Kamis, Oktober 3, 2024
BerandaParokiParoki Medan Helvetia

Paroki Medan Helvetia

Pelindung
:
Santo Padre Pio dari Pietrelcina
Buku Paroki
:
Sejak 1 Januari 1988. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Katedral Medan dan Paroki Hayam Wuruk Medan
Alamat
:
Jl. Beringin III No. 9, Helvetia, Medan – 20124
Telp.
:
061-8448752
Email
:
padrepioparokimedan@gmail.com
Website
:
paroki-padrepio.org
Jumlah Umat
:
2.251 KK / 8.192 jiwa
(data Biduk per 05/02/2024)
Jumlah Stasi
:
7
01. St. Maria Ratu Rosario, Cinta Damai
04. St. Clara Asisi, Karya
07. St. Yakobus, Sukadono
02. St. Paulus, Helvetia

05. St. Petrus, Purwodadi
03. St. Krispinus Viterbo, Jatiyoso

06. St. Yoseph, Sei Sikambing
RP. Hilarius Kemit OFMCap
26.06.'71
Parochus
RP. Harold Harianja OFMCap
10.05.'60
Vikaris Parokial
RP. Anselmus Mahulae, OFMCap
15.05.'48
Vikaris Parokial

Sejarah Paroki St. Padre Pio dari Pietrelcina - Medan Helvetia

Cikal Bakal Terbentuknya Paroki Tri Stasi (klik untuk membuka)
Pembentukan Paroki Tri Stasi diawali dengan berdirinya gereja Sei Sikambing dan juga Cinta Damai. Gereja Helvetia berdiri setelah memisahkan diri dari Gereja Sei Sikambing sekitar tahun 1970-an.
Berdirinya gereja Sei Sikambing secara singkat dikisahkan sebagai berikut:
Pastor Van Dam, OFM Cap yang terkenal dengan goni bototnya melayani orang miskin di Sei Sikambing. Dia memasuki orang-orang miskin tanpa membeda-bedakan agama dan suku. Pastor mendirikan panti jompo di Sei Sikambing B. Jl. Mistar tahun 1960-an. Sebelum tahun 1960 umat beribadah di rumah-rumah. Inilah awal mula berdirinya Stasi Sei Sikambing. Ada pun umat pada waktu itu kebanyakan dari suku batak Toba walau juga ada dari suku lain: George Washington Sitohang, L. Pintubatu, M. Situmeang, Bapak Sinurat dan Bapak Simanjorang, A. Saragih, Bpk. Gultom, dan U. Silalahi yang menjadi voorhanger pertama. Dari etnis Cina ada Bapak Cia Guan Lai. Dari Suku Karo yakni Bapak Ng. Tarigan yang ikut bergabung kemudian, dari Manado Bapak F. Karen dan dari Suku Jawa adalah keluarga Pastor Tadeus serta dari Suku Flores Bapak Atok Arnoldus Serang.
Sekitar tahun 1960-an Pastor Van Dam, OFMCap bersama umat tersebut mengumpulkan uang untuk membeli setapak tanah di Sei Sikambing menjadi tempat pendirian Gereja. Tahun 1962 gereja dibangun di gang pertama. Lokasi itu sekarang menjadi tempat aula. SD St. Thomas belum ada. Gereja yang dibangun semi permanen. Yang menjadi voorhanger masih Bpk. U. Silalahi, dan Dewan Jasmaninya adalah Bpk. George Washington Sitohang. Sekitar tahun 1964 ada serombongan umat Katolik dari arah Purwodadi tepatnya yang bekerja di pabrik tekstil milik Bpk. Pardede datang ke Sei Sikambing untuk bergabung. Mereka dibawa oleh Bpk. Hutauruk pada waktu itu. Umat bertambah mulailah dibeli tapak tanah untuk pembangunan sekolah SD dengan swadaya umat. SD ini dibangun sekitar tahun 1974/1975. Pada waktu itu hadirlah Bpk. W. Purba, Bpk. Paulus Sihombing, Bpk. Rudiyan, dan Bpk. Harianja yang kemudian menjadi voorhanger. Kira-kira 2 tahun kemudian dibeli tanah untuk tempat tinggal para Pastor PME dari Kanada yang merupakan lokasi gereja sekarang.
Gereja yang dibangun tersebut sudah mengalami rehap sekitar beberapa kali setelah dibangun. Rehap pertama adalah membuat semakin baik panti imamnya. Rehab kedua memperbaiki lantai. Rehab ketiga adalah menaikkan lantainya.
Karena gereja lama sudah terasa terlalu kecil maka diupayakan pembangunan gereja baru. Pastor PME sudah mulai mengumpulkan dana dari umat, tetapi hasilnya masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dan standard keuskupan. Bisa dipahami bahwa pembangunan gereja baru macet. Namun pengurus Stasi St. Yosef Sei Sikambing pada bulan Oktober 1985 nekat meletakkan batu pertama gereja baru, untuk merangsang mengalirnya dana dari umat. Hasilnya, dana yang pada kesempatan peletakan batu pertama itu lumayan besar, hingga pembangunan gereja langsung dapat dilanjutkan di bawah pimpinan Br. Victricius van den Berg. Pada hari Kenaikan 1986, umat mulai beribadat di situ dan diberkati pada tgl 26 Juli 1987 oleh Mgr. AG Pius Datubara. Menurut prasasti yang ditempelkan di gereja ini dijelaskan bahwa gereja ini adalah gereja dedikasi. Dalam perjalanan kemudian, gereja juga mengalami perehapan. Sekitar tahun 2014 panti imam gereja tersebut digeser dari arah Tenggara ke Barat Laut. Renovasi ini diresmikan pada tgl 23 Nopember 2014 oleh P. Ambrosius Nainggolan, OFMCap yang menjadi pastor paroki pada waktu itu. Rehab ini ditangani langsung oleh P. Benyamin Purba, OFMCap sebagai pelaksana. Gereja pun menjadi lebih luas.
Pada tanggal 21 Februari 2021 P. Fiorentius Sipayung, OFMCap meresmikan gua Maria Bunda Gereja di samping belakang kiri gereja. Dana pengadaan gua Maria ini berasal dari bantuan biro sosial propinsi Sumatera Utara dan donatur dari umat. Pula diletakkan patung St. Yosef di atas pendopo gereja pada tahun dan bulan yang sama. Patung tersebut adalah donasi dari umat sendiri. Data statistik stasi per 31 Oktober 2021 mencatatkan bahwa umat katolik di stasi ini berjumlah 380 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 1.323 orang. Umat terbagi dalam 14 lingkungan.
Saat ini untuk menampung umat yang hadir beribadah pada hari Minggu, aula pun dipakai dengan dipasangi televisi. Bahkan pintu sayap di kiri dan kanan altar juga ikut dibuka. Tiga orang pelayan luar biasa Komuni Suci -bahkan terkadang sampai orang- turut membantu imam untuk melayankan Komuni Suci.
Berdirinya gereja Cinta Damai dikisahkan sebagai berikut:
Pada tahun 1961 ada 10 keluarga mengawali persekutuan umat beriman yang tinggal di sekitar jalan pasar V Cinta Damai yang dikoordinir oleh Bapak Ingan Karo Surbakti dan kawan-kawan. Pada awalnya mereka beribadah di rumah umat secara bergantian. Kemudian Pastor Opung Bornok bersama dengan Bapak Sembiring (Pemilik RSU Sembiring Delitua) membeli bangunan berdinding tepas beratap rumbia yang dijadikan menjadi Gereja dengan jumlah umat saat itu 15 KK.
Pada tahun 1965 gereja pindah ke pasar II Cinta Damai (sekarang Jalan Pantai Timur No. 9) setelah berhasil membeli lahan berupa gedung eks pabrik kaca. Umat beribadah di tempat darurat di salah satu ruangan pabrik tersebut. Pada tahun 1970 eks pabrik dibongkar lalu dibangun gereja baru. Gereja baru ini dibangun dan diresmikan oleh Yang Mulia Uskup Agung Medan Mgr. AGP Datubara pada tahun 1973 dengan nama pelindung Santa Maria Ratu Pencinta Damai.
Kemudian tahun 2011 dibangun Gedung Serba Guna untuk menjawab kebutuhan ruang pembinaan umat serta ruang Sekretariat Stasi. Pada tanggal 25 Desember 2011 saat Pastor Agustinus Saragih OFMCap sebagai pastor paroki St. Padre Pio, gedung serba guna tersebut diresmikan oleh Yang Mulia Uskup Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap dan sejak itu nama pelindung stasi berubah menjadi Stasi Santa Maria Ratu Rosario Cinta Damai.
Seiring dengan pertambahan umat yang sangat pesat, telah dilakukan pemekaran 2 gereja baru yaitu Stasi Santo Petrus Purwodadi pada bulan Nopember tahun 1993 dan Stasi Santo Krispinus Viterbo Jatiyoso pada tanggal 19 September Tahun 2008.
Menjawab tantangan pertumbuhan umat yang pesat serta tuntutan kebutuhan umat akan lahan parkir kenderaan, maka pada tahun 2014 paroki memutuskan pelayanan 2 kali misa setiap hari minggu yakni Misa I pada pukul 07.00 dan Misa II pada pukul 09.00. Namun umat yang mengikuti setiap perayaan misa semakin bertambah banyak. Akhirnya direncanakan memperbesar bangunan gereja dengan lahan parkir yang memadai. Tetapi melihat lahan dan bangunan gereja yang ada sangat terbatas tidak mungkin memperbesar bangunan gereja. Maka mulailah direncanakan relokasi gereja di lahan yang lebih luas dan bangunan gereja yang mampu menampung umat dalam setiap perayaan misa. Akan tetapi rencana tersebut tidak berjalan mulus.
Program relokasi pertama kali dimunculkan pada tahun 2012 oleh P. Agustinus Saragih, OFMCap sebagai Pastor Paroki dan Bpk. Darwin Manalu S.Pd selaku voorhanger saat itu. Tetapi dalam rapat besar, program tersebut ditolak oleh beberapa tokoh gereja karena alasan kenangan sejarah, dan akhirnya program itu dibatalkan. Selama kurang lebih 3 tahun program relokasi berhenti. Baru pada tahun 2015 ketika P. Ambrosius Nainggolan OFMCap menjabat Pastor Paroki program itu dimunculkan kembali. Kemudian bapak Darwin Manalu, S.Pd kembali mengadakan rapat bersama yang dihadiri DPS, DPL, tokoh-tokoh umat. Dalam rapat ini disetujuilah Program Relokasi Gereja. Maka dibelilah lahan pertapakan gereja seluas 3360 m2 beralamat di Jl. Mesjid Lingkungan I Kelurahan Cinta Damai. Di lahan inilah dibangun gereja baru dengan luas bangunan; lebar 24 meter dan panjang 40 meter. Peletakan batu pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2016 oleh Uskup Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap dan P. Ambrosius Nainggolan, OFMCap. Pelaksanaan pembangunan itu sendiri dipimpin Bpk. Besly Silaen SE selaku Ketua Panitia dan bapak Ir. Toni Tarigan sebagai penanggungjawab utama pembangunan fisik serta Bpk. A. Simanungkalit sebagai penaggungjawab interior dan eksterior gereja bersama seluruh panitia pembangunan lainnya. Diperhitungkan gereja mampu menampung 1.000 umat dalam satu perayaan misa. Pembangunan fisik gereja ini berbiaya lebih dari 5 milyar tidak termasuk pembelian lahan sebesar 3.360.000.000. Ini sungguh merupakan swadaya umat. Kesatuan umat dan semangat gotong royong menjadi modal utama dalam pembangunan gereja ini. Pembangunan berlangsung lebih dari 2 tahun.
Per 01 September 2018 P. Ambrosius Nainggolan, OFMCap digantikan oleh P. Fiorentius Sipayung, OFMCap sebagai pastor paroki. Pastor paroki yang baru ini dengan giat melanjutkan proses pembangunan gereja ini bersama panitia pembangunan. Pada akhirnya pada tanggal 02 Juni 2019, gereja baru didedikasikan oleh Yang Mulia Uskup Agung Medan Mgr. Kornelius Sipayung OFM Cap. Sejak pendedikasian ini gereja stasi Cinta Damai resmi pindah lokasi dari Jln. Pantai Timur No. 9 ke Jl. Mesjid lingkungan I kelurahan Cinta Damai. Umat stasi ini benar-benar memberi hati dan berjuang untuk pembangunan gereja ini.
Gereja baru dibangun karena sudah merupakan kebutuhan. Gereja baru ini adalah gereja dedikasi. Itu artinya bahwa gereja ini dipakai hanya untuk kegiatan doa dan ibadah. Stasi dianimasi untuk mengkoordinir agar ada kegiatan doa setiap hari di gereja. Kelompok-kelompok kategorial ditegaskan untuk menyusun jadwal doa masing-masing pada hari tertentu setiap minggu secara bergantian. Ini juga yang melatarbelakangi agar pada hari Kamis pagi pada pukul 05.45 Wib, dirayakan misa pagi di stasi ini. Kolektenya pada awalnya dikumpulkan untuk bantuan bedah rumah beberapa keluarga umat stasi. Pada akhir tahun 2019 dimulai bedah rumah atas empat rumah keluarga. Rumah-rumah tersebut lebih dahulu diassesmen. Keempat rumah tersebut berada di pinggir rel kereta api dan benar sudah kurang layak. Gereja membantu memperbaiki rumah mereka: atap, dinding, lantai, kamar mandi, atau dapur. Program ini selesai pada awal tahun 2020 dan ditangani oleh Bpk. Tony Tarigan.
Pada tgl 31 Mei 2019 dilakukan doa desakralisasi di gereja yang lama sesuai dengan arahan Ketua Komisi Liturgi KAM, yakni P. Emmanuel Sembiring, OFMCap. Doa ini mau menegaskan bahwa gereja lama itu tidak lagi dipakai sebagai tempat beribadah umat. Diucapkan syukur pada Tuhan atas bangunan itu yang dipakai selama ini sebagai tempat beribadah kepada Tuhan. Karena sudah ada tempat ibadah yang baru, maka tempat ibadah lama ini tidak dipakai lagi dan dapat difungsikan sebagai tempat kegiatan-kegiatan profan. Per 31 Oktober 2021 jumlah umat di stasi ini sebanyak 459 KK dengan jiwa sebanyak 1.701 orang yang tersebar dalam 17 lingkungan.
Sejarah Stasi St. Paulus Helvetia
Sejarah gereja Stasi St. Paulus Helvetia adalah sebagai berikut:
Sejarah yang tertulis di sini bersumber pada sejarah singkat Stasi Santo Paulus Helvetia yang ditulis dalam rangka perayaan pesta pelindung St. Paulus pada tgl 29 Juni 2016 yang puncaknya dirayakan pada tgl 03 Juli 2016. Pada waktu itu adalah perayaan pesta pelindung pertama kali sejak berdiri stasi St. Paulus ini.
Sekitar tahun 1970-an di daerah Helvetia sudah ada kira-kira 30 keluarga umat Katolik yang terpencar di berbagai titik. Secara administratif Helvetia pada saat itu masih tergabung ke dalam Kabupaten Deli Serdang. Untuk mengikuti ibadat atau perayaan Ekaristi, umat Katolik tersebut setiap Minggu terpaksa harus pergi jauh-jauh ke Gereja terdekat. Waktu itu gereja terdekat adalah gereja St. Yosef Sei Sikambing atau kadang ke gereja paroki, yakni Hayam Wuruk.
Seiring dengan pertumbuhan umat yang semakin banyak dan jarak antara tempat tinggal beberapa umat orang umat, tercetuslah keinginan untuk membangun tempat ibadat atau gereja agar umat Katolik yang berdomisili di daerah Helvetia dapat beribadat dan merayakan Ekaristi setiap Minggu.
Sebagai penggagas pertama untuk pendirian rumah ibadat ini adalah antara lain Bpk. GW. Sitohang dan Bpk. G. Simanjorang (keduanya telah almarhum). Bersama dengan beberapa umat, mereka bergotong royong mendirikan sebuah rumah ibadat. Puji Tuhan salah seorang umat, Bpk. Atok Serang, dengan ikhlas menghibahkan sebidang tanah berukuran 12 m x 20 m yang terletak di Pasar 2 (Jalan Karya), di pinggir Jalan Ringroad yang sekarang.
Ketika itu pastor yang melayani umat di Gereja Helvetia datang dari Hayam Wuruk. Namun sejak tahun 1976, seiring dengan makin pesatnya jumlah pertumbuhan umat, maka pelayanan kepada umat di Gereja Helvetia diserahkan kepada pastor-pastor dari Tarekat PME (yang berasal dari Kanada), yang ketika itu berdomisili di Sei Sikambing, antara lain Pastor Martin, Pastor Marchel, Pastor Gregory, Pastor Bertrand, Pastor Jhon, Pastor Raymond, dan Pastor Colombus.
Melihat jumlah umat yang sudah semakin banyak, maka pada tahun 1980, Pastor Bertrand dan Pastor Marschel berencana membangun gereja baru. Ketika itu Perum Perumnas menyediakan lahan (pertapakan) untuk lokasi gereja. Lahan untuk lokasi gereja ini sebenarnya cukup luas, karena waktu itu Bpk. Cosmas Batubara menjabat sebagai Menteri Perumahan Rakyat. Namun umat kita tidak segera memanfaatkan kesempatan itu. Akibatnya, sebagian lokasi itu ada denominasi (sekte) lain terlebih dahulu membangun tempat ibadat. Baru sesudah itu umat Katolik tergerak untuk membangun gereja di lokasi yang sekarang Jl. Kemuning Raya No. 1 Helvetia.
Panitia pembangunan gereja di Jl. Kemuning Raya dimotori oleh 3 orang tokoh, yakni Bpk. BL. Samosir sebagai ketua, kemudian Bpk. AJ. Sihotang sebagai sekretaris, dan Bpk. G. Simanjorang sebagai bendahara. Pada tahun 1982 akhirnya gereja ini pun selesai dibangun. Yang Mulia Uskup Agung Medan, ketika itu Mgr. AG. Pius Datubara, didampingi oleh Pastor Bertrand PME, berkenan memberkati dan meresmikan gereja Katolik di Perumnas Helvetia dengan pelindung Santo Paulus Rasul.
Pada awalnya gereja Stasi St. Paulus (dan stasi-stasi lain) menginduk ke paroki Hayam Wuruk Medan, kemudian menjadi bagian dari Paroki Tristasi yang terdiri dari Stasi St. Yosef Sei Sikambing, Stasi St. Paulus Helvetia dan Stasi Cinta Damai.
Per bulan Juni 2019 di stasi ini dimulai misa harian pada setiap hari Rabu. Keputusan ini diambil atas permohonan stasi kepada pastor paroki yang per 01 September 2018 dipegang oleh P. Fiorentius Sipayung, OFMCap. Selanjutnya pada tgl 07 Maret 2021 pastor paroki yang sama meresmikan gua Maria Bunda Allah di stasi ini dengan harapan agar umat lebih berdevosi kepada Bunda Maria.
Saat ini ada 15 lingkungan di Stasi St. Paulus Helvetia ini. Menurut data statistik per 31 Oktober 2021 yang dilaporkan dalam rapat paripurna paroki pada Desember 2021, jumlah umat di stasi ini sebanyak 480 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 1.634 orang.
Tiga stasi tersebut di atas sangat melekat para proses berdirinya paroki baru di pinggiran kota Medan, yakni Paroki Tristasi. Kisah perjalanannya demikian:
Pada suatu waktu dibentuklah Paroki Luar Kota yang mencakup Sei Sikambing, Cinta Damai, Binjai, Aceh, Lubuk Pakam, Delitua, dan Belawan. Yang melayani adalah Pastor Oppung Bornok seorang Pastor Kapusin. Kemudian Paroki ini diserahterimakan kepada Pastor PME yang tinggal di Sei Sikambing dengan Pastor Kepala Paroki adalah Pastor Martin PME. Pelayanan Pastor PME menitikberatkan pada pembinaan para pengurus dengan mengadakan sermon dengan lokasi yang berpindah-pindah. Setelah Pastor PME kembali ke Kanada kemudian digantikan oleh Pastor Vinansius Deo, OFM Cap. Saat itulah diprakarsai pembangunan gereja di Helvetia. Pastor Vinansius Deo memprakarsai pembangunan gereja baru di Sei Sikambing pada tahun 1984. Pembangunannya diselesaikan oleh Pastor Johanes Veldkamp pada tahun 1987. Di saat yang bersamaan gereja Helvetia juga sedang dibangun oleh Perumnas.
Pada tanggal 1 Januari 1985, P. Johanes Veldkamp memulai pelayanannya, walaupun beliau juga menjabat Ekonom KAM. Menurut penuturannya, ketiga stasi cukup berbeda satu sama lain. Stasi St. Yosef, Sei Sikambing merupakan stasi paling tua, persatuan dan kesatuan antara umat perintis dan umat yang datang kemudian masih terus diperjuangkan.
Setelah gereja baru di Jln. Kemuning Raya, Perumnas Helvetia dibangun, jumlah umat bertambah pesat. Mereka datang dari segala penjuru dan dari segala suku serta pekerjaan. Rasa kesatuan dan kebersamaan umat masih rendah. Stasi St. Maria Cinta Damai terdiri dari pelbagai suku, yang kadangkala menjadi pemicu keretakan relasi antar pribadi. Lagi, masa bakti para petugas belumlah diatur dengan periodisasi. Para pengurus memang menjalankan tugas dengan kehendak baik (dengan keterbatasan pengetahuan agama dan keterampilan pastoral ala kadarnya). Otomatis, kalau orang terlalu lama dalam posisi tertentu, bisa tidak berubah baik dalam pelayanan dan dalam pembaharuan.
Maka pertama-tama Pastor Veldkamp mulai menjajaki dan melaksanakan periodisasi pengurus. Syukurlah, pemilihan itu tidak menimbulkan masalah dan pengurus baru didukung oleh pengurus lama dan umat.
Walaupun ketiga stasi ini (St. Yosef Sei Sikambing, St. Maria Cinta Damai dan St. Paulus Helvetia) semakin menyatu dan membentuk satu paroki, tetapi secara administratif masih tercatat di dua paroki. Data Permandian dan perkawinan masih dicatat di dua paroki Induk (Katedral dan St. Antonius Hayam Wuruk). Maka, Pastor Paroki memohon kepada Keuskupan agar ketiga stasi itu dimekarkan menjadi paroki tersendiri. Hal itu dikabulkan tahun 1988. Karena mudika sudah dua kali mengadakan Tristasi-Cup, maka nama paroki baru itu pun ditabalkan menjadi “Tristasi”. “Saya tidak ingin satu gereja disebut gereja induk dan kedua yang lain gereja stasi”, dalih Pastor Veldkamp waktu itu. Dengan semangat itu dibentuklah Dewan Paroki, dimana ketiga stasi terwakili. Pada bulan Oktober 1988, Paroki Tristasi disahkan dan Dewan Paroki pun dilantik.
Paroki Tristasi ini berada di pinggiran kota Medan. Dengan bertambahnya penduduk, bertambah juga jumlah umat Katolik. Tahun 1985 jumlah umat Katolik berkisar 3.500 orang, tahun 1994 sudah sekitar 6.500 orang. Pada Tahun 1993 satu stasi lagi bertambah yakni St. Petrus, Purwodadi yang merupakan pemekaran dari Stasi St. Maria Cinta Damai. Pada waktu itu sudah dibeli juga tanah di Sukadono, untuk persiapan pembangunan Gereja St. Yakobus, Sukadono, yang merupakan pemekaran dari Stasi St. Paulus Helvetia.
Pastor Veldkamp melayani paroki hanya hari Sabtu sore dan Hari Minggu. Selain untuk merayakan sakramen, beliau memberikan banyak perhatian kepada Dewan Paroki dan pengurus stasi: di tangan merekalah kehidupan paroki. Selain itu juga diberi perhatian khusus kepada Mudika, di antaranya mendukung Tristasi Cup, Rawil Cup, piknik rohani ke Berastagi, dll.
Walau beliau dengan senang hati melayani umat Paroki Tristasi, semua tugas di Keuskupan mulai mengatasi kemampuannya. Lagi pula rasanya perlu seorang pastor yang purnawaktu melayani paroki yang begitu pesat berkembang. Karena itu beliau memohonkan ke Bapa Uskup agar melepaskannya dari tugas sebagai pastor yang purnawaktu di paroki Tristasi. Maka, mulai bulan Juli 1994 beliau digantikan oleh P. Jan Van Maurik.
Dari tahun 1995 sampai dengan 1998, P. Jan van Maurik tinggal di luar wilayah paroki (di pastoran Hayam Wuruk). Pada waktu itu pula diserahkan tugas kepadanya untuk mengawasi pembangunan baru biara Kapusin dengan fasilitas/kantor dan aula yang dapat dipakai oleh Paroki Tristasi. Pembangunan kantor paroki dan aula merupakan ‘kemurahan hati’ Ordo Kapusin Propinsi Medan untuk mendukung perkembangan Paroki Tristasi.
Sebelum pembangunan biara tersebut, beberapa saudara kapusin menyewa sebuah rumah di Jln. Pembangunan, gang Dame Helvetia. Di sana pastor paroki ditemani oleh P. Benyamin A.C. Purba (direktur utama PT. Bina Media Perintis pada waktu itu), dan P. Augustinus Yew. Mereka tinggal di tengah umat, tidak terasing dari masyarakat.
Waktu P. Veldkamp menyerahkan reksa pastoral paroki Tristasi (1994) kepada P. Jan van Maurik, stasi baru St. Petrus Purwodadi (1990) sudah ada. Stasi ini merupakan pemekaran dari Stasi Santa Maria Cinta Damai. Walaupun stasinya sudah empat, namun nama paroki tetap masih dipertahankan, karena nama itu menyatakan suatu pandangan. Waktu gereja Stasi St. Jakobus didirikan (nomor 5), nama paroki juga tetap masih Tristasi. Menurut informasi stasi ini pemekaran dari Stasi St. Paulus Helvetia. Gereja stasi ini diresmikan pada tgl 03 Nopember 2002 oleh Vikjen KAM, P. Paulinus M. Simbolon, OFMCap.
Salah satu segi yang menarik dari Paroki Tristasi pada waktu itu ialah tersedianya SDM yang kaya. Itu terasa di segala bidang, mulai dari personalia Dewan Paroki. Selalu ada tukar-menukar pikiran di antara pastor dan para anggota Dewan Paroki. Pastor sangat dihormati dalam pendapatnya, tetapi untunglah, para Dewan Paroki juga tidak tinggal diam. Dan beberapa anggota bahkan memberikan sumbangsihnya dalam pengembangan pikiran Dewan Paroki di tingkat KAM.
Kekayaan SDM ini bukan hanya nampak di Dewan Paroki. Pimpinan stasi-stasi masing-masing tetap cukup mantap sehingga sangat meringankan beban kerja pastor paroki. Berkat SDM yang kaya itu juga tidak terlalu sulit untuk mendirikan suatu Perkumpulan Simpan Pinjam dengan sisipan kata “Mandiri”. Karena itu dengan harapan umat tidak perlu lagi pinjam uang kepada pastor atau paroki. Umat sendiri sanggup menyediakannya melalui koperasi. Alangkah baik jika pastornya tetap ikut serta di dalamnya untuk mendampingi karya teman-teman pengurus.
Walaupun dari tahun ke tahun jumlah umat berkembang (dan dengan itu juga jumlah stasi), namun pastor paroki masih menyisihkan waktu untuk tugas-tugas non-parokial, seperti menjadi anggota Yayasan St. Thomas, moderator dari Kumpulan Warakawuri St. Monika KAM. Ada juga waktu untuk mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan, mengunjungi orang-orang sakit, dan menemani organisasi Pasukris. Pastor Hubert Tamba memulai kegiatan itu ketika untuk sementara waktu beliau menggantikan Pastor Veldkamp (Juli 1994-Februari 1995) yang menjalani cuti ke Belanda.
Sejarah St. Yakobus Rasul - Sukadono
Selanjutnya adalah Sejarah Gereja Santo Yakobus Rasul-Sukadono
Perasaan mencintai imannya dalam gereja Katolik dari tempat kampung halamannya telah terpatri kuat di lubuk hati yang paling dalam dari umat yang merantau di sekitaran penduduk yang berdomisili di Helvetia Medan sampai ke Sukadono. Umat mencari gereja katolik yang lebih dekat dengan tempat domisili umat, sehingga umat yang tinggal di daerah Sukadono pada saat ini memilih gereja Katolik di stasi St.Paulus Helvetia Medan. Dan hal ini berlangsung setelah sekian tahun yang mengakibatkan terjadinya pertambahan umat di stasi tersebut. Pelaksanaan peribadatan dan perayaan Ekristi tidak tertampung lagi.Hal ini mengakibatkan Para pimpinan gereja, dan perwakilan umat di stasi bersama Pastor paroki (pada saat itu P.Yan van Maurik,OFMCap sebagai pastor paroki) melalui rapat-rapat memutuskan pendirian gereja baru di daerah Sukadono.
Jumlah umat yang sudah terdaftar pada saat itu di stasi St.Paulus Helvetia Medan yang bertempat tinggal di daerah Sukadono adalah 120 kepala keluarga, dengan latar belakang petani, ternak, tukang bangunan, tukang becak dan pegawai negeri. Inilah dasar pemikiran pendirian gereja yang baru sekitar tahun 2001.
Berkat kerjasa sama yang baik dari panitia pembangunan gereja yang terbentuk pada saat itu dengan umat, ditambah lagi kegigihan dari Pastor Yan van Maurik mencari dana ke negeri Belanda akhirnya gereja ini selesai dibangun di tempat yang lumayan luas ditempat yang sekarang, Jl. Gereja Jaitun ujung, Sukadono desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. 20351
Adapun hari yang bersejarah pemberkatan gereja Stasi yang baru adalah Minggu, 3 Nopember 2002 oleh Yang Mulia Keuskupan Agung Medan (pada saat itu Uskup Agung di KAM adalah Mgr.A.G.P. Datubara, OFM.Cap) yang diwakilkan kepada Vikjen KAM, P. Paulinus Simbolon,OFMCap. Dengan nama Stasi St.Yakobus Rasul Sukadono.
Peralihan pastor paroki dari P.Yan van Maurik (yang lama) ke P.Ignasius Simbolon,OFMCap (yang baru) telah terjadi saat itu. Maka tugas pastor yang baru adalah menyusun para pengurus Badan Pengurus Harian yang baru periode 2002 – 2004. Jumlah lingkungan yang ada pada saat itu hanya ada 2 lingkungan yaitu lingkungan St.Yakobus dan lingkungan St. Mikael.
Pada tahun 2005 berdiri Biara Susteran SCMM di Sukadono. Hadirnya biara ini membuat umat semakin semangat dalam menggereja.
Pertambahan umat juga terjadi pada saat itu menjadi 172 Kepala Keluarga (sesuai Laporan Stasi St.Yakobus Sukadono 23 Januari 2004 kepada Dewan Paroki Tri Stasi), maka pemekaran lingkungan akhirnya harus dilakukan menjadi 4 lingkungan yaitu:
1. Lingkungan St.Mikael
2. Lingkungan St.Antonius
3. Lingkungan St.Petrus
4. Lingkungan St.Karolus
Di tingkat paroki terjadi perubahan nama Paroki dari Tri Stasi menjadi Paroki Helvetia dengan nama Pelindung Santo Padre Pio dari Pietrelcina sesuai Surat Keputusan Bapak Uskup Keuskupan Agung Medan (Mgr. Anicetus Bongsu A.Sinaga sebagai Uskup Agung Koajutor Medan) No.329/GP/KA/2004 Tentang perubahan nama Paroki, tanggal 6 Juli 2004.
Dalam perjalanan waktu, masa pelayanan kepengurusan Badan Pengurus Harian yang lama akhirnya berakhir dan pada saat Paripurna Stasi terpilih kepengurusan yang baru di stasi St.Yakobus Rasul untuk Periode 2007 – 2010. Adapun pastor Paroki masih P. Ignasius Simbolon, OFMCap.
Seiring dengan perjalanan waktu terjadi pertambahan umat, sehingga perlu dilakukan pemekaran demi efektifnya pelayanan di lingkungan dan terjadilah pertambahan lingkungan menjadi 8 lingkungan antara lain:
1. Lingkungan St.Mikael
2. Lingkungan St.Antonius
3. Lingkungan St.Karolus
4. Lingkungan St.Petrus
5. Lingkungan St. Yosep (pemekaran dari lingkungan St.Mikael)
6. Lingkungan St.Andreas (pemekaran dari lingkungan St.Antonius)
7. Lingkungan St.Yohanes (pemekaran dari lingkungan St.Karolus)
8. Lingkungan St.Fransiskus (pemekaran dari lingkungan St.Petrus)
Sesuai Kebijakan Sistem Menejemen Keuskupan Agung Medan terjadi perubahan nomen klatur dari Dewan Stasi menjadi Dewan Pastoral Stasi (DPS) dimana diharapkan penekanannya kepada pelayanan umat. Keadaan jumlah umat sesuai hasil Rapat Paripurna Stasi pada saat itu sudah ada 233 kepala keluarga jumlah umat 1177 orang.
Ditengah perjalanan waktu tahun 2013 Bpk.wakil Ketua Dewan Pastoral Stasi: Bpk.Drs.Lasman Manurung meninggal dunia dalam perjalanan ke Pematang siantar. Maka untuk mengisi kekosongan jabatan oleh Pastor Paroki yang baru P.Harold Harianja, OFMCap memutuskan pergantian susunan pengurus pada tingkat Dewan Pastoral Stasi sesuai Surat Keputusan DPP Padre Pio No. 10/DPP-PP/III/013. Bpk Drs.Suwardi Munthe,M.Si bergeser menjadi Wakil Ketua DPS sedangkan Sekretaris Stasi adalah Bpk. Sutrisno Perangin-angin (merangkap Ketua Lingkungan St. Antonius) untuk menambah sekretaris yang sudah ada.
Untuk pelayanan umum khususnya sosial dalam tingkat stasi telah terbentuk Serikat Tolong Menolong (STM) Maria Bunda Berbelas kasih pada tanggal 9 Mei 2010. Pada awalnya tidak semua umat yang masuk jadi anggota.
Sesuai kebijakan dari team Seksi Liturgi Paroki Padre Pio yang diketuai oleh P.Benyamin Purba, OFMCap (pada saat itu Pastor Paroki P.Harold Harianja, OFM.Cap) telah ditetapkan tentang nama dan tanggal pelindung di stasi St.Yakobus Rasul.
Dari tahun 2010 sampai dengan 2015 jumlah lingkungan di stasi ini sudah menjadi 9 lingkungan. Yaitu pada saat lingkungan St.Mikael mengadakan perayaan pesta pelindung lingkungan pada tanggal 17 Maret 2014 sudah dimulai pembicaraan untuk melakukan pemekaran lingkungan yang baru di daerah garapan Germania, hal ini mengingat jumlah umat yang datang dari luar yang ingin bertempat tinggal di tempat tersebut. Maka pada tanggal 26 Maret 2014 resmi berdiri lingkungan yang baru yaitu Lingkungan St.Patrick di Germania.
Setelah habis kepengurusan yang lama, maka DPP Paroki menetapkan Kepengurusan yang Baru di stasi St.Yakobus Rasul untuk masa periode 2015 – 2019 dengan susunan sebagai berikut:
Ketua Dewan Pastoral Stasi : Drs. Gaudency Mega Tony Ganda Rajagukguk
Wakil Ketua : Drs. Suwardi Munthe,M.Si,
                        Raja jembang Ujung, S.H
Sekretaris : Kloster Nainggolan, S.P,
                     Fransiskus Sitorus, S.T
Bendahara : Philemon Lumban Siantar,
                      Edison Gultom
Pastor Paroki : P. Ambrosius Nainggolan, OFMCap
Mengingat jumlah umat di lingkungan St. Antonius yang semakin banyak, terlebih-lebih karena umat yang tinggal di tanah garapan di sekitar Sedawu yang jaraknya agak jauh dari umat yang tinggal di sekitar Jalan Lembaga Pemasyarakatan maka oleh P. Ambrosius Nainggolan,OFM.Cap dengan DPP dan DPS memikirkan perlu pemekaran lingkungan. Maka pada tanggal 7 Februari 2018 diresmikanlah Lingkungan St. Maria.
Pertambahan umat di daerah garapan Germania semakin hari makin banyak, maka oleh pastor Paroki saat itu menyuruh umat mencari tanah yang cocok dibangun Gedung Bina Iman. Oleh salah satu umat dari Stasi St.Paulus Helvetia (Bpk Gurning atas nama istrinya Sartika Pane)di berikanlah tanah pertapakan dengan cuma-cuma. Maka oleh semangat umat disana dan dukungan pastor paroki terjadilah peletakan batu pertamanya tanggal 4 Desember 2018. Dan setelah selesai dibangun barulah diresmikan Gedung Bina Iman yang baru disana tanggal 7 September 2019 oleh pastor paroki yang baru P. Fiorentius Sipayung dan pastor rekan P. Anselmus Mahulae, OFMCap dan P. Albinus Ginting, OFMCap.
Di akhir masa jabatan kepengurusan, telah terjadi periodisasi Dewan Pastoral Stasi demi pelayanan yang lebih efektif dan efisien serta memenuhi secara bersama-sama dan terkoordinasi kepentingan dan kebutuhan serta kebijaksanaan dala melayani dan penggembalaan yang aktif dan merata bagi seluruh umat maka DPP Paroki Padre Pio membuat surat Keputusan No.0077/P-012/MH/II/2020, tanggal 16 Februari 2020, masa periode 2020 – 2025 dengan susunan sebagai berikut:
Ketua Dewan Pastoral Stasi : Sutrisno Perangin-angin
Wakil ketua : Jonter Sihombing, SKM
Sekretaris : Drs.Suwardi Munthe, M.Si
                     Riston Hasugian
Bendahara : Lentina br Karo, S.Pd
Pastor Paroki : P.Fiorentius Sipayung,OFMCap
Lingkungan St.Paulus adalah pemekaran dari lingkungan St. Patrick yang berada di tanah garapan Germania. Inilah nanti pemikiran dari P. Ambrosius Nainggolan,OFMCap mendirikan Gedung Bina Iman disana. Lingkungan St. Paulus berdiri tanggal 19 Februari 2020.
Cikal Bakal Pembangunan Gereja yang Baru di Sukadono
Seiring dengan pertambahan umat yang terus terjadi di stasi ini, memerlukan pelayanan yang lebih banyak lagi seperti sekolah Minggu buat anak-anak, rapat-rapat, perayaan natal dan paskah bagi anak remaja dan muda-mudi serta kegiatan lain yang tak mungkin lagi dilakukan di gereja, maka terpikir oleh pengurus gereja dan Pastor Paroki P. Ambrosius Nainggolan, OFM.Cap melalui rapat-rapat di stasi dan di paroki diputuskan bersama bahwa perlu dibuat Kepanitian Pembangunan Gedung Bina Iman dan akhirnya sampai kepada pelantikan kepanitiaan di stasi. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2017. Namun di tengah berjalannya waktu dalam tahap pembangunannya terjadi pengalihan, dari Pembangunan Gedung Bina Iman menjadi Gedung Gereja Baru.
Hal ini terjadi berdasarkan Statistik umat pada tahun 2019 pada Rapat Paripurna Stasi St.Yakobus telah mencapai 335 Kepala Keluarga dengan jumlah total umat sebanyak 1.447 orang. Perkembangan umat yang sedemikian pesat di stasi ini dibandingkan dengan daya tampung gereja pada saat itu yang hanya dapat menampung 500 orang umat sudah tidak memadai lagi. Maka sesuai Keputusan Dewan Pengurus Stasi dan Dewan Pengurus Paroki St.Padre Pio bahwa perlu diadakan Pembangunan Gereja yang lebih besar lagi sehingga dapat menampung umat lebih banyak pada saat ibadah.
Atas dasar inilah, maka pada tanggal 21 Februari 2020 Dewan Pastoral Stasi (DPS) St.Yakobus Rasul dan Dewan Pastoral Paroki mengadakan rapat pembentukan Panitia Pembangunan Gereja di stasi Sukadono, dan pada tanggal 20 september 2020 oleh Pastor Paroki yang baru P.Fiorentius Sipayung, OFM.Cap telah dilantik Panitia Pembangunan Gereja St.Yakobus Rasul disaksikan oleh semua umat.
Sampai saat ini tahun 2022, gereja masih dalam tahap pembangunan dan masih tahap pencarian dana baik dari umat stasi sendiri, paroki, antar paroki yang dilayani Pastor Kapusin seperti Paroki St. Petrus Medan Timur dan Paroki St.Antonius Hyam Wuruk Medan, para donatur, termasuk instansi swasta dan pemerintahan, bahkan dari umat di luar Gereja Katolik (umat gereja HKBP).
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan umat di stasi St. Yakobus Sukadono akan bertambah lagi dari apa yang ditulis ini kedepan untuk menyempurnakan karya Allah di daerah ini. Oleh karena keterbatasan waktu dan sumber hanya inilah yan bisa saya tuliskan semoga berkenan. Demikian dituliskan oleh Sekretaris Stasi St. Yakobus Rasul Sukadono, 10 Mei 2022.
Data Umat Berdasarkan BIDUK
Sejauh ini jumlah umat di paroki Padre Pio berdasarkan data pada paripurna pada bulan Desember 2021 adalah 2218 KK dengan jumlah jiwa 8266. Itu adalah data faktual umat berdasarkan laporan dari setiap lingkungan. Menurut data BIDUK pencapaian pendataan untuk jumlah Kepala keluarga sampai saat ini adalah 98 persen dan pendataan jiwa adalah 99 persen. Masih ada 2 dan 1 persen lagi yang belum beres. Hal seperti ini terjadi karena ada umat yang memang tidak lengkap data-data atau dokumen-dokumen kegerejaannya. Sudah berulangkali diminta dan disampaikan namun belum beres. Dari jumlah umat yang disebutkan di atas pasti tidak semua lagi berada di wilayah paroki ini sekarang ini.
Dari sekian jiwa umat, generasi muda sangat mayoritas. Demikian pada umumnya menurut data dari stasi-stasi. Usia anak-anak, remaja, sampai OMK cukup mendominasi. Persentasinya bahkan mencapai 40 persen. Dan jika ditambahkan dengan jumlah orang dewasa yang masih muda, maka umat di paroki ini didominasi oleh kaum muda dari generasi X sampai Z dengan persentase lebih dari 60 persen. Dengan demikian dirasa sangat penting untuk mengembangkan aspek pewartaan iman.
Nama Stasi dan Lingkungan
  1. Stasi St. Yosef Sei Sikambing
    Stasi ini beralamat di Jalan Gatot Subroto Gg. Harapan No. 6 Kelurahan Sei Sikambing C. Medan dengan pelindung Santo Yosef yang dirayakan setiap tanggal 19 Maret. Dengan jumlah umat tahun 2021 sebanyak 1323 orang terdiri dari 380 KK. Stasi ini terdiri dari 14 Lingkungan yakni Lingkungan St. Agustinus, St. Stefanus, St. Paulus, St. Yohanes, St Yakobus, St. Markus, Sta. Maria, Sta. Theresia, St. Antonius, Sta. Elisabeth, St. Fransiskus, St. Andreas, St. Thomas dan St. Matius. 
  2. Stasi Sta. Maria Ratu Rosario Cinta Damai
    Stasi ini beralamat di Jalan Mesjid Lingkungan I Kelurahan Cinta Damai Medan dengan Pelindung Santa Maria Ratu Rosario yang dirayakan setiap tanggal 7 Oktober. Pada tahun 2021 jumlah umat: 1701 orang dengan 459 KK.
    Stasi ini terdiri dari 17 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Andrea Rasul, Sta. Anna, Sta Elisabeth, St. Gregorius, St. Ignatius, St. Yakobus, St. Yohanes Pembaptis, St. Katarina, Sta. Lusia, Sta. Maria, St. Mikael, St. Paulus, St. Petrus, Sta. Theresia, St. Thomas, St. Yosef, dan Sta. Veronika. 
  3. Stasi St. Paulus Helvetia
    Stasi ini beralamat di jalan Matahari Raya no 47 Helvetia Medan. Nama pelindung Santo Paulus yang dirayakan setiap tanggal 29 Juni. Pada tahun 2021 jumlah umat: 1634 orang dengan 480 KK.
    Stasi ini terdiri dari 15 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Agustinus, Sta Anna, Sta Agatha, Sta Agnes, St Bonaventura, Sta Elisabeth, Sta Fransiska, St Fransiskus, St Ignatius, St Gregorius, St Mikael, Sta Maria, St Paulus, St Petrus, St Rafael. 
  4. Stasi St. Petrus Purwodadi
    Stasi ini beralamat di Jalan Gereja No. 1 Kelurahan Purwodadi. Nama Pelindung Santo Petrus yang dirayakan setiap tanggal 29 Juni. Jumlah umat pada tahun 2021: 959 orang dengan 236 KK. Stasi ini terdiri dari 9 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Ignatius, St. Agustinus, St. Yosef, Sta. Lusia, St. Yohanes Pembabtis, Sta. Cecilia, St. Fransiskus Asisi, Sta. Maria, St. Philippus Neri. 
  5. Stasi St Yakobus Rasul Sukadono Stasi ini beralamat di Jalan Gereja Zaitun desa Tanjung Gusta. Nama pelindung stasi ini Santo Yakobus Rasul yang dirayakan setiap tanggal 3 Mei. Pada tahun 2021 jumlah umat sebanyak 1372 orang dengan 330 KK.
    Stasi ini terdiri dari 11 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Andreas Rasul, St. Antonius Padua, St. Karolus, Sta. Maria, St. Mikael, St. Fransiskus Asisi, St. Paulus, St. Petrik, St. Petrus, St. Yohanes Rasul, dan St. Yosef. 
  6. Stasi Santo Krispinus Viterbo Jatiyoso
    Stasi ini beralamat di Jalan Puskesmas lingkungan 11 Kelurahan Jatiyoso Kecamatan Sunggal. Nama pelindung Stasi adalah Santo Krispinus Viterbo yang dirayakan setiap tanggal 19 Mei. Pada tahun 2021 jumlah umat sebanyak 385 orang dengan 112 KK.
    Stasi ini sekarang terdiri atas 5 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Antonius, Sta. Maria Bunda Pertolongan Abadi, St. Stefanus, St. Yosef, dan Santo Yohanes Paulus II. 
  7. Stasi Santa Clara Asisi
    Stasi ini beralamat di jalan Pringgan Desa Helvetia. Nama Pelindung adalah Santa Clara Asisi yang dirayakan setiap tanggal 11 Agustus. Pada tahun 2021 jumlah umat sebanyak 892 orang dengan 221 KK.
    Stasi ini terdiri dari 8 Lingkungan yakni: Lingkungan St. Andreas Rasul, St. Antonius Padua, Sta. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, St. Philippus Rasul, St. Yohanes Don Bosco, Sta. Maria, Sta. Elisabeth Hungaria, dan St Yosef. 
Kehadiran Komunitas Religius
Di wilayah paroki Padre Pio ini terdapat empat komunitas religius, yakni: Komunitas Ordo Kapusin Propinsi Medan di Helvetia, Dua komunitas Kongregasi SCMM (Sukadono dan Sei Sikambing), dan satu komunitas Kongregasi DSA di Stasi Santo Petrus Purwodadi.
Komunitas-komunitas ini mempunyai bentuk-bentuk kehadiran di tengah umat stasi dan lingkungan. Mereka terlibat dalam kegiatan menjemaat.
Komunitas Pendidikan di Sekitar Paroki
Pendidikan katolik di wilayah paroki ini tidak banyak namun ada, yakni TK, SD Santo Thomas di Sei Sikambing dan SMP serta SMA Santo Thomas yang terletak di Jl. Banteng Sei Sikambing. Selain itu ada juga sekolah swasta pribadi namun memakai ciri khas Katolik, yakni Sekolah Mariana dan Sekolah St. Ignatius yang terletak di wilayah Stasi Santa Maria-Cinta Damai. Jumlah anak-anak dari paroki ini yang bersekolah di sekolah-sekolah itu banyak namun jika dibandingkan dengan anak-anak katolik yang bersekolah di sekolah-sekolah non katolik jauh lebih banyak. Dan mereka tidak mempunyai guru agama Katolik yang mengajarkan iman Katolik kepada mereka.
PENUTUP
Demikian sejarah paroki Santo Padre Pio Helvetia Medan. Sejarah ini tentu jauh dari sempurna dalam arti tidak menuliskan semua data historis yang terjadi karena belum menjadi kebiasaan dulunya untuk menuliskan suatu peristiwa dengan baik. Kesulitan itu dirasakan pada saat mengumpulkan data-data ini. Namun demikian, sejarah ini sudah cukup mewakili dan menjelaskan secara historis terbentuknya Paroki Santo Padre Pio.
Video Profil :
Lokasi Paroki :
RELATED ARTICLES

Most Popular