Pelindung |
: |
Santo Fransiskus Assisi |
Buku Paroki |
: |
Sejak 1979. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Kabanjahe. |
Alamat |
: |
Jl. Rakoetta Brahmana KM.1, Tiga Binanga - 22162 |
Telp./HP. |
: |
0628 - 410025/0821-6563-5585 |
|
: |
|
Jumlah Umat |
: |
3.430 KK/ 10.610 jiwa (data Biduk per 05/02/2024) |
Jumlah Stasi |
: |
44 |
01. Batu Mamak I04. Bunga Baru07. Gunung10. Juma Batu13. Kidupen16. Kuta Buara19. Kuta Gugung22. Kuta Nangka25. Lau Lingga28. Liren/Kuta Gamber31. Nageri34. Pasar Baru37. Pernantin40. Rambah Telko43. Sugihen |
02. Batu Mamak II05. Butar08. Jandi11. Kempawa14. Kuala17. Kuta Buluh20. Kuta Kendit23. Kuta Pengkih26. Lau Petundal29. Mbetong32. Namo Siro35. Perbesi38. Pola Tebu41. Sigedang44. Suka Julu |
03. Benjire06. Cerumbu09. Juhar12. Keriahen15. Kuta Bangun18. Kuta Galoh21. Kuta Mbaru Punti24. Kuta Raya27. Lau Riman30. Naga33. Pamah36. Pergendangen39. Pinem42. Simolap |
RP. Bernardus Sigalingging OFMCap |
17.10.'76 |
Parochus |
RP. Alfred Karo-karo OFMCap |
19.01.’87 |
Vikaris Parokial |
|
|
|
Sejarah Paroki St. Fransiskus Asisi - Tiga Binanga
PENGANTAR
Paroki pertama di Tanah Karo berdiri tahun 1948 yaitu Paroki Santa Perawan Maria Kabanjahe. Atas usulan dari umat, diambil kebijakan untuk membeli sebuah rumah di Kabanjahe yang dipakai sebagai pastoran. Alumni Sekolah Rakyat sebanyak 60 orang dari Pematang Siantar ditugaskan untuk membantu karya pelayanan Pastor. Beberapa di antaranya ialah Salim Ginting, Ketep Ginting, Brandan, Ngosari Barus, Jaga Ginting dan lain-lain. Mereka juga mengajar di sekolah negeri dan menjadi pioner-pioner yang membantu masyarakat Karo. Dengan adanya kerasulan awam ini, Gereja Katolik di Tanah Karo semakin berkembang dan dikenal di masyarakat.
Pada tahun 1949 Pastor Maximus Brans dibantu oleh Pastor Lukas Renders serta dibantu guru agama Katolik Nimbasi Purba untuk mengembangkan gereja. Dirasakan betapa susah merintis gereja agar dapat berkembang. Januari 1950 dibentuk pengurus Gereja yang pertama di Suka Julu dan disusul pembentukan pengurus gereja Berastagi tanggal 01 Februari 1951.
Kehadiran Suster SFD tahun 1954 sangat dirasakan di Tanah Karo yang juga sebagai usaha mewartakan karya injil dalam bidang khusus yaitu pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan kewanitaan. Selain itu dilakukan kursus-kursus kitab Suci dan doa lingkungan serta penerbitan buku-buku dalam bahasa Karo seperti: Buku Tahun Liturgi ABC, buku nyanyian, pedoman kotbah dll.
MENGARAH KE SINGALURLAU
Dengan kegigihan para pastor dan suster dan dibantu oleh tenaga awam, maka semakin banyak yang dipermandikan dalam Gereja Katolik termasuk ke wilayah Singalurlau sekitarnya. Adapun permandian yang dilakukan di Singalor lau yakni tanggal 18 Desember 1955 di Tiga Binanga dipermandikan sebanyak 15 orang oleh Pastor Elpidius van Duynhoven, salah satu di antaranya adalah Lenggas Simbolon. Katekumen tersebut dibimbing oleh katekis Mitar Kasianus Saragih. Sesudahnya tahun demi tahun dibaptis beberapa umat.
Pada tahun 1959 dengan resmi Gereja Katolik Stasi Juhar berdiri dan diresmikan oleh Pastor Brans. Dalam perkumpulan, umat dibimbing oleh katekis Naik Damianus Tarigan, Syukur Sitepu dll. Pada saat itu juga dilantik pengurus yang pertama yang terdiri dari Tarzan Tarigan, Tertib Pinem dll. Tahun-tahun berikutnya tetap ada beberapa umat menerima pembaptisan di daerah ini.
Selanjutnya perkembangan misi Katolik di daerah Kecamatan Tiga Binanga, Juhar, dan Munte agak mendek karena bencana nasional pemberontakan PKI tahun 1965.
Pada tahun 1966 Misi Gereja Katolik diemban oleh Pastor Licinus Ginting Suka dan Pastor Kleopas van Laarhoven. Dalam menjalankan misi ini Pastor dibantu oleh katekis seperti Adat Sembiring Brahmana, Nd Nirwan, Nd Ernita, Bp Tangsi Tarigan, Pa Ngolu Purba, J. Maju Tarigan dll. Mereka menggarami masyarakat Singalorlau dalam pembentukan stasi-stasi.
Pada tahun 1966 di Tiga Binanga di rumah Ngadang Sebayang (Pengulu Tiga Binanga) diadakan pertemuan yang dihadiri oleh Pastor Kleopas van Larhoven, Naik Dameanus Tarigan, Budi Sebayang, Ngadang Sebayang, Pak Nadeak (Supir Pastor) dan Bisman Siringo-ringo, dan dalam pertemuan tersebut direncanakan pembentukan Stasi Tiga Binanga. Sejak itu terbentuklah jemaat Gereja Katolik yang terdiri dari 10 KK antara lain keluarga Budi Sebayang, Setia Meliala, Pas Perangin-angin, Aluan Nadeak, Bismar Sirigo-ringo, Teropong Sitepu dan lainnya. Secara rutin mereka dibimbing oleh katekis Raja Kutana Sitepu, dan mengadakan kebaktian hari minggu di SD 3 Tiga Binanga. Tugas pembinaan umat ini juga dilaksanakan secara rutin dengan kunjungan Pastor Kleopas dan Pastor Licinus dari Kabanjahe. Akhirnya umat bertambah dan dibentuk pengurus dewan stasi Tiga Binanga yang terdiri dari Budi Sebayang, Pas Perangin-angin dll.
Pada Tahun 1966 Stasi Perbesi diresmikan oleh Pastor Licinus dan Pastor Kleopas. Pada tahun 1967, Stasi Bunga Baru diresmikan oleh Pastor Licinus dan Pastor Kleopas dengan jumlah katekumen 25 KK (105 orang). Pada tahun 1968, Stasi Mbetung diresmikan oleh Pastor kleopas dan Pastor Michael Hutabarat yang mulai bertugas di Paroki Kabanjahe. Pada tahun 1968 Stasi Kempawa dan Kuta Buluh (berdiri tahun 1945) dipindahkan ke Tanah Karo. Pada tahun 1970 Stasi Pernantin diresmikan oleh Pastor Kleopas dan Pastor Michael Hutabarat. Tenaga katekis yang membantu Pastor yakni Liman Pinem.
Perkembangan umat di Stasi Tiga Binanga tidak berjalan mulus tetapi penuh perjuangan. Akibat dari keterbatasan pengurus dalam pengembangan iman Katolik, sekitar tahun 1970 pelayanan sedikit mengalami kemacetan. Karena itu Pastor Yustinus Tinambunan OFMCap dari Kabanjahe menyurati dan memohon kepada Datas Sembiring (Bp Juliana Sembiring) dari Stasi Bunga Baru agar membantu pelaksanaan kebaktian di Tiga Binanga. Dengan kesediaan beliau Tiga Binanga dapat hidup kembali.
PERSIAPAN PENDIRIAN PAROKI TIGA BINANGA
Pada bulan Agustus 1975 di rumah Bp Daud Tarigan (Bp Pagit) diadakan pertemuan kecil antara Pastor Michael, Bp Pagit, Nd Pagit, dan Bohor Bangun (Bp Girik). Dalam pertemuan tersebut, Pastor Michael mengemukakan rencana Uskup untuk mendirikan Paroki Tiga Binanga sehingga nantinya Tanah Karo ada 2 Paroki yaitu Paroki Kabanjahe dan Paroki Tiga Binanga. Dalam pertemuan tersebut mereka menyambut rencana pendirian paroki ini sebagai upaya untuk meningkatkan usaha kerasulan di wilayah Tiga Binanga sekitarnya. Rencana tersebut dipublikasikan kepada umat Tiga Binanga dan mereka menerimanya hati gembira.
Dengan penuh perjuangan para perintis mengadakan pendekatan melalui budaya dan sosial ke desa-desa di sekitar Tiga Binanga. Katekis Bohor Bangun dan Rajahot Sitanggang dengan setia mendampingi pembinaan umat di stasi Kuta Galoh sehingga tahun 1976 dapat diresmikan oleh Pastor Michael dengan katekumen sebanyak 20 KK (108 orang) dan dengan pengurus Stasi pertama yakni: Akal Sembiring, dan Nampat Ginting. Gereja Katolik Stasi Batu Mamak diresmikan oleh Pastor Simon Sinaga yang tidak lama kemudian ditugaskan di Tiga Binanga dan Pastor Michael Hutabarat. Katekumen sebanyak 8 KK (33 orang) yang dibimbing oleh katekis Rajahot dan Bohor Bangun. Pengurus stasi yang pertama adalah Bamansius Ginting dan K. Tarigan. Gereja Katolik Stasi Suka Julu oleh Pastor Michael Hutabarat dan Pastor Simon Sinaga dengan katekumen 11 KK (48 orang) yang dibimbing oleh katekis Bohor Bangun dan Rajahot. Pengurus stasi yang pertama adalah Pandek Ginting dan Rasmi Kembaren.
Selanjutnya dengan terus bertambahnya stasi-stasi di wilayah Tiga Binanga maka akhirnya tahun 1976 Uskup Agung Medan menugaskan Pastor Michael di Tiga Binanga dan sekaligus di Tiga Nderket. Tempat tinggal pastor adalah rumah kontrakan di Jalan Kota Cane Tiga Binanga. Kehadirannya di Tiga Binanga memperderas karya kerasulan. Sementara itu karena tenaga katekis umat masih kurang, diminta kembali tenaga katekis dari Kabanjahe seperti Adat Sembiring Brahmana, Nd Nirwan, Nd Ernita Br Girsang, Maju Tarigan, Drs. Relek Tarigan, Permulaan Sebayang, R. Purba S.H dan Sr Agustina Br Matondang.
Dengan penetapan bapak Uskup, walaupun belum ada gedung pastoran, tetapi sebenarnya Tiga Binanga sudah dipersiapkan sebagai paroki dan dewan paroki yaitu Bohor Bangun, Daud Tarigan, dan Poltak Simalango dan dilantik oleh Uskup Agung Medan pada Upacara Misa Pertama Pastor Lusius Ganin Ginting di Tiga Panah. Selanjutnya wilayah Tiga Binanga dibagi dalam 4 Subwilayah yaitu: Subwilayah Juhar dipimpin oleh Tertib Pinem, Kasim Pinem dan Sukaten Pinem. Subwilayah Tiga Binanga dipimpin oleh Bohor Bangun, Daud Tarigan dan Poltak Simalango. Subwilayah Mbetung dipimpin oleh Ndameken Pasifikus Ginting, Getum Pinem, dan Rasmin Sembiring. Subwilayah Kuta Buluh dipimpin oleh Gumpil Silangit dan Kepe Ginting.
Pada tahun 1979 Pastor Michael Hutabarat, OFMCap., dan Pastor Simon Sinaga, OFMCap., sudah mendiami gedung Paroki Tiga Binanga di Kompleks SMP Swasta Asisi Tiga Binanga. Menurut data yang tertera dalam buku babtis I maka PAROKI TIGA BINANGA BERDIRI TANGGAL 22 APRIL 1979.
Dalam upaya pengembangan misi gereja di Paroki Tiga Binanga, Pastor Paroki selalu memotivasi pemuka-pemuka jemaat, bahwa pengembangan rohani tidak dapat dipisahkan dari pengembangan jasmani. Mereka menekankan bahwa Gereja selain berperan membina iman, juga tidak boleh melupakan pembinaan jasmani umat. Untuk itu dibutuhkan karya-karya nyata Gereja yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kita harus dapat merebut hati masyarakat dengan mengadakan pendekatan-pendekatan di bidang religius, sosial ekonomi dan budaya. Sesudahnya penambahan stasi tetap dilaksanakan.
Pastoran Tiga Binanga dibangun pada tahun 1982 pada masa RD Jimmy Liaw sebagai tanda kehadiran gembala di tengah umatnya dan pusat administrasi paroki. Sesudahnya pada tahun 1990-an RP Ignasius Simbolon, OFMCap., RP Norbertus Ambarita, OFMCap., RP Albinus Ginting, OFMCap., dan RP Nestor Manalu, OFMCap., meneruskan pewartaan injil dengan membina iman umat agar semakin berakar dan berkembang. Sangat disadari bahwa pewartaan injil harus senantiasa ditekankan sehingga pada masa RP Karolus Sembiring, OFMCap., sekitar 1995-2002 evangelisasi kembali digalakkan bagi mereka yang baru mengenal iman Katolik dan bagi para simpatisan dan katekumen. Dengan itu mereka semakin memahami imannya yang diaktualisasikan dalam hidup sehari-hari dengan cara sederhana. Sementara itu RP Antonius Siregar, OFMCap yang telah berada di paroki ini sejak tahun 2000 menekuni pengobatan tradisional yang membantu banyak orang sakit dari berbagai tempat. Kegiatan ini juga mendorong makin banyak orang datang ke paroki untuk memperoleh pengobatan sebagai sarana perhatian kepada mereka yang sakit dan menderita.
Sekitar tahun 2005 RP Angelo Purba, OFMCap., menggalakkan musik liturgi dan inkulturasi sehingga liturgi semakin hidup dan semakin banyak umat terlibat dalam kehidupan menggereja. Kehadiran RP Hugolinus Malau, OFMCap., dan RP Moses Situmorang, OFMCap., meneruskan pembinaan umat. Pertumbuhan umat yang semakin banyak menuntut adanya pembagian lingkungan yang dilaksanakan sejak tahun 2013 hingga 2014 oleh RP Stefanus Sitohang, OFMCap. Dengan itu dibutuhkan para pengurus yang mendampingi dan mengorganisir kegiatan lingkungan. Melihat banyaknya kegiatan yang dilaksanakan di paroki Tiga Binanga untuk memberikan pendampingan para pengurus, kursus-kursus dan pelatihan dalam berbagai bidang maka dibutuhkan tempat yang lebih luas dan nyaman bagi para pengurus.
Kebutuhan akan tempat pelayanan yang lebih baik mendorong RP Cypriano Barasa, OFMCap., pada awal tahun 2016 menggulirkan ide untuk memikirkan pengadaan ruangan aula, kantor paroki dan tempat penginapan yang lebih besar dan memadai. Dalam rapat-rapat DPP setiap bulan, hal ini dimatangkan dan diperluas sehingga semakin banyak umat menyumbangkan ide untuk merealisasikannya. Kemudian dilihat bahwa satu hal yang mendorong pembangunan ialah pembuatan monumen pesta 40 tahun pendirian paroki Tiga Binanga yang akan jatuh pada tahun 2019. Karena itu momen ini merupakan saat penegasan ulang untuk membangkitkan iman umat dan para pengurus agar semakin aktif dalam hidup menggereja. Hal ini didorong lagi dengan kehadiran RP Kaprilius Sitepu, OFMCap sebagai diakon pada bulan Juli 2016. Pada bulan Mei 2017 dewan paroki mendorong dan mendukung pelaksanaan pembangunan pastoran, kantor paroki dan aula paroki.
Karena itu setelah pembentukan panitia pembangunan, panitia bekerja keras mewujudkan ide pembangunan dengan mencari dukungan dari semua pengurus stasi untuk mengumpulkan dana, mencari arsitek untuk menggambar bangunan, berkonsultasi dengan pihak Keuskupan tentang ide tersebut. Sesudahnya panitia tetap berkoordinasi untuk mematangkan ide dan melengkapi hal-hal yang diperlukan. Kehadiran RP Sebastian Siringoringo, OFMCap., Agustus 2018, memperkuat pelayanan di paroki ini dan mendukung rencana pembangunan tersebut. Pada akhir bulan September 2018, panitia bersama pastor melaksanakan audiensi ke Mgr Anicetus Sinaga, OFMCap., di Kuria Keuskupan Agung Medan untuk menyampaikan seluruh rencana besar Paroki Tiga Binanga antara lain situasi kondisi Tiga Binanga, pertambahan umat dan gerakan pengurus, serta rencana pembangunan pastoran, kantor paroki dan aula paroki sebagai hadiah pesta 40 tahun yang jatuh pada tahun 2019 yang akan datang. Bapa Uskup mendukung dan mengapresiasi kinerja seluruh panitia yang telah mempersiapkan rencana pembangunan yang hendak dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 14 Oktober 2018 sekaligus penerimaan sakramen krisma bagi umat.
Sesudah peletakan batu pertama, pembangunan dilaksanakan oleh Bapak Ir Oloan Tamba bersama tukang sebanyak 25 orang. Dalam proses pembangunan, bagian pastoran telah selesai dan diberkati oleh Mgr Kornelius Sipayung, OFMCap., sebagai hadiah pesta 40 tahun yang dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2019, kendati bagian aula dan kantor paroki belum selesai. Peresmian bangunan pastoran ini juga dilaksanakan oleh Bapak Gubernur Sumatera Utara, Letjen Edy Rahmayadi bersama para Kadis Sumut pada tanggal 21 Oktober 2019. Pembangunan diteruskan hingga selesai dengan penambahan bagian belakang pastoran sebagai kamar-kamar tamu. Pembangunan ini menjadi tanda kedewasaan iman di Paroki ini kendati masih harus berjuang menyiapkan para pengurus supaya dapat menjawab kebutuhan umat.
Sesudah melewati situasi Covid-19 yang sangat mengerikan, pada tgl 03 Desember 2021, secara lengkap gedung paroki Tiga Binanga yaitu kantor paroki, aula, dan kamar-kamar tamu paroki diberkati dan diresmikan oleh Mgr Kornelius Sipayung, OFMCap., (Uskup KAM). Turut hadir saat itu RP Selestinus Manalu, OFMCap., (Minister Propinsial Kapusin Medan), RP Cypriano Barasa, OFMCap., (Parochus Tiga Binanga), RP Sebastian Siringo-ringo, OFMCap., RP. Kaprilius Sitepu, OFMCap., RP. Antonius Siregar, OFMCap., Diakon Zakaria Ginting, OFMCap., dan Diakon Jona Joakim Pinem, OFMCap. Pemberkatan yang dilaksanakan di aula ini, dihadiri sebanyak 500-an umat sebagai perwakilan umat separoki. Jumlah ini tergolong ramai karena suasana masih pandemic.
Semoga Gereja Katolik Tiga Binanga dapat menjawab kebutuhan umat, hadir di tengah situasi umat, dan menuntun umat dalam menghadapi zaman sebagai konkretisasi penghayatan iman dalam dunia masa kini.
Para Pastor yang pernah bertugas di Paroki Tiga Binanga sejak tahun 1979 sampai dengan tahun 2020 adalah:
1. RP Michaelangelus Hutabarat tahun 1973 sd 1978 dari Kabanjahe. Menetap di Tiga Binanga dan tinggal di rumah Sebayang sambil membangun SMP Asisi, bertugas hingga 1982.
2. RP Simon Sinaga, OFMCap., mulai dari Kabanjahe 1976- 1982 dan pelaksana kepsek SMP pertama 1981.
3. RP Redemptus Simamora, OFMCap., tahun 1980-1982, tinggal di aula, sendirian bebrapa waktu, sambil mengajar di SMP, masih 1 kelas dan mengajari beberapa mata pelajaran.
4. RP Raesens, OFMCap.
5. RD Esdras Tarigan, 1981-1984.
6. RD Jimmy Liaw,1982-1989.
7. RP Valentinus Barus, OFMCap., 1981-1983.
8. RP Antonio Razzoli, OFMConv., 1986-1990.
9. RP Ignasius Simbolon, OFMCap., 1991-1997.
10. RP Norbertus Ambarita, OFMCap., 1991-1996.
11. RP Albinus Ginting, OFMCap., 1990-1995.
12. RP Nestor Manalu, OFMCap., 1995-1998.
13. RP Karolus Sembiring, OFMCap., 1995-2002 (Parochus).
14. RD Anggiat Damianus Sihotang, 1996-1997.
15. RP Antonius Siregar, OFMCap., 1999 - ss.
16. RP Angelo Purba,OFMCap., 2001-2007 (Parochus)
17. RP Hugolinus Malau, OFMCap., 2005- (Parochus 2007-) 2009 .
18. RP Cyrus Simalango, OFMCap 2007-2009
19. RP Moses Situmorang, OFMCap., 2009-2013 (Parochus).
20. RP Stefanus Sitohang, OFMCap., 2009 - (Parochus 2013-) 2015.
21. RP Yuventius Saragih, OFMCap., 2011-2013.
22. RP Petrus Sinaga, OFMCap., Juli 2012- Maret 2016.
23. RP Cypriano Barasa, OFMCap., 15 Okt 2013 (Parochus 05 Sept 2015-) 2022.
24. RP Kaprilius Sitepu, OFMCap., Januari 2017.
25. RP Sebastian Siringo-ringo, OFMCap., Agustus 2018.
26. RP Zakaria Ginting, OFMCap., 05 Februari 2022
27. RP Bernardus Sigalingging, OFMCap., 01 Juni 2022
PARA PASTOR YANG BERKARYA SAAT INI DARI ORDO KAPUSIN YAITU:
1. RP Bernardus Sigalingging, OFMCap., 01 Juni 2022 (Parochus 28-08-2022-ss)
2. RP Sebastian Siringo-ringo, OFMCap., Agustus 2018ss.
3. RP Zakaria Ginting, OFMCap., 05 Februari 2022ss
4. RP Antonius Siregar, OFMCap., 1999 – 2019. Sejak 2019 hingga kini beliau menjadi asistensi pastoral.
Hingga saat ini Paroki Santo Fransiskus Asisi Tiga Binanga dilayani oleh Para Imam Kapusin. Semua stasi berjumlah 45 stasi, terdiri dari 5 rayon. Jumlah KK 3238 dan jumlah jiwa 10370 jiwa. Umat tersebar di Kabupaten Karo dan Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi.