria Ratu Rosario, Cinta Damai
    04. St. Clara Asisi, Karya
    07. St. Yakobus, Sukadono
    02. St. Paulus, Helvetia

    05. St. Petrus, Purwodadi
    03. St. Krispinus Viterbo, Jatiyoso

    06. St. Yoseph, Sei Sikambing
    RP. Hilarius Kemit OFMCap
    Parochus
    RP. Agustian Ganda P. Sihombing OFMCap

    Vikaris Parokial



    Sejarah Paroki St. Padre Pio dari Pietrelcina - Medan Helvetia

    Pembentukan Paroki Tri Stasi diawali dengan berdirinya gereja Sei Sikambing dan juga Cinta Damai. Gereja Helvetia berdiri setelah memisahkan diri dari Gereja Sei Sikambing sekitar tahun 1970-an.
    Berdirinya gereja Sei Sikambing secara singkat dikisahkan sebagai berikut:
    Pastor Van Dam, OFM Cap yang terkenal dengan goni bototnya melayani orang miskin di Sei Sikambing. Dia memasuki orang-orang miskin tanpa membeda-bedakan agama dan suku. Pastor mendirikan panti jompo di Sei Sikambing B. Jl. Mistar tahun 1960-an. Sebelum tahun 1960 umat beribadah di rumah-rumah. Inilah awal mula berdirinya Stasi Sei Sikambing. Ada pun umat pada waktu itu kebanyakan dari suku batak Toba walau juga ada dari suku lain: George Washington Sitohang, L. Pintubatu, M. Situmeang, Bapak Sinurat dan Bapak Simanjorang, A. Saragih, Bpk. Gultom, dan U. Silalahi yang menjadi voorhanger pertama. Dari etnis Cina ada Bapak Cia Guan Lai. Dari Suku Karo yakni Bapak Ng. Tarigan yang ikut bergabung kemudian, dari Manado Bapak F. Karen dan dari Suku Jawa adalah keluarga Pastor Tadeus serta dari Suku Flores Bapak Atok Arnoldus Serang.
    Sekitar tahun 1960-an Pastor Van Dam, OFMCap bersama umat tersebut mengumpulkan uang untuk membeli setapak tanah di Sei Sikambing menjadi tempat pendirian Gereja. Tahun 1962 gereja dibangun di gang pertama. Lokasi itu sekarang menjadi tempat aula. SD St. Thomas belum ada. Gereja yang dibangun semi permanen. Yang menjadi voorhanger masih Bpk. U. Silalahi, dan Dewan Jasmaninya adalah Bpk. George Washington Sitohang. Sekitar tahun 1964 ada serombongan umat Katolik dari arah Purwodadi tepatnya yang bekerja di pabrik tekstil milik Bpk. Pardede datang ke Sei Sikambing untuk bergabung. Mereka dibawa oleh Bpk. Hutauruk pada waktu itu. Umat bertambah mulailah dibeli tapak tanah untuk pembangunan sekolah SD dengan swadaya umat. SD ini dibangun sekitar tahun 1974/1975. Pada waktu itu hadirlah Bpk. W. Purba, Bpk. Paulus Sihombing, Bpk. Rudiyan, dan Bpk. Harianja yang kemudian menjadi voorhanger. Kira-kira 2 tahun kemudian dibeli tanah untuk tempat tinggal para Pastor PME dari Kanada yang merupakan lokasi gereja sekarang.
    Gereja yang dibangun tersebut sudah mengalami rehap sekitar beberapa kali setelah dibangun. Rehap pertama adalah membuat semakin baik panti imamnya. Rehab kedua memperbaiki lantai. Rehab ketiga adalah menaikkan lantainya.
    Karena gereja lama sudah terasa terlalu kecil maka diupayakan pembangunan gereja baru. Pastor PME sudah mulai mengumpulkan dana dari umat, tetapi hasilnya masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dan standard keuskupan. Bisa dipahami bahwa pembangunan gereja baru macet. Namun pengurus Stasi St. Yosef Sei Sikambing pada bulan Oktober 1985 nekat meletakkan batu pertama gereja baru, untuk merangsang mengalirnya dana dari umat. Hasilnya, dana yang pada kesempatan peletakan batu pertama itu lumayan besar, hingga pembangunan gereja langsung dapat dilanjutkan di bawah pimpinan Br. Victricius van den Berg. Pada hari Kenaikan 1986, umat mulai beribadat di situ dan diberkati pada tgl 26 Juli 1987 oleh Mgr. AG Pius Datubara. Menurut prasasti yang ditempelkan di gereja ini dijelaskan bahwa gereja ini adalah gereja dedikasi. Dalam perjalanan kemudian, gereja juga mengalami perehapan. Sekitar tahun 2014 panti imam gereja tersebut digeser dari arah Tenggara ke Barat Laut. Renovasi ini diresmikan pada tgl 23 Nopember 2014 oleh P. Ambrosius Nainggolan, OFMCap yang menjadi pastor paroki pada waktu itu. Rehab ini ditangani langsung oleh P. Benyamin Purba, OFMCap sebagai pelaksana. Gereja pun menjadi lebih luas.
    Pada tanggal 21 Februari 2021 P. Fiorentius Sipayung, OFMCap meresmikan gua Maria Bunda Gereja di samping belakang kiri gereja. Dana pengadaan gua Maria ini berasal dari bantuan biro sosial propinsi Sumatera Utara dan donatur dari umat. Pula diletakkan patung St. Yosef di atas pendopo gereja pada tahun dan bulan yang sama. Patung tersebut adalah donasi dari umat sendiri. Data statistik stasi per 31 Oktober 2021 mencatatkan bahwa umat katolik di stasi ini berjumlah 380 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 1.323 orang. Umat terbagi dalam 14 lingkungan.
    Saat ini untuk menampung umat yang hadir beribadah pada hari Minggu, aula pun dipakai dengan dipasangi televisi. Bahkan pintu sayap di kiri dan kanan altar juga ikut dibuka. Tiga orang pelayan luar biasa Komuni Suci -bahkan terkadang sampai orang- turut membantu imam untuk melayankan Komuni Suci.
    Berdirinya gereja Cinta Damai dikisahkan sebagai berikut:
    Pada tahun 1961 ada 10 keluarga mengawali persekutuan umat beriman yang tinggal di sekitar jalan pasar V Cinta Damai yang dikoordinir oleh Bapak Ingan Karo Surbakti dan kawan-kawan. Pada awalnya mereka beribadah di rumah umat secara bergantian. Kemudian Pastor Opung Bornok bersama dengan Bapak Sembiring (Pemilik RSU Sembiring Delitua) membeli bangunan berdinding tepas beratap rumbia yang dijadikan menjadi Gereja dengan jumlah umat saat itu 15 KK.
    Pada tahun 1965 gereja pindah ke pasar II Cinta Damai (sekarang Jalan Pantai Timur No. 9) setelah berhasil membeli lahan berupa gedung eks pabrik kaca. Umat beribadah di tempat darurat di salah satu ruangan pabrik tersebut. Pada tahun 1970 eks pabrik dibongkar lalu dibangun gereja baru. Gereja baru ini dibangun dan diresmikan oleh Yang Mulia Uskup Agung Medan Mgr. AGP Datubara pada tahun 1973 dengan nama pelindung Santa Maria Ratu Pencinta Damai.
    Kemudian tahun 2011 dibangun Gedung Serba Guna untuk menjawab kebutuhan ruang pembinaan umat serta ruang Sekretariat Stasi. Pada tanggal 25 Desember 2011 saat Pastor Agustinus Saragih OFMCap sebagai pastor paroki St. Padre Pio, gedung serba guna tersebut diresmikan oleh Yang Mulia Uskup Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap dan sejak itu nama pelindung stasi berubah menjadi Stasi Santa Maria Ratu Rosario Cinta Damai.
    Seiring dengan pertambahan umat yang sangat pesat, telah dilakukan pemekaran 2 gereja baru yaitu Stasi Santo Petrus Purwodadi pada bulan Nopember tahun 1993 dan Stasi Santo Krispinus Viterbo Jatiyoso pada tanggal 19 September Tahun 2008.
    Menjawab tantangan pertumbuhan umat yang pesat serta tuntutan kebutuhan umat akan lahan parkir kenderaan, maka pada tahun 2014 paroki memutuskan pelayanan 2 kali misa setiap hari minggu yakni Misa I pada pukul 07.00 dan Misa II pada pukul 09.00. Namun umat yang mengikuti setiap perayaan misa semakin bertambah banyak. Akhirnya direncanakan memperbesar bangunan gereja dengan lahan parkir yang memadai. Tetapi melihat lahan dan bangunan gereja yang ada sangat terbatas tidak mungkin memperbesar bangunan gereja. Maka mulailah direncanakan relokasi gereja di lahan yang lebih luas dan bangunan gereja yang mampu menampung umat dalam setiap perayaan misa. Akan tetapi rencana tersebut tidak berjalan mulus.
    Program relokasi pertama kali dimunculkan pada tahun 2012 oleh P. Agustinus Saragih, OFMCap sebagai Pastor Paroki dan Bpk. Darwin Manalu S.Pd selaku voorhanger saat itu. Tetapi dalam rapat besar, program tersebut ditolak oleh beberapa tokoh gereja karena alasan kenangan sejarah, dan akhirnya program itu dibatalkan. Selama kurang lebih 3 tahun program relokasi berhenti. Baru pada tahun 2015 ketika P. Ambrosius Nainggolan OFMCap menjabat Pastor Paroki program itu dimunculkan kembali. Kemudian bapak Darwin Manalu, S.Pd kembali mengadakan rapat bersama yang dihadiri DPS, DPL, tokoh-tokoh umat. Dalam rapat ini disetujuilah Program Relokasi Gereja. Maka dibelilah lahan pertapakan gereja seluas 3360 m2 beralamat di Jl. Mesjid Lingkungan I Kelurahan Cinta Damai. Di lahan inilah dibangun gereja baru dengan luas bangunan; lebar 24 meter dan panjang 40 meter. Peletakan batu pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2016 oleh Uskup Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap dan P. Ambrosius Nainggolan, OFMCap. Pelaksanaan pembangunan itu sendiri dipimpin Bpk. Besly Silaen SE selaku Ketua Panitia dan bapak Ir. Toni Tarigan sebagai penanggungjawab utama pembangunan fisik serta Bpk. A. Simanungkalit sebagai penaggungjawab interior dan eksterior gereja bersama seluruh panitia pembangunan lainnya. Diperhitungkan gereja mampu menampung 1.000 umat dalam satu perayaan misa. Pembangunan fisik gereja ini berbiaya lebih dari 5 milyar tidak termasuk pembelian lahan sebesar 3.360.000.000. Ini sungguh merupakan swadaya umat. Kesatuan umat dan semangat gotong royong menjadi modal utama dalam pembangunan gereja ini. Pembangunan berlangsung lebih dari 2 tahun.
    Per 01 September 2018 P. Ambrosius Nainggolan, OFMCap digantikan oleh P. Fiorentius Sipayung, OFMCap sebagai pastor paroki. Pastor paroki yang baru ini dengan giat melanjutkan proses pembangunan gereja ini bersama panitia pembangunan. Pada akhirnya pada tanggal 02 Juni 2019, gereja baru didedikasikan oleh Yang Mulia Uskup Agung Medan Mgr. Kornelius Sipayung OFM Cap. Sejak pendedikasian ini gereja stasi Cinta Damai resmi pindah lokasi dari Jln. Pantai Timur No. 9 ke Jl. Mesjid lingkungan I kelurahan Cinta Damai. Umat stasi ini benar-benar memberi hati dan berjuang untuk pembangunan gereja ini.
    Gereja baru dibangun karena sudah merupakan kebutuhan. Gereja baru ini adalah gereja dedikasi. Itu artinya bahwa gereja ini dipakai hanya untuk kegiatan doa dan ibadah. Stasi dianimasi untuk mengkoordinir agar ada kegiatan doa setiap hari di gereja. Kelompok-kelompok kategorial ditegaskan untuk menyusun jadwal doa masing-masing pada hari tertentu setiap minggu secara bergantian. Ini juga yang melatarbelakangi agar pada hari Kamis pagi pada pukul 05.45 Wib, dirayakan misa pagi di stasi ini. Kolektenya pada awalnya dikumpulkan untuk bantuan bedah rumah beberapa keluarga umat stasi. Pada akhir tahun 2019 dimulai bedah rumah atas empat rumah keluarga. Rumah-rumah tersebut lebih dahulu diassesmen. Keempat rumah tersebut berada di pinggir rel kereta api dan benar sudah kurang layak. Gereja membantu memperbaiki rumah mereka: atap, dinding, lantai, kamar mandi, atau dapur. Program ini selesai pada awal tahun 2020 dan ditangani oleh Bpk. Tony Tarigan.
    Pada tgl 31 Mei 2019 dilakukan doa desakralisasi di gereja yang lama sesuai dengan arahan Ketua Komisi Liturgi KAM, yakni P. Emmanuel Sembiring, OFMCap. Doa ini mau menegaskan bahwa gereja lama itu tidak lagi dipakai sebagai tempat beribadah umat. Diucapkan syukur pada Tuhan atas bangunan itu yang dipakai selama ini sebagai tempat beribadah kepada Tuhan. Karena sudah ada tempat ibadah yang baru, maka tempat ibadah lama ini tidak dipakai lagi dan dapat difungsikan sebagai tempat kegiatan-kegiatan profan. Per 31 Oktober 2021 jumlah umat di stasi ini sebanyak 459 KK dengan jiwa sebanyak 1.701 orang yang tersebar dalam 17 lingkungan.
    Sejarah gereja Stasi St. Paulus Helvetia adalah sebagai berikut:
    Sejarah yang tertulis di sini bersumber pada sejarah singkat Stasi Santo Paulus Helvetia yang ditulis dalam rangka perayaan pesta pelindung St. Paulus pada tgl 29 Juni 2016 yang puncaknya dirayakan pada tgl 03 Juli 2016. Pada waktu itu adalah perayaan pesta pelindung pertama kali sejak berdiri stasi St. Paulus ini.
    Sekitar tahun 1970-an di daerah Helvetia sudah ada kira-kira 30 keluarga umat Katolik yang terpencar di berbagai titik. Secara administratif Helvetia pada saat itu masih tergabung ke dalam Kabupaten Deli Serdang. Untuk mengikuti ibadat atau perayaan Ekaristi, umat Katolik tersebut setiap Minggu terpaksa harus pergi jauh-jauh ke Gereja terdekat. Waktu itu gereja terdekat adalah gereja St. Yosef Sei Sikambing atau kadang ke gereja paroki, yakni Hayam Wuruk.
    Seiring dengan pertumbuhan umat yang semakin banyak dan jarak antara tempat tinggal beberapa umat orang umat, tercetuslah keinginan untuk membangun tempat ibadat atau gereja agar umat Katolik yang berdomisili di daerah Helvetia dapat beribadat dan merayakan Ekaristi setiap Minggu.
    Sebagai penggagas pertama untuk pendirian rumah ibadat ini adalah antara lain Bpk. GW. Sitohang dan Bpk. G. Simanjorang (keduanya telah almarhum). Bersama dengan beberapa umat, mereka bergotong royong mendirikan sebuah rumah ibadat. Puji Tuhan salah seorang umat, Bpk. Atok Serang, dengan ikhlas menghibahkan sebidang tanah berukuran 12 m x 20 m yang terletak di Pasar 2 (Jalan Karya), di pinggir Jalan Ringroad yang sekarang.
    Ketika itu pastor yang melayani umat di Gereja Helvetia datang dari Hayam Wuruk. Namun sejak tahun 1976, seiring dengan makin pesatnya jumlah pertumbuhan umat, maka pelayanan kepada umat di Gereja Helvetia diserahkan kepada pastor-pastor dari Tarekat PME (yang berasal dari Kanada), yang ketika itu berdomisili di Sei Sikambing, antara lain Pastor Martin, Pastor Marchel, Pastor Gregory, Pastor Bertrand, Pastor Jhon, Pastor Raymond, dan Pastor Colombus.
    Melihat jumlah umat yang sudah semakin banyak, maka pada tahun 1980, Pastor Bertrand dan Pastor Marschel berencana membangun gereja baru. Ketika itu Perum Perumnas menyediakan lahan (pertapakan) untuk lokasi gereja. Lahan untuk lokasi gereja ini sebenarnya cukup luas, karena waktu itu Bpk. Cosmas Batubara menjabat sebagai Menteri Perumahan Rakyat. Namun umat kita tidak segera memanfaatkan kesempatan itu. Akibatnya, sebagian lokasi itu ada denominasi (sekte) lain terlebih dahulu membangun tempat ibadat. Baru sesudah itu umat Katolik tergerak untuk membangun gereja di lokasi yang sekarang Jl. Kemuning Raya No. 1 Helvetia.
    Panitia pembangunan gereja di Jl. Kemuning Raya dimotori oleh 3 orang tokoh, yakni Bpk. BL. Samosir sebagai ketua, kemudian Bpk. AJ. Sihotang sebagai sekretaris, dan Bpk. G. Simanjorang sebagai bendahara. Pada tahun 1982 akhirnya gereja ini pun selesai dibangun. Yang Mulia Uskup Agung Medan, ketika itu Mgr. AG. Pius Datubara, didampingi oleh Pastor Bertrand PME, berkenan memberkati dan meresmikan gereja Katolik di Perumnas Helvetia dengan pelindung Santo Paulus Rasul.
    Pada awalnya gereja Stasi St. Paulus (dan stasi-stasi lain) menginduk ke paroki Hayam Wuruk Medan, kemudian menjadi bagian dari Paroki Tristasi yang terdiri dari Stasi St. Yosef Sei Sikambing, Stasi St. Paulus Helvetia dan Stasi Cinta Damai.
    Per bulan Juni 2019 di stasi ini dimulai misa harian pada setiap hari Rabu. Keputusan ini diambil atas permohonan stasi kepada pastor paroki yang per 01 September 2018 dipegang oleh P. Fiorentius Sipayung, OFMCap. Selanjutnya pada tgl 07 Maret 2021 pastor paroki yang sama meresmikan gua Maria Bunda Allah di stasi ini dengan harapan agar umat lebih berdevosi kepada Bunda Maria.
    Saat ini ada 15 lingkungan di Stasi St. Paulus Helvetia ini. Menurut data statistik per 31 Oktober 2021 yang dilaporkan dalam rapat paripurna paroki pada Desember 2021, jumlah umat di stasi ini sebanyak 480 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 1.634 orang.
    Tiga stasi tersebut di atas sangat melekat para proses berdirinya paroki baru di pinggiran kota Medan, yakni Paroki Tristasi. Kisah perjalanannya demikian:
    Pada suatu waktu dibentuklah Paroki Luar Kota yang mencakup Sei Sikambing, Cinta Damai, Binjai, Aceh, Lubuk Pakam, Delitua, dan Belawan. Yang melayani adalah Pastor Oppung Bornok seorang Pastor Kapusin. Kemudian Paroki ini diserahterimakan kepada Pastor PME yang tinggal di Sei Sikambing dengan Pastor Kepala Paroki adalah Pastor Martin PME. Pelayanan Pastor PME menitikberatkan pada pembinaan para pengurus dengan mengadakan sermon dengan lokasi yang berpindah-pindah. Setelah Pastor PME kembali ke Kanada kemudian digantikan oleh Pastor Vinansius Deo, OFM Cap. Saat itulah diprakarsai pembangunan gereja di Helvetia. Pastor Vinansius Deo memprakarsai pembangunan gereja baru di Sei Sikambing pada tahun 1984. Pembangunannya diselesaikan oleh Pastor Johanes Veldkamp pada tahun 1987. Di saat yang bersamaan gereja Helvetia juga sedang dibangun oleh Perumnas.
    Pada tanggal 1 Januari 1985, P. Johanes Veldkamp memulai pelayanannya, walaupun beliau juga menjabat Ekonom KAM. Menurut penuturannya, ketiga stasi cukup berbeda satu sama lain. Stasi St. Yosef, Sei Sikambing merupakan stasi paling tua, persatuan dan kesatuan antara umat perintis dan umat yang datang kemudian masih terus diperjuangkan.
    Setelah gereja baru di Jln. Kemuning Raya, Perumnas Helvetia dibangun, jumlah umat bertambah pesat. Mereka datang dari segala penjuru dan dari segala suku serta pekerjaan. Rasa kesatuan dan kebersamaan umat masih rendah. Stasi St. Maria Cinta Damai terdiri dari pelbagai suku, yang kadangkala menjadi pemicu keretakan relasi antar pribadi. Lagi, masa bakti para petugas belumlah diatur dengan periodisasi. Para pengurus memang menjalankan tugas dengan kehendak baik (dengan keterbatasan pengetahuan agama dan keterampilan pastoral ala kadarnya). Otomatis, kalau orang terlalu lama dalam posisi tertentu, bisa tidak berubah baik dalam pelayanan dan dalam pembaharuan.
    Maka pertama-tama Pastor Veldkamp mulai menjajaki dan melaksanakan periodisasi pengurus. Syukurlah, pemilihan itu tidak menimbulkan masalah dan pengurus baru didukung oleh pengurus lama dan umat.
    Walaupun ketiga stasi ini (St. Yosef Sei Sikambing, St. Maria Cinta Damai dan St. Paulus Helvetia) semakin menyatu dan membentuk satu paroki, tetapi secara administratif masih tercatat di dua paroki. Data Permandian dan perkawinan masih dicatat di dua paroki Induk (Katedral dan St. Antonius Hayam Wuruk). Maka, Pastor Paroki memohon kepada Keuskupan agar ketiga stasi itu dimekarkan menjadi paroki tersendiri. Hal itu dikabulkan tahun 1988. Karena mudika sudah dua kali mengadakan Tristasi-Cup, maka nama paroki baru itu pun ditabalkan menjadi “Tristasi”. “Saya tidak ingin satu gereja disebut gereja induk dan kedua yang lain gereja stasi”, dalih Pastor Veldkamp waktu itu. Dengan semangat itu dibentuklah Dewan Paroki, dimana ketiga stasi terwakili. Pada bulan Oktober 1988, Paroki Tristasi disahkan dan Dewan Paroki pun dilantik.
    Paroki Tristasi ini berada di pinggiran kota Medan. Dengan bertambahnya penduduk, bertambah juga jumlah umat Katolik. Tahun 1985 jumlah umat Katolik berkisar 3.500 orang, tahun 1994 sudah sekitar 6.500 orang. Pada Tahun 1993 satu stasi lagi bertambah yakni St. Petrus, Purwodadi yang merupakan pemekaran dari Stasi St. Maria Cinta Damai. Pada waktu itu sudah dibeli juga tanah di Sukadono, untuk persiapan pembangunan Gereja St. Yakobus, Sukadono, yang merupakan pemekaran dari Stasi St. Paulus Helvetia.
    Pastor Veldkamp melayani paroki hanya hari Sabtu sore dan Hari Minggu. Selain untuk merayakan sakramen, beliau memberikan banyak perhatian kepada Dewan Paroki dan pengurus stasi: di tangan merekalah kehidupan paroki. Selain itu juga diberi perhatian khusus kepada Mudika, di antaranya mendukung Tristasi Cup, Rawil Cup, piknik rohani ke Berastagi, dll.
    Walau beliau dengan senang hati melayani umat Paroki Tristasi, semua tugas di Keuskupan mulai mengatasi kemampuannya. Lagi pula rasanya perlu seorang pastor yang purnawaktu melayani paroki yang begitu pesat berkembang. Karena itu beliau memohonkan ke Bapa Uskup agar melepaskannya dari tugas sebagai pastor yang purnawaktu di paroki Tristasi. Maka, mulai bulan Juli 1994 beliau digantikan oleh P. Jan Van Maurik.
    Dari tahun 1995 sampai dengan 1998, P. Jan van Maurik tinggal di luar wilayah paroki (di pastoran Hayam Wuruk). Pada waktu itu pula diserahkan tugas kepadanya untuk mengawasi pembangunan baru biara Kapusin dengan fasilitas/kantor dan aula yang dapat dipakai oleh Paroki Tristasi. Pembangunan kantor paroki dan aula merupakan ‘kemurahan hati’ Ordo Kapusin Propinsi Medan untuk mendukung perkembangan Paroki Tristasi.
    Sebelum pembangunan biara tersebut, beberapa saudara kapusin menyewa sebuah rumah di Jln. Pembangunan, gang Dame Helvetia. Di sana pastor paroki ditemani oleh P. Benyamin A.C. Purba (direktur utama PT. Bina Media Perintis pada waktu itu), dan P. Augustinus Yew. Mereka tinggal di tengah umat, tidak terasing dari masyarakat.
    Waktu P. Veldkamp menyerahkan reksa pastoral paroki Tristasi (1994) kepada P. Jan van Maurik, stasi baru St. Petrus Purwodadi (1990) sudah ada. Stasi ini merupakan pemekaran dari Stasi Santa Maria Cinta Damai. Walaupun stasinya sudah empat, namun nama paroki tetap masih dipertahankan, karena nama itu menyatakan suatu pandangan. Waktu gereja Stasi St. Jakobus didirikan (nomor 5), nama paroki juga tetap masih Tristasi. Menurut informasi stasi ini pemekaran dari Stasi St. Paulus Helvetia. Gereja stasi ini diresmikan pada tgl 03 Nopember 2002 oleh Vikjen KAM, P. Paulinus M. Simbolon, OFMCap.
    Salah satu segi yang menarik dari Paroki Tristasi pada waktu itu ialah tersedianya SDM yang kaya. Itu terasa di segala bidang, mulai dari personalia Dewan Paroki. Selalu ada tukar-menukar pikiran di antara pastor dan para anggota Dewan Paroki. Pastor sangat dihormati dalam pendapatnya, tetapi untunglah, para Dewan Paroki juga tidak tinggal diam. Dan beberapa anggota bahkan memberikan sumbangsihnya dalam pengembangan pikiran Dewan Paroki di tingkat KAM.
    Kekayaan SDM ini bukan hanya nampak di Dewan Paroki. Pimpinan stasi-stasi masing-masing tetap cukup mantap sehingga sangat meringankan beban kerja pastor paroki. Berkat SDM yang kaya itu juga tidak terlalu sulit untuk mendirikan suatu Perkumpulan Simpan Pinjam dengan sisipan kata “Mandiri”. Karena itu dengan harapan umat tidak perlu lagi pinjam uang kepada pastor atau paroki. Umat sendiri sanggup menyediakannya melalui koperasi. Alangkah baik jika pastornya tetap ikut serta di dalamnya untuk mendampingi karya teman-teman pengurus.
    Walaupun dari tahun ke tahun jumlah umat berkembang (dan dengan itu juga jumlah stasi), namun pastor paroki masih menyisihkan waktu untuk tugas-tugas non-parokial, seperti menjadi anggota Yayasan St. Thomas, moderator dari Kumpulan Warakawuri St. Monika KAM. Ada juga waktu untuk mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan, mengunjungi orang-orang sakit, dan menemani organisasi Pasukris. Pastor Hubert Tamba memulai kegiatan itu ketika untuk sementara waktu beliau menggantikan Pastor Veldkamp (Juli 1994-Februari 1995) yang menjalani cuti ke Belanda.
    Selanjutnya adalah Sejarah Gereja Santo Yakobus Rasul-Sukadono
    Perasaan mencintai imannya dalam gereja Katolik dari tempat kampung halamannya telah terpatri kuat di lubuk hati yang paling dalam dari umat yang merantau di sekitaran penduduk yang berdomisili di Helvetia Medan sampai ke Sukadono. Umat mencari gereja katolik yang lebih dekat dengan tempat domisili umat, sehingga umat yang tinggal di daerah Sukadono pada saat ini memilih gereja Katolik di stasi St.Paulus Helvetia Medan. Dan hal ini berlangsung setelah sekian tahun yang mengakibatkan terjadinya pertambahan umat di stasi tersebut. Pelaksanaan peribadatan dan perayaan Ekristi tidak tertampung lagi.Hal ini mengakibatkan Para pimpinan gereja, dan perwakilan umat di stasi bersama Pastor paroki (pada saat itu P.Yan van Maurik,OFMCap sebagai pastor paroki) melalui rapat-rapat memutuskan pendirian gereja baru di daerah Sukadono.
    Jumlah umat yang sudah terdaftar pada saat itu di stasi St.Paulus Helvetia Medan yang bertempat tinggal di daerah Sukadono adalah 120 kepala keluarga, dengan latar belakang petani, ternak, tukang bangunan, tukang becak dan pegawai negeri. Inilah dasar pemikiran pendirian gereja yang baru sekitar tahun 2001.
    Berkat kerjasa sama yang baik dari panitia pembangunan gereja yang terbentuk pada saat itu dengan umat, ditambah lagi kegigihan dari Pastor Yan van Maurik mencari dana ke negeri Belanda akhirnya gereja ini selesai dibangun di tempat yang lumayan luas ditempat yang sekarang, Jl. Gereja Jaitun ujung, Sukadono desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. 20351
    Adapun hari yang bersejarah pemberkatan gereja Stasi yang baru adalah Minggu, 3 Nopember 2002 oleh Yang Mulia Keuskupan Agung Medan (pada saat itu Uskup Agung di KAM adalah Mgr.A.G.P. Datubara, OFM.Cap) yang diwakilkan kepada Vikjen KAM, P. Paulinus Simbolon,OFMCap. Dengan nama Stasi St.Yakobus Rasul Sukadono.
    Peralihan pastor paroki dari P.Yan van Maurik (yang lama) ke P.Ignasius Simbolon,OFMCap (yang baru) telah terjadi saat itu. Maka tugas pastor yang baru adalah menyusun para pengurus Badan Pengurus Harian yang baru periode 2002 – 2004. Jumlah lingkungan yang ada pada saat itu hanya ada 2 lingkungan yaitu lingkungan St.Yakobus dan lingkungan St. Mikael.
    Pada tahun 2005 berdiri Biara Susteran SCMM di Sukadono. Hadirnya biara ini membuat umat semakin semangat dalam menggereja.
    Pertambahan umat juga terjadi pada saat itu menjadi 172 Kepala Keluarga (sesuai Laporan Stasi St.Yakobus Sukadono 23 Januari 2004 kepada Dewan Paroki Tri Stasi), maka pemekaran lingkungan akhirnya harus dilakukan menjadi 4 lingkungan yaitu:
    1. Lingkungan St.Mikael
    2. Lingkungan St.Antonius
    3. Lingkungan St.Petrus
    4. Lingkungan St.Karolus
    Di tingkat paroki terjadi perubahan nama Paroki dari Tri Stasi menjadi Paroki Helvetia dengan nama Pelindung Santo Padre Pio dari Pietrelcina sesuai Surat Keputusan Bapak Uskup Keuskupan Agung Medan (Mgr. Anicetus Bongsu A.Sinaga sebagai Uskup Agung Koajutor Medan) No.329/GP/KA/2004 Tentang perubahan nama Paroki, tanggal 6 Juli 2004.
    Dalam perjalanan waktu, masa pelayanan kepengurusan Badan Pengurus Harian yang lama akhirnya berakhir dan pada saat Paripurna Stasi terpilih kepengurusan yang baru di stasi St.Yakobus Rasul untuk Periode 2007 – 2010. Adapun pastor Paroki masih P. Ignasius Simbolon, OFMCap.
    Seiring dengan perjalanan waktu terjadi pertambahan umat, sehingga perlu dilakukan pemekaran demi efektifnya pelayanan di lingkungan dan terjadilah pertambahan lingkungan menjadi 8 lingkungan antara lain:
    1. Lingkungan St.Mikael
    2. Lingkungan St.Antonius
    3. Lingkungan St.Karolus
    4. Lingkungan St.Petrus
    5. Lingkungan St. Yosep (pemekaran dari lingkungan St.Mikael)
    6. Lingkungan St.Andreas (pemekaran dari lingkungan St.Antonius)
    7. Lingkungan St.Yohanes (pemekaran dari lingkungan St.Karolus)
    8. Lingkungan St.Fransiskus (pemekaran dari lingkungan St.Petrus)
    Sesuai Kebijakan Sistem Menejemen Keuskupan Agung Medan terjadi perubahan nomen klatur dari Dewan Stasi menjadi Dewan Pastoral Stasi (DPS) dimana diharapkan penekanannya kepada pelayanan umat. Keadaan jumlah umat sesuai hasil Rapat Paripurna Stasi pada saat itu sudah ada 233 kepala keluarga jumlah umat 1177 orang.
    Ditengah perjalanan waktu tahun 2013 Bpk.wakil Ketua Dewan Pastoral Stasi: Bpk.Drs.Lasman Manurung meninggal dunia dalam perjalanan ke Pematang siantar. Maka untuk mengisi kekosongan jabatan oleh Pastor Paroki yang baru P.Harold Harianja, OFMCap memutuskan pergantian susunan pengurus pada tingkat Dewan Pastoral Stasi sesuai Surat Keputusan DPP Padre Pio No. 10/DPP-PP/III/013. Bpk Drs.Suwardi Munthe,M.Si bergeser menjadi Wakil Ketua DPS sedangkan Sekretaris Stasi adalah Bpk. Sutrisno Perangin-angin (merangkap Ketua Lingkungan St. Antonius) untuk menambah sekretaris yang sudah ada.
    Untuk pelayanan umum khususnya sosial dalam tingkat stasi telah terbentuk Serikat Tolong Menolong (STM) Maria Bunda Berbelas kasih pada tanggal 9 Mei 2010. Pada awalnya tidak semua umat yang masuk jadi anggota.
    Sesuai kebijakan dari team Seksi Liturgi Paroki Padre Pio yang diketuai oleh P.Benyamin Purba, OFMCap (pada saat itu Pastor Paroki P.Harold Harianja, OFM.Cap) telah ditetapkan tentang nama dan tanggal pelindung di stasi St.Yakobus Rasul.
    Dari tahun 2010 sampai dengan 2015 jumlah lingkungan di stasi ini sudah menjadi 9 lingkungan. Yaitu pada saat lingkungan St.Mikael mengadakan perayaan pesta pelindung lingkungan pada tanggal 17 Maret 2014 sudah dimulai pembicaraan untuk melakukan pemekaran lingkungan yang baru di daerah garapan Germania, hal ini mengingat jumlah umat yang datang dari luar yang ingin bertempat tinggal di tempat tersebut. Maka pada tanggal 26 Maret 2014 resmi berdiri lingkungan yang baru yaitu Lingkungan St.Patrick di Germania.
    Setelah habis kepengurusan yang lama, maka DPP Paroki menetapkan Kepengurusan yang Baru di stasi St.Yakobus Rasul untuk masa periode 2015 – 2019 dengan susunan sebagai berikut:
    Ketua Dewan Pastoral Stasi : Drs. Gaudency Mega Tony Ganda Rajagukguk
    Wakil Ketua : Drs. Suwardi Munthe,M.Si,
                            Raja jembang Ujung, S.H
    Sekretaris : Kloster Nainggolan, S.P,
                         Fransiskus Sitorus, S.T
    Bendahara : Philemon Lumban Siantar,
                          Edison Gultom
    Pastor Paroki : P. Ambrosius Nainggolan, OFMCap
    Mengingat jumlah umat di lingkungan St. Antonius yang semakin banyak, terlebih-lebih karena umat yang tinggal di tanah garapan di sekitar Sedawu yang jaraknya agak jauh dari umat yang tinggal di sekitar Jalan Lembaga Pemasyarakatan maka oleh P. Ambrosius Nainggolan,OFM.Cap dengan DPP dan DPS memikirkan perlu pemekaran lingkungan. Maka pada tanggal 7 Februari 2018 diresmikanlah Lingkungan St. Maria.
    Pertambahan umat di daerah garapan Germania semakin hari makin banyak, maka oleh pastor Paroki saat itu menyuruh umat mencari tanah yang cocok dibangun Gedung Bina Iman. Oleh salah satu umat dari Stasi St.Paulus Helvetia (Bpk Gurning atas nama istrinya Sartika Pane)di berikanlah tanah pertapakan dengan cuma-cuma. Maka oleh semangat umat disana dan dukungan pastor paroki terjadilah peletakan batu pertamanya tanggal 4 Desember 2018. Dan setelah selesai dibangun barulah diresmikan Gedung Bina Iman yang baru disana tanggal 7 September 2019 oleh pastor paroki yang baru P. Fiorentius Sipayung dan pastor rekan P. Anselmus Mahulae, OFMCap dan P. Albinus Ginting, OFMCap.
    Di akhir masa jabatan kepengurusan, telah terjadi periodisasi Dewan Pastoral Stasi demi pelayanan yang lebih efektif dan efisien serta memenuhi secara bersama-sama dan terkoordinasi kepentingan dan kebutuhan serta kebijaksanaan dala melayani dan penggembalaan yang aktif dan merata bagi seluruh umat maka DPP Paroki Padre Pio membuat surat Keputusan No.0077/P-012/MH/II/2020, tanggal 16 Februari 2020, masa periode 2020 – 2025 dengan susunan sebagai berikut:
    Ketua Dewan Pastoral Stasi : Sutrisno Perangin-angin
    Wakil ketua : Jonter Sihombing, SKM
    Sekretaris : Drs.Suwardi Munthe, M.Si
                         Riston Hasugian
    Bendahara : Lentina br Karo, S.Pd
    Pastor Paroki : P.Fiorentius Sipayung,OFMCap
    Lingkungan St.Paulus adalah pemekaran dari lingkungan St. Patrick yang berada di tanah garapan Germania. Inilah nanti pemikiran dari P. Ambrosius Nainggolan,OFMCap mendirikan Gedung Bina Iman disana. Lingkungan St. Paulus berdiri tanggal 19 Februari 2020.
    Cikal Bakal Pembangunan Gereja yang Baru di Sukadono
    Seiring dengan pertambahan umat yang terus terjadi di stasi ini, memerlukan pelayanan yang lebih banyak lagi seperti sekolah Minggu buat anak-anak, rapat-rapat, perayaan natal dan paskah bagi anak remaja dan muda-mudi serta kegiatan lain yang tak mungkin lagi dilakukan di gereja, maka terpikir oleh pengurus gereja dan Pastor Paroki P. Ambrosius Nainggolan, OFM.Cap melalui rapat-rapat di stasi dan di paroki diputuskan bersama bahwa perlu dibuat Kepanitian Pembangunan Gedung Bina Iman dan akhirnya sampai kepada pelantikan kepanitiaan di stasi. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2017. Namun di tengah berjalannya waktu dalam tahap pembangunannya terjadi pengalihan, dari Pembangunan Gedung Bina Iman menjadi Gedung Gereja Baru.
    Hal ini terjadi berdasarkan Statistik umat pada tahun 2019 pada Rapat Paripurna Stasi St.Yakobus telah mencapai 335 Kepala Keluarga dengan jumlah total umat sebanyak 1.447 orang. Perkembangan umat yang sedemikian pesat di stasi ini dibandingkan dengan daya tampung gereja pada saat itu yang hanya dapat menampung 500 orang umat sudah tidak memadai lagi. Maka sesuai Keputusan Dewan Pengurus Stasi dan Dewan Pengurus Paroki St.Padre Pio bahwa perlu diadakan Pembangunan Gereja yang lebih besar lagi sehingga dapat menampung umat lebih banyak pada saat ibadah.
    Atas dasar inilah, maka pada tanggal 21 Februari 2020 Dewan Pastoral Stasi (DPS) St.Yakobus Rasul dan Dewan Pastoral Paroki mengadakan rapat pembentukan Panitia Pembangunan Gereja di stasi Sukadono, dan pada tanggal 20 september 2020 oleh Pastor Paroki yang baru P.Fiorentius Sipayung, OFM.Cap telah dilantik Panitia Pembangunan Gereja St.Yakobus Rasul disaksikan oleh semua umat.
    Sampai saat ini tahun 2022, gereja masih dalam tahap pembangunan dan masih tahap pencarian dana baik dari umat stasi sendiri, paroki, antar paroki yang dilayani Pastor Kapusin seperti Paroki St. Petrus Medan Timur dan Paroki St.Antonius Hyam Wuruk Medan, para donatur, termasuk instansi swasta dan pemerintahan, bahkan dari umat di luar Gereja Katolik (umat gereja HKBP).
    Sejarah pertumbuhan dan perkembangan umat di stasi St. Yakobus Sukadono akan bertambah lagi dari apa yang ditulis ini kedepan untuk menyempurnakan karya Allah di daerah ini. Oleh karena keterbatasan waktu dan sumber hanya inilah yan bisa saya tuliskan semoga berkenan. Demikian dituliskan oleh Sekretaris Stasi St. Yakobus Rasul Sukadono, 10 Mei 2022.
    Sejauh ini jumlah umat di paroki Padre Pio berdasarkan data pada paripurna pada bulan Desember 2021 adalah 2218 KK dengan jumlah jiwa 8266. Itu adalah data faktual umat berdasarkan laporan dari setiap lingkungan. Menurut data BIDUK pencapaian pendataan untuk jumlah Kepala keluarga sampai saat ini adalah 98 persen dan pendataan jiwa adalah 99 persen. Masih ada 2 dan 1 persen lagi yang belum beres. Hal seperti ini terjadi karena ada umat yang memang tidak lengkap data-data atau dokumen-dokumen kegerejaannya. Sudah berulangkali diminta dan disampaikan namun belum beres. Dari jumlah umat yang disebutkan di atas pasti tidak semua lagi berada di wilayah paroki ini sekarang ini.
    Dari sekian jiwa umat, generasi muda sangat mayoritas. Demikian pada umumnya menurut data dari stasi-stasi. Usia anak-anak, remaja, sampai OMK cukup mendominasi. Persentasinya bahkan mencapai 40 persen. Dan jika ditambahkan dengan jumlah orang dewasa yang masih muda, maka umat di paroki ini didominasi oleh kaum muda dari generasi X sampai Z dengan persentase lebih dari 60 persen. Dengan demikian dirasa sangat penting untuk mengembangkan aspek pewartaan iman.
    Nama Stasi dan Lingkungan
    1. Stasi St. Yosef Sei Sikambing
      Stasi ini beralamat di Jalan Gatot Subroto Gg. Harapan No. 6 Kelurahan Sei Sikambing C. Medan dengan pelindung Santo Yosef yang dirayakan setiap tanggal 19 Maret. Dengan jumlah umat tahun 2021 sebanyak 1323 orang terdiri dari 380 KK. Stasi ini terdiri dari 14 Lingkungan yakni Lingkungan St. Agustinus, St. Stefanus, St. Paulus, St. Yohanes, St Yakobus, St. Markus, Sta. Maria, Sta. Theresia, St. Antonius, Sta. Elisabeth, St. Fransiskus, St. Andreas, St. Thomas dan St. Matius. 
    2. Stasi Sta. Maria Ratu Rosario Cinta Damai
      Stasi ini beralamat di Jalan Mesjid Lingkungan I Kelurahan Cinta Damai Medan dengan Pelindung Santa Maria Ratu Rosario yang dirayakan setiap tanggal 7 Oktober. Pada tahun 2021 jumlah umat: 1701 orang dengan 459 KK.
      Stasi ini terdiri dari 17 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Andrea Rasul, Sta. Anna, Sta Elisabeth, St. Gregorius, St. Ignatius, St. Yakobus, St. Yohanes Pembaptis, St. Katarina, Sta. Lusia, Sta. Maria, St. Mikael, St. Paulus, St. Petrus, Sta. Theresia, St. Thomas, St. Yosef, dan Sta. Veronika. 
    3. Stasi St. Paulus Helvetia
      Stasi ini beralamat di jalan Matahari Raya no 47 Helvetia Medan. Nama pelindung Santo Paulus yang dirayakan setiap tanggal 29 Juni. Pada tahun 2021 jumlah umat: 1634 orang dengan 480 KK.
      Stasi ini terdiri dari 15 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Agustinus, Sta Anna, Sta Agatha, Sta Agnes, St Bonaventura, Sta Elisabeth, Sta Fransiska, St Fransiskus, St Ignatius, St Gregorius, St Mikael, Sta Maria, St Paulus, St Petrus, St Rafael. 
    4. Stasi St. Petrus Purwodadi
      Stasi ini beralamat di Jalan Gereja No. 1 Kelurahan Purwodadi. Nama Pelindung Santo Petrus yang dirayakan setiap tanggal 29 Juni. Jumlah umat pada tahun 2021: 959 orang dengan 236 KK. Stasi ini terdiri dari 9 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Ignatius, St. Agustinus, St. Yosef, Sta. Lusia, St. Yohanes Pembabtis, Sta. Cecilia, St. Fransiskus Asisi, Sta. Maria, St. Philippus Neri. 
    5. Stasi St Yakobus Rasul Sukadono Stasi ini beralamat di Jalan Gereja Zaitun desa Tanjung Gusta. Nama pelindung stasi ini Santo Yakobus Rasul yang dirayakan setiap tanggal 3 Mei. Pada tahun 2021 jumlah umat sebanyak 1372 orang dengan 330 KK.
      Stasi ini terdiri dari 11 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Andreas Rasul, St. Antonius Padua, St. Karolus, Sta. Maria, St. Mikael, St. Fransiskus Asisi, St. Paulus, St. Petrik, St. Petrus, St. Yohanes Rasul, dan St. Yosef. 
    6. Stasi Santo Krispinus Viterbo Jatiyoso
      Stasi ini beralamat di Jalan Puskesmas lingkungan 11 Kelurahan Jatiyoso Kecamatan Sunggal. Nama pelindung Stasi adalah Santo Krispinus Viterbo yang dirayakan setiap tanggal 19 Mei. Pada tahun 2021 jumlah umat sebanyak 385 orang dengan 112 KK.
      Stasi ini sekarang terdiri atas 5 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Antonius, Sta. Maria Bunda Pertolongan Abadi, St. Stefanus, St. Yosef, dan Santo Yohanes Paulus II. 
    7. Stasi Santa Clara Asisi
      Stasi ini beralamat di jalan Pringgan Desa Helvetia. Nama Pelindung adalah Santa Clara Asisi yang dirayakan setiap tanggal 11 Agustus. Pada tahun 2021 jumlah umat sebanyak 892 orang dengan 221 KK.
      Stasi ini terdiri dari 8 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Andreas Rasul, St. Antonius Padua, Sta. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, St. Philippus Rasul, St. Yohanes Don Bosco, Sta. Maria, Sta. Elisabeth Hungaria, dan St Yosef. 
    Kehadiran Komunitas Religius
    Di wilayah paroki Padre Pio ini terdapat empat komunitas religius, yakni: Komunitas Ordo Kapusin Propinsi Medan di Helvetia, Dua komunitas Kongregasi SCMM (Sukadono dan Sei Sikambing), dan satu komunitas Kongregasi DSA di Stasi Santo Petrus Purwodadi.
    Komunitas-komunitas ini mempunyai bentuk-bentuk kehadiran di tengah umat stasi dan lingkungan. Mereka terlibat dalam kegiatan menjemaat.
    Komunitas Pendidikan di Sekitar Paroki
    Pendidikan katolik di wilayah paroki ini tidak banyak namun ada, yakni TK, SD Santo Thomas di Sei Sikambing dan SMP serta SMA Santo Thomas yang terletak di Jl. Banteng Sei Sikambing. Selain itu ada juga sekolah swasta pribadi namun memakai ciri khas Katolik, yakni Sekolah Mariana dan Sekolah St. Ignatius yang terletak di wilayah Stasi Santa Maria-Cinta Damai. Jumlah anak-anak dari paroki ini yang bersekolah di sekolah-sekolah itu banyak namun jika dibandingkan dengan anak-anak katolik yang bersekolah di sekolah-sekolah non katolik jauh lebih banyak. Dan mereka tidak mempunyai guru agama Katolik yang mengajarkan iman Katolik kepada mereka.
    PENUTUP
    Demikian sejarah paroki Santo Padre Pio Helvetia Medan. Sejarah ini tentu jauh dari sempurna dalam arti tidak menuliskan semua data historis yang terjadi karena belum menjadi kebiasaan dulunya untuk menuliskan suatu peristiwa dengan baik. Kesulitan itu dirasakan pada saat mengumpulkan data-data ini. Namun demikian, sejarah ini sudah cukup mewakili dan menjelaskan secara historis terbentuknya Paroki Santo Padre Pio.
    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Kisaran

    Pelindung

    :

    Sakramen Mahakudus

    Buku Paroki

    :

    Sejak 1968. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Tanjung Balai

    Alamat

    :

    Jl. Hamka 6C, Kec. Kisaran Barat, Kab. Asahan – 21216

    Telp.

    :

    +62 81265302211

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    1.067 / 4.134 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    23

    01. Bangun Sari
    02. Bangun Silau
    03. Binjei Baru
    04. Desa Gajah
    05. Gunung Santi
    06. Hessa
    07. Kampung Baru
    08. Kampung Saragih
    09. Panggualan
    10. Pardomuan
    11. Pematang Pao
    12. Rawang II
    13. Rawang VII
    14. Sei Bejangkar
    15. Sei Lama
    16. Sei Mentaram
    17. Sei Sikasim
    18. Serdang II
    19. Silau Laut
    20. Silau Maraja
    21. Sionggang
    22. Sudi Makmur
    23. Tinjowan

    RP. Antonius Manik, O.Carm

    15.01.'73

    Parochus

    RP. Lukas Joko Prasetyo, O.Carm

    28.12.‘71

    Vikaris Parokial

    Jadwal Misa

    Harian : 18.00 WIB (Selasa, Rabu, Jumat, Sabtu)
    Jumat Pertama : 18.00 WIB
    Minggu : 07.30 WIB

    Sejarah Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran

    1. Berawal di Kompleks HAPAM UNI ROYAL USP 1957
    Masuknya iman Katolik di Kisaran bermula dari kompleks HAPAM Uni Royal USP tahun 1957, perusahaan perkebunan karet milik Belanda. Untuk pelayanan rohani karyawan yang beragama Katolik, oleh perusahaan disediakan, salah satu ruangan menjadi gereja, dengan nama Santo Matias. Gereja ini juga terbuka untuk orang Katolik yang tinggal dekat kompleks tersebut. Misa diberikan oleh pastor dari Paroki Tanjung Balai sekali atau dua kali sebulan. Para pastor tsb: P. Arthur Jansen OFM Cap, P. Ezecchiel Vergest OFM Cap dan P. L. Renders OFM Cap.

    Untuk memperlancar pelayanan rohani umat dibentuklah Dewan Gereja yaitu:
    M.J. Tampubolon, S.T.K. Silitonga dan Chan Kimpoi (bendahara), B. Eduard Sinaga dan P.V. Rumahorbo. Setiap hari minggu gereja sudah dibuka dengan 2 x ibadat sabda dan 2 x perayaan misa tiap bulan.

    2. Persiapan Menuju Paroki (1966 sd 1968)
    Pertumbuhan orang Katolik bertambah secara sporadis di Kisaran. Karena itu supaya letak gereja strategis bagi umat Katolik yang sudah mulai bermukim di Kisaran, P. Ezecchiel Vergest OFM Cap pada tahun 1966, memindahkan gereja dari kompleks HAPAM ke Jl. dr. Mansur. Pada tahun 1967, P. Dewirt OFM Cap dan P. Pennock OFM Cap juga berhasil membeli tanah di Jl Hamka, Kisaran. Sementara pembangunan gereja berlangsung ibadat dilakukan di kapel Susteran Gita Surya KSFL, yang juga baru dibeli keluarga Tionghoa. Dewan Gereja disempurnakan yaitu: Vorhanger: B. Eduar Sinaga; Ketua Pembangunan: M.J. Tampubolon, Wakil Ketua : P.V. Rumahorbo; Bendahara: Chan Kimpoi dan Robert Chew.

    Menjelang pembentukan paroki baru, Pastor Pennock melaksanakan pemindahan adminsitrasi dari Paroki Tanjung Balai ke Kisaran. Pada tahun 1968, nama gereja yaitu stasi Santo Mathias berubah status menjadi paroki dengan nama Paroki Sakramen Mahakudus, dan diresmikan oleh Mgr. Van der Hurk. Waktu itu ada 19 stasi.

    Pada tahun 1968 P. H. Pennock bersama P. J.H, de Witt dan P. Antonius Siregar membenahi paroki dengan membentuk Dewan Gereja yang terdiri atas: B. Eduard Sinaga, M. Tampubolon, P.V. Rumahorbo dan Robert Chew (bendahara). Sesudah itu P. Pennock pindah dan digantikan oleh P. Dewitt yang dibantu oleh P. Anton Siregar. Kemudian P. Jenisken menggantikan P. Dewitt sampai tahun 1970.

    3. Pesta Temu Pisah Uskup Lama dengan Uskup yang Baru
    Pada hari Minggu, 27 Juni 1976 dilaksanakan pesta perpisahan dengan Mgr. Ferrerius van den Hurk yang telah bertugas selama 21 tahun dan akan mengakhiri tugasnya di KAM dan penyambutan Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara OFM Cap yang menjadi uskup yang baru di KAM.

    4. CU Sehati
    Pada tahun 1976, Bpk Micael Manik dan JB Sirait diutus utuk mengikuti pelatihan CU oleh Pansosek KAM. Pada bulan Juli 1976 terbentuklah CU Sehati dengan kepengurusan: Ketua: M.Y. Tampubolon, Bendahara: P.V. Rumahorbo, Sekretaris: B.E. Sinaga, Anggota: Michael Manik, Djaidin B. Sirait, M. Simamora, Robert Chew dan M. Sinambela. Sesudah Pastor Rompa pindah tugas, CU Sehati tidak begitu berkembang. Pada tahun 1985 nama “CU Sehati” diganti menjadi “CU Sehat” dengan tujuan supaya lebih berkembang. Tetapi tidak tahu persisnya, “CU Sehat” ini akhirnya gulung tikar. Apalagi setelah kepindahan Pastor Rompa para pastor yang bertugas di Kisaran silih berganti dengan cepat.

    5.Rapat Paripurna

    5.1. Tanggal 1 sd 3 Juli 1978:
    Pada tanggal 1-3 Juli 1978 Pastor H. Rompa OFM Cap melaksanakan Sermon Bolon. Sermon Bolon ini membicarakan Hasil Rapat Keuskupan KAM, 15 sd 18 Agt 1977 tentang peran serta awam di KAM. Jumlah peserta sermon bolon ini 29 orang dari stasi-stasi: Kisaran, Batu V, Desa Gajah, Sei Sikasim, Kampung Baru, Sudi Makmur, Sei Mentaram, Kampung Saragih, Pematang Pao, Rawang Pasar VI, Sei Lama, Pardomuan, Silau Laut, Gunung Santi, Rawang II, Bangun Sari, Serdang II, Tinjoan.

    5.2. Tanggal 12 sd 14 Mei 1984:
    Pada tgl 12 sd 14 Mei 1984 diadakan Sermon Bolon di Kisaran dengan peserta 30 orang, stasi-stasi yang hadir ialah: Kisaran, Desa Gajah, Sei Sikasim, Kampung Baru, Sei Mentaram, Sudi Makmur, Kampung Saragih, Pardomuan, Gunung Santi, Tinjoan, Kampung Baru, Sei Mentaram, Sei Sikasim, Pardomuan, Sei Lama, Silau Laut, Rawang II, Bangun Sari, Rawang VII, Serdang II, Pasir Mandoge.

    5.3. Tanggal 10 sd 11 Januari 1987:
    Pada tanggal 10 sd 11 Januari 1987 Pastor Timotius M. Sinaga OFM Cap mengadakan rapat pleno paroki, bertempat di kompleks Pastoran Kisaran. Adapun materi dari acara ini ialah: 1) Evaluasi dari ketentuan-kententuan Dewan Wilayah Daslab, 2) Pembentukan Dewan Paroki Kisaran. Untuk pertama kali, pada tahun 1987 inilah dibentuk Dewan Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran. Adapun pengurus Dewan Paroki yang terbentuk adalah sebagai berikut:
    DEWAN PAROKI PERIODE 11 Januari 1987 sd 15 Maret 1990 (SK KAM, No. 107/H/KA/1987):
    Ketua Umum : P. Timotheus Sinaga
    Wakil Ketua Umum : Br. Konstan Kudadiri
    Ketua : Jaludin Vincentius Samosir
    Sekretaris : Parsaoran L. Simbolon, BA
    Bendahara : Antonius Pintar Tarigan
    Pembantu umum : Abdul Manaf Silitonga, Tonggo Panjaitan, Simamora, Omsi Simanjuntak, Kasan Yuventius Silalahi
    Ketua-ketua Rayon
    1. Kisaran : Karem Silalahi (Gereja Paroki Kisaran, Hessa, Silaumaraja, Tinjoan, Sei Lama)
    2. Pasir Mandoge : Asal Situmorang (Huta Kelapa, Emplasmen Mandoge, Sei Kopas, Simp. Parbatuan, Bangun Silau)
    3. Sordang Bolon : Paimo Simbolon (Kampung Saragi, Panggualan, Parlangkitangan, Sudi Makmur)
    4. Rawang Pasar II : Tonggo Panjaitan (Rawang VII, Rawang II, Serdang II, Silau Laut, Bangun Sari)
    5. Desa Gajah : Barnabas Pandiangan (Desa Gajah, Kampung Baru, Sei Sikasim, Sei Mentaram, Sei Bejangkar, Pematang Pao, Gunung Santi, Pardomuan)

    6. Pergantian Penggembalaan dari OFM Kapusin kepada Saverian:
    Sesudah Br. Konstantin OFM Cap pindah dari paroki Kisaran, dimana sebelumnya Pastor Timotius Sinaga sudah lebih dahlu pindah, maka sekitar Oktober sd Desember 1987 terjadilah pergantian pelayanan dari OFM Capusin kepada Saverian. Pastor yang melayani ialah Pastor Jeremia SX dan Pastor Varalta SX.

    7. Perpindahan Stasi
    Pada tanggal 3 April 1989, dengan surat keputusan No. 224/H/KA/1989, Bapa Uskup Agung Medan menyetujui pemindahan 3 stasi di wilayah Mandoge (Emplasmen Mandoge, Huta Kelapa dan Sei Kopas) ke wilayah Tanah Jawa, Paroki Santo Laurentius Pematangsiantar. Karena stasi-stasi tersebut lebih dekat ke wilayah Tanah Jawa.

    8. Penyambutan Paus Yohanes Paulus II
    Pada tanggal 15 Agustus 1989 Panitia Penyambutan Sri Paus, yaitu ketua: J.V. Samosir, sekretaris: P.L. Simbolon dan bendahara M. Sihombing membuat surat edaran perihal peserta, biaya dan keberangkatan ke Medan, hari Jumat 13 Oktober 2089.

    9. Dewan Paroki Periode 1990 – 1993:
    Karena masa periode Dewan Paroki 1983-1990 sudah selesai maka Pastor Angelo Geremia SX, melaksanakan periodesasi pengurus Dewan Paroki sebagai berikut, Surat Keputusan KAM No. 391/H/KA/1990, tgl 16 Mei 1990): Pengurus Dewan Paroki Harian Ketua Umum : P. Angelo Geremia SX Wakil Ketua Umum : P. Varalta SX Ketua : Kleopas Marinus Manalu Sekretaris : Parsaoran L. Simbolon, BA Wakil sekretaris : Maruba Rumapea Bendahara : Manerep Sihombing Pembantu umum : Sr. Antonetta KSFL, Budin Abdon Sinaga, Karem Silalahi, Salim Aliman Manurung, Malinton Purba Ketua-ketua Rayon Sordang Bolon : Paimo Simbolon Kisaran : Karem Silalahi Rawang Pasar II : Tonggo Panjaitan Desa Gajah : Robertus Manurung

    10. Pesta Perak Paroki Kisaran
    Pada tahun 1993, Paroki Kisaran genap berumur 25 tahun, tepatnya dirayakan pada 17 Oktober 1993. Dari buku “Daftar Hadir Rapat Dewan Paroki” Ada 3 kali rapat untuk merencanakan pesta perak ini, yaitu pada tanggal 5 Oktober 1993, dihadiri 29 orang, pada tanggal 7 Oktober 1993, dan tanggal 10 Oktober 1993. Namun pada waktu, panitia belum bisa menyelesaikan sejarah gereja Paroki Kisaran karena satu dan lain hal.

    11. Dewan Paroki Periode 1993 sd 1996: SK KAM tertanggal 17 Oktober 1993, No.663/GP/KA/1993:
    Pengurus Dewan Paroki Harian
    Ketua Umum : P. G. Veralta SX
    Ketua : Desmon Simbolon
    Wakil Ketua : Aloysius Manurung
    Sekretaris : Budi Abdon Sinaga
    Wakil sekretaris : Esron Simangunsong
    Bendahara : Monang Henri Sitinjak
    Wakil Bendahara : Manerep Sihombing
    Anggota : Paian Simamora, Pahala Siagian, Michael Manik
    Rayon Desa Gajah : Maralim B. Lumban Raja
    Rayon Rawang : Alfaret Situmorang
    Rayon Serdang Bolon : Elmon Situmorang
    Rayon Kisaran : Karem Silalahi

    12. Periode Pelayanan Tarekat Ordo Karmel:
    Pada hari Minggu, 4 Juli 1999, Keuskupan Agung Medan menyerahkan Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran dari Tarekat Saverian kepada tarekat Ordo Karmel, dengan surat “Berita Acara Penugasan Pelayanan Pastoral Paroki Kisaran Keuskupan Agung Medan, No. 253/GP/KA/1999” dengan Pastor Ignatius Joko Purnomo O.Carm sebagai Pastor Paroki dan Bpk Mikael Manik sebagai Ketua Dewan Paroki Harian.

    Untuk menggeliatkan hidup beriman, pada masa ini Dewan Paroki yang sudah diaktifkan kembali, administrasi sekretariat paroki dibenahi. Demikian pula untuk memperlancar pelayanan Paroki dibagi dalam 5 wilayah pelayanan, yaitu:
    1. Rayon Stasi Induk/Kisaran Kota: 10 lingkungan (1. Sentang, 2. Mutiara, 3. Lestari, 4. Kisaran Barat, 5. Kisaran Baru, 6. Kisaran Kota, 7.Gambir Baru, 8. Sidorejo I, 9. Sidorejo II, dan 10. Bunut)
    2. Rayon Kisaran Luar Kota: 1. Sei Lama, 2. Hessa, 3. Sionggang, 4. Bangun Silau, 5. Silau Maraja
    3. Rayon Serdang Bolon: 1. Panggualan, 2. Sudi Makmur, 3. Parlangkitangan, 4. Kampung Saragih.
    4. Rayon Rawang: 1. Rawang Pasar II, 2. Rawang Pasar VII, 3. Bangun Sari, 4. Silau Laut, 5. Serdang II.
     5. Rayon Desa Gajah: 1. Desa Gajah, 2. Tinjowan, 3. Sei Bejangkar, 4. Pardomuan, 5. Gunung Santi, 6. Kampung Baru, 7. Sei Sikasim, 8. Pematang Pao, 9. Pematang Nibung, 10. Sei Mentaram.

    Sesudah Pastor Ignatius Joko Purnomo O.Carm pindah ke Sidikalang, beliau digantikan Pastor Damianus Parngadi O.Carm. Pada masa ini stasi Pematang Nibung ditutup, karena tidak ada lagi umat yang beribadat setiap hari Minggunya.

    1. Letak Geografis Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran
    Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran berada di Kota Kisaran yang merupakan ibukota Kabupaten Asahan. Kab Asahan terletak 2o-3o Lintang Utara serta 99o– 100o Bujur Timur pada rentang ketinggian 0-1000 meter di atas permukaan laut. Kabupaten ini disebut Assaban pada masa penjajahan Belanda. Sebelumnya, kabupaten ini beribukota di Tanjung Balai. Tetapi pada 16 Februari 1963 dipindahkan ke Kisaran berdasarkan keputusan DPRD-GR Tingkat II No. 3/DPRD-GR/1963.
    Wilayah pelayanan Paroki Kisaran mencakup 3 kabupaten:
    1. Kab. Asahan terdiri atas 15 gereja: 1 gereja paroki; dan 14 gereja stasi yaitu:
    • Sei Lama
    • Hessa
    • Sionggang
    • Bangun Silau
    • Silau Maraja
    • Bangun Sari
    • Silau Laut
    • Rawang VII
    • Rawang II
    • Serdang II
    • Desa Gajah
    • Sei Sikasim
    • Kampung Baru
    • Kampung Saragi
    2. Kab. Batu Bara terdiri atas 6 gereja stasi:
    • Pardomuan
    • Sei Bejangkar
    • Binje Baru
    • Gunung Santi
    • Pematang Pao
    • Sei Mentaram.
    3. Kab Simalungun terdiri atas 3 gereja stasi:
    1. Tinjoan
    2. Panggualan
    3. Sudi Makmur.
    Paroki Kisaran adalah bahagian dari Dekenat St. Mateus Rasul, Aek Kanopan.

    2. Statistik Paroki Sakramen Mahakudus
    Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran terdiri atas 24 gereja (1 gereja paroki dan 23 gereja stasi). Gereja Paroki terdiri atas 13 lingkungan dari 3 wilayah.

    2.1. Nama-nama stasi wilayah Paroki Kisaran

    1. RAYON LUAR KOTA

    1

    Stasi St. Simon Stock - Bangun Silau

    2

    Stasi St. Maria Ratu Damai - Sionggang

    3

    Stasi Gembala Yang Baik – Hessa

    4

    Stasi St. Teresia - Sei Lama

    5

    Stasi St. Rafael - Silau Maraja

    2. RAYON PARDOMUAN

    1

    Stasi St. Yohanes Pembaptis - Binjei Baru

    2

    Stasi Bt. Titus Brandsma - Gunung Santi

    3

    Stasi St. Fransiskus – Pardomuan

    4

    Stasi St. Yosep - Sei Bejangkar

    5

    Stasi Maria Pertolongan Abadi - Tinjowan

    3. RAYON GUNUNG

    1

    Stasi St. Mikael -Kampung Saragih

    2

    Stasi St. Yosep – Panggualan

    3

    Stasi Maria Bunda Karmel - Sudi Makmur

    4. RAYON DESA GAJAH

    1

    Stasi St. Maria - Desa Gajah

    2

    Stasi St. Maria Terangkat ke Surga - Kampung Baru

    3

    Stasi St. Albertus - Pematang Pao

    4

    Stasi St. Maria - Sei Mentaram

    5

    Stasi St.  Lukas - Sei Sikasim

    5. RAYON RAWANG

    1

    Stasi St. Yakobus - Bangun Sari

    2

    Stasi St. Edith Stein - Rawang II

    3

    Stasi St. Yosep - Rawang VII

    4

    Stasi Keluarga Kudus - Serdang II

    5

    Stasi St. Angelica - Silau Laut

    2.2. Nama-nama Lingkungan di Gereja Paroki Kisaran

    WILAYAH I

    1

    Lingk. St. Yohanes – Kisaran Barat

    2

    Lingk. St. Thomas – Kisaran Baru

    3

    Lingk. St. Andreas – Bunut

    WILAYAH II

    1

    Lingk. St. Markus – Kisaran Kota

    2

    Lingk. St. Yosep – Lestari Selatan

    3

    Lingk. St. Maria – Lestari Utara

    WILAYAH III

    1

    Lingk. St. Petrus – Mutiara

    2

    Lingk. St. Jakobus – Sentang

    3

    Lingk. St. Teresia – Kisaran Naga

    WILAYAH IV

    1

    Lingk. St. Matius – Gambir Baru

    2

    Lingk. St. Lukas – Sidorejo II

    3

    Lingk. St. Tadeus – Sidorejo I

    4

    Lingk. St. Paulus – Karang Anyer

    2.3. Statistik Paroki Kisaran Tahun 2020:
    Menurut data statistik yang sudah diinput ke dalam Basis Integrasi Data Umat (BIDUK) tahun 2020, jumlah KK seluruh umat Paroki Kisaran 953 KK dengan jumlah jiwa 3.749. Di Kota Kisaran sendiri ada 331 KK dan 1.219 jiwa.

    Para Pastor yang Berkarya di Paroki Kisaran :

    No

    Nama

    Tahun

    1

    Tevergeet OFM Cap

    1965

    2

    Lucas Renders OFM Cap

    1965

    3

    Meinrad Manser OFM Cap

    1965

    4

    Linus Fah OFM Cap

    1967

    5

    Remigius Pennock OFM Cap

    1967

    6

    Guido Situmorang OFM Cap

    1967

    7

    Raymundus Ferdinan OFM Cap

    1967

    8

    Dionisius Schoenmarkers OFM Cap

    1967

    9

    H. Dewirt OFM Cap

    1967

    10

    Antonius Siregar OFM Cap

    1970

    11

    Hubert Tamba OFM Cap

    1970

    12

    Marcellinus Manalu OFM Cap

    1970

    13

    Fredericus Kasmono P. O.Carm

    1971

    14

    Terentius Schepens OFM Cap

    1971

    15

    Bavo Westgeest OFM Cap

    1972

    16

    Beatus Jennisken OFM Cap

    1972

    17

    Clarus Sihotang OFM Cap

    1972

    18

    Arie Van Diemen OFM Cap

    1974

    19

    H. Rompa OFM Cap

    1975

    20

    Bernardus Binid OFM Cap

    1975

    21

    Rafael OFM Cap

    1977

    22

    Anicetus OFM Cap

    1976

    23

    Rafael OFM Cap

    1977

    24

    Timotius M. Sinaga OFM Cap

    1984-1986

    25

    Br. Konstan Kudadiri OFM Cap

    1984-1987

    26

    Angelo Gereima SX

    1988-1994

    27

    Guliano Varalta SX

    1988-1999

    28

    Kornelius Uli Raja Simarmata Pr

    1999

    29

    Marianus Manullang OFM Cap

    1991

    30

    Ignatius L. Joko Purnomo O.Carm

    1999-2002

    31

    Damianus Christanto Parngadi O.Carm

    2002-2003

    32

    M. Gunawan Wibisono O.Carm

    2003-2006

    33

    Robert Pius Manik O.Carm

    2004-2008

    34

    Pascalis Tumarno O.Carm

    2007-2008

    35

    Vincentius Markus Mbiru O.Carm

    2007-2011

    36

    Karel Gregorius N. Tola O.Carm

    2008-2011

    37

    Paulus Redemptus Triyuwono O.Carm

    2011-2016

    38

    Yohanes Kartolo Malau O.Carm

    2012-2014

    39

    Yustinus Sumaryono O.Carm

    2014-2017

    40

    Danrisman Sitanggang O.Carm

    2016-

    41

    Yohanes Bello Patty O.Carm

    2018-2019

    42

    Yohanes Don Bosco O.Carm

    2019 - 2021


    13.1. DEWAN PAROKI PERIODE 1999 sd 2002 (SK KAM No. 191/GP/2000, tertanggal 9 Mei 2000):
    I.DEWAN PAROKI HARIAN
    Ketua Umum : P. Ignatius Joko Purnomo O.Carm
    Ketua I : Sabar Manik
    Wakil Ketua I : Damianus Siboro
    Wakil Ketua II : Hotman Hamonangan Saragih
    Sekretaris : Ericson Purba
    Wakil Sekretaris : Alfrida H. Silitonga
    Bendahara : Sr. Silveria Sidabutar KSFL
    Wakil Bendahara : Manerep Sihombing
    Anggota : 1. M.L. Samosir, 2. Johanes P. Matondang, 3. Alfred Sitohang, 4. Katarina Sinaga, 5. L. br Manurung

    II.DEWAN PAROKI PRESIDIUM
    1.Semua Anggota Dewan Paroki Harian
    2.Ketua-ketua Stasi
    3.Ketua-ketua Seksi:
    1. Seksi Liturgi : Pelman Manalu
    2. Seksi Katekese : Mikael Manik
    3. Seksi Sosial : Andreas
    4. Seksi Kewanitaan : Roslina Simamora
    5. Seksi Humas : Benyamin Sihotang 
    6. Seksi Mudika : Pendenaker Simanjuntak

    III.DEWAN PAROKI PARIPURNA
    1. Semua pengurus dan anggota DPH
    2. Ketua, Sekretaris dan Bendahara Wilayah Dewan Stasi
    3. Sekretaris dari seksi-seksi dalam Dewan Paroki Presidium

    13.2. DEWAN PAROKI PERIODE 2002 sd 2005 (2 Okt 2002 sd. 2 Juli 2005) KAM No. 663/GP/KA/2002:
    Ketua Umum : RP Damianus Parngadi O.Carm (2002-2003)
                              RP Martinus Gunawan O.Carm (2003-2004)
    Ketua : Sabar Manik
    Wakil Ketua I : Djaidin Benediktus Sirait
    Wakil Ketua II : Drs. Damianus Siboro
    Sekretaris : Erikson Purba
    Wakil Sekretaris : Afida Hasna Silitonga
    Bendahara : Sr. Silveria Sidabutar KSFL
    Anggota : Menanti Lumbangaol, Rosalina Simamora

    13.2.1. Carmel Cup VI di Paroki Kisaran
    Pada tahun 2003, perhelatan kaum muda separoki Karmel dilaksanakan di Kisaran. Pertemuan itu dihadiri oleh Paroki Sidikalang, Tigalingga, Parongil, Sumbul, Pasar Merah Medan dan Perdagangan. Pada bulan September 2003, Pastor Damian P. O.Carm berpindah ke Paroki Perdagangan dan digantikan oleh Pastor Martinus Gunawan O.Carm dari Paroki Parongil. Pada masa ini Stasi Parlangkitangan ditutup karena umat di tempat tersebut sudah hampir tidak ada, sudah tidak aktif.

    13.3. DEWAN PAROKI PERIODE 2005-2008 (KAM No. 579/GP/KA/2005):
    Ketua Umum : RP Martinus Gunawan Wibisono O.Carm (2005-2006)
                              RP Pascalis Tumarno O.Carm (2006-2008)
    Wakil Ketua Umum : RP. Robert Pius Manik O.Carm
    Ketua : Jaidin Benediktus Sirait
    Wakil Ketua : Makdin Damanik
    Sekretaris : Sabam Martua Nainggolan
    Wakil Sekretaris : Yosef Sariaman Situmorang
    Bendahara : Sr. Katarina KSFL
    Wakil Bendahara : Agnes Monika Samosir
    Koordinator Lingkungan : Saut Simamora
    Anggota : Katarina Mego, Damianus Siboro

    13.4. DEWAN PAROKI PERIODE 2008-2011 (KAM No. 783/GP/KA/2008):
    Ketua Umum : RP G.N. Karel Tola O.Carm (2008-2011)
                              RP F. Borta Rumapea O.Carm (2011)
    Wakil Ketua Umum : RP. Vincentius Mbiru O.Carm
    Ketua : Jaidin Benediktus Sirait
    Wakil Ketua : Damianus Siboro
    Sekretaris : H.H. Saragih, S.Pd
    Wakil Sekretaris : R. br Matondang
    Bendahara : Sr. Patricia KSFL

    13.5. DEWAN PASTORAL PAROKI PERIODE 2012-2017 (KAM 80/PAR/KIS/KA/XII/12):
    Ketua : RP Paulus R. Triyuwono O.Carm (2012-2016)
    RP. Danrisman Sitanggang (2016-2017)
    Wakil Ketua : RP. Yohanes Rudy Kartolo Malau O.Carm
    Pelaksana 1 : Damianus Siboro
    Pelaksana 2 : Hotman Hamonangan Saragih, S.Pd
    Sekretaris 1 : Asterius Sipangkar, S.Pd
    Sekretaris 2 : Drs. Manosor Simanullang
    Bendahara 1 : Sr. Martika Lumbansiantar KSFL
    Bendahara 2 : Royanna Gultom
    Anggota DPP : Drs. J.B. Sirait, Tillo Simanjuntak, Bel Josep Bangun, Nempel Tarigan

    13.6. DEWAN PASTORAL PAROKI 2017-2022 (KAM 273/PAR/KIS/KA/VI/17):
    Ketua : RP Danrisman Sitanggang O.Carm
    Wakil Ketua : RP. Yustinus Sumaryono O.Carm
    Pelaksana 1 : Hotman Sitanggang
    Pelaksana 2 : Drs. Damianus Siboro
    Pelaksana 3 : Sabam Nainggolan
    Sekretaris 1 : Amson Situmorang, S.Kom
    Sekretaris 2 : Ridonsen Turnip
    Bendahara 1 : Nevada Manik
    Bendahara 2 : Sr. Rita Saragih KSFL
    Anggota DPP : Drs. Manosor Manullang, Nempel Tarigan, Drs. J.B. Sirait, Asterius Sipangkar, S.Pd, Manimpan L. Samosir, Hardo Simanjuntak, Philipus Manalu, Andus Pakpahan, Pardomuan Situmorang, Wasinton Sijabat

    13.7. DEWAN PASTORAL PAROKI 2017-2022 (No. 607/PAR/KIS/KA/XII/2021):
    Ketua : RP Danrisman Sitanggang O.Carm
    Wakil Ketua : RP Lukas Jokoprasetya O.Carm
    Pelaksana 1 : Sabam Malatua Nainggolan
    Pelaksana 2 : Nempel Tarigan
    Pelaksana 3 : Damianus Siboro
    Sekretaris 1 : Japar Siregar
    Sekretaris 2 : Imelda Mandalahi
    Bendahara 1 : Irama Manalu
    Bendahara 2 : Nevada Manik
    Anggota DPP : Hotman Hamonangan Sitanggang, Philipus Manalu, J.B. Sirait, Hardo Simanjuntak, Amson A. Situmorang, Manosor Manullang, Rajes Agustinus Turnip

    1. Yayasan Santa Lusia Pematangsiantar: TK Panti Budaya, milik Kongregasi KSFL

    2. Yayasan Santo Yosep Medan:
    1) SD Panti Budaya, berdiri tahun 1972, milik KAM, awalnya dikelola Yayasan Darma Sejati perwakilan Kisaran, sekarang Yayasan Santo Yosep Medan, di Jln Hamka
    2) SMP Panti Budaya, berdiri tahun 1982, milik KAM, awalnya dikelola Yayasan Darma Sejati perwakilan Kisaran, sekarang Yayasan Santo Yosep Medan, di Jl Hamka
    3) SMA Panti Budaya, berdiri, 14 Maret 1987, N.S.S: 304078002013, milik KAM, awalnya dikekola Yayasan Darma Sejati perwakilan Kisaran, sekarang Yayasan Santo Yosep Medan, di Jl Durian No. 24, Pangkal Titi Kisaran, Kec. Kisaran Timur

    3. Yayasan Pendidikan Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran,
    Akta Notaris No. 02, tgl 16 September 2019 notaris Fedy Ridho, SH, MKN; Pengesahan Badan Hukum dari Keputusan Meneteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI, No. AHU-0013236.AH.01.04.Tahun 2019, tgl 16 September 2019.
    1) KB Santa Maria, Ijin operasional Dinas & Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, No. 503/IPSP-NF/DPMPPTSP/0010/VIII/2020, tertanggal 27 Agustus 2020, di stasi Serdang II.
    2) KB Santa Agelica, Ijin operasional Dinas & Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, No. 503/IPSP-NF/DPMPPTSP/0011/VIII/2020, tertanggal 27 Agustus 2020, di stasi Silau Laut

    4. Karya Asrama
    1. Asrama Santo Antonius, milik Yayasan Santo Yosep Medan, di Jl. Durian No. 24, Kec. Kisaran Timur
    2. Asrama KSFL, milik Kongregasi KSFL, Jl. Hamka

    CU Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran
    Walaupun di Paroi Kisaran pernah berdiri CU dan gulung tikar, Pastor Varalta SX kembali mendirikan CU dengan nama CU Paroki Sakramen Mahakudus pada tanggal 15 November 1995. Kantor CU Sakramen Mahakudus ini berada di satu kamar di lantai 2 pastoran. Pada bulan Maret 1996 CU ini bergabung dengan BK3D Pematangsiantar. Dalam perjalanan waktu nama CU Paroki Sakramen Mahakudus berganti menjadi CU Harapan Jaya. Pengurus CU pada awalnya ialah: Penasehat: Pastor V.G. Paralta SX, Ketua: Drs. Michael Manik, Sekretaris: Sabar Manik, Bendahara: Desmon Simbolon S.Pd. Sampai dengan tahun 2007, anggota CU ini hanya umat Katolik di Paroki Kisaran. Karena kurang berkembang sejak tahun 2005 anggota terbuka pada masyarakat.

    Pada sermon bolon 2005, dalam laporan materi rapat dilaporkan bahwa CU harus mendapat perhatian supaya dapat berkembang. Maka Pastor Gunawan Wibisono O.Carm melakukan perbaikan sehingga di RAT tahun 2006 dilakukanlah periodesasi pengurus sbb.: Penasehat: Pastor Paroki (ex-officio) Pastor Gunawan Wibisono O.Carm, Ketua: Desmon Simbolon, Sekretaris: Sabam M. Nainggolan, Bendahara: Jonri Naibaho. Untuk memudahkan mobilitas CU ini, maka dibelilah satu gedung di Jl. Panglima Polem No 1, Kisaran pada tahun 2006. CU Harapan Jaya menjadi satu bentuk kepedulian Gereja terhadap ekonomi umat dan masyarakat. Karena itu di setiap stasi di Paroki Kisaran harus masuk menjadi kolektor.

    Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Kab. Asahan
    SK Bupati Asahan No. 227 Bag Kesra Tahun 2018, Tentang Penetapan Kepengurusan Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Kab. Asahan, Masa Bakti Tahun 2018 sd 2013, pengurusnya sbb.: Ketua Umum: Ir. Hardo Simanjutak, M.Si, Ketua I: Japar Siregar, S.I.P, Ketua II: Hotman Hamonangan Sitanggang, S.Pd, M.Si, Ketua III: Marihot Situmorang; Sekretaris Umum: Sabam Malatua Nainggolan, S.Pd, M.Si, Sekretaris I: Lusia Saragih, S.Ag, Sekretaris II: Manosor Manullang, S.Pd, M. Si, Sekretaris III: Amson Situmorang, SE; Bendahara Umum: Manimpan Liberius Samosir, SE, Bendahara I: Sitor Situmorang, Bendahara II: Agnes Samosir, S.Pd.

    Para Pastor, Bruder, Frater dari Paroki Kisaran
    1. Para Pastor/Bruder, Frater dari Paroki Kisaran
     1) RD Fidelis Siagian Pr, dari Stasi Serdang II 
     2) RP Bavo Samosir, Kisaran
     3) RP Ivansius Siallagan OFMCap
     4) RD Fernandus Saragih
     5) RD John Paul Siboro
     6) Fr. Hendra Simbolon O.Carm

    2. Para Suster dari Paroki Kisaran
    2.1. Tarekat KYM
     1) Sr. M. Miryam Sinaga KYM
     2) Sr. Kiramona Manurung KYM, Panggulan
     3) Sr. M. Kristopora Simamora KYM, Hessa

    2.2. Tarekat KSFL
    1. Sr. Marantika KSFL, Kampung Baru
    2. Sr. Redempta Simbolon KSFl, Kampung baru
    3. Sr. Dahlia Sinambela KSFL, Kisaran
    4. Sr. M. Myriam Sinaga KYM
    5. Sr. Grecelin KSFL
    6. Sr. Giasinta Ginting KSFL

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Cinta Damai

    Pelindung

    :

    Santo Petrus Rasul

    Buku Paroki

    :

    Sejak 21 Agustus 2018. Sebelumnya beregabung dengan Paroki St. Joseph, Tebing Tinggi dan Paroki Kristus Raja, Perdagangan.

    Alamat

    :

    Jl. Pematang Panjang, Cinta Damai, Kec. Air Putih, Kab. Batubara - 21256

    Telp/WA

    :

    0812-6288-7338

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    1.815 KK / 7.136 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    22

    1. Batu Tohap
    2. Cahaya Pardomuan
    3. Cinta Maju
    4. Gunung Rante
    5. Indrapura
    6. Kampung Kelapa
    7. Kuala Indah
    8. Laut Tador
    9. Lima Puluh
    10. Pakam Raya
    11. Pandomayu
    12. Panurunan
    13. Pematang Jering
    14. Pematang Tengah
    15. Sei Deras
    16. Sei rakyat
    17. Simondong
    18. Simpang Dolok
    19. Suka Mulia
    20. Suka Raja
    21. Suka Ramai
    22. Tanjung Muda
    RP. Mathias Mangapul Simarmata, O.Carm
    17.03.‘76
    Parochus
    RP. Mandius Matius Siringoringo, O.Carm
    04.08.'66
    Vikaris Parokial
     

    Jadwal Misa

    Harian : 18.00 WIB (Senin - Jumat)
    Jumat Pertama : 18.00 WIB
    Sabtu :
    06.00 WIB
    Minggu : 08.00 WIB

    Sejarah Paroki St. Petrus Rasul Cinta Damai

    Gereja katolik Stasi Santo Petrus Cinta damai berada di wilayah Kabupaten Asahan Kecamatan Air Putih berdiri pada tahun 1950 yang dipimpin oleh Vooranger Bapak. J.Situmorang (Alm) dengan jumlah Umat 98 KK stasi ini masih bergabung dengan Paroki Tebing Tinggi. Melihat perkembangan umat yang semakin pesat di Desa Gambus nama dulu sekarang Desa Pematang Panjang Cinta damai, maka pada Tahun 1960 Stasi ini memekarkan Stasi Suka Mulia jumlah umat sekarang 90 KK jarak jauh dari stasi induk 5 Km dan Stasi Sukaramai dengan jumlah umat sekarang 80 KK jarak jauh dari stasi Induk 4 Km.

    Setelah memekarkan kedua stasi maka pada tahun 1970 bersamaan dengan Pemekaran kedua Stasi tersebut dan pada saat itu jugalah pergantian Paroki dari Paroki Tebing Tinggi menjadi Paroki Kristus Raja Perdagangan pada tahun 1970 yang berada di wilayah Simalungun. Mengingat Pertambahan Umat yang sangat pesat maka pada tahun 1985 Gereja Katolik Stasi Santo Petrus dapat memekarkan Stasi di kampung Kelapa Umat nya 139 KK yang berada di Desa Pematang Panjang jarak dengan jarak jauh 2 Km dari stasi induk.

    Tahun 2007, Pemekaran Kabupaten Batubara dari Kabupaten Asahan, Pemekaran Kabupaten Batu Bara ada 7 di Kecamatan dengan jumlah Penduduk seluruh 396, 470 Jiwa 121 Desa , sekarang sudah dimekarkan menjadi 12 Kecamatan dengan 153 Desa. Maka penting kirannya Gereja mempertimbangkan hal ini dalam kaitan urusan administrasi gereja dan Pemerintahan sehingga perlu mendirikan Gereja Paroki diwilayah Kabupaten Batubara.

    Pada Maret 2018 diadakan Pertemuan pun bersama Vikep Pastor Mikael Manurung, OFM Cap. Utusan dari KAM Pastor Borta Rumapea,O.Carm, Pastor Mathias Mangapul Simarmata O.Carm Pastor Pastor Donatus Manalu, OSC. Pastor Santo Yosep Tebing tinggi dan Pastor Danrisman Sitanggang, O.Carm dari Paroki Paroki Maha Kudus Kisaran serta. Dari pertemuan inilah mengembang usulan berlanjut hingga pemaparan Profil Kabupaten Batu Bara sampai awal Pengajuan Pemekaran Paroki di kabupaten batu bara di PPU Pematang Siantar pada Rapat Dewan Pastor Keuskupan Agung Medan.

    Pada Mei 2019 diadakan peletakan Batu pertama oleh MGR. Kornelius Sipayung OFM. Cap, yang dihadiri oleh Bapak Bupati Batubara. Sekaligus dalam acara ini diadakan Paskah bersama umat separoki Cinta Damai. Maka pembangunan dapat dilanjutkan pada 16 Maret 2020. Sejak dimulainya pembangunan ini ada pengumuman resmi dari Keuskupan Agung Medan untuk menghentikan sementara kegiatan hidup menggereja karena Pandemi Covid-19 yang melanda Dunia yang terus berlangsung hingga akhir 2021. Sehingga membuat terhambatnya program peresmian Gedung Pastoran dan Sekretariat Paroki.

    Peresmian Paroki baru bisa terlaksana pada tanggal 30 Januari 2022 oleh Uskup Agung Medan. Dalam peresmian ini sekaligus ditetapkan Kuasi Paroki St. Petrus Cinta Damai menjadi Paroki St. Petrus Cinta Damai. Dalam Peresmian ini disekaligus Pemberkatan Gedung Pastoran, Gereja Paroki yang sudah direnovasi total, Gua Maria, Sumber air Suci Gua Maria.

    Santo Petrus menjadi pilihan paroki ini untuk menjadi pelindungnya. Maka jadilah nama paroki ini disebut Paroki Santo Petrus Cinta Damai. Paroki ini terdiri dari 23 Stasi yang tergabung dalam 4 Rayon yaitu :
    1. Rayon Pakam Raya ( 8 Stasi )
    2. Rayon Indrapura ( 4 Stasi )
    3. Rayon Cinta Damai ( 6 Stasi )
    4. Rayon  Lima Puluh ( 5 Stasi )

    Keempat  rayon atau 23 stasi tersebut tersebar di 1 Kabupaten dan satu Kota, Kabupaten Batubara. Kalau diperhatikan batas-batas Paroki Santo Petrus Cinta Damai adalah sebagai berikut :

    · Sebelah Utara : Berbatas dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

    · Sebelah Timur : Berbatas dengan Pantai Perupuk/ Tanjung Bunga atau Pulau sala nama

    · Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kabupaten Asahan

    · Sebelah Barat : Berbatas Kabupaten Simalungun.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Dolok Sanggul

    Pelindung

    :

    Santo Fidelis

    Buku Paroki

    :

    Sejak 1951. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Balige/Lintongnihuta.

    Alamat

    :

    Jl. Merdeka 47, Kel. Pasar Dolok Sanggul, Kec. Dolok Sanggul, Kab. Humbang Hasundutan - 22457

    Telp/WA

    :

    0821-6233-1294

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    2.807 KK/ 12.386 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    27

    01. Bonan Dolok
    04. Huta Paung
    07. Marbun
    10. Pansur Batu
    13. Parsaoran
    16. Saitnihuta
    19. Sibuluan
    22. Simamora
    25. Sipituhuta
    02. Buhit
    05. Huta Raja
    08. Matiti
    11. Parbotihan
    14. Pollung
    17. Sampetua
    20. Sihikkit
    23. Simarigung
    26. Sitapongan
    03. Huta Julu
    06. Janji
    09. Onan Ganjang
    12. Pardomuan Nauli
    15. Riaria
    18. Siatas
    21. Simangulampe
    24. Sionggang
    27. Tipang

    RP. Mansuetus Dominikus Demon, SVD

    13.04.'77

    Parochus

    RP. Yanuarius Fransiskus Berek, SVD

    12.01.'88

    Vikep Dolok Sanggul & Pangururan

    Jadwal Misa

    Harian :

    Pukul 06.00 WIB (Senin - Rabu) : Puji Syukur
    Pukul 17.00 WIB (Kamis) : Puji Syukur

    Adorasi :

    Pukul 18.30 WIB (Jumat Minggu Pertama & Senin Minggu Ketiga)

    Sabtu :

    Pukul 18.30 WIB (Puji Syukur, Madah Bakti, BETK)

    Hari Minggu :

    Pukul 08.00 WIB (Puji Syukur, Madah Bakti, BETK)

    Sejarah Paroki St. Fidelis Dolok Sanggul

    Sejarah berdirinya paroki Santo Fidelis Doloksanggul tidak terlepas dari para misionaris terahulu dari Eropa yakni saudara-saudara Kapusin. Pada Tahun 1934, setelah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda resmi mengizinkan misionaris Katolik bekerja di wilayah Tapanuli, maka misi Katolik mulai bergerak ke berbagai tempat di tanah Batak. Pertama-tama para misionaris menetap di Balige. Dari Balige mereka mulai mengunjungi dan mendirikan stasi-stasi, termasuk Doloksanggul. Seorang misionaris yang pertama kali mengunjungi Doloksanggul dan sekitarnya adalah RP. Sybrandus van Rossum, OFMCap. Ia berjumpa dengan orang-orang yang umumnya sudah menjadi protestan. Dari perjumpaan itu tumbuh dalam hati orang-orang Doloksanggul keinginan untuk menjadi Katolik. Maka beberapa saat kemudian, Doloksanggul menjadi stasi ketiga, setelah Lintongnihuta dan Hutaraja di wilayah ini.

    Pada 1942-1945, dimana Indonesia berada di bawah penjajahan Jepang, semua Imam, Bruder, dan Suster asal Belanda di bawah ke pengasingan. Mereka meninggalkan umat Katolik yang masih sangat muda. Pada masa itu, para katekis dan pemimpin umatlah yang menjadi pengajar dan penjaga iman umat.

    Pada tahun 1950, para imam yang berkarya di wilayah Tapanuli dibebaskan dari pengasingan. Mereka bertemu kembali dengan komunitas katolik yang jumlahnya semakin berkurang. Di samping itu, ucapan terima kasih atas kegiatan yang dilakukan para katekis dan para pemuka umat layak mendapat apresiasi. Sebab dalam kurun waktu tanpa imam, mereka tetap setia mengajar dan mendampingi umat.

    Masa-masa setelah pengasingan itulah Doloksanggul mulai sering mendapat kunjungan dari para misionaris. Pastor Van Strallen bahkan mulai menetap di Doloksanggul. Ia mengajar dan menguatkan iman umat Katolik yang masih bertahan selama masa perang dan membaptis mereka yang mau menjadi Katolik.

    Pada tahun 1951 Paroki St. Fidelis Doloksanggul berdiri. Paroki asalnya adalah Paroki Lintongnihuta. Imam yang melayani paroki ini sejak awal adalah saudara-saudara Fransiskan dari OFMCap yakni RP. Van Strallen, OFMCap. Beberapa saat kemudian para imam makin bertambah dengan hadirnya RP. Adjut Mathis, OFMCap, RP. Meinrad Manser, OFMCap, dan RP. Joshua Steiner, OFMCap.

    Kehadiran banyak imam ini membawa perubahan yang baik, yang nampak dalam penambahan jumlah stasi dan umat. Kesaksian hidup mereka menarik minat banyak orang untuk menjadi Katolik. Karena itu mereka sering kali dikunjungi oleh orang-orang dari pelbagai kampung untuk meminta para misonaris mendirikan gereja di kampung mereka masing-masing. Hasilnya, lebih dari 30 gereja stasi dibangun di banyak kampung. Tidak lama kemudian para suster dari kongregasi KSFL datang dan membuka rumah komunitas di Doloksanggul dan memulai pelayanan mereka di bidang pendidikan dan kesehatan (poliklinik). Hal ini membuat misi semakin mudah menyebar.

    Seiring dengan perjalanan waktu, para misionaris perintis semakin tua. Namun karya mereka telah berbuah yang tampak dalam diri imam-imam pribumi yang sudah mulai ada dan berkembang. Pelayanan terhadap umat pun perlahan-lahan mulai digantikan oleh imam-imam pribumi yakni imam Kapusin kelahiran tanah Batak.

    Adapun para pastor Kapusin yang pernah berkarya di paroki Santo Fidelis Dolok Sanggul yakni:

    • P. Brandus Van Rossum
    • P. Pruopius Handgraaf
    • P. Ludas Renders
    • P. Oskar Neuyten
    • P. Wendelinus Willems
    • P. Marianus V. D Acker
    • P. Werenfridus Joosen
    • P. Asterius V. Reen
    • P. Raymundus Rompa
    • P. J. J. Van Rossem
    • P. Nilus Wiegmans
    • P. Ansfridus Liefrink
    • P. Stephanus Krol
    • P. Remigius Pennock
    • P. Leontius V. D Henvel
    • P. Donatus Boss
    • P. Terentius Scepens
    • P. Guido De Vet
    • P. Wiro
    • P. Diego V. D. Biggeleaar
    • P. Jsaias Krol
    • P. Aloysius Wijnen
    • P. Djowensis
    • P. Rochus Roessens
    • P. Jidefonsus Van Straalen
    • P. Isidorus Woolembang
    • P. Hinarius
    • P. Jsidorus Woestenberg
    • P. Adjut Mathis
    • P. Ferdinand Manser
    • P. Ferdinand Manser
    • P. Meinrad Manser
    • P. Repert
    • P. Yosue
    • P. Michael Hutabarat
    • P. Alfonss, 
    • P. Anthonius Brevoot
    • P. Albertus Pandiangan
    • P. Thomas Heuvel
    • P. Antonius Siregar
    • P. Richard Sinaga. 
    • P. Yosep Rajagukguk
    • P. Petrus Sianipar
    • P. Emmanuel Sembiring
    • P. Arnold B. Sinaga
    • P. Aloysius Uran
    • P. Octavianus Situngkir
    • P. Nestor Manalu

    Paroki Santo Fidelis Doloksanggul dilayani oleh para imam Kapusin sampai pertengahan tahun 1995.

    Pada tanggal 30 Juli 1995 Paroki Santo Fidelis Doloksanggul yang terus berkembang ini diserahkan kepada pelayanan Para Imam, Bruder Misionaris Serikat Sabda Allah (SVD). Peralihan ini terjadi pada masa kepemimpinan Mgr. Pius A. G. Datubara, OFMCap, sebagai Uskup Keuskupan Agung Medan. RP. Remigius Sene, SVD (sebagai pastor paroki), RP. Yosef Jaga Dawan, SVD dan RP. Yosef Buku Bala, SVD adalah orang-orang pertama dari Serikat Sabda Allah (SVD) yang berkarya di Paroki St. Fidelis Doloksanggul. Sebelum berkarya mereka juga mengikuti kursus bahasa Batak Toba di Pulau Samosir. Setelah belajar bahasa mereka mulai melayani umat secara penuh.

    Meneruskan karya saudara-kaudara Kapusin, para imam dan biarawan SVD tidak hanya fokus pada pelayanan sakramental, tetapi mereka memanfaatkan aula yang telah ada untuk kegiatan retret umat dan pelatihan-pelatihan. Karya kategorial lainnya pun digalakkan yaitu pembentukan kelompok-kelompok tani. Pastor Yosef Jaga Dawan, menjadi penyuluh pertanian secara alamiah. Ia mengunjungi umat dari kebun ke kebun untuk mendengar keluh kesah mereka sebagai petani dan ia juga memberi arahan tentang pertanian. Kelompok-kelompok tani yang dibentuk ini juga berkumpul bersama untuk berdoa dan sharing kitab suci serta sharing pengalaman bertani.

    Seiring perjalanan waktu para imam dan biarawan SVD silih berganti datang untuk melayani umat di paroki ini. Para imam yang pernah berkarya di paroki ini, selain ketiga imam pertama itu adalah

    • RP. Joko Wayan, SVD
    • RP. Kris Kia Anen, SVD
    • RP. Esra Susanto, SVD
    • RP. Yosef Waryadi, SVD
    • RP. Flavianus Levi Lidi, SVD
    • RP. Gabriel Madja, SVD
    • RP. Mansuetus Dominikus Demon, SVD
    • RP. Gregorius Sasar Harapan, SVD
    • RP. Levi Mateus Supriyadi, SVD
    • RP. Siprianus Wagung, SVD.

    Sampai tahun 2022 paroki St. Fidelis Dolok Sanggul dilayani oleh RP. Mansuetus Dominikus Demon, SVD sebagai parochus dan dan RP. Yanuarius Fransiskus Berek, SVD sebagai Vikaris parokial.

    Paroki St. Fidelis Doloksanggul memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
    Utara : Desa Hutagalung Kec. Harian-Samosir;
    Barat : Desa Pancuragatan dan Simataniari Kec. Parlilitan
    Timur : Desa Silaban dan Hutasoit Kec. Lintongnihuta
    Selatan : Desa Sihopong dan Hutatua, Kec. Parmonangan-Taput.

    Wilayah pelayanan paroki St. Fidelis Doloksanggul meliputi lima kecamatan (lima rayon), yang terdiri dari 27 stasi dan 98 lingkungan dengan jumlah umat sampai September 2022 sebanyak 12.207 jiwa dan 2.780 KK.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Delitua

    Pelindung : Santo Yosep
    Buku Paroki : Sejak tahun 1968. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Katedral Medan.
    Alamat : Jl. Sibiru-biru No. 1, Lk. V, RT 002, RW 003, Delitua - 20355
    HP / WA : 0852-6279-7708
    Email : [email protected]
    Jumlah Umat : 5.526 KK / 19.442 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)
    Jumlah Stasi : 38
    1. St Lusia - Ajibaho 20.Namo Serit
    2. St Lukas - Bangun Jati 21.Negara
    3. Batu Mbelin 22.Pasar III Namo Rambe
    4. Besamat 23.Penen
    5. Bintang Meriah 24.Periaria
    6. Biru-biru 25.Pernangen
    7. Cinta Adil 26.Pertumbuken
    8. Cinta Dame 27.Rambai
    9. Fasani Siguci 28.Rampah
    10. Juma Tombak 29.Rumah Gerat
    11.Kampung Dalam 30.Salang Tungir
    12.Lau Buluh 31.Sarilaba
    13.Lau Rakit 32.Simp. Namo Pinang
    14.Lau Rempak 33.Simpang Ranting
    15.Mbaruai 34.Sinar Kemenangan
    16.Mardinding 35.Talun Kenas
    17.Namo Pinang 36.Tangkahen
    18.Namo Rambe 37.Tembengen
    19.Namo Puli 38.Ujung Beringin
    Parochus RP. Simon Kemit OFMConv 23.12.'71
    Vikaris Parokial RP. Antonius Jani Anwar Barus OFMConv 24.07.'88
    Vikaris Parokial RP. Jose Alexander Fatu Nitsae OFMConv 24.04.'79

    Sejarah Paroki St. Yosep Delitua

    Pada sekitar tahun 1964 Mgr. Ferrerius van den Hurk berkeinginan untuk mengembangkan pewartaan iman Katolik di sekitar pinggiran kota Medan, khususnya ke arah Delitua. Untuk mewujudkan harapan tersebut beliau mengutus P. Johanes Maksimus Brans OMCap yang bertugas di Paroki St. Antonius dari Padua Jalan Hayam Wuruk Medan dan P. Elpidius van Duynhoven OFMCap yang saat itu bertugas di Paroki St. Perawan Maria Tak Bernoda Jalan Pemuda Medan untuk mengobservasi daerah Delitua. Pada saat itu di Delitua sekitarnya telah ada agama Kristen dan Islam. Banyak suku Batak Karo sudah menganut agama Kristen Protestan, seperti Gereja Batak Kristen Protestan (GBKP). Agama Islam pada umunya dianut oleh suku Jawa dan Melayu. Selain itu masih banyak anggota masyarakat yang belum menganut agama. Di antara itu semua, belum ada seorangpun yang beragama Katolik.

    Pada tahun 1966 Mgr. Ferrerius van den Hurk menugaskan P. Diego van de Biggelaar OFMCap untuk melanjutkan misi yang telah dimulai tahun 1964, dibantu oleh P. Lukas Renders OFMCap. Mereka berdua berusaha memperkenalkan dan menanamkan iman Katolik serta melayani umat yang mulai tumbuh.

    Pada tahun 1967, Mgr. Ferrerius van den Hurk sebagai Uskup Agung Medan mengundang Ordo Saudara Dina Konventual (Ordo Fratrum Minorum Conventualium, OFMConv) untuk berkarya di Keuskupan Agung Medan ini. Minister General Saudara Dina Konventual menerima baik undangan ini, maka diutuslah P. Adeodatus Laibahas OFMConv. dan Br. Willy Brodus OFMConv untuk memulai karyanya di Keuskupan Agung Medan. Mereka berdua terlebih dahulu ditempatkan di Pangururan untuk mempelajari bahasa dan budaya. Namun dalam masa persiapan itu P. Adeodatus Laibahas OFMConv meninggal dunia karena tenggelam di Danau Toba. Setelah peristiwa itu Br. Willy Brodus kembali ke paroki St. Perawan Maria Tak Bernoda Jalan Pemuda Medan dan untuk sementara waktu berkarya di sana.

    Dalam situasi yang demikian, Uskup Agung Medan kembali meminta kepada Minister General OFMConv untuk melanjutkan karya yang sudah dimulai di Keuskupan Agung Medan. Menjawab permintaan uskup tersebut diutuslah tiga imam Fransiskan Konventual dari Italia, yaitu P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Ferdinando Severi OFMConv, yang berasal dari Provinsi Bologna dan P. Antonio Murru OFMConv., dari Provinsi Sardegna. Mereka bertiga tiba di Medan pada tanggal 6 April 1968 dan ditempatkan di Delitua. Karena pastoran belum tersedia maka untuk sementara waktu mereka tinggal di salah satu ruangan Rumah Sakit Sembiring milik Keluarga Serta Laurentius Sembiring. Dari tempat itulah mereka memulai karya menaburkan dan menanamkan Sabda Allah. Pada tahun yang sama tepatnya pada tanggal 31 Oktober 1968 ketiganya secara resmi memulai karya pelayanan di wilayah Delitua.

    Seiring proses pewartaan Sabda Allah, pada tanggal 27 Januari 1969 keluar izin dari pemerintah untuk membangun gereja dan pastoran. Maka dimulailah proses pembangunan gereja dan pastoran yang diarsiteki oleh Br. Meinard van der Made OFMCap dan selesai pada tahun 1970. Pada tanggal 26 April 1970 gedung gereja dan pastoran tersebut diberkati oleh Uskup Agung Medan Mgr. Ferrerius A. H. van den Hurk OFMCap dengan nama pelindung St. Yosep.

    Untuk membantu karya kerasulan di paroki yang baru ini, tahun 1971 Kongregasi FSE memulai karya pelayanan mereka di Delitua. Mereka berkarya membantu paroki dan kerasulan kategorial yaitu Asrama dan Panti Asuhan.

    Melihat begitu berkembang dan pesatnya pertumbuhan umat di Paroki Delitua, maka pada tahun 2002 atas inisiatif P. Antonio Murru OFMConv., yang kala itu menjadi Pastor Paroki Delitua membangun gereja paroki yang lebih besar dan luas karena gedung gereja yang lama tidak memadai lagi untuk umat beribadat. Bentuk dan ciri khas gereja yang dibangun ini terinspirasi dari bentuk gereja SS. Trinita di Saccargia, P. Sardegna, Italia. Dengan usaha kerja keras para pastor dan umat, serta dibantu oleh rombongan tukang dari Rumah Sakit Sembiring akhirnya gedung gereja ini selesai dibangun pada tahun 2004 dan ditahbiskan oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Pius Datubara OFMCap pada tanggal 18 Maret 2005.

    Dalam kurun waktu 43 tahun (1968-2011) Paroki St. Yosep Delitua yang sudah memiliki 62 stasi dan 8 rayon yang tersebar di 8 kecamatan di bagian dataran tinggi Kabupaten Deli Serdang. Pada Agustus 2011 Uskup Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap memekarkan Paroki St. Yosep Delitua dengan membuka Kuasi Paroki St. Katarina Tigajuhar, Kecamatan STM Hulu yang terdiri dari 15 Stasi. Hingga saat ini Paroki St. Yosep Delitua terdiri dari 1 gereja paroki, 46 stasi dan 109 lingkungan.

    Wilayah Pelayanan
    Wilayah pelayanan Paroki St. Yosep Delitua berada di 7 Kecamatan bagian dataran tinggi Kabupaten Deli Serdang. Rayon Negara dan Rayon Talun Kenas berada di Kecamatan STM. Hilir dan beberapa stasi Kec. Patumbak. Rayon Tanjung Morawa berada di Kec. Tanjung Morawa dan ada 1 stasi berada di wilayah kota Medan, yakni stasi Bangun Mulia. Rayon Delitua berada di Kelurahan Delitua, Rayon Birubiru berada di Kec. Birubiru, dan Rayon Namorambe berada di Kec. Namorambe. Pusat paroki berada di Delitua. Delitua secara teritorial mungkin tidak berada di titik sentral, tetapi secara historis menjadi sentral karena sudah sejak lama menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk bagian dataran tinggi. Hingga sekarang pasar pekan hari Kamis di Delitua masih hidup. Kadang-kadang aktivitas umat dari pedalaman sering dibarengi dengan aktivitas berbelanja ke pekan. Beberapa stasi relatif sulit dijangkau karena kondisi infrastruktur jalan yang belum baik, seperti beberapa stasi di rayon Penen (Mardinding, Pernangenan, dan Rambe) dan rayon Negara (Juma Tombak dan Lau Rempak).

    Pemekaran Paroki

    Dalam kurun waktu 43 tahun (1968-2011) Paroki St. Yosep Delitua yang sudah memiliki 62 stasi dan 8 rayon yang tersebar di 8 kecamatan yakni Kec. Bangun Purba, Kecamatan STM. Hilir, Kecamatan STM. Hulu Kec. Patumbak, Kec. Tanjung Morawa, Kelurahan Delitua, Kec. Birubiru, Kec. Namorambe. Untuk memaksimalkan pelayanan reksa pastoral maka pada Agustus 2011 Uskup Agung Medan Mgr. Anicetus AB. Sinaga OFMCap memekarkan Paroki St. Yosep Delitua dengan membuka Kuasi Paroki St. Katarina Tigajuhar, Kecamatan STM Hulu yang terdiri dari 15 Stasi. Kemudian salah satu stasi dari Rayon Tanjung Morawa yakni Stasi St. Petrus Batang Kuis bergabung ke Paroki St. Petrus Batang Kuis.

    Pergantian Penggembalaan

    Sejak tahun 1968 Paroki St. Yosep Delitua telah mengalami banyak pergantian penggembalaan. Berikut adalah periode para pastor paroki dan rekan-rekannya:

     

    • 1968 – 1970: P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv, P. Ferdinando Severi OFMConv

    • 1970 – 1973: P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv, P. Ferdinando Severi OFMConv

    • 1973 – 1975: P. Carmelo Comina OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv.

    • 1975 – 1978: P. Salvatore Sabatho OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv.

    • 1978 – 1982: P. Salvatore Sabatho OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Carmelo Comina OFMConv.

    • 1982 – 1985: P. Salvatore Sabatho OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Carmelo Comina OFMConv, P. Corrado Casadei OFMConv.

    • 1985 – 1988: P. Salvatore Sabatho OFMConv, P. Corrado Casadei OFMConv, P. Carmelo Comina OFMConv.

    • 1988 – 1991: P. Antonio Razzoli OFMConv, P. Corrado Casadei OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv.

    • 1991 – 1994: P. Antonio Razzoli OFMConv, P. Tarcisio Centis OFMConv, P. Simson Sitepu OFMConv.

    • 1994 – 1997: P. Antonio Murru OFMConv, P. Tarcisio Centis OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv

    • 1997-2002: P. John Paul Tarigan OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv

    • 2002-2005: P. Fransiskus Mardan Ginting OFMConv, P. Fransiskus Rencana Sinulingga OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv

    • 2005-2009: P. Andreas Elpian Gurusinga OFMConv, P. Benediktus Mario Lumbangaol OFMConv, P. Cornelius Ady Parditya OFMConv.

    • 2009-2012: P. Antonius Siswido Swy OFMConv, P. Eligius Benny Bernardi OFMConv.

    • 2012-2017: P. Yohannes Eduardus Padiyana OFMConv, P. Fransiskus Radiaman Purba OFMConv.

    • 2017 – 2021: P. Simon Kemit OFMConv, P. Andreas Budiyanto OFMConv, P. Anastasius Thomas Tamal OFMConv, P. Silverius Hutauruk OFMConv.

    • 2021 – sekarang: P. Paskalis Surbakti OFMConv, P. Fransiskus Radiaman Purba OFMConv, P. Richardus Natun OFMConv.

    Paroki St. Yosef Delitua memiliki 1 gereja paroki, 46 stasi dan 109 lingkungan yang berada di 7 rayon. Berikut nama-nama stasi dan profilnya:

      1. Rayon Delitua
        Rayon Delitua adalah kumpulan 15 lingkungan di gereja paroki St. Yosep Delitua. Ke-15 lingkungan tersebut adalah: St. Maria, St. Yosef, St. Fransiskus Xaverius, St. Antonius, St. Bonaventura, St. Fransiskus Assisi, St. Maximilianus Kolbe, St. Petrus, St. Lusia, St. Paulus, St. Thomas Aquinas, St. Markus Penginjil, St. Mikael, St. Rafael, St. Agustinus.

      2. Rayon Namorambe
        Rayon Namorambe terdiri dari 7 stasi yang berada di Kecamatan Namorambe. Ke-7 stasi itu adalah:
        1) Stasi St. Maria Namorambe
        Stasi St. Maria Namorambe didirikan pada tahun 1963 oleh P. Diego v.d. Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat di stasi ini adalah 193 kepala keluarga, 585 jiwa.
        2) Stasi St. Fransiskus Xaverius NamorambeStasi St. Fransiskus Xaverius Pasar 3 Namorambe didirikan pada tahun 1967 oleh P. Diego v.d. Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 333 kepala keluarga, 1.256 jiwa.
        3) Stasi St. Petrus Tangkahan
        Stasi St. Petrus Tangkahan didirikan pada 2002 oleh Andreas Gurusinga OFMConv Jumlah umat 67 kepala keluarga, 197 jiwa.
        4) Stasi St. Rita Namo Pinang
        Stasi St. Rita Namo Pinang didirikan pada tahun 1969 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 140 kepala keluarga, 489 jiwa.
        5) Stasi St. Daniel Batu Mbelin
        Stasi St. Daniel Batu Mbelin didirikan pada tahun 1971 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 61 kepala keluarga, 207 jiwa.
        6) Stasi St. Yosef Salang Tungir
        Stasi St. Yosef Salang Tungir didirikan pada tahun 1965 oleh P. Diego v.d. Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 32 kepala keluarga, 116 jiwa.
        7) Stasi St. Bernardus Rampah
        Stasi St. Bernardus Rampah didirikan pada tahun 1969 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 109 kepala keluarga, 351 jiwa.

     

      1. Rayon Birubiru

    1) Stasi St. Fransiskus Assisi Birubiru 
    Stasi St. Fransiskus Assisi Birubiru didirikan pada tahun 1968 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 150 kepala keluarga, 519 jiwa.
    2) Stasi St. Yusuf Rumah Great 
    Stasi St. Yusuf Rumah Gerat didirikan pada tahun 2006 oleh P. Andreas Gurusinga, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 67 kepala keluarga, 246 jiwa.
    3) Stasi St. Penebus Pertumbuken
    Stasi St. Penebus Pertumbuken didirikan pada tahun 1989 oleh P. Antonio Razzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 64 kepala keluarga, 225 jiwa.
    4) Stasi St. Kosmas dan Damianus Sarilaba
    Stasi St. Kosmas dan Damianus Sarilaba didirikan pada tahun 1988 oleh P. Salvatore Sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 73 kepala keluarga, 232 jiwa.
    5) Stasi St. Suci Ujung Beringin 
    Stasi St. Suci Ujung Beringin didirikan pada tahun 1970 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 68 kepala keluarga, 217 jiwa.
    6) Stasi St. Vitalis Mbaruai 
    Stasi St.Vitalis Mbaruai didirikan pada tahun 1978 oleh P. Salvatore Sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 107 kepala keluarga, 388 jiwa.
    7) Stasi St. Maria Simpang Ranting
    Stasi St. Maria Simpang Ranting didirikan pada tahun 1970 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 64 kepala keluarga, 215 jiwa.
    8) Stasi Keluarga Kudus Cinta Adil
    Stasi Keluarga Kudus Cinta Adil didirikan pada tahun 1968 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 117 kepala keluarga, 408 jiwa. 
    9) Stasi St. Yohanes Bosco Simpang Namo Pinang
    Stasi St. Yohanes Bosco Simpang Namo Pinang didirikan pada tahun 1985 oleh P. Salvatore Sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 51 kepala keluarga, 183 jiwa.
    10) Stasi St. Lusia Ajibaho
    Stasi St. Lusia Ajibaho didirikan pada tahun 1989 oleh P. Antonio Razzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 67 kepala keluarga, 205 jiwa.

      1. Rayon Talun Kenas

    1) Stasi St. Klara Talun Kenas
    Stasi St. Klara Talun Kenas didirikan pada tahuj 1968 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 233 kepala keluarga, 824 jiwa.
    2) Stasi St. Antonius Padua Besamat
    Stasi St. Antonius Padua Besamat didirikan pada tahun 1984 oleh P. Salvatore Sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 72 kepala keluarga, 224 jiwa.
    3) Stasi St. Elisabet Kampung Dalam 
    Stasi St. Elisabet Kampung Dalam didirikan pada tahun 1985 oleh P. Salvatore sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 50 kepala keluarga, 188 jiwa.
    4) Stasi St. Mikael Lau Buluh
    Stasi St. Mikael Lau Buluh didirikan pada tahun 1989 oleh P. Antonio Razzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 35 kepala keluarga, 121 jiwa.
    5) Stasi St. Fransiskus Assisi Bintang Meriah
    Stasi St. Fransiskus Assisi Bintang Meriah didirikan pada tahun 1967 oleh P. Diego v.d Biggelaar OFMCap. Jumlah umat sebanyak 122 kepala keluarga, 441 jiwa.
    6) Stasi St. Tarsisius Namo Puli  
    Stasi St. Tarsisius Namo Puli didirikan pada tahun 1970 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 173 kepala keluarga, 590 jiwa.
    7) Stasi St. Fransiskus Antonius Fasani Siguci
    Stasi St. Fransiskus Antonius Fasani Siguci didirikan pada tahun 1975 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 65 kepala keluarga, 216 jiwa.
    8) Stasi Kristus Raja Namo Serit
    Stasi Kristus Raja Namo Serit didirikan pada tahun 1975 oleh P. Giuseppe Brentazzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 62 kepala keluarga, 216 jiwa.
    9) Stasi Hati Kudus Yesus Cinta Damai
    Stasi Hati Kudus Yesus Cinta Damai didirikan pada tahun 1969 oleh P. Giuseppe Brentazzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 85 kepala keluarga, 286 jiwa.

      1. Rayon Negara 

    1) Stasi Hati Kudus Yesus Negara 
    Stasi Hati Kudus Yesus Negara didirikan pada tahun 1966 oleh P. Diego v.d. Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 116 kepala keluarga, 405 jiwa.
    2) Stasi St. Rita Sinar Kemenangen
    Stasi St. Rita Sinar Kemenangen didirikan pada tahun 1979 oleh P. Giuseppe Brentazzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 17 kepala keluarga, 63 jiwa.
    3) Stasi St. Lukas Bangun Jati
    Stasi St. Lukas Bangun Jati didirikan pada tahun 1963 oleh P. Lukas Renders, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 35 kepala keluarga, 135 jiwa.
    4) Stasi St. Yohanes Baptista Juma Tombak
    Stasi St. Yohanes Baptista Juma Tombak didirikan pada tahun 1972 oleh P. Lukas Renders, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 45 kepala keluarga, 143 jiwa.
    5) Stasi St. Bonaventura Lau Rempak
    Stasi St. Bonaventura Lau Rempak didirikan pada tahun 1970 oleh P. Antonio Murru, OFMconv. Jumlah umat sebanyak 47 kepala keluarga, 168 jiwa.

      1. Rayon Tanjung Morawa

    1) Stasi St. Maria Fatima Tanjung Morawa
    Stasi St. Maria Fatima Tanjung Morawa didirikan pada tahun 1965 oleh P. Diego v.d Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 198 kepala keluarga, 782 jiwa.
    2) Stasi St. Antonius Padua Bangun Mulia
    Stasi St. Antonius Padua Bangun Mulia didirikan pada tahun 1966 oleh P. Diego v.d Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 152 kepala keluarga, 550 jiwa.
    3) Stasi St. Theresia Avila Sigara-gara
    Stasi St. Theresia Avila Sigara-gara didirikan pada tahun 1966 oleh P. Diego v.d Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 287 kepala keluarga, 1090 jiwa.
    4) Stasi Salib Suci Bangun Setia Psr.1
    Stasi Salib Suci Bangun Setia Psr. 1 didirikan pada tahun 1976 oleh P. Giuseppe Brentazzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 44 kepala keluarga, 153 jiwa.
    5) Stasi St. Maria Immakulata Bangun Setia Psr.3
    Stasi St. Maria Immakulata Bangun Setia Psr. 3 didirikan pada tahun 1968 oleh P. Diego v.d Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 104 kepala keluarga, 342 jiwa.
    6) Stasi St. Paulus Ujung Serdang
    Stasi St. Paulus Ujung Serdang didirikan pada tahun 1967 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 162 kepala keluarga, 588 jiwa.
    7) Stasi St. Maria Asumpta Undian
    Stasi St. Maria Asumpta Undian didirikan pada tahun 1966 oleh P. Diego v.d Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 154 kepala keluarga, 633 jiwa.
    8) Stasi Para Malaikat Bangun Rejo
    Stasi Para Malaikat Bangun Rejo didirikan pada tahun 1975 oleh P. Giuseppe Brentazolli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 53 kepala keluarga, 212 jiwa.

      1. Rayon Penen

    1) Stasi St. Maria Penen
    Stasi St. Maria Penen didirikan pada tahun 1968 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 166 kepala keluarga, 592 jiwa.
    2) Stasi St. Lusia Tembengen
    Stasi St. Lusia Tembengen didirikan pada tahun 1969 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 67 kepala keluarga, 223 jiwa.
    3) Stasi St. Paulus Rambe
    Stasi St. Paulus Rambe didirikan pada tahun 1983 oleh P. Carmelo Comina, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 35 kepala keluarga, 133 jiwa.
    4) Stasi St. Yosep Kupertino Periaria
    Stasi St. Yosep Kupertino Periaria didirikan pada tahun 1975 oleh P. Salvatore Sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 80 kepala keluarga, 279 jiwa.
    5) Stasi St. Mikael Pernangenen
    Stasi St. Mikael Pernangenen didirikan pada tahun 1977 oleh P. Salvatore Sabato OFMConv. Jumlah umat sebanyak 45 kepala keluarga, 167 jiwa.
    6) Stasi St. Yohanes Lau Rakit
    Stasi St. Yohanes Lau Rakit didirikan pada tahun 1990 oleh P. Antonio Razzoli OFMConv. Jumlah umat sebanyak 77 kepala keluarga, 241 jiwa.
    7) Stasi St. Pius X Mardinding
    Stasi St. Pius X Mardinding didirikan pada tahun 1978 oleh P. Carmelo Comina OFMConv. Jumlah umat sebanyak 27 kepala keluarga, 98 jiwa.


    Ada 4 komunitas religius di wilayah Paroki Delitua, yakni:

      1. Komunitas Ordo Saudara Dina Konventual Provinsi Indonesia
        Komunitas ini menjadi tempat tinggal para pastor yang melayani Paroki Delitua. Selain komunitas, kuria provinsialat juga juga berada di kompleks yang sama. Di bagian belakang kompleks ada komunitas postulan Konventual. Selain tugas pastoral paroki, beberapa saudara Konventual ditugaskan untuk memimpin ordo provinsi Indonesia, berkarya dalam pendampingan postulan Konventual, beberapa ditugaskan sebagai dosen di Sekolah Tinggi Pastoral St. Bonaventura KAM Delitua.

      2. Komunitas Suster Fransiskan St. Elisabeth (FSE) Delitua
        Kompleks FSE ini berdampingangan dengan kompleks Persaudaraan Konventual. Di dalam kompleks FSE ini ada komunitas Suster FSE, novisiat FSE, Panti Asuhan St. Angela. Mereka berkarya untuk mendampingi calon-calon suster, pendampingan para penghuni panti asuhan, terlibat dalam karya pastoral di paroki, mengelola Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) St. Fransiskus Assisi.

     

      1. Komunitas Suster-Suster Putri Karmel Talun Kenas
        Komunitas ini bernama Pertapaan Putri Karmel. Berada di Talun Kenas Kecamatan Senembah Tanjung Muda (STM) Hilir. Hadir di Talun Kenas sejak 5 September 2007. Suster-suster ini bersama Komunitas Carmelitae Sancti Eliae (CSE) berkarya dalam bidang pusat pembinaan spiritual bagi para calon mereka, pelayanan umum kepada umat dalam bentuk retret, rekoleksi, pendalaman iman, kursus Kitab Suci, pelayanan doa dan penyembuhan. Selain itu mereka terlibat sebagai pendamping Kelompok Kategorial Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) di paroki St. Fransiskus Assisi Padang Bulan, Paroki St. Antonius Padua Hayam Wuruk, Paroki St. Maria Tanjung Slamat, Paroki St. Fransiskus Assisi Berastagi, Paroki Santa Perawan Maria Kabanjahe, dan Paroki Santo Petrus dan Paulus Kabanjahe.

     

      1. Komunitas Carmelitae Sancti Eliae (CSE) Talun Kenas
        Komunitas ini berada satu lokasi dengan para Suster Putri Karmel. Karya pelayanan mereka berpadu dengan pelayanan Suster Putri Karmel. Komunitas ini dihuni oleh seorang imam dan seorang frater.

     

    1. Komunitas Pendidikan di Wilayah Teritorial Paroki
      Ada beberapa sekolah Katolik di wilayah paroki St. Yosep Delitua, mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK) hingga perguruan tinggi. PAUD St. Fransiskus Assisi dikelola oleh Suster FSE. Yayasan Betlehem Bandar Baru memiliki 1 sekolah Taman Kanak-Kanak di Namorambe dan 2 tingkat SD di Namorambe dan Batu Mbelin. Sekolah-sekolah lainnya dikelola oleh yayasan keuskupan, seperti SMP-SMA Deli Murni Delitua, SMP-SMA St. Antonius Bangun Mulia, SD-SMP St. Maria Penen, dan SD RK Namopuli. Selain itu di paroki ini ada Sekolah Tinggi Pastoral St. Bonaventura di Delitua yang dikelola oleh Yayasan Budi Murni.

     

     

    • Konteks Teritorial

    Wilayah pelayanan Paroki St. Yosep Delitua berada di 7 Kecamatan bagian dataran tinggi Kabupaten Deli Serdang. Rayon Negara dan Rayon Talun Kenas berada di Kecamatan STM. Hilir dan beberapa stasi Kec. Patumbak. Rayon Tanjung Morawa berada di Kec. Tanjung Morawa dan ada 1 stasi berada di wilayah kota Medan, yakni stasi Bangun Mulia. Rayon Delitua berada di Kelurahan Delitua, Rayon Biru berada di Kec. Birubiru, dan Rayon Namorambe berada di Kec. Namorambe. Pusat paroki berada di Delitua. Delitua secara teritorial mungkin tidak berada di titik sentral, tetapi secara historis menjadi sentral karena sudah sejak lama menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk bagian dataran tinggi. Hingga sekarang pasar pekan hari Kamis di Delitua masih hidup. Kadang-kadang aktivitas umat dari pedalaman sering dibarengi dengan aktivitas berbelanja ke pekan.

    Beberapa stasi relatif sulit dijangkau karena kondisi infrastruktur jalan yang belum baik, seperti beberapa stasi di rayon Penen (Mardinding, Pernangenan, dan Rambe) dan rayon Negara (Juma Tombak dan Lau Rempak). Sebagai bagian dataran tinggi Deliserdang, wilayah paroki Delitua umumnya berbukit. Ada beberapa sungai besar yang melintasi wilayah paroki Delitua, antara lain Sungai Deli, Sungai Belumai, dan Sungai Seruai di mana sekarang sedang dibangun bendungan Lau Simemei yang berkapasitas tampung 21,07 juta meter kubik. Potensi alam ini bisa berdampak positif bagi umat secara ekonomi. Tetapi bisa juga berdampak negatif dalam bentuk bencana banjir. Dalam sepuluh tuhun terakhir ini beberapa umat Katolik terdampak banjir bandang. Dampaknya ialah kerusakan rumah dan bahkan korban nyawa. Banyaknya proyek galian C di hulu sungai berdampak negatif pada lingkungan dan kehidupan banyak orang.

     

    • Konteks Kategorial

    Kalau diurutkan berdasarkan jumlah populasi maka dapat dikategorikan bahwa mayoritas umat di Paroki St. Yosep Delitua berprofesi sebagai petani. Sebagian besar wilayah paroki Delitua adalah daerah (bekas) perkebunan dan pertanian rakyat. Atas dasar itu paroki memberi perhatian pada kaum petani dengan membentuk kelompok tani dan penguatan pada seksi Pengembangan Sosial Ekonomi. Pada urutan kedua ada ASN dan pegawai swasta (guru dan pekerja kantor), disusul oleh buruh. Wilayah paroki yang berbatas dengan kota Medan seperti Tanjung Morawa, Patumbak, Namorambe adalah tempat dimana banyak ditemukan pabrik. Pabrik tersebut adalah tempat di mana banyak umat Katolik paroki Delitua bekerja. Kelompok umat yang kemudian adalah pedagang dan pemilik usaha.

    Menurut data BIDUK mayoritas tingkat pendidikan umat di paroki ini adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) (42%), diploma dan sarjana (15,68%). Beberapa bahkan ada yang pendidikannya sudah setingkat S2 (0,48%). Selain itu masih ada juga umat yang tingkat pendidikannya hanya tamat SMP (15,52%), bahkan ada yang hanya tamat SD (19,56%). Dengan demikian boleh dikatakan bahwa mayoritas (57,68%) SDM umat di paroki ini berpendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi.

     

    • Konteks Sosial Kemasyarakatan

    Umat paroki St. Yosep Delitua sangat majemuk. Mayoritas umat Katolik paroki ini adalah Batak Karo. Karena itu, kebanyakan stasi masih menggunakan bahasa Karo dalam peribadatan (68,1%), 15 stasi yang berdekatan dengan kota Medan dan stasi-stasi yang sudah mengalami banyak pembauran etnis menggunakan bahasa Indonesia dalam ibadat (31,91%). Setelah itu populasi yang menonjol adalah suku Batak Toba, Simalungun, Pakpak, Angkola. Di beberapa stasi populasi Jawa, Flores, dan Tionghoa. Satu stasi di Rayon Negara, St. Rita Sinar Kemenangan, masih menggunakan bahasa Batak Toba dalam peribadatan.
    Dari komposisi agama, Paroki St. Yosef Delitua berada di antara agama-agama lain atau denominasi Kristen lain. Pada umumnya agama lain itu terdiri dari Islam, dan sedikit Buddha. Terdapat banyak gereja-gereja subdenominasi Kristen lain, seperti HKBP, GKPS, GBKP, GKPA, GKPI, HKI, Pentakosta, GBI, Advent, GKII, dan banyak lagi yang lain. Umat Katolik berbaur dengan masyarakat dari Gereja dan agama lain dengan harmonis. Sejauh ini tidak pernah terjadi konflik umat Katolik dengan umat dari agama maupun gereja lain.
    Beberapa umat Katolik membangun relasi yang baik dengan penganut agama lain maupun umat Kristen lain melalui Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Ada beberapa orang yang terlibat di FKUB.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Binjai

    Pelindung

    :

    Maria Bunda Pertolongan Abadi

    Buku Paroki

    :

    Sejak 1 Januari 1980. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Katedral Medan

    Alamat

    :

    Jl. Sukarno Hatta 178, Binjai – 201731

    Telp/WA

    :

    0821-6495-5865

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    1.731 KK / 6.104 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    28

    01. Air Tenang
    02. Bahorok
    03. Batu Katak
    04. Batu Mandi
    05. Belilir
    06. Buah Raja
    07. Bunga Tanjung
    08. Janji Matogu
    09. Kuala Sawit
    10. Kendit
    11. Kuta Parik
    12. Manggusta
    13. Namu Terasi
    14. Namu Ukur
    15. Nauli Selayang
    16. Pekan Sawah
    17. Percihen
    18. Rumah Galuh
    19. Sangga Pura
    20. Sapta Marga
    21. Sawit Hulu
    22. Sawit Seberang
    23. Stabat
    24. Simpang Empat
    25. Tanjung Langkat
    26. Telagah
    27. Tanjung Beringin
    28. Unit Perkebunan Langkat

    RP. Hironimus Radjutuga, OCD

    27.07.'72

    Parochus

    RP. Thedorus Goli Ruing OCD

    RP. Winfried Watu Nono, OCD

    05.07.‘79

    05.06.'85

    Vikaris Parokial

    Vikaris Parokial

    Sejarah Paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai

    Kota Binjai merupakan salah satu Kota di Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat, serta berada pada jalur transportasi utama yang menghubungkan Provinsi Sumatera Utara dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Di daerah yang hanya berjarak kurang lebih 22 Km dari Kota Medan inilah, tepatnya di Jalan Soekarno Hatta Km 21 Kelurahan Tanah Tinggi Binjai, terlihat berdiri dengan megahnya sebuah bangunan gereja bernama Gereja Katolik Maria Bunda Pertolongan Abadi (MBPA). Rumah tempat ibadat bagi umat Gereka Katolik tersebut dibangun di atas tanah berukuran 22 M x 60 M lengkap dengan menara loncengnya, dengan model bangunan permanen berlantai keramik.

    Tonggak awal berdirinya Paroki Binjai masih terdapat kesimpangsiuran. Dasar penentuan kapan berdirinya Paroki Binjai menjadi penting dalam menentukan berdirinya Paroki Binjai. Berikut fakta sejarah yang dapat digunakan sebagai pertimbangan penentuan kapan tonggak awal berdirinya Paroki Binjai.

    Sekitar tahun 1950-an, telah ada umat Katolik pendatang dari Tapanuli Utara yang bermukim di sekitar Kota Binjai dan Kabupaten Langkat. Sekitar tahun 1954-an, telah berkumpul dan melakukan peribadatan Katolik, kurang lebih 8 orang Kepala Keluarga (KK). Mereka berkumpul dan beribadah di rumah salah satu dari mereka. Pada awalnya, perkumpulan tersebut dilakukan tidak secara rutin namun sekali-sekali sesuai dengan acara atau undangan yang mereka buat. Pada masa ini, mereka sempat mengundang seorang Imam (Pastor Dieggo Biggelar OFM Cap) untuk mendampingi mereka dalam perkumpulan dan peribadatan. Namun karena perkumpulan dan peribadatan dilakukan tidak secara rutin dan tidak dianggap sebagai suatu kebutuhan maka pada masa itu, perkumpulan dan peribadatan sempat terhenti.

    Beberapa waktu setelah perkumpulan dan peribadatan terhenti, kerinduan berkumpul dan beribadat sesuai dengan iman mereka kembali muncul. Kerinduan tersebut mengarahkan mereka akan kesepakatan bersama memanggil Pastor Dieggo Biiggelar OFM Cap (lebih akrab dikenal sebagai Op. Bornok Simbolon) dan menjadikan beliau sebagai Pemimpin dan pembimbing mereka. Semenjak saat itu, perkumpulan dan peribadatan yang semula dilakukan hanya sesekali dan di rumah salah satu dari mereka, berubah menjadi rutin dan dilakukan secara bergantian dari satu rumah ke rumah yang lain. Perkumpulan dan peribadatan dengan model demikian, menarik bagi orang-orang di sekitar mereka sehingga tidak beberapa lama, perkumpulan mereka berkempang secara pesat.

    Selama setahun berjalannya waktu dengan model perkumpulan dan peribadatan yang rutin dan bergilir, perkumpulan umat katolik yang awalnya hanya 8 orang Kepala Keluarga (KK) meningkat menjadi 50 orang Kepala Keluarga (KK). Dengan perkembangan tersebut, rumah-rumah yang dikunjungi tidak mampu menampung seluruh dari mereka dalam perkumpulan dan peribadatan. Demi dapat menampung seluruh umat saat itu dalam perkumpulan dan peribadatan, mereka menyepakati untuk mencari areal pertapakan untuk pembangunan gereja.

    Sekitar tahun 1955-an, salah satu dari mereka, merelakan tanah rumahnya untuk dibebaskan dan diganti rugi guna dijadikan pertapaan gereja. Lokasi tanah tersebut sangat strategis, tanah seluas 10 m x 60 m berada di Jalan Lintas Sumatera Utara Medan-Aceh Jl. Soekarno-Hatta Km 21. Pada Tahun 1959, mulai berdiri Gereja Katolik Binjai dengan nama pelindung Maria Immaculata yang diikuti dengan pendirian Gereja Katolik Paskalis Diski di Jalan Medan- Aceh Km 14,5. Pelayanan bagi umat pada masa ini, dilayani oleh para Pastor dari Paroki Katedral Medan.

    Seiring berjalannya waktu, perkembangan umat Katolik semakin bertumbuh. Di tahun-tahun awal setelah berdirinya Gereja Katolik Maria Immaculata Binjai (sekitar 1959 – 1970), beberapa Pastor dari Ordo Kapusin ikut serta dalam penggembalaan umat Katolik Binjai. Selanjutnya, sejak tahun 1970, sejumlah Pastor Missionaris dari Kanada seperti Pastor Magela PME, Pastor Josue Steidner OFMCap dan Pastor Gregori PME mulai menggembalakan dan memberikan pelayanan bagi Umat Binjai. Melalui penggembalaan para missionaris inilah, muncullah beberapa stasi yang berada di sekitar daerah Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai dan Kabupaten Langkat yang secara teritorial menjadi bagian penggembalaan Gereja Paroki Immaculata Binjai. Pada missionaris dari Kanada inilah yang memiliki andil besar dalam terbentukanya Paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai.

    Pada masa penggembalaan para misionaris Kanada, pada tahun 1978, di Jl. Soekarno-Hata, dibangunlah sekretariat paroki dan juga pastoran. Dilanjutkan, pada tahun 1979, dilakukan renovasi bangunan gereja dari semi permanen menjadi permanen. Setahun setelah itu, pada tahun 1980, lahan gereja diperluas hingga 22m x 60 m. Di tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 1 Januari 1980 diresmikanlah Binjai – Langkat sebagai Paroki Baru di bawah Keuskupan Agung Medan dengan nama pelindung Maria Bunda Pertolongan Abadi.

    Meskipun dari sejarah awal tonggak berdirinya Paroki Binjai pada sekitar tahun 1950-an, terdapat fakta sejarah bahwa berdasarkan Liber Baptis Katedral Medan, terdapat peristiwa pembaptisan atas warga Binjai yang berlangsung pada tahun 1927. Dari hal tersebut, bila dasar tonggak sejarah Paroki pada Baptisan awal, maka tonggak berdirinya paroki Binjai adalah pada tahun 1927.

    Sejak tahun 1983 penggembalaan paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai diserahkan kepada imam diosesan Keuskupan Agung Semarang. Selama kurang lebih 40 tahun paroki MBPA Binjai digembalakan oleh imam-imam diosesan Keuskupan Agung Semarang, yang bekerja sama dengan imam diosesan Keuskupan Agung Medan hingga sampai perkembangan paroki pada saat ini.

    Pada tanggal 24 juni tahun 2022, penggembalaan paroki MBPA Binjai diserahkan kepada Biarawan Ordo Karmelit Tak berkasut (OCD). Uskup Agung Semarang secara resmi menarik seluruh imam diosesan KAS yang berkarya di KAM. Pada saat itu juga, Uskup Agung Medan Mgr. Kornelius Sipayung secara resmi memberikan penggembalaan Paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai kepada OCD. Adapun pastor yang melayani di paroki MBPA Binjai saat ini yaitu RP. Ibrahim Riberu, OCD sebagai pastor paroki dan RP. Theodorus Goli Ruing, OCD sebagai vikaris parokial.

    Perkembangan umat di paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dilihat dari pemekaran Paroki St. Paulus Pangkal Brandan pada tahun 2003 dan pemekaran kuasi paroki St. Paskalis Diski pada tahun 2018.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Rantauprapat

    Pelindung

    :

    Santo Petrus Rasul

    Buku Paroki

    :

    Sejak 15 Agustus 2015. Sebelumnya bergabung dengan Aek Nabara

    Alamat Pastoran

    :

    Pastoran Katolik, Jl. Pelita III, Kab. Labuhan Batu, Rantauprapat– 21413

    HP/WA

    :

    0822 7488 9542

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    555 KK / 2.328 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    8

    01. Aek Putat Nias
    04. Pondok Papan
    07. Sumber Mulyo
    02. Meilil Julu
    05. Sigambal
    08. Tapian Nauli
    03. Nahula Julu
    06. Suka Makmur
     

    RP. Nasarius Rumairi Marilalan, SX

    01.12.‘69

    Parochus

    RP. Adventus Ignatius Zalukhu, SX

    20.12.'74

    Vikaris Parokial


    Jadwal Misa Gereja Paroki Rantauprapat

    Sumber: Sekretariat Paroki (22-11-2024)

    Misa Harian (Selasa - Jumat) 06:00 WIB
    Misa Hari Sabtu / Malam Minggu 18.00 WIB (Ada misa bila anak sekolah/ asrama putra dan putri dalam masa bersekolah. Bila libur anak sekolah, misa di hari sabtu ditiadakan)
    Misa Hari Minggu 08:00 WIB 11:00 WIB (khusus jika ada Sakramen Baptis)
    Malam Natal / Vigili Natal 18:30 WIB (Paroki & Stasi)
    Hari Raya Natal 09:00 WIB (Paroki)
    Misa Malam Tahun Baru 20:00 WIB (Paroki) 19:00 WIB (Stasi)
    Misa Tahun Baru, Hari Minggu Paskah 08:00 WIB (Paroki) 09:00 WIB / 11:00 WIB (Stasi)
    Misa Rabu Abu 06:00 WIB & 17:00 WIB (Paroki) 17:00 WIB (Stasi)
    Kamis Putih & Sabtu Suci 18:00 WIB (Paroki & Stasi)
    Jumat Agung 15:00 WIB (Paroki & Stasi)
    *Jadwal misa bisa berubah sewaktu-waktu, silahkan dihubungi kontak sekretariat paroki yang bersangkutan, terima kasih.

    Sejarah Paroki St. Petrus Rasul - Rantauprapat

    Rantauprapat mengalami perkembangan pesat dengan adanya jalur transportasi darat yaitu jalan darat Lintas Timur dan jalur Kereta antara Medan dan Rantauprapat sangat lancar. Jalur Kereta api sudah ada sejak zaman Belanda, karena adanya perkebunan di sekitar Rantauprapat. Sedangkan jalur kereta api Rantauprapat - Dumai sedang dalam pekerjaan. Bahkan pemerintah juga sudah merencanakan pembangunan Bandar Udara di Aek Nabara.

    Karena perkembangan begitu pesat, Labuhan Batu dimekarkan menjadi 3 Kabupaten, dan Rantauprapat tetap menjadi ibukota Kabupaten Labuhanbatu Induk, dengan jumlah penduduk sekitar 494.178, (sensus penduduk tahun 2019). Dan penduduk kecamatan Rantauprapat Utara dan Selatan Sebanyak 167.874 jiwa.

    Adapun teritorial paroki St. Petrus Rasul, Rantauprapat, terletak di tiga Kabupaten berbeda, (2 Stasi terletak di Kabupaten Padang Lawas Utara, 1 stasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara), merupakan pemekaran dari Paroki St. Fransiskus Asisi, Aek Nabara. Paroki Rantauprapat bagian Selatan berbatasan dengan Paroki Aek Nabara, bagian Barat berbatasan dengan Paroki Padang Sidempuan, Keuskupan Sibolga, dan bagian Utara berbatasan dengan Paroki Aek Kanopan, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Labura.

    Pada tahun 2013, Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus Sinaga OFMCap mengeluarkan surat keputusan untuk menjadikan Stasi Rantauprapat, Paroki Aek Nabara menjadi Paroki baru. Maka, menanggapi SK Uskup Agung Medan itu, Pastor Paroki Aek Nabara, RP. Nasarius Rumairi M. SX, langsung membentuk panitia, untuk mengambil langkah-langkah konkret menuju pendirian Paroki Rantauprapat, di Keuskupan Agung Medan.

    Maka, diputuskan untuk membangun segera, kantor Paroki atau Pastoran, atau disebut dengan istilah Catholic Center, Rantauprapat, dengan persetujuan Uskup Agung Medan. Pada tanggal 2 Desember 2014, peletakan batu pertama yang dihadiri oleh Bupati Labuhan Batu, Bapak Tigor Panusunan Siregar dan Mgr. Emeritus Alfred G. Pius Datubara OFMCap, dan umat dari stasi-stasi terdekat serta dewan Pastoral Paroki Aek Nabara. Pada tanggal 15 Agustus 2015, SK pendirian Paroki Rantauprapat secara resmi dikeluarkan oleh Uskup Agung Medan. Dan, pada tanggal 8 Mei 2016 dilaksanakan pemberkatan Gedung Catholic Center, Rantauprapat oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap. Pemakaian istilah Catholic Center hanya untuk alasan teknis, supaya dikenal oleh masyarakat dan pemerintah setempat, dengan perbandingan dan kenyataan bahwa di setiap kabupaten di Sumatera Utara secara khusus dan Indonesia secara umum terdapat Islamic Center.

    Adapun Dewan Pastoral Paroki Rantauprapat dibentuk berdasarkan konsultasi dengan Vikjen KAM, pastor Paroki Aek Nabara, dan Dewan Paroki Aek Nabara. Maka, disepakati bahwa yang menjadi anggota Dewan Pastoral Paroki St. Petrus Rantauprapat adalah semua anggota dewan pastoral Paroki Aek Nabara yang berdomisili di Rantauprapat, dengan persetujuan dari masing-masing anggota DPP dan sekitarnya, ditambah dengan beberapa anggota baru, dari stasi-stasi dan lingkungan. Wilayah Paroki Rantauprapat adalah Rayon Rantauprapat yang masuk dalam Paroki Aek Nabara. Rayon Rantauprapat, yang kemudian menjadi Paroki Rantaurapat terdiri dari 8 stasi dan 11 lingkungan. 4 stasi yang umatnya adalah mayoritas dari etnis Nias, sedangkan stasi-stasi dan lingkungan lainnya berasal dari berbagai etnis.

    Setelah Paroki Rantauprapat diresmikan, maka Pastor Paroki Aek Nabara, P. Nasarius Rumairi menjabat sebagai administrator Paroki Rantauprapat, yang kemudian menjadi parokus pertama, sambil melanjutkan pembangunan Gua Maria dan rencana renovasi bangunan Gereja. Pada peresmian dan pemberkatan Gedung Catholic Center, Uskup Agung Medan, meminta kepada pastor paroki untuk membangun Gua Maria, demi meningkatkan devosi umat, serta memperbesar atau merenovasi gedung Gereja Paroki yang sudah ada tetapi belum bisa menampung semua umat Paroki. Pada bulan April 2018, Paroki Rantauprapat mempunyai pastor Paroki sendiri, dan dibantu oleh para pastor dari Aek Nabara.

    Sebelum paroki Aek Nabara berdiri pada tahun 1978, di Rantauprapat sudah ada kelompok umat yang menjadi cikal bakal Stasi Rantauprapat yang dilayani dari Aek Kanopan dan Tanjung Balai. Kelompok umat dari Etnis Jawa, Tionghoa, dan Batak, terbentuk pada tahun 1954. Pada tahun 1955, umat di Rantauprapat membeli sebidang tanah di Padang Matinggi, dan membangun Gereja pertama di Rantauprapat. Setahun kemudian, Gereja rampung dibangun dan diberkati oleh Vikaris Apostolik Medan (pada masa itu), Mgr. Mathias Leonardus Trudon Brans OFMCap, dengan jumlah umat 16 KK.

    Pada tahun 1965, jumlah umat sudah 20 KK, atau 80 jiwa dan pada tanggal 4 April 1965, diadakan perayaan/penerimaan Sakramen Krisma pertama. Pada tanggal 3 Februari 1980, gereja yang didirikan di Padang Matinggi terbakar. Adapun penyebab kebakaran tersebut tidak jelas diketahui, tetapi umat menduga bahwa kebakaran itu adalah ulah orang yang tidak beranggung jawab. Sejak saat itu, umat melakukan ibadat dari rumah ke rumah. Situasi ini, semakin menguatkan umat dan berkembang dalam jumlah serta kualitas iman. Umat kemudian mencari pertapakan tanah untuk membangun Gereja baru. Pembangunan gereja baru selesai pada tahun 1982, dan diberkati oleh Uskup Agung Medan, Mgr. A.G.Pius Datubara OFMCap pada 15 Mei 1982. Adapun daya tampung gereja itu adalah sekitar 200 orang.

    Sejak saat itu, jumlah umat Katolik makin berkembang. Bangunan Gereja yang baru diberkati tahun 1982, dirasa tidak memadai lagi. Para Suster KYM mulai membangun sekolah di Rantauprapat. Umat stasi Rantauprapat bersama dengan para pastor Misionaris Xaverian dari Paroki Aek Nabara memutuskan membangun gereja baru yang bisa menampung umat lebih banyak. Peletakan batu pertama dilaksanakan 1994, yang dipimpin Mgr. A.G. Pius Datubara OFMCap bersama dengan pastor paroki Aek Nabara. Pembangunan Gereja berjalan dengan lancar. Umat begitu antusias memberi sumbangan. Pembangunan gereja akhirnya rampung dan diberkati oleh Mgr. Pius Datubara OFMCap pada 18 Juni 1995.

    Pada tahun 2006, ketika perayaan 50 tahun berdirinya Stasi Rantauprapat, jumlah umat sudah 210 KK, atau sekitar 1000an jiwa. Dengan kehadiran Sekolah Bintang Timur dan Asrama Putri di Rantauprapat, sangat membantu dalam pewartaan iman. Para guru dan para suster KYM juga sangat aktif dalam perwartaan di lingkungan dan stasi-stasi.

    Pada tahun 2014, secara resmi berdiri lagi dua stasi, yaitu stasi Nahula Julu (Kabupaten Paluta, Padang Lawas Utara) dan Meilil Julu. Umat kedua stasi ini berasal dari Etnis Nias. Kunjungan dan pelayanan dilakukan oleh para pastor dari Aek Nabara. Pertambahan umat di kota Rantauprapat semakin meningkat dengan kehadiran para pegawai pemerintah atau perusahan-perusahaan perkebunan. Selain itu, adanya pemekaran kabupaten, Labuhan Batu menjadi tiga kabupaten, juga ikut mempengaruhi pertambahan jumlah umat di rantauprapat. Mereka (umat) yang tinggal di Medan, ada juga yang mulai menetap di Rantauprapat. Hal tersebut menjadi tanda-tanda positif mengenai perkembangan umat di Rantauprapat.

    Akhirnya, pada tahun 2014, Bapak Uskup, Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap, memutuskan dan mempersiapkan pendirian Paroki Rantauprapat. Dan, secara resmi, Paroki Rantaurapat berdiri pada tahun 2015. Paroki Santo Petrus Rasul Rantauprapat dilayani oleh Para pastor dari Serikat Misionaris Xaverian. Tanggal 13 Juli 1988 kongregasi KYM membuka komunitas Antonius van Erp di Rantau Parapat untuk mengelola TK, SD, SMP dan SMA Bintang Timur.

    DAFTAR STASI-STASI PAROKI RANTAUPRAPAT

    1. Stasi Santo Yosef Pekerja, Sigambal, berdiri tahun 1979. Bermula dari 18 keluarga dari HKBP datang dan meminta kepada Pastor untuk bergabung dengan Gereja Katolik. Pastor Marini SX saat itu pergi menemui pendeta dan menyampaikan masalah itu. Pendeta, menanggapi dengan mengatakan bahwa itu adalah kehendak mereka.
    2. Stasi Santa Maria diangkat ke Surga, Tapian Nauli Suka Ramai. Stasi ini merupakan pemekaran dari Stasi Santa Monika, Tanjung Harapan, Paroki Aek Nabara, yang berdiri tahun 1974.
    3. Stasi Santo Antonius Padua, Sumber Mulyo. Umat Katolik sudah hadir di sana pada tahun 1977, dan beribadat dari rumah ke rumah. Dan secara resmi, Gereja berdiri pada tahun 1981. Dan Gereja permanen diresmikan dan diberkati pada tahun 2000 oleh Vikjen KAM, Paulinus Simbolon. Stasi ini terletak di Kabupaten Labura.
    4. Stasi Santo Bonaventura, Pondok Papan, berdiri pada tahun 1995.
    5. Stasi Yohanes Pembaptis, Suka Makmur, berdiri pada tahun 1983.
    6. Stasi Santo FIlipus Neri, Melil Julu, berdiri 2014.
    7. Stasi Santo Tarsisius, Aek Putat Nias, berdiri pada tahun 1991.
    8. Santo Dionisius, Nahula Julu, berdiri tahun 2014.
    Stasi nomor 5-8, mayoritas umatnya dari etnis Nias.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Lintongnihuta

    Pelindung
    :
    Santo Koenrad Parzam
    Buku Paroki
    :
    Sejak 1 Juli 1937. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Balige
    Alamat
    :
    Jl. Sisimangaraja No.19, Onan Baru, Lintongnihuta - 22475
    Telp.
    :
    0823 6243 2219
    Email
    :
    [email protected]
    Jumlah Umat
    :
    371 KK / 1.616 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)
    Jumlah Stasi
    :
    1
    01. Nagasaribu
     
     
    RP. Krispianus Kia Anen, SVD
    05.09.’67
    Parochus
    RP. Korinus Budaya, SVD
    05.02.’83
    Vikaris Parokial

    Sejarah Paroki St. Koenrad Parzam Lintongnihuta

    Tahun 1934, Gereja Katolik mengawali misinya di Tanah Batak, di daerah Balige. Tiga tahun kemudian para misonaris membawa warta keselamatan /Injil ke Pulau Samosir, wilayah Silindung dan Lintongnihuta.
    Tanggal 01 Juli 1937, P. Diego Van den Biggelaar, OFM. Cap, P. Radboud Wattereus, OFM. Cap, P. Marianus Van Den Acher, OFM.Cap, dan P. Oscar Nuitjen, OFM. Cap mengawali misi pekabaran injil di Lintongnihuta. Dan tanggal 01 Juli 1937 sebagai hari berdirinya Paroki St. Koenraad Parzham Lintongnihuta. Sekalipun demikian Paroki ini masih dilayani dari paroki Balige samapi tahun 1953.
    Sejak berdirinya, paroki sudah dua kali mengalami pemekaran, yakni Paroki St. Fidelis Dolok Sanggul dan Paroki St. Kristoforus Siborongborong. Sejak tahun 2013 Paroki ini terdiri dari dua stasi, stasi Lintongnihuta/pusat dan stasi St. Petrus Nagaseribu. Keadaan umat per-September 2020 berjumlah 363 kepala keluarga dengan jumlah 1.656 jiwa. (data BIDUK).
    Tahun 1979-2005 para gembala paroki berkomunitas di Paroki St. Fidelis Dolok Sanggul. Sekalipun demikian paroki ini tetap eksis sebagai paroki, memiliki Dewan Pastoral Paroki tersendiri. Tahun 2005 - 2013 gembala paroki menetap di Stasi Siborongborong. Sejak Siborongborong definitip menjadi paroki tahun 2013 Paroki St. Koenraad Parzham dan Paroki St. Kristoforus Siborongborong dilayani gembala/pastor yang sama.
    Tahun 2014, Paroki St. Koenraad Parzham Lintongnihuta, atas restu dari Yang Mulia Uskup Agung Medan membangun kantor paroki sendiri, sehingga pelayanan administrasi paroki menjadi lebih baik dan dilayani seorang sekretaris.

    Tahun

    Nama

    1937 – 1953

    Dilayani oleh Pastor dari Paroki Balige:

    -          P. Diego Van den Biggelaar OFMCap

    -          P. Radboud Wattereus OFMCap

    -          P. Marianus Van Den Acher OFMCap

    -          P. Oscar Nuitjen OFMCap

    -          P. Oemans OFMCap

    1953 – 1955

    -          P. Diego Van den Biggelaar OFMCap

    -          P. Dionisius Schots Makers OFMCap

    1956 – 1964

    -          P. Ausfidus Lifrink OFMCap

    -          P. Isodorus Krol OFMCap

    1964 – 1967

    -          P. Asterius Van Reen OFMCap

    -          P. Isodorus Krol OFMCap

    1967 – 1978

    -          P. Nilus Wiegmans OFMCap

    -          P. Radboud Wattereus OFMCap

    -          P. Willbert De Wit OFMCap

    -          P. Johennes Weldkamp OFMCap

    -          P. Antonius Siregar OFMCap

    1979 – 1988

    -          P. Maurits Van Reen OFMCap

    -          P. Thomas Van Heuvel OFMCap

    1989 – 1993

    -          P. Antonius Siregar OFMCap

    -          P. Richard Sinaga OFMCap

    -          P. Ludovikus Siallagan OFMCap

    1993 – 1995

    -          P. Aloysius Uran OFMCap

    -          P. Petrus Sianipar OFMCap

    -          P. Arnold B. Sinaga OFMCap

    -          P. Oktavianus Situngkir OFMCap

    1995 – 1998

    -          P. Ezra Sussanto, SVD

    -          P. Ludovikus Joko, SVD

    1998 – 2000

    -          P. Josef Djaga Dawan, SVD

    -          P. Krispianus Kia Anen, SVD

    2000 - 2003

    -          P. Joseph Buku Bala, SVD

    -          P. Joseph Waryadi, SVD

    2003 – 2005

    -          P. Gabriel Madja, SVD

    -          P. Flavianus Levi Lidi, SVD

    2005 – 2012

    -          P. Flavianus Levi Lidi, SVD

    2013 – 2017

    -          P. Viktorianus Yanto Laung, SVD

    -          P. Yohanes Antonius Lelaona, SVD

    2017 – 2018

    -          P. Krispianus Kia Anen, SVD

    -          Bruder Nando, SVD

    2017 - sekarang

    -          P. Krispianus Kia Anen, SVD

    -          P. Yohanes W. Seran, SVD

    No.

    Nama Pelindung Stasi dan Tanggal Pesta/Peringatan

    Nama Lingkungan

    Tanggal Pesta/ Peringatan Pelindung

    Tahun Berdiri

    1

    St. Koenread
    Parhzam Lintongnihuta

    (21 April)

    1. St. Arnoldus Yansen, Pasar Baru –Sibatubatu

    2.   St. Filipus, Pasar Baru – Parulohan

    3.  St. Petrus, Pasar Lama

    4. St. Stevanus, Pargaulan

    5. St. Fransiskus Asisi, Pargaulan

    6. St. Lusia, Hutatua - Simpang Tolu

    7.  St. Agustinus, Silaban

    8.St. Yosef, Hutagurgur

    9.St. Maria, Sosor Mual

    10.St. Paulus Siguriguri

    11.St. Yohanes, Sitapean

    12.St. Laurensius, Paranginan

    15 Januari

     

     

    03 Mei

     

    22 Februari

    26 Desember

     

    04 Oktober

     

    13 Desember

     

    28 Agustus

    19 Maret

    01 Desember

    29 Juni

    24 Juni

    10 Agustus

    1937

    2

    St. Petrus Nagaseribu
    (22 Februari)

    1. St. Petrus

    2. St. Maria

    22 Februari

    01 Januari

     

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :