Pelindung |
: |
Santo Yohanes Pembaptis |
Buku Paroki |
: |
Sejak 1 Juli 1940. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Lintongnihuta |
Alamat |
: |
Jl. R.A. Kartini, Kec. Pakkat, Kab. Humbang Hasundutan – 22455 |
Telp. |
: |
0812 6353 7494 |
|
: |
parokist.yohanespembaptispakkat@gmail.com |
Jumlah Umat |
: |
1.743 KK/ 7.111 jiwa
|
Jumlah Stasi |
: |
26 |
|
01. Ambobi |
02. Arbaan |
03. Batu Raja |
|
04. Huta Ambasang |
05. Huta Dalan |
06. Huta Ginjang |
|
07. Huta Imbaru |
08. Huta Pinang |
09. Lae Hundulan |
|
10. Pagar Sinondi |
11. Panggugunan |
12. Pulo Godang |
|
13. Sihombu |
14. Sandean |
15. Siambaton Julu |
|
16. Siambaton Pahe |
17. Siantar Sibongkare |
18. Sibongkare |
|
19. Sidulang Dalan |
20. Sidulang Julu |
21. Simatabo |
|
22. Siniang Laksa |
23. Sipagabu |
24. Sitinjak Temba |
|
25. Sitiotio |
26. Tukka |
|
|
|
|||
RP. Nicodemus Ginting OFMCap |
18.08.'74 |
Parochus |
|
RP. Andreas Aritonang OFMCap |
22.07.93 |
Vikaris Parokial |
Sejarah Paroki St. Yohanes Pembaptis - Pakkat
Sejarah Singkat (klik untuk membaca)
Sesuai dengan buku Liber Baptizatorum Pastor yang pernah bertugas di Pakkat antara lain:
1. RP. Oscar Nuijten, OFMCap (1939-1970)
25. RP. Leopold Purba, OFMCap.
1. Lokasi Paroki
Paroki pakkat beralamat di Jln. R.A kartini Kabupaten Humbang Hasundutan desa Pakkat Hauagong kecamatan pakkat kabupaten Humbang hasundutan Propinsi Sumatera Utara – kode Pos 22455. Paroki Pakkat berdiri sejak tanggal 01 Juli 1940 yang awalnya bergabung dengan paroki lintong ni huta. Paroki pakkat mempunyai pelindung yaitu St. Yohanes Pembaptis.
2. Sejarah Paroki
Pada tanggal 31 Oktober 1936 Pastor Nuyten dengan naik kapal laut sampai ke Belawan. Setelah sampai ke Belawan, Pastor Oscar ditempatkan di Balige untuk belajar bahasa Batak Toba. Setelah satu tahun dia dipindahkan ke Lintongnihuta. Dari Lintongnihuta dia mulai mengunjungi daerah Pakkat (Barus Hulu). Sesudah beberapa kali mengunjungi dan mengenal sedikit daerah Pakkat maka pada tahun 1939 dia memutuskan mulai berdomisili di Pakkat. Pakkat dianggap tempat strategis untuk membangun paroki baru. Dalam waktu singkat, selama tahun 1939-1942, Pastor Nuyten sudah mengunjungi banyak kampung dan mendirikan sebanyak 21 stasi, hingga sampai akhirnya dia di-internir oleh Jepang.
Pada tahun 1939 Pastor A.C. Nuyten ditempatkan di Pakkat. Dia membuka banyak stasi dan membeli sebuah tanah yang menjadi sekarang Pargodungan. Tetapi baru pada tahun 1952 tanah itu resmi diserahkan oleh para kepala kampung dan para pengetuai/raja. Selama masa internering dari tahun 1942- 1945 P. Nuyten tinggal di beberapa kamp tempat tahanan Jepang di Sumatera Utara. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dia cuti ke Negeri Belanda. Kecintaannya yang sudah sempat tertancap begitu dalam akan daerah Pakkat, maka pada tahun 1950 dia kembali lagi ke Pakkat dan berkarya di sana sampai tahun 1968.
Pastor Oscar tak pernah kenal lelah dan selalu dengan sungguh-sungguh memberi seluruh dirinya untuk perkembangan Paroki Pakkat bersama dengan saudara-saudaranya: Pastor Godhard Liebreks dan Pastor Aloysius Wijnen yang datang menyusul kemudian. Pastor Nuyten sadar sepenuhnya bahwa tanpa sekolah (pendidikan) dan pelayanan kesehatan akan sulit mencapai kemajuan. Maka dengan pertolongan dan bekerjasama dengan Kongregasi Suster Aerdenhout (FCJM sekarang), mereka membangun sekolah dan klinik. Dengan cepat stasi induk Pakkat bertumbuh dan berkembang menjadi pusat pendidikan dan kesehatan untuk seluruh daerah Barus Hulu.
Selama 30 tahun Pastor Nuyten menjadi “jiwa” daerah itu dan “ompung” Paroki Pakkat. Di samping usaha-usaha membangun paroki secara pastoral dan fisik, dia mulai juga secara kreatif menciptakan liturgi dalam Bahasa Batak Toba. Beliau memberikan dasar Buku Ende yang ada sekarang dan terkenal juga dengan Paduan Suara (koor) “raksasa” yang terdiri dari anak-anak sekolah.
Tiga puluh tahun Pastor Oscar Nuyten bekerja di Pakkat, yang agak terisolir di pegunungan arah pantai barat Sumatera berjarak 300 kilometer dari Medan. Jalan Pakkat masih sangat jelek terlebih dari Doloksanggul. Kadang-kadang untuk sampai ke Doloksanggul harus jalan kaki beberapa puluh kilometer. Mungkin karena jalan yang masih sangat jelek, sehingga dia jarang dikunjungi oleh Pembesar Ordo, Uskup, maupun saudara-saudaranya. Sampai-sampai dia pernah mengeluh bahwa saudara-saudaranya jarang datang ke Pakkat mengunjunginya. Namun Pastor Nuyten tetap bersemangat dan merasa dirinya sungguh-sungguh “at home” di Pakkat. Hal yang sangat mendukung dan menguntungkan bagi dia adalah karena sifat orang Pakkat cukup halus, terbuka dan pandai menyanyi.
Pakkat adalah juga pusat dagang bagi daerah sekitarnya. Maka setiap Hari Senin yang adalah juga hari pekan di mana pastor bisa bertemu muka dengan pengurus-pengurus gereja dari seluruh stasi separoki. Banyak tokoh-tokoh awam yang dengan rela mendampingi Pastor Nuyten dalam memimpin dan menjiwai umatnya. Untuk membina dan memberikan pembekalan bagi orang awam itu, banyak tenaga dan waktu yang dicurahkannya dengan sungguh-sungguh baik itu berupa pendampingan dan pengajaran secara pribadi maupun secara bersama-sama misalnya, dengan mengadakan “sermon” setiap bulan. Dengan cara demikian mereka semakin dikuatkan dan disemangati. Dan memang nampak sangat besar faedahnya. Ini dapat dilihat dari begitu pesatnya perkembangan umat di daerah itu, boleh dikatakan hampir setiap hari umat terus bertambah. Dalam jangka waktu yang singkat sudah terbentuk sebanyak 21 stasi. Usaha yang luar biasa.
Selain dengan pendampingan, pengajaran dan “sermon”, Pastor Nuyten sangat mengusahakan dan menciptakan tetap terjalinnya hubungan dan kerjasama yang baik dengan semua pengurus gereja, selalu menghargai pendapat mereka dan sering mengunjungi stasi-stasi, walau harus jalan kaki dan bermalam di stasi.
Pendidikan sekolah di Pakkat cukup berhasil dan pada dasarnya pernah menjadi satu sekolah yang cukup “disegani”. Alumninya tersebar hampir di seluruh Indonesia dan banyak sudah yang menjadi orang sukses baik itu di pemerintahan maupun di perusahaan swasta atau menjadi pengusaha.
Di sini harus juga disebut tiga tokoh pastor lain yang ikut merintis Paroki Pakkat dan Parlilitan. Tiga tokoh pastor lain yang ikut merintis Paroki Pakkat dan Parlilitan (yang saat itu masih bergabung). Yaitu: Pastor Godhardus Liebreks, Pastor Aloysius Wijnen, Pastor Septimius Kamphof. Pertama Pastor Godhardus Liebreks sampai dengan tahun 1961. Pada waktu itu dia kena penyakit malaria dan sempat menerima perminyakan suci karena penyakitnya sudah cukup parah. Di Parlilitan dia bekerja keras dan menjadi perintis Paroki Parlilitan.
Kedua: Pastor Aloysius Wijnen bekerja juga dengan giat di daerah Pakkat (1957-1968) terutama untuk muda-mudi katolik dan di bidang pertanian. Di samping itu Pastor Wijnen berjasa menstensil banyak naskah liturgi Batak Toba yang dikarang oleh teman sekomunitasnya, Pastor Nuyten. Pastor Wijnen cepat dipanggil oleh Tuhan dan dikebumikan di Pakkat (thn 1968).
Ketiga: Pastor Septimius Kamphof yang menjadi seorang perintis terutama di daerah-daerah pedalaman. Dia ditempatkan di Sidikalang dari 1952-1961. Di masa itu dia mendirikan paroki yang baru yaitu Parongil (1958). Setelah itu dia ditempatkan di Paroki Parlilitan (1961-1973). Pada tanggal 16 Juni 1952, paroki dibagi menjadi Paroki Pakkat (P. Nuyten) dan Paroki Parlilitan (P. Liebreks). Paroki Pakkat merupakan pemekaran dari Paroki Lintong ni huta.
3. Pastor yang pernah melayani di Paroki Pakkat
Sesuai dengan buku Liber Baptizatorum Pastor yang pernah bertugas di Pakkat antara lain:
1. RP. Oscar Nuijten, OFMCap (1939-1970)
2. RP. Diego Baggedarr, OFMCap. (1950)
3. RP. Godhardus Liebreks, OFMCap. berkarya tahun 1952-1958
4. RP. Jan van Maurik, OFMCap
5. RP. Aloysius Wijnen, OFMCap.
6. RP. Raymundus Rompa, OFMCap.
7. RP. Leo Joosten, OFMCap.
8. RP. Philippus Manalu, OFMCap.
9. RP. Ambrosius Sihombing, OFMCap.
10. RP. Hygirilus Silaen, OFMCap.
11. RP. Grerory Sudiyono, OFMCap.
12. RP. Redemptus Simamora, OFMCap.
13. RP. Raymond Simanjorang, OFMCap.
14. RP. Sudhad Liele, OFMCap.
15. RP. Nestor Manalu, OFMCap.
16. RP. Albert Pandiangan, OFMCap.
17. RP. Redemptus Simamora, OFMCap.
18. RP. Marianus Simanullang, OFMCap.
19. RP. Bonifasius Simanullang, OFMCap.
20. RP. Herman Nainggolan, OFMCap.
21. RP. Nelson Sitanggang, OFMCap.
22. RP. Excuperius Sihaloho, OFMCap.
23. RP. Mikael Manurung, OFMCap.
24. RP. Donatus Marbun, OFMCap.
25. RP. Leopold Purba, OFMCap.
26. RP. Ambrosius Nainggolan, OFMCap.
27. RP. Plavius Sibagariang, OFMCap.
28. RP. Karolus Sembiring, OFMCap.
29. RP. Albinus Ginting, OFMCap.
30. RP. Christisn Lumban Gaol, OFMCap.
31. RP. Gonzales Nadeak, OFMCap,
32. RP. Andreas Win Turnip, OFMCap.
33. RP. Simon Sinaga, OFMCap.
34. RP. Selestinus Manalu, OFMCap.
35. RP. Cypriano Barasa, OFMCap.
36. RP. Flavianus Levi, SVD
37. RP. Damianus Banjarnahor, OFMCap.
38. RP. Theodorus Sitinjak, OFMCap.
39. RP. Sampang Tumanggor, Pr.
40. RP. Konrad Situmorang, OFMCap.
41. RP. Kristinus Mahulae, OFMCap.
42. RP. Heribertus Harianja, OFMCap.
43. RP. Roy Stephanus Nababan, OFMCap. 44. RP. Mario Sihombing, OFMCap.
45. RP. Trimenro Sinaga, OFMCap.
46. RP. Hendrik Lumban Raja, OFMCap. (sekarang)
47. RP. Nicodemus Ginting, OFMCap. (sekarang)
Kondisi Terkini
4. Kondisi Terkini Stasi
Sesuai data Statistik Paroki tahun 2022, Paroki St. Yohanes Pembaptis Pakkat terdiri dari 27 Stasi yang dibagi ke dalam 6 rayon yaitu:
- Rayon St. Yohanes Pembaptis yang terdiri dari 3 stasi yaitu stasi:
- St. Yohanes Pembaptis Pakkat tahun berdiri 1938 288 KK dan 1164 Jiwa
- St. Karolus Tukka tahun berdiri 1956, 48 KK, 187 Jiwa
- St. Fransiskus Assisi Ambobi tahun berdiri 2005 25 KK 113 Jiwa - Rayon St. Maria yang terdiri dari 3 stasi yaitu stasi:
- St. Maria Bunda Kerahiman Ilahi Siniang Laksa tahun berdiri 1938 82 KK 364 Jiwa
- St. Maria Huta Dalan tahun berdiri 1950 62 KK 245 Jiwa
- St. Theodorus Simatabo tahun berdiri 1952 8 KK 33 Jiwa - Rayon St. Yosef yang terdiri dari 5 stasi yaitu stasi
- St. Yosef Sitinjak Temba tahun berdiri 1955 97 KK 419 Jiwa
- St. Yosef Batu Gaja tahun berdiri 1939 111 KK 371 Jiwa
- St. Antonius Padua Sandean tahun berdiri 1956 71 KK 319 Jiwa
- Yesus Gembala Baik Arbaan tahun berdiri 1948 334 Jiwa
- St. Silvester Pagar Sinondi tahun berdiri 1947 30 KK 138 Jiwa - Rayon St. Veronika yang terdiri dari 6 stasi yaitu stasi
- St. Yakobus Huta Ambasang tahun berdiri 1951 36 KK 163 Jiwa
- St. Paulus Sibongkare tahun berdiri 1952 64 KK 233 Jiwa
- St. Maria Bunda Pertolongan Orang Kristen Siantar Sibongkare tahun berdiri 1952 57 KK 216 Jiwa
- St. Teresa Kalkuta Sahombu tahun berdiri 1950 41 KK 176 Jiwa
- Lae Hundulan tahun berdiri 1950 13 KK 78 jiwa - Rayon St. Fidelis yang terdiri dari 5 stasi yaitu stasi
- St. Padere Pio Siambaton Pahae tahun berdiri 1956 88 KK 397 Jiwa
- St. Monika Siambaton Julu tahun berdiri 1956 98 KK 424 Jiwa
- St. Stefanus Martir Sitiotio tahun berdiri 1951 18 KK 75 Jiwa
- Sidulang Dalan tahun berdiri 1951 16 KK 69 jiwa
- Sidulang Julu tahun berdiri 1951 3 KK 13 jiwa - Rayon St. Pius yang terdiri dari 6 stasi yaitu stasi
- St. Petrus Sipagabu tahun berdiri 1949 62 KK 245 Jiwa
- St. Fransiskus Asisi Huta Pinang tahun berdiri 1938 146 KK 559 Jiwa
- St. Paulus Huta Ginjang tahun berdiri 1947 56 KK 238 Jiwa
- St. Bernadeth Huta Imbaru tahun berdiri 1950 25 KK 92 Jiwa
- St. Leopold Mandic Pulo Godang tahun berdiri 1950 15 KK 54 Jiwa
- St. Andreas Panggugunan tahun berdiri 1950 28 KK 124 Jiwa
- St. Yohanes Pembaptis Pakkat tahun berdiri 1938 288 KK dan 1164 Jiwa
- St. Karolus Tukka tahun berdiri 1956, 48 KK, 187 Jiwa
- St. Fransiskus Assisi Ambobi tahun berdiri 2005 25 KK 113 Jiwa
- St. Maria Bunda Kerahiman Ilahi Siniang Laksa tahun berdiri 1938 82 KK 364 Jiwa
- St. Maria Huta Dalan tahun berdiri 1950 62 KK 245 Jiwa
- St. Theodorus Simatabo tahun berdiri 1952 8 KK 33 Jiwa
- St. Yosef Sitinjak Temba tahun berdiri 1955 97 KK 419 Jiwa
- St. Yosef Batu Gaja tahun berdiri 1939 111 KK 371 Jiwa
- St. Antonius Padua Sandean tahun berdiri 1956 71 KK 319 Jiwa
- Yesus Gembala Baik Arbaan tahun berdiri 1948 334 Jiwa
- St. Silvester Pagar Sinondi tahun berdiri 1947 30 KK 138 Jiwa
- St. Yakobus Huta Ambasang tahun berdiri 1951 36 KK 163 Jiwa
- St. Paulus Sibongkare tahun berdiri 1952 64 KK 233 Jiwa
- St. Maria Bunda Pertolongan Orang Kristen Siantar Sibongkare tahun berdiri 1952 57 KK 216 Jiwa
- St. Teresa Kalkuta Sahombu tahun berdiri 1950 41 KK 176 Jiwa
- Lae Hundulan tahun berdiri 1950 13 KK 78 jiwa
- St. Padere Pio Siambaton Pahae tahun berdiri 1956 88 KK 397 Jiwa
- St. Monika Siambaton Julu tahun berdiri 1956 98 KK 424 Jiwa
- St. Stefanus Martir Sitiotio tahun berdiri 1951 18 KK 75 Jiwa
- Sidulang Dalan tahun berdiri 1951 16 KK 69 jiwa
- Sidulang Julu tahun berdiri 1951 3 KK 13 jiwa
- St. Petrus Sipagabu tahun berdiri 1949 62 KK 245 Jiwa
- St. Fransiskus Asisi Huta Pinang tahun berdiri 1938 146 KK 559 Jiwa
- St. Paulus Huta Ginjang tahun berdiri 1947 56 KK 238 Jiwa
- St. Bernadeth Huta Imbaru tahun berdiri 1950 25 KK 92 Jiwa
- St. Leopold Mandic Pulo Godang tahun berdiri 1950 15 KK 54 Jiwa
- St. Andreas Panggugunan tahun berdiri 1950 28 KK 124 Jiwa