Pelindung |
: |
Santo Fransiskus Assisi |
Buku Paroki |
: |
Sejak 3 Desember 2004. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Jl. Asahan Pematang Siantar |
Alamat |
: |
Jl. Medan, Km. 5,6 RT 41/RW 15 Kec. Siantar Marihat, Pematang Siantar – 21101 |
Telp. |
: |
0852 9610 063 |
|
: |
fransiskusjl.medan2015@gmail.com |
Jumlah Umat |
: |
423 KK / 1.642 jiwa |
Jumlah Stasi |
: |
- |
RP. Karolus Sembiring OFMCap |
06.06.’62 |
Parochus |
Sejarah Paroki St. Fransiskus Asisi - Jl. Medan, Pematang Siantar
Merindukan Rumah Tuhan
Pada tahun 1960-an, sudah ada kerinduan besar dari umat Katolik yang berada di sekitar Pabrik Rami Jalan Medan, Pematangsiantar, untuk mempunyai gedung gereja. Saat itu umat Katolik di sekitar Jalan Medan masih terhitung sebagai umat Katolik Paroki St. Laurentius Brindisi Jl. Sibolga Pematangsiantar. Kerinduan untuk memiliki gedung gereja disampaikan oleh umat kepada RP Herman Rompa OFM Cap, Pastor Paroki Jl. Sibolga. Akan tetapi usulan tersebut belum dikabulkan oleh Pastor.
Sejak November 1965 umat di Jl. Medan yang berada di wilayah Rami Atas mengadakan ibadat bersama di rumah Bapak Thomas Gultom. Umat melaksanakan ibadat dalam suasana takut karena pada masa itu situasi negara kurang aman, berkaitan dengan peristiwa G30S. Sesudah situasi negara semakin aman, sejak tahun 1966 tempat ibadat kemudian berpindah ke rumah Bapak B. Sinabariba. Di depan rumah itu mereka memasang papan nama “Gereja Katolik Rami” agar umat mengetahui dan datang untuk beribadat setiap hari Minggu di sana.
Tahun 1966 merupakan tahun rahmat bagi umat di Jl. Medan. Mereka sangat senang atas adanya kunjungan Br. Ernest OFMCap. dan seorang suster Belanda yaitu Sr. Aurelia KYM. Kemudian RP. Idesbaldus Domen OFMCap, yang bertugas di Komisi Kepemudaan KAM, juga pernah datang dan merayakan ekaristi bersama mereka. Itulah perayaan Ekaristi pertama bagi umat Katolik Jl. Medan. Pada tahun itu juga untuk pertama kalinya umat Katolik Jl. Medan mengadakan perayaan natal bersama di Lingkungan Jl. Medan.
Susunan pengurus gereja juga sudah ada pada tahun 1966: Bapak F. Situngkir (Ketua Dewan Gereja), B. Sinariba (Wakil Ketua), J. Siahaan (Sekretaris), E. Parapat (Bendahara) dan K. A. Situmorang (Voorhanger pertama), A.Z. Situmorang (sebagai Ketua Pemuda Katolik Jl. Medan).
Pendirian Gereja dan Paroki
Pendirian Gereja di Jl. Medan perlahan-lahan terwujud melalui kehadiran Ordo Kapusin di sekitar Jl. Medan. Pada tahun 1966 Ordo Kapusin memulai rencana untuk mendirikan Seminari Agung di Pematangsiantar. RP Gonzalvus Snijders OFMCap memilih sebuah lokasi yang dikenal sebagai “Bukit Panjang” di Jalan Medan sebagai tempat Seminari Agung yang baru. Sejak itu RP Gonzalvus rutin datang dari Parapat untuk meninjau pembangunan Seminari Agung sembari juga merayakan ekaristi bersama umat Katolik Jl. Medan. Umat turut berpartisipasi dalam pembangunan biara dengan rutin.
Pada tahun 1967, gedung Biara Kapusin Jl. Medan selesai dibangun. Pastor memberi salah satu ruangan biara untuk dipergunakan oleh umat menjadi tempat ibadat sembari menunggu selesainya pembangunan Gereja Biara. Pada tahun 1968, gedung gereja biara selesai dibangun. Tempat peribadatan umat kemudian pindah ke gereja ini meskipun gereja sendiri belum diberkati. Sejalan dengan selesainya pembangunan gereja biara maka diputuskan oleh pimpinan Keuskupan Agung Medan bahwa gereja ini menjadi gereja Paroki yang memiliki 11 stasi. Gereja ini kemudian dikenal sebagai gereja Paroki Pastor Bonus. RP. Gonzalvus Snijders OFMCap bertugas sebagai pastor paroki pertama. Pemberkatan gereja baru terjadi pada 19 Maret 1970 oleh Mgr. A.H. van den Hurk OFMCap. Dalam perayaan itu dilaksanakan juga penerimaan Sakramen Krisma.
Umat Katolik Jl. Medan pun kian berkembang dari waktu ke waktu terutama dengan keterlibatan para penghuni Biara Kapusin Jl. Medan melayani umat. Selain itu kehadiran para suster dari Kongregasi FCJM, KYM, SCMM, dan KSSY di wilayah paroki ini sungguh membantu perkembangan umat Katolik Jl. Medan. Demikian juga kehadiran SD RK7 yang dibangun tahun 1973 turut berperan mendukung pengembangan paroki ini.
1.1 Berinduk pada Paroki St. Laurensius Brindisi Jl. Sibolga Pematangsiantar
Mempunyai gedung gereja adalah suatu kerinduan besar di hati umat Katolik yang berada di sekitar Jalan Medan, Pematangsiantar, sejak tahun 1960-an. Saat itu umat Katolik di sekitar Jalan Medan merupakan satu lingkungan dari Paroki St. Laurentius Brindisi Jl. Sibolga Pematangsiantar. Kerinduan itu muncul karena jarak ke gereja di Jl. Sibolga cukup jauh. Oleh karena itu, umat Jl. Medan menyampaikan usulan mendirikan gereja di sekitar Jl. Medan kepada RP Godehardus Liebreks OFMCap di Paroki St. Laurensius Brindisi Jl. Sibolga. Akan tetapi usulan tersebut belum dikabulkan oleh Pastor.
Sejak November 1965 umat di Jl. Medan mulai mengadakan ibadat lingkungan di rumah Bapak Thomas Gultom. Umat melaksanakan ibadat dalam suasana takut karena pada masa itu situasi negara kurang aman, berkaitan dengan peristiwa G30S. Sesudah situasi negara semakin aman, sejak tahun 1966 tempat ibadat kemudian berpindah ke rumah Bapak B. Sinabariba. Di depan rumah itu mereka memasang papan nama “Gereja Katolik Rami” sebagai pertanda bagi umat yang berada di Jl. Medan dan sekitarnya.
Tahun 1966 merupakan tahun rahmat bagi umat di Jl. Medan atas kunjungan Br. Ernest OFMCap., dan seorang suster Belanda yaitu Sr. Aurelia KYM. Kemudian RP. Idesbaldus Domen OFMCap, yang bertugas di Komisi Kepemudaan KAM, juga pernah datang dan merayakan ekaristi bersama mereka. Itulah perayaan Ekaristi pertama bagi umat Katolik Jl. Medan. Pada tahun itu juga untuk pertama kalinya umat Katolik Jl. Medan mengadakan perayaan natal bersama di Lingkungan Jl. Medan.
1.2 Mendirikan Gereja dan Paroki “Pastor Bonus”
Niat untuk mendirikan Gereja di Jl. Medan perlahan-lahan terwujud melalui kehadiran Ordo Kapusin di sekitar Jl. Medan. Pada tahun 1966 Ordo Kapusin memulai rencana untuk mendirikan Seminari Agung di Pematangsiantar. RP Gonzalvus Snijders OFMCap memilih sebuah lokasi yang dikenal dengan nama “Bukit Panjang” di Jalan Medan sebagai tempat Seminari Agung yang baru. Sejak itu RP Gonzalvus rutin datang dari Parapat untuk meninjau pembangunan Seminari Agung sembari juga merayakan ekaristi bersama umat Katolik Jl. Medan. Umat turut berpartisipasi dalam pembangunan biara dengan ikut gotong royong dan berjaga di lokasi demi keamanan secara rutin.
Pada tahun 1967, gedung Biara Kapusin Jl. Medan selesai dibangun. Pastor memberi salah satu ruangan biara untuk dipergunakan oleh umat menjadi tempat ibadat seraya menunggu selesainya pembangunan Gereja Biara. Pada tahun 1968, gedung gereja biara selesai dibangun. Tempat peribadatan umat kemudian pindah ke gereja ini meskipun gereja belum diberkati. Sejalan dengan selesainya pembangunan gereja biara maka diputuskan oleh pimpinan Keuskupan Agung Medan bahwa gereja ini menjadi gereja Paroki yang memiliki 11 stasi. Gereja ini kemudian dikenal sebagai gereja Paroki Pastor Bonus. RP. Gonzalvus Snijders OFMCap bertugas sebagai pastor paroki pertama. Pemberkatan gereja baru terjadi pada 19 Maret 1970 oleh Mgr. A.H. van den Hurk OFMCap. Dalam perayaan itu dilaksanakan juga penerimaan Sakramen Penguatan.
Umat Katolik Jl. Medan pun kian berkembang dari waktu ke waktu terutama dengan keterlibatan para penghuni Biara Kapusin Jl. Medan melayani umat. Selain itu kehadiran para suster dari Kongregasi FCJM, KSSY, SCMM, dan KYM di wilayah paroki ini sungguh membantu perkembangan umat Katolik Jl. Medan. Demikian juga kehadiran SD RK7 yang dibangun tahun 1973 turut berperan mendukung pengembangan Paroki St. Fransiskus Assisi ini.
1.3 Menjadi Paroki Mandiri: Paroki St. Fransiskus Assisi
Dari waktu ke waktu Paroki Pastor Bonus semakin berkembang. Secara iuridis Paroki ini adalah otonom di bawah otoritas Uskup Agung Keuskupan Agung Medan, tetapi dalam pelayanannya Paroki ini selalu berkaitan dengan Ordo Kapusin dalam diri Badan Kerjasama Kapusin Indonesia (BKS Kapindo) yang mengelola pendidikan Kapusin di Seminari Tinggi atau Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi Jl. Medan. Kerjasama yang baik antara Keuskupan dan pihak Kapusin ini pantas disyukuri yang membuat perkembangan paroki ini tetap baik.
Meskipun pelayanan di Paroki ini disadari baik dengan peran serta para Pastor dan frater Biara, disadari juga ada kekurangannya oleh umat. Peranan umat untuk mandiri tampaknya tidak optimal karena banyak hal karya pelayanan di gereja dikerjakan oleh para Frater. Selain itu umat juga sangat membutuhkan adanya ruangan di sekitar gereja yang dapat mereka pergunakan dalam karya pelayanan bagi umat.
Oleh karena itu, sejak Oktober 1997 BKS Kapindo sudah mulai berpikir untuk meninjau status paroki Pastor Bonus menjadi paroki khusus (paroki tersendiri) atau gereja rektorat. Dengan demikian gedung paroki atau kantor paroki kiranya dibangun di luar kompleks biara. Pembicaraan ini dipicu oleh adanya usulan Paroki untuk membangun ruang Dewan Paroki di dalam kompleks Seminari Tinggi atau Biara Kapusin.
Membangun ruang Dewan Paroki atau kantor paroki tersebut tampaknya kurang cocok lagi di lokasi gereja karena keterbatasan lahan. Maka pada Agustus 1998 BKS Kapusin mengusulkan supaya gereja Jl. Medan menjadi paroki tersendiri yang dilayani oleh para staf Rumah Pendidikan Kapusin. Sementara, kantor paroki untuk Paroki Siantar II (nama lebih umum kemudian untuk Pastor Bonus) diusulkan akan dipindahkan ke lokasi Gereja Katolik Stasi Termin, Pematangsiantar. Atas persetujuan Uskup Agung, pada tahun 1998 pusat dan kantor paroki dipindahkan dari Jalan Medan ke Gereja St. Petrus dan Paulus Termin, Pematangsiantar. Gereja Pastor Bonus ini menjadi satu stasi dari Paroki yang baru. Meskipun kantor paroki pindah ke Termin, tetapi Pastor Paroki masih tetap berdomisili di Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi.
Ide untuk menjadikan Gereja Jl. Medan sebagai paroki tersendiri tetap hidup di hati umat meskipun kantor paroki telah pindah ke Termin. Secara prinsipil, pada tahun 1999, Uskup menyatakan persetujuannya bahwa gereja Jl. Medan sebagai paroki tersendiri; bahkan diberi peluang bahwa ide paroki mandiri itu dapat direalisasikan sejak 01 Januari 2000. Namun rencana itu belum segera diwujudkan karena Parokus Siantar II waktu itu, RP Yosef Rajagukguk OFMCap, masih perlu mempersiapkan hal-hal penting untuk merealisasikannya melalui rapat-rapat di Paroki. Sehingga, Gereja Pastor Bonus Jl. Medan masih tetap berstatus sebagai salah satu stasi dari Paroki St. Petrus dan Paulus Termin.
Dari tahun 2002 hingga 2004 pembicaraan dalam rapat-rapat Paroki demikian juga dalam rapat-rapat BKS Kapusin Indonesia masih merumuskan ulang ide pembentukan gereja Jl. Medan menjadi paroki tersendiri. Hal itu dibicarakan juga bersama dengan Pastor Paroki Siantar II, RP Thomas Sinabariba OFMCap. Pembentukan paroki mandiri ini pun dibicarakan dengan lebih seksama bersama dengan umat dan pihak-pihak yang terkait di dalamnya, terutama Pastor Paroki, Dewan Paroki, Pengurus Stasi Jl. Medan dengan umat, dan pihak Biara Kapusin Jl. Medan.
Maka, pada tahun 2004 sesudah pembicaraan para pimpinan Kapusin Indonesia (BKS Kapindo) dengan sejumlah umat, permohonan untuk menjadikan Gereja Katolik Jl. Medan sebagai satu paroki tersendiri disampaikan kepada Uskup Agung Medan. Paroki ini dimaksudkan untuk dikelola secara khusus oleh Ordo Kapusin. Kekhususan tersebut juga dimaksud bahwa paroki ini akan dijadikan sebagai lahan kerasulan para pastor dan frater yang tinggal di Biara Kapusin Jl Medan dengan melibatkan para anggota Lembaga Hidup Bakti yang berdomisili di wilayah Paroki. Secara resmi usulan ini dimohonkan kepada KAM seraya mengingat sejarah berdirinya gereja ini tidak terpisah dari berdirinya Biara Kapusin di Jl. Medan.
Pihak Keuskupan menyambut baik permohonan itu dan dengan Surat Keputusan Uskup Agung Keuskupan Agung Medan, Mgr. A.G. Pius Dabutbara, OFMCap., dengan surat nomor 655/GP/KA/2004 tertanggal 03 Desember 2004, Gereja Katolik Jl. Medan diresmikan sebagai satu paroki dengan nama pelindung St. Fransiskus Assisi. Tugas pelayanan paroki ini dipercayakan Uskup Agung Medan kepada Ordo Kapusin/BKS Kapusin Indonesia. Hal itu sejalan dengan usulan dari BKS Kapusin dengan pertimbangan nilai historis bagi Ordo Kapusin, di satu sisi, dan nilai pedagogis dan pastoral bagi para Frater Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi Jl. Medan serta para Suster yang berdomisili di wilayah paroki, di sisi yang lain.
Sejak Desember 2004 hingga Juli 2005 Paroki ini masih dalam masa transisi dan masih dipimpin oleh Parokus Paroki Siantar II, RP Thomas Sinabariba OFMCap., meskipun operasional paroki yang baru sudah mulai dijalankan sejak Februari 2005 oleh RP Bonifasius Simanullang OFMCap. Ini terjadi karena BKS Kapusin telah mengusulkan kepada Uskup bahwa RP Bonifasius Simanullang menjadi Pastor Paroki di Paroki yang baru. Pesta peresmian Paroki St. Fransiskus Assisi ini baru dilaksanakan di Gereja Paroki St. Fransiskus Assisi pada 3 Juli 2005.
Penggembalaan reksa pastoral paroki ini dilaksanakan oleh RP Bonifasius Simanullang OFMCap pada periode tahun 2004 - 2009. Selanjutnya tugas penggembalaan dilanjutkan oleh RP Albinus Ginting OFMCap. pada periode tahun 2009-2012. Akan tetapi sebelum kedatangan P. Albinus, tugas pastoral paroki dilaksanakan untuk beberapa bulan oleh RP Yoseph Sinaga OFMCap (2009), yang ditugaskan sebagai administrator paroki. Sejak tahun 2012-2015 reksa pastoral paroki kemudian dilanjutkan oleh RP Fidelis Sabinus OFMCap. Sesudahnya, RP Henri Sihotang OFMCap. menjalankan karya pastoral pada periode tahun 2015-2018. Dan, sejak 01 Agustus 2018 (acara serah terima dan pergantian parokus dilaksanakan pada hari Minggu, 12 Agustus 2018) hingga laporan ini dibuat dan dilaporkan pada 14 Agustus 2022, tugas pastoral di paroki kita dilanjutkan oleh RP Christian L. Gaol OFMCap.
Beberapa hal yang dikerjakan dalam masa pelayanan parokus periode terakhir ini adalah:
1) Pembangunan/rehab:
a) Gereja
- memasang Salib San Damiano di Gereja atas usaha yang telah digagas oleh RP Henri Sihotang OFMCap,
- membuat tempat arca Bunda Maria dan mengganti arca Bunda Maria di dalam gereja,
- merehab talang gereja dan kaki lima di belakang gedung gereja.
b) Pekuburan
- melanjutkan pembangunan pekuburan untuk tingkat kedua,
- penataan kaki lima di bagian dalam dan bagian luar pekuburan,
- memperlebar jalan masuk ke lokasi pekuburan.
2) Membenahi sekretariat/kantor Paroki.
a) melaksanakan program data BIDUK Paroki KAM,
b) melengkapi dan menata ruang arsip serta buku-buku serta arsip paroki.
3) Mengembangkan karya pastoral.
a) membentuk Tim Liturgi Paroki,
b) mengembangkan pemekaran lingkungan (St. Antonius dan Padre Pio)
c) Mengembangkan Legio Maria menjadi 2 presidium: LM Bejana Rohani dan LM Ratu Rosario (2019).
4) Menyusun pedoman-pedoman praktis dalam rangka reksa pastoral paroki:
a) P2-DPP Paroki
b) P4-DPP Paroki,
c) Pedoman DPL Paroki
2. Letak dan Batas-batas Wilayah Paroki
Paroki St. Fransiskus Assisi ini berada wilayah Kotamadya Pematangsiantar. Geraja Paroki berada di Jl. Medan KM 5,6 Kel. Sumber Jaya, Kec. Siantar Martoba, Kotamadya Pematangsiantar. Letak geografisnya berada di bentangan Jl. Medan dan kampung-kampung sekitar Jl. Medan dari Simpang Rambung Merah hingga jembatan menuju Sinaksak. Wilayah paroki ini meliputi bagian dari Kecamatan Siantar Martoba (Kota Madya Pematangsiantar) dan bagian dari Kecamatan Siantar (Kabupaten Simalungun).
Dalam lingkup pembagian wilayah vikariat KAM, Paroki St. Fransiskus Assisi berada di wilayah Vikariat St. Paulus Rasul. Paroki ini bertetangga dengan Paroki St. Petrus dan Paulus (arah kota: Stasi Rambung Merah dan Stasi Termin; dan arah Medan: Stasi Baringin), serta Paroki St. Yosef Jl. Bali (khususnya Stasi Martoba).
3. Jumlah Lingkungan
Awal tahun 2005 jumlah Lingkungan di Paroki ini ada 13 Lingkungan. Seiring dengan berjalannya waktu jumlah umat terus bertambah maka lingkungan pun kemudian dimekarkan. Maka dari tahun 2005 hingga 2018 jumlah lingkungan menjadi 15. Pada Agustus 2018 ketika terjadi pergantian parokus, paroki ini masih 15 lingkungan. Kemudian sejak tahun 2020 jumlah lingkungan sudah menjadi 17 lingkungan. Lingkungan yang baru dimekarkan tahun 2020 yaitu Lingkungan St. Padre Pio (pemekaran dari Lingk. Angelus ) dan St. Antonius (pemekaran dari Lingk. Yoakim). Pemekaran tersebut telah dibicarakan dalam rapat Paripurna 2019 dan direalisasikan pada bulan Februari (Lingk. Padre Pio) dan Maret 2020 (Lingk. Antonius).
NO |
LINGKUNGAN |
THN
BERDIRI |
PESTA
PELINDUNG |
1 |
Santo Angelus |
2005 |
05 Mei |
2 |
Santo
Antonius (Abbas) |
2020 |
17 Januari |
3 |
Santo Fidelis
(dari Sigmaringen) |
2005 |
24 April |
4 |
Santo
Fransiskus Assisi |
2005 |
17 September |
5 |
Santo
Ignatius (dari Antiokia) |
2005 |
17 Oktober |
6 |
Santa Klara |
2005 |
11 Agustus |
7 |
Santa Maria
(Bunda Gereja) |
2005 |
01 Juni |
8 |
Santo Markus
(Pengarang Injil) |
2005 |
25 April |
9 |
Santo Mikael
(Malaikat Agung) |
2005 |
29 September |
10 |
Santo Padre
Pio |
2020 |
23 September |
11 |
Santo Paulus |
2005 |
25 Januari |
12 |
Santo Petrus
Rasul |
2005 |
29 Juni |
13 |
Santo
Theresia (dari Avila) |
2005 |
15 Oktober |
14 |
Santa Thomas
Rasul |
2005 |
03 Juli |
15 |
Santo
Vincentius |
2017 |
27 September |
16 |
Santo Yoakim |
2015 |
26 Juli |
17 |
Santo Yosef
(suami St. Maria) |
2005 |
19 Maret |
5. Jarak Gereja Paroki
Posisi atau letak Gereja Paroki St. Fransiskus dapat dilihat cukup sentral untuk seluruh lingkungan yang ada di wilayah paroki. Jarak gereja Paroki ke lingkungan-lingkungan dapat disebut cukup dekat dan dapat dijangkau umat dengan cukup mudah.
Letak gereja Paroki cukup strategis dan dekat dengan jalan raya, sehingga mudah dijangkau oleh umat. Namun ada sebagian umat yang berada lumayan jauh ke Paroki yakni lingkungan Santo Thomas dan sebagian dari lingkungan St. Petrus (tersebar di wilayah Stasi Termin, Rambung Merah, dan Martoba) dan sebagain umat St. Theresia (tersebar di wilayah stasi Baringin).
6. Jumlah Umat
Pendataan umat di Paroki Jl. Medan telah berjalan sejak tahun 2013 mengikuti program Data Umat Katolik (DUK) yang berlaku di KAM. Hasil dari program DUK ini sudah ada di Sekretariat Paroki dan Paroki sudah mencetak Kartu Keluarga Katolik yang dibagikan ke setiap KK. Program DUK itu kemudian direvisi dengan program baru, yakni Basis Integrasi Data Umat Keuskupan (BIDUK). Secara resmi, Sosialisasi dan pelatihan BIDUK KAM sudah terlaksana pada Oktober 2019 oleh KAM bekerja sama dengan Tim Biduk KAJ dan kemudian di-launching pada 08 Februari 2020 di gedung Catolic Center oleh Uskup Agung KAM, Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap.
Pengisian BIDUK Paroki sudah terlaksana di Paroki Jl. Medan sejak sosialisasi Biduk tahun 2019. Admin pendataan Biduk tersebut adalah Sekretaris Paroki dan didampingi oleh Pastor Paroki. Data umat Paroki, berdasar pada data BIDUK Paroki, telah disampaikan pada rapat Paripurna Paroki, Desember 2021. Dan, data itu telah disampaikan secara berkala ke Sekretariat Keuskupan melalui pelaporan data statistik paroki. Pengisian BIDUK masih tetap berlanjut hingga sekarang untuk meng-update data umat semaksimal mungkin karena data umat akan selalu bergerak seturut situasi umat yang lahir, meninggal, masuk, pindah, dan pelaksanaan aneka perayaan sakramen dalam gereja yang terlaksana setiap tahun berjalan.
Pada awal tahun 2018, umat Paroki St. Fransiskus ini berjumlah 365 KK dengan 1.630 Jiwa. Dan pada akhir tahun 2018 umat paroki menjadi 371 KK dengan 1643 jiwa yang tersebar dalam 15 lingkungan. Setiap tahun jumlah KK dan Jiwa bertambah sebagaimana dilihat dalam tabel berikut. Dan, seturut data BIDUK, maka dapat disampaikan bahwa jumlah umat di Paroki St. Fransiskus Assisi Jl. Medan saat ini pada tahun 2021/2022 terdiri dari 385 Kepala Keluarga dan 1.483 jiwa yang tersebar di 17 lingkungan.
Lingkungan |
2018 |
2019 |
2020 |
2021 |
2022 |
|||||||
KK |
JIWA |
KK |
JIWA |
KK |
JIWA |
KK |
JIWA |
KK |
JIWA |
|||
Santo Angelus |
33 |
131 |
33 |
131 |
24 |
97 |
22 |
87 |
25 |
89 |
||
Santo Antonius |
- |
- |
|
- |
18 |
64 |
19 |
64 |
20 |
66 |
||
Santo Fidelis |
27 |
152 |
31 |
152 |
30 |
153 |
27 |
117 |
29 |
92 |
||
Santo Fransiskus |
19 |
75 |
17 |
75 |
17 |
75 |
17 |
75 |
17 |
75 |
||
Santo Ignatius |
21 |
107 |
19 |
107 |
19 |
108 |
23 |
88 |
16 |
80 |
||
Santa Klara |
27 |
124 |
27 |
124 |
26 |
124 |
26 |
108 |
26 |
108 |
||
Santa Maria |
21 |
80 |
21 |
80 |
21 |
80 |
19 |
80 |
21 |
63 |
||
Santo Markus |
26 |
107 |
27 |
107 |
26 |
107 |
30 |
102 |
29 |
102 |
||
Santo Mikael |
27 |
134 |
26 |
134 |
29 |
134 |
31 |
133 |
31 |
131 |
||
Santo Padre Pio |
- |
- |
- |
- |
12 |
38 |
11 |
53 |
13 |
53 |
||
Santo Paulus |
32 |
126 |
30 |
126 |
30 |
130 |
29 |
128 |
29 |
128 |
||
Santo Petrus |
24 |
100 |
22 |
100 |
26 |
100 |
27 |
103 |
26 |
103 |
||
Santo Theresia |
29 |
113 |
29 |
113 |
29 |
122 |
29 |
102 |
30 |
106 |
||
Santa Thomas |
12 |
60 |
16 |
60 |
15 |
69 |
14 |
52 |
20 |
80 |
||
Santo Vincentius |
24 |
107 |
24 |
107 |
24 |
107 |
24 |
91 |
25 |
91 |
||
Santo Yoakim |
27 |
114 |
30 |
114 |
13 |
59 |
12 |
59 |
11 |
58 |
||
Santo Yosef |
16 |
100 |
16 |
100 |
16 |
99 |
16 |
49 |
17 |
58 |
||
JUMLAH |
371 |
1.643 |
368 |
1.630 |
375 |
1.666 |
376 |
1.694 |
385 |
1.483 |
7. Persentasi Pertambahan/Perkembangan Umat
STATISTIK PERKEMBANGAN UMAT PAROKI 2005-2017
|
2005 |
2006 |
2007 |
2008 |
2009 |
2010 |
2011 |
2012 |
2013 |
2014 |
2015 |
2016 |
2017 |
Pembaptisan |
76 |
61 |
54 |
75 |
58 |
59 |
54 |
57 |
42 |
45 |
41 |
47 |
48 |
Komuni I |
38 |
- |
39 |
39 |
45 |
45 |
24 |
37 |
25 |
25 |
45 |
33 |
35 |
Penguatan |
- |
64 |
- |
27 |
- |
- |
- |
- |
76 |
4 |
83 |
14 |
61 |
Perkawinan |
9 |
16 |
13 |
21 |
12 |
21 |
16 |
28 |
13 |
14 |
9 |
15 |
12 |
Pengurapan |
1 |
8 |
4 |
6 |
4 |
4 |
10 |
1 |
6 |
3 |
3 |
7 |
9 |
Meninggal |
7 |
12 |
8 |
15 |
14 |
5 |
12 |
4 |
7 |
10 |
12 |
14 |
23 |
Pindah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Masuk |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
JLH KK |
252 |
282 |
287 |
314 |
318 |
324 |
330 |
334 |
340 |
348 |
355 |
362 |
365 |
JLH JIWA |
1177 |
1291 |
1285 |
1348 |
1368 |
1419 |
1498 |
1546 |
1567 |
1595 |
1630 |
1642 |
1630 |