loader image
Kamis, Maret 20, 2025
Lainnya
    BerandaParokiParoki Pematang Siantar Jalan Medan

    Paroki Pematang Siantar Jalan Medan

    Pelindung
    :
    Santo Fransiskus Assisi
    Buku Paroki
    :
    Sejak 3 Desember 2004. Sebelumnya bergabung dengan Paroki  Jl. Asahan Pematang Siantar
    Alamat
    :
    Jl. Medan, Km. 5,6 RT 41/RW 15 Kec. Siantar Marihat, Pematang Siantar – 21101
    Telp.
    :
    0852 9610 063
    Email
    :
    fransiskusjl.medan2015@gmail.com
    Jumlah Umat
    :
    423 KK / 1.642 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi
    :
    -
    RP. Karolus Sembiring OFMCap   
    06.06.’62
    Parochus

    Sejarah Paroki St. Fransiskus Asisi - Jl. Medan, Pematang Siantar

    Pengantar (klik untuk membaca)
    Merindukan Rumah Tuhan
    Pada tahun 1960-an, sudah ada kerinduan besar dari umat Katolik yang berada di sekitar Pabrik Rami Jalan Medan, Pematangsiantar, untuk mempunyai gedung gereja. Saat itu umat Katolik di sekitar Jalan Medan masih terhitung sebagai umat Katolik Paroki St. Laurentius Brindisi Jl. Sibolga Pematangsiantar. Kerinduan untuk memiliki gedung gereja disampaikan oleh umat kepada RP Herman Rompa OFM Cap, Pastor Paroki Jl. Sibolga. Akan tetapi usulan tersebut belum dikabulkan oleh Pastor.
    Sejak November 1965 umat di Jl. Medan yang berada di wilayah Rami Atas mengadakan ibadat bersama di rumah Bapak Thomas Gultom. Umat melaksanakan ibadat dalam suasana takut karena pada masa itu situasi negara kurang aman, berkaitan dengan peristiwa G30S. Sesudah situasi negara semakin aman, sejak tahun 1966 tempat ibadat kemudian berpindah ke rumah Bapak B. Sinabariba. Di depan rumah itu mereka memasang papan nama “Gereja Katolik Rami” agar umat mengetahui dan datang untuk beribadat setiap hari Minggu di sana.
    Tahun 1966 merupakan tahun rahmat bagi umat di Jl. Medan. Mereka sangat senang atas adanya kunjungan Br. Ernest OFMCap. dan seorang suster Belanda yaitu Sr. Aurelia KYM. Kemudian RP. Idesbaldus Domen OFMCap, yang bertugas di Komisi Kepemudaan KAM, juga pernah datang dan merayakan ekaristi bersama mereka. Itulah perayaan Ekaristi pertama bagi umat Katolik Jl. Medan. Pada tahun itu juga untuk pertama kalinya umat Katolik Jl. Medan mengadakan perayaan natal bersama di Lingkungan Jl. Medan.
    Susunan pengurus gereja juga sudah ada pada tahun 1966: Bapak F. Situngkir (Ketua Dewan Gereja), B. Sinariba (Wakil Ketua), J. Siahaan (Sekretaris), E. Parapat (Bendahara) dan K. A. Situmorang (Voorhanger pertama), A.Z. Situmorang (sebagai Ketua Pemuda Katolik Jl. Medan).
    Pendirian Gereja dan Paroki
    Pendirian Gereja di Jl. Medan perlahan-lahan terwujud melalui kehadiran Ordo Kapusin di sekitar Jl. Medan. Pada tahun 1966 Ordo Kapusin memulai rencana untuk mendirikan Seminari Agung di Pematangsiantar. RP Gonzalvus Snijders OFMCap memilih sebuah lokasi yang dikenal sebagai “Bukit Panjang” di Jalan Medan sebagai tempat Seminari Agung yang baru. Sejak itu RP Gonzalvus rutin datang dari Parapat untuk meninjau pembangunan Seminari Agung sembari juga merayakan ekaristi bersama umat Katolik Jl. Medan. Umat turut berpartisipasi dalam pembangunan biara dengan rutin.
    Pada tahun 1967, gedung Biara Kapusin Jl. Medan selesai dibangun. Pastor memberi salah satu ruangan biara untuk dipergunakan oleh umat menjadi tempat ibadat sembari menunggu selesainya pembangunan Gereja Biara. Pada tahun 1968, gedung gereja biara selesai dibangun. Tempat peribadatan umat kemudian pindah ke gereja ini meskipun gereja sendiri belum diberkati. Sejalan dengan selesainya pembangunan gereja biara maka diputuskan oleh pimpinan Keuskupan Agung Medan bahwa gereja ini menjadi gereja Paroki yang memiliki 11 stasi. Gereja ini kemudian dikenal sebagai gereja Paroki Pastor Bonus. RP. Gonzalvus Snijders OFMCap bertugas sebagai pastor paroki pertama. Pemberkatan gereja baru terjadi pada 19 Maret 1970 oleh Mgr. A.H. van den Hurk OFMCap. Dalam perayaan itu dilaksanakan juga penerimaan Sakramen Krisma.
    Umat Katolik Jl. Medan pun kian berkembang dari waktu ke waktu terutama dengan keterlibatan para penghuni Biara Kapusin Jl. Medan melayani umat. Selain itu kehadiran para suster dari Kongregasi FCJM, KYM, SCMM, dan KSSY di wilayah paroki ini sungguh membantu perkembangan umat Katolik Jl. Medan. Demikian juga kehadiran SD RK7 yang dibangun tahun 1973 turut berperan mendukung pengembangan paroki ini.
    Sejarah Singkat Pendirian Paroki
    1.1 Berinduk pada Paroki St. Laurensius Brindisi Jl. Sibolga Pematangsiantar
    Mempunyai gedung gereja adalah suatu kerinduan besar di hati umat Katolik yang berada di sekitar Jalan Medan, Pematangsiantar, sejak tahun 1960-an. Saat itu umat Katolik di sekitar Jalan Medan merupakan satu lingkungan dari Paroki St. Laurentius Brindisi Jl. Sibolga Pematangsiantar. Kerinduan itu muncul karena jarak ke gereja di Jl. Sibolga cukup jauh. Oleh karena itu, umat Jl. Medan menyampaikan usulan mendirikan gereja di sekitar Jl. Medan kepada RP Godehardus Liebreks OFMCap di Paroki St. Laurensius Brindisi Jl. Sibolga. Akan tetapi usulan tersebut belum dikabulkan oleh Pastor.
    Sejak November 1965 umat di Jl. Medan mulai mengadakan ibadat lingkungan di rumah Bapak Thomas Gultom. Umat melaksanakan ibadat dalam suasana takut karena pada masa itu situasi negara kurang aman, berkaitan dengan peristiwa G30S. Sesudah situasi negara semakin aman, sejak tahun 1966 tempat ibadat kemudian berpindah ke rumah Bapak B. Sinabariba. Di depan rumah itu mereka memasang papan nama “Gereja Katolik Rami” sebagai pertanda bagi umat yang berada di Jl. Medan dan sekitarnya.
    Tahun 1966 merupakan tahun rahmat bagi umat di Jl. Medan atas kunjungan Br. Ernest OFMCap., dan seorang suster Belanda yaitu Sr. Aurelia KYM. Kemudian RP. Idesbaldus Domen OFMCap, yang bertugas di Komisi Kepemudaan KAM, juga pernah datang dan merayakan ekaristi bersama mereka. Itulah perayaan Ekaristi pertama bagi umat Katolik Jl. Medan. Pada tahun itu juga untuk pertama kalinya umat Katolik Jl. Medan mengadakan perayaan natal bersama di Lingkungan Jl. Medan.
    1.2 Mendirikan Gereja dan Paroki “Pastor Bonus”
    Niat untuk mendirikan Gereja di Jl. Medan perlahan-lahan terwujud melalui kehadiran Ordo Kapusin di sekitar Jl. Medan. Pada tahun 1966 Ordo Kapusin memulai rencana untuk mendirikan Seminari Agung di Pematangsiantar. RP Gonzalvus Snijders OFMCap memilih sebuah lokasi yang dikenal dengan nama “Bukit Panjang” di Jalan Medan sebagai tempat Seminari Agung yang baru. Sejak itu RP Gonzalvus rutin datang dari Parapat untuk meninjau pembangunan Seminari Agung sembari juga merayakan ekaristi bersama umat Katolik Jl. Medan. Umat turut berpartisipasi dalam pembangunan biara dengan ikut gotong royong dan berjaga di lokasi demi keamanan secara rutin.
    Pada tahun 1967, gedung Biara Kapusin Jl. Medan selesai dibangun. Pastor memberi salah satu ruangan biara untuk dipergunakan oleh umat menjadi tempat ibadat seraya menunggu selesainya pembangunan Gereja Biara. Pada tahun 1968, gedung gereja biara selesai dibangun. Tempat peribadatan umat kemudian pindah ke gereja ini meskipun gereja belum diberkati. Sejalan dengan selesainya pembangunan gereja biara maka diputuskan oleh pimpinan Keuskupan Agung Medan bahwa gereja ini menjadi gereja Paroki yang memiliki 11 stasi. Gereja ini kemudian dikenal sebagai gereja Paroki Pastor Bonus. RP. Gonzalvus Snijders OFMCap bertugas sebagai pastor paroki pertama. Pemberkatan gereja baru terjadi pada 19 Maret 1970 oleh Mgr. A.H. van den Hurk OFMCap. Dalam perayaan itu dilaksanakan juga penerimaan Sakramen Penguatan.
    Umat Katolik Jl. Medan pun kian berkembang dari waktu ke waktu terutama dengan keterlibatan para penghuni Biara Kapusin Jl. Medan melayani umat. Selain itu kehadiran para suster dari Kongregasi FCJM, KSSY, SCMM, dan KYM di wilayah paroki ini sungguh membantu perkembangan umat Katolik Jl. Medan. Demikian juga kehadiran SD RK7 yang dibangun tahun 1973 turut berperan mendukung pengembangan Paroki St. Fransiskus Assisi ini.
    1.3 Menjadi Paroki Mandiri: Paroki St. Fransiskus Assisi
    Dari waktu ke waktu Paroki Pastor Bonus semakin berkembang. Secara iuridis Paroki ini adalah otonom di bawah otoritas Uskup Agung Keuskupan Agung Medan, tetapi dalam pelayanannya Paroki ini selalu berkaitan dengan Ordo Kapusin dalam diri Badan Kerjasama Kapusin Indonesia (BKS Kapindo) yang mengelola pendidikan Kapusin di Seminari Tinggi atau Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi Jl. Medan. Kerjasama yang baik antara Keuskupan dan pihak Kapusin ini pantas disyukuri yang membuat perkembangan paroki ini tetap baik.
    Meskipun pelayanan di Paroki ini disadari baik dengan peran serta para Pastor dan frater Biara, disadari juga ada kekurangannya oleh umat. Peranan umat untuk mandiri tampaknya tidak optimal karena banyak hal karya pelayanan di gereja dikerjakan oleh para Frater. Selain itu umat juga sangat membutuhkan adanya ruangan di sekitar gereja yang dapat mereka pergunakan dalam karya pelayanan bagi umat.
    Oleh karena itu, sejak Oktober 1997 BKS Kapindo sudah mulai berpikir untuk meninjau status paroki Pastor Bonus menjadi paroki khusus (paroki tersendiri) atau gereja rektorat. Dengan demikian gedung paroki atau kantor paroki kiranya dibangun di luar kompleks biara. Pembicaraan ini dipicu oleh adanya usulan Paroki untuk membangun ruang Dewan Paroki di dalam kompleks Seminari Tinggi atau Biara Kapusin.
    Membangun ruang Dewan Paroki atau kantor paroki tersebut tampaknya kurang cocok lagi di lokasi gereja karena keterbatasan lahan. Maka pada Agustus 1998 BKS Kapusin mengusulkan supaya gereja Jl. Medan menjadi paroki tersendiri yang dilayani oleh para staf Rumah Pendidikan Kapusin. Sementara, kantor paroki untuk Paroki Siantar II (nama lebih umum kemudian untuk Pastor Bonus) diusulkan akan dipindahkan ke lokasi Gereja Katolik Stasi Termin, Pematangsiantar. Atas persetujuan Uskup Agung, pada tahun 1998 pusat dan kantor paroki dipindahkan dari Jalan Medan ke Gereja St. Petrus dan Paulus Termin, Pematangsiantar. Gereja Pastor Bonus ini menjadi satu stasi dari Paroki yang baru. Meskipun kantor paroki pindah ke Termin, tetapi Pastor Paroki masih tetap berdomisili di Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi.
    Ide untuk menjadikan Gereja Jl. Medan sebagai paroki tersendiri tetap hidup di hati umat meskipun kantor paroki telah pindah ke Termin. Secara prinsipil, pada tahun 1999, Uskup menyatakan persetujuannya bahwa gereja Jl. Medan sebagai paroki tersendiri; bahkan diberi peluang bahwa ide paroki mandiri itu dapat direalisasikan sejak 01 Januari 2000. Namun rencana itu belum segera diwujudkan karena Parokus Siantar II waktu itu, RP Yosef Rajagukguk OFMCap, masih perlu mempersiapkan hal-hal penting untuk merealisasikannya melalui rapat-rapat di Paroki. Sehingga, Gereja Pastor Bonus Jl. Medan masih tetap berstatus sebagai salah satu stasi dari Paroki St. Petrus dan Paulus Termin.
    Dari tahun 2002 hingga 2004 pembicaraan dalam rapat-rapat Paroki demikian juga dalam rapat-rapat BKS Kapusin Indonesia masih merumuskan ulang ide pembentukan gereja Jl. Medan menjadi paroki tersendiri. Hal itu dibicarakan juga bersama dengan Pastor Paroki Siantar II, RP Thomas Sinabariba OFMCap. Pembentukan paroki mandiri ini pun dibicarakan dengan lebih seksama bersama dengan umat dan pihak-pihak yang terkait di dalamnya, terutama Pastor Paroki, Dewan Paroki, Pengurus Stasi Jl. Medan dengan umat, dan pihak Biara Kapusin Jl. Medan.
    Maka, pada tahun 2004 sesudah pembicaraan para pimpinan Kapusin Indonesia (BKS Kapindo) dengan sejumlah umat, permohonan untuk menjadikan Gereja Katolik Jl. Medan sebagai satu paroki tersendiri disampaikan kepada Uskup Agung Medan. Paroki ini dimaksudkan untuk dikelola secara khusus oleh Ordo Kapusin. Kekhususan tersebut juga dimaksud bahwa paroki ini akan dijadikan sebagai lahan kerasulan para pastor dan frater yang tinggal di Biara Kapusin Jl Medan dengan melibatkan para anggota Lembaga Hidup Bakti yang berdomisili di wilayah Paroki. Secara resmi usulan ini dimohonkan kepada KAM seraya mengingat sejarah berdirinya gereja ini tidak terpisah dari berdirinya Biara Kapusin di Jl. Medan.
    Pihak Keuskupan menyambut baik permohonan itu dan dengan Surat Keputusan Uskup Agung Keuskupan Agung Medan, Mgr. A.G. Pius Dabutbara, OFMCap., dengan surat nomor 655/GP/KA/2004 tertanggal 03 Desember 2004, Gereja Katolik Jl. Medan diresmikan sebagai satu paroki dengan nama pelindung St. Fransiskus Assisi. Tugas pelayanan paroki ini dipercayakan Uskup Agung Medan kepada Ordo Kapusin/BKS Kapusin Indonesia. Hal itu sejalan dengan usulan dari BKS Kapusin dengan pertimbangan nilai historis bagi Ordo Kapusin, di satu sisi, dan nilai pedagogis dan pastoral bagi para Frater Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi Jl. Medan serta para Suster yang berdomisili di wilayah paroki, di sisi yang lain.
    Sejak Desember 2004 hingga Juli 2005 Paroki ini masih dalam masa transisi dan masih dipimpin oleh Parokus Paroki Siantar II, RP Thomas Sinabariba OFMCap., meskipun operasional paroki yang baru sudah mulai dijalankan sejak Februari 2005 oleh RP Bonifasius Simanullang OFMCap. Ini terjadi karena BKS Kapusin telah mengusulkan kepada Uskup bahwa RP Bonifasius Simanullang menjadi Pastor Paroki di Paroki yang baru. Pesta peresmian Paroki St. Fransiskus Assisi ini baru dilaksanakan di Gereja Paroki St. Fransiskus Assisi pada 3 Juli 2005.
    Penggembalaan reksa pastoral paroki ini dilaksanakan oleh RP Bonifasius Simanullang OFMCap pada periode tahun 2004 - 2009. Selanjutnya tugas penggembalaan dilanjutkan oleh RP Albinus Ginting OFMCap. pada periode tahun 2009-2012. Akan tetapi sebelum kedatangan P. Albinus, tugas pastoral paroki dilaksanakan untuk beberapa bulan oleh RP Yoseph Sinaga OFMCap (2009), yang ditugaskan sebagai administrator paroki. Sejak tahun 2012-2015 reksa pastoral paroki kemudian dilanjutkan oleh RP Fidelis Sabinus OFMCap. Sesudahnya, RP Henri Sihotang OFMCap. menjalankan karya pastoral pada periode tahun 2015-2018. Dan, sejak 01 Agustus 2018 (acara serah terima dan pergantian parokus dilaksanakan pada hari Minggu, 12 Agustus 2018) hingga laporan ini dibuat dan dilaporkan pada 14 Agustus 2022, tugas pastoral di paroki kita dilanjutkan oleh RP Christian L. Gaol OFMCap.
    Beberapa hal yang dikerjakan dalam masa pelayanan parokus periode terakhir ini adalah:
    1) Pembangunan/rehab:
    a) Gereja
    - memasang Salib San Damiano di Gereja atas usaha yang telah digagas oleh RP Henri Sihotang OFMCap,
    - membuat tempat arca Bunda Maria dan mengganti arca Bunda Maria di dalam gereja,
    - merehab talang gereja dan kaki lima di belakang gedung gereja.

    b) Pekuburan
    - melanjutkan pembangunan pekuburan untuk tingkat kedua,
    - penataan kaki lima di bagian dalam dan bagian luar pekuburan,
    - memperlebar jalan masuk ke lokasi pekuburan.

    2) Membenahi sekretariat/kantor Paroki.
    a) melaksanakan program data BIDUK Paroki KAM,
    b) melengkapi dan menata ruang arsip serta buku-buku serta arsip paroki.

    3) Mengembangkan karya pastoral.
    a) membentuk Tim Liturgi Paroki,
    b) mengembangkan pemekaran lingkungan (St. Antonius dan Padre Pio)
    c) Mengembangkan Legio Maria menjadi 2 presidium: LM Bejana Rohani dan LM Ratu Rosario (2019).

    4) Menyusun pedoman-pedoman praktis dalam rangka reksa pastoral paroki:
    a) P2-DPP Paroki
    b) P4-DPP Paroki,
    c) Pedoman DPL Paroki
    Statistik dan Wilayah Paroki
    2. Letak dan Batas-batas Wilayah Paroki
    Paroki St. Fransiskus Assisi ini berada wilayah Kotamadya Pematangsiantar. Geraja Paroki berada di Jl. Medan KM 5,6 Kel. Sumber Jaya, Kec. Siantar Martoba, Kotamadya Pematangsiantar. Letak geografisnya berada di bentangan Jl. Medan dan kampung-kampung sekitar Jl. Medan dari Simpang Rambung Merah hingga jembatan menuju Sinaksak. Wilayah paroki ini meliputi bagian dari Kecamatan Siantar Martoba (Kota Madya Pematangsiantar) dan bagian dari Kecamatan Siantar (Kabupaten Simalungun).
    Dalam lingkup pembagian wilayah vikariat KAM, Paroki St. Fransiskus Assisi berada di wilayah Vikariat St. Paulus Rasul. Paroki ini bertetangga dengan Paroki St. Petrus dan Paulus (arah kota: Stasi Rambung Merah dan Stasi Termin; dan arah Medan: Stasi Baringin), serta Paroki St. Yosef Jl. Bali (khususnya Stasi Martoba).
    3. Jumlah Lingkungan
    Awal tahun 2005 jumlah Lingkungan di Paroki ini ada 13 Lingkungan. Seiring dengan berjalannya waktu jumlah umat terus bertambah maka lingkungan pun kemudian dimekarkan. Maka dari tahun 2005 hingga 2018 jumlah lingkungan menjadi 15. Pada Agustus 2018 ketika terjadi pergantian parokus, paroki ini masih 15 lingkungan. Kemudian sejak tahun 2020 jumlah lingkungan sudah menjadi 17 lingkungan. Lingkungan yang baru dimekarkan tahun 2020 yaitu Lingkungan St. Padre Pio (pemekaran dari Lingk. Angelus ) dan St. Antonius (pemekaran dari Lingk. Yoakim). Pemekaran tersebut telah dibicarakan dalam rapat Paripurna 2019 dan direalisasikan pada bulan Februari (Lingk. Padre Pio) dan Maret 2020 (Lingk. Antonius).

    NO

    LINGKUNGAN

    THN BERDIRI

    PESTA PELINDUNG

    1

    Santo Angelus

    2005

    05 Mei

    2

    Santo Antonius (Abbas)

    2020

    17 Januari

    3

    Santo Fidelis (dari Sigmaringen)

    2005

    24 April

    4

    Santo Fransiskus Assisi 

    2005

    17 September

    5

    Santo Ignatius (dari Antiokia)

    2005

    17 Oktober

    6

    Santa Klara

    2005

    11 Agustus

    7

    Santa Maria (Bunda Gereja)

    2005

    01 Juni

    8

    Santo Markus (Pengarang Injil)

    2005

    25 April

    9

    Santo Mikael (Malaikat Agung)

    2005

    29 September

    10

    Santo Padre Pio

    2020

    23 September

    11

    Santo Paulus

    2005

    25 Januari

    12

    Santo Petrus Rasul

    2005

    29 Juni

    13

    Santo Theresia (dari Avila)

    2005

    15 Oktober

    14

    Santa Thomas Rasul

    2005

    03 Juli

    15

    Santo Vincentius

    2017

    27 September

    16

    Santo Yoakim

    2015

    26 Juli

    17

    Santo Yosef (suami St. Maria)

    2005

    19 Maret

    5. Jarak Gereja Paroki
    Posisi atau letak Gereja Paroki St. Fransiskus dapat dilihat cukup sentral untuk seluruh lingkungan yang ada di wilayah paroki. Jarak gereja Paroki ke lingkungan-lingkungan dapat disebut cukup dekat dan dapat dijangkau umat dengan cukup mudah.
    Letak gereja Paroki cukup strategis dan dekat dengan jalan raya, sehingga mudah dijangkau oleh umat. Namun ada sebagian umat yang berada lumayan jauh ke Paroki yakni lingkungan Santo Thomas dan sebagian dari lingkungan St. Petrus (tersebar di wilayah Stasi Termin, Rambung Merah, dan Martoba) dan sebagain umat St. Theresia (tersebar di wilayah stasi Baringin).
    6. Jumlah Umat
    Pendataan umat di Paroki Jl. Medan telah berjalan sejak tahun 2013 mengikuti program Data Umat Katolik (DUK) yang berlaku di KAM. Hasil dari program DUK ini sudah ada di Sekretariat Paroki dan Paroki sudah mencetak Kartu Keluarga Katolik yang dibagikan ke setiap KK. Program DUK itu kemudian direvisi dengan program baru, yakni Basis Integrasi Data Umat Keuskupan (BIDUK). Secara resmi, Sosialisasi dan pelatihan BIDUK KAM sudah terlaksana pada Oktober 2019 oleh KAM bekerja sama dengan Tim Biduk KAJ dan kemudian di-launching pada 08 Februari 2020 di gedung Catolic Center oleh Uskup Agung KAM, Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap.
    Pengisian BIDUK Paroki sudah terlaksana di Paroki Jl. Medan sejak sosialisasi Biduk tahun 2019. Admin pendataan Biduk tersebut adalah Sekretaris Paroki dan didampingi oleh Pastor Paroki. Data umat Paroki, berdasar pada data BIDUK Paroki, telah disampaikan pada rapat Paripurna Paroki, Desember 2021. Dan, data itu telah disampaikan secara berkala ke Sekretariat Keuskupan melalui pelaporan data statistik paroki. Pengisian BIDUK masih tetap berlanjut hingga sekarang untuk meng-update data umat semaksimal mungkin karena data umat akan selalu bergerak seturut situasi umat yang lahir, meninggal, masuk, pindah, dan pelaksanaan aneka perayaan sakramen dalam gereja yang terlaksana setiap tahun berjalan.
    Pada awal tahun 2018, umat Paroki St. Fransiskus ini berjumlah 365 KK dengan 1.630 Jiwa. Dan pada akhir tahun 2018 umat paroki menjadi 371 KK dengan 1643 jiwa yang tersebar dalam 15 lingkungan. Setiap tahun jumlah KK dan Jiwa bertambah sebagaimana dilihat dalam tabel berikut. Dan, seturut data BIDUK, maka dapat disampaikan bahwa jumlah umat di Paroki St. Fransiskus Assisi Jl. Medan saat ini pada tahun 2021/2022 terdiri dari 385 Kepala Keluarga dan 1.483 jiwa yang tersebar di 17 lingkungan.

    Lingkungan

    2018

    2019

    2020

    2021

    2022

    KK

    JIWA

    KK

    JIWA

    KK

    JIWA

    KK

    JIWA

    KK

    JIWA

    Santo Angelus

    33

    131

    33

    131

    24

    97

    22

    87

    25

    89

    Santo Antonius

    -

    -

     

    -

    18

    64

    19

    64

    20

    66

    Santo Fidelis 

    27

    152

    31

    152

    30

    153

    27

    117

    29

    92

    Santo Fransiskus

    19

    75

    17

    75

    17

    75

    17

    75

    17

    75

    Santo Ignatius

    21

    107

    19

    107

    19

    108

    23

    88

    16

    80

    Santa Klara

    27

    124

    27

    124

    26

    124

    26

    108

    26

    108

    Santa Maria

    21

    80

    21

    80

    21

    80

    19

    80

    21

    63

    Santo Markus

    26

    107

    27

    107

    26

    107

    30

    102

    29

    102

    Santo Mikael

    27

    134

    26

    134

    29

    134

    31

    133

    31

    131

    Santo Padre Pio

    -

    -

    -

    -

    12

    38

    11

    53

    13

    53

    Santo Paulus

    32

    126

    30

    126

    30

    130

    29

    128

    29

    128

    Santo Petrus

    24

    100

    22

    100

    26

    100

    27

    103

    26

    103

    Santo Theresia

    29

    113

    29

    113

    29

    122

    29

    102

    30

    106

    Santa Thomas

    12

    60

    16

    60

    15

    69

    14

    52

    20

    80

    Santo Vincentius

    24

    107

    24

    107

    24

    107

    24

    91

    25

    91

    Santo Yoakim

    27

    114

    30

    114

    13

    59

    12

    59

    11

    58

    Santo Yosef

    16

    100

    16

    100

    16

    99

    16

    49

    17

    58

    JUMLAH

    371

    1.643

    368

    1.630

    375

    1.666

    376

    1.694

    385

    1.483

    7. Persentasi Pertambahan/Perkembangan Umat
    STATISTIK PERKEMBANGAN UMAT PAROKI 2005-2017

     

    2005

    2006

    2007

    2008

    2009

    2010

    2011

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    2017

    Pembaptisan

    76

    61

    54

    75

    58

    59

    54

    57

    42

    45

    41

    47

    48

    Komuni I

    38

    -

    39

    39

    45

    45

    24

    37

    25

    25

    45

    33

    35

    Penguatan

    -

    64

    -

    27

    -

    -

    -

    -

    76

    4

    83

    14

    61

    Perkawinan

    9

    16

    13

    21

    12

    21

    16

    28

    13

    14

    9

    15

    12

    Pengurapan

    1

    8

    4

    6

    4

    4

    10

    1

    6

    3

    3

    7

    9

    Meninggal

    7

    12

    8

    15

    14

    5

    12

    4

    7

    10

    12

    14

    23

    Pindah

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    Masuk

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    JLH KK

    252

    282

    287

    314

    318

    324

    330

    334

    340

    348

    355

    362

    365

    JLH JIWA

    1177

    1291

    1285

    1348

    1368

    1419

    1498

    1546

    1567

    1595

    1630

    1642

    1630

    Secara umum, statistik perkembangan umat sangat dipengaruhi oleh kelahiran, perkawinan, perpindahan (masuk atau keluar), dan kematian. Dari data di atas, tampak bahwa perkembangan umat tidak cukup melonjak tinggi. Jumlah umat berkembang secara landai. Akan tetapi, jumlah tersebut berpeluang lebih besar dalam beberapa tahun ke depan dengan adanya perkembangan pemukiman penduduk di sekitar wilayah paroki St. Fransiskus ini.
    Gambaran Umat Paroki
    1. Kekhasan Paroki
    Ada beberapa kekhasan Paroki St. Fransiskus Assisi, Jl. Medan ini yang dapat disampaikan berikut ini:
    a. Paroki St. Fransisikus ini tidak mempunyai stasi.
    - Paroki St. Fransiskus merupakan gereja tunggal, tidak mempunyai stasi. Umat paroki tersebar di 17 Lingkungan Paroki yang berada di Kecamatan Siantar Martoba, Pematangsiantar, dan Kec. Siantar.
    - Oleh karena itu, fokus karya pastoral dilaksanakan di gereja dan di lingkungan-lingkungan serta di dalam kelompok-kelompok kategorial melalui perayaan-perayaan iman, katekese, doa lingkungan, dan kegiatan-kegiatan rohani lainnya.
    b. Pelayanan Pemakaman dan Misa Arwah
    - Paroki ini sudah memiliki lahan pemakaman. Lokasi tersebut telah ditata sedemikian sehingga semakin asri. Di dalamnya dibangun bangunan permanen untuk bagian pembusukan jenazah dan bagian penyimpanan tulang-belulang (saring-saring).
    - Umat yang meninggal di Paroki ini selalu dimakamkan oleh Pastor. Dan, sehari sebelum pemakaman akan diadakan Misa Arwah di rumah duka. Disadari bahwa Misa Arwah lebih ideal dilaksanakan di dalam Gereja pada hari pemakaman, tetapi karena alasan situasional, terutama atas alasan acara adat yang tidak dapat dipastikan kapan selesai maka Misa Arwah dilaksanakan di rumah duka pada hari sebelum pemakaman.
    - Pada saat misa, umat dan pengurus (DPP dan Lingkungan, Kelompok Kategorial) berusaha hadir.
    - Pada saat itu, diberikan juga bantuan sosial sebagai tanda turut berduka kepada keluarga. Besaran ilu manetek itu disepakati pada saat paraipurna. Atas pertimbangan pastoral, besaran ilu manetek itu bisa lebih dari ketentuan paripurna.
    c. Katekese 5-10 menit sebelum misa
    - Di Paroki ini sudah menjadi tradisi melaksanakan katekese 5-10 menit sebelum misa dimulai. Katekese ini dilaksanakan oleh Seksi-seksi DPP Paroki seturut jadwal dan penugasan serta oleh seorang Frater Tkt V, sebagai seksi Katekese Biara.
    d. Doa Rosario sebelum misa dan pada hari Jumat sore pada bulan Mei dan Oktober
    - Di Paroki ini semakin dibiasakan doa Rosario pada bulan Mei dan Oktober sebelum misa. Doa ini dipandu oleh Legio Maria.
    - Selain itu, diadakan juga doa Rosario secara bersama pada kedua bulan tersebut setiap hari Jumat sore di Gereja. Doa ini dianimasi oleh Lingkungan secara bergantian.
    e. Kehadiran Frater dan Suster
    - Kehadiran Frater dan Suster di Lingkungan juga menjadi kekayaan dan kekhasan di Paroki ini. Kehadiran mereka dirasakan membawa suasana positif bagi umat di Lingkungan entah dalam peribadatan maupun dalam kesatuan sebagai Lingkungan.
    - Kehadiran Frater dan Suster juga tampak dalam komposisi kepengurusan gereja baik di DPH maupun di DPP melalui seksi-seksi, Bagian Pelayanan, Tim pelayanan, dan Kelompok Kategorial.
    - Selama ini, Frater juga diberikan tugas untuk terlibat membagikan komuni pada hari Minggu di gereja dan melayani membagikan komuni kepada orang sakit dan lansia di lingkungan-lingkungan.
    f. Novena Pesta Pelindung Paroki
    - Di Paroki ini diadakan novena sebelum pesta pelindung Paroki. Novena itu dilaksanakan dalam perayaan Misa pada sore hari, kecuali pada hari Minggu. Misa dianimasi oleh Lingkungan dan Kelompok Kategorial secara bergiliran. Misa dipimpin oleh Pastor Paroki dan Pastor anggota Komunitas Biara Kapusin.
    2. Situasi Sosio-Kultural Umat
    a. Pekerjaan dan Mata Pencaharian
    - Keadaan umum ekonomi umat Paroki Jl. Medan Siantar sangat bervariasi: kebanyakan tergolong ekonomi lemah dan sederhana, meskipun ada yang sejahtera dan ada pula yang termasuk kategori mewah.
    - Sebagian besar umat paroki ini memiliki mata pencaharian sebagai petani, karyawan-ti perusahaan, bertenun (parkasuksak), buruh harian, pemulung, bahkan pengangguran. Sebagian kecil dari mereka memiliki pekerjaan tetap sebagai pegawai kantor pemerintah, guru negeri-swasta, pedagang, wiraswasta, Polisi, TNI, politisi.
    - Kesulitan dalam ekonomi tersebut tampak juga dari kondisi rumah yang dimiliki yang masih sederhana atau mengontrak serta kesulitan untuk mengurus pendidikan anak dan kesehatan keluarga. Dalam hal ini, Paroki bersama dengan DPPH cukup memberi perhatian untuk membantu umat melalui dana APP Paroki.
    b. Keberagaman Suku Paroki St. Fransiskus Assisi terdiri dari beraneka ragam suku. Batak Toba sebagai suku mayoritas, kemudian Simalungun, Karo, Jawa, Flores, Nias, Dayak, dll.
    3. Kekuatan dan Kelemahan umat di Paroki
    3.1 Kekuatan umat
    Beberapa hal tenang kekuatan umat paroki ini dapat digambarkan berikut ini:
    - Umat mau melaksanakan kegiatan umum menggereja dengan semangat,
    - Mempunyai rasa persaudaraan dalam melaksanakan doa-doa di lingkungan maupun kegiatan lainnya di Gereja Paroki,
    - Mempunyai iman Katolik yang cukup baik.
    - Sumber daya manusia dalam mengembangkan paroki cukup besar karena cukup banyak umat yang termasuk berpendidikan dan sudah terbiasa akrab dengan para pastor, frater, dan suster yang berada di paroki.
    - Perkembangan umat di paroki ini tampaknya akan semakin bertambah melihat semakin banyaknya pembangunan pemukiman penduduk atau perumahan-perumahan di wilayah Paroki. Dengan demikian paroki ini akan tetap hidup dan semakin berkembang karena adanya pertambahan umat di masa-masa yang akan datang.
    - Kehadiran pastor, frater, dan suster termasuk menjadi kekuatan bagi umat di paroki ini. Meskipun ada juga sekaligus kelemahan di dalamnya, karena banyak hal karya pastoral akhirnya dilaksanakan oleh Pastor, Frater, dan Suster.
    3.2 Kelemahan umat di Paroki
    Selain kekuatan yang disebutkan di atas, beberapa kelemahan umat boleh juga disebutkan berikut ini, antara lain:
    - Umat masih kurang disiplin waktu pada saat doa lingkungan tetapi misa lingkungan tepat waktu,
    - Ada umat tertentu yang kurang mau mendengarkan masukan, merasa sudah mapan,
    - Kurangnya kehadiran bapak-bapak pada kegiatan lingkungan.
    - Kadang-kadang terjadi kurang komunikasi antara pengurus dengan umat, sehingga informasi tidak sampai dengan baik kepada seluruh umat.
    - Pemberian diri untuk urusan gereja tampaknya semakin sulit karena aneka kesibukan umat dalam hidup sehari-hari.
    - Kehadiran umat untuk misa di gereja terutama pada hari-hari biasa belum menggembirakan. Hanya dua-tiga orang yang hadir misa setiap hari. Usaha untuk mengajak umat untuk ikut misa harian sudah diupayakan tetapi belum membuahkan hasil.
    - Kondisi ekonomi umat yang mayoritas lemah tentu merupakan kelemahan juga. Hal itu akan berkaitan dengan kesanggupan paroki untuk mandiri secara finansial dalam pelaksanaan karya pastoral. Bahkan, Paroki harus mengupayakan bantuan sosial kepada cukup banyak umat.
    4. Pengurus Gereja
    a. Pengurus Gereja secara keseluruhan merupakan pengurus baru karena baru dilaksanakan periodisasi pengurus di Paroki ini untuk tingkat DPL, DPP, dan DPPH.
    b. Beberapa pengurus Gereja masih termasuk orang baru di dalam perutusannya masing-masing, entah di DPPH, DPP (dengan seksi/bagian/tim), DPL, dan kelompok kategorial.
    c. Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) pengurus dalam hal pengetahuan kekatolikan termasuk memadai tetapi ketika tugas itu diterima tampak mereka masih banyak yang canggung.
    d. Kursus-kurus atau pembinaan masih sangat penting disampaikan kepada mereka selain kursus yang telah mereka terima.
    e. Kondisi ekonomi pengurus terbilang belum memadai secara umum. Kondisi ini pun kerap menjadi kendala dalam melaksanakan beberapa tugas di lingkungan dan di paroki.
    f. Kehadiran pengurus gereja dalam rapat-rapat tampaknya masih lemah. Masih sangat sulit untuk menggapai prosentasi kehadiran 50 %. g. Pandangan pastor centris tampaknya masih cukup kuat dalam diri para pengurus. Sehingga banyak hal seputar urusan praktis masih harus disampaikan kepada pastor. Boleh juga hal itu sebagai indikasi masih kurangnya pemahaman mereka akan aturan-aturan yang berlaku di gereja dan paroki.
    Kehadiran Komunitas
    5. Kehadiran Komunitas Lembaga Hidup Bakti
    5.1 Kehadiran Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi
    Dalam uraian sejarah di atas telah dibicarakan perihal kehadiran dan peranan biara Kapusin St. Fransiskus Assisi Jl. Medan Pematangsiantar untuk mengembangkan karya pastoral di Paroki St. Fransiskus Assisi ini. Kehadiran Biara Kapusin ini pada tahun 1967 adalah menjadi pemicu berdirinya gereja di Jl. Medan ini sejak tahun 1968. Bahkan gereja itu dijadikan sebagai gereja Paroki Pastor Bonus.
    Dari tahun 1968 hingga berdirinya Paroki St. Fransiskus Assisi sebagai paroki tersendiri dan mandiri pada 03 Desember 2004 Biara Kapusin St. Fransiskus tetap berperan besar dalam pengembangan kerasulan Paroki. Demikian terus peranan itu sungguh tampak hingga sekarang.
    Peranan Biara Kapusin tersebut sangat terasa bagi paroki ini berkaitan dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh paroki, misalnya gedung gereja, kantor paroki. Meskipun pada dasarnya tanah dan gedung itu adalah milik Kapusin. Kebaikan hati dari Kapusin sangat trasa dalam pengembangan Paroki ini. Selain itu kehadiran para Pastor (staf) dan para Frater sangat tampak dalam pelayanan mereka di tengah-tengah umat, entah di dalam gereja atau pun dalam kerasulan di lingkungan-lingkungan. Anggota Biara Kapusin Jl. Medan sungguh menjadi bagian tak terpisahkan dari Paroki St. Fransiskus Assisi.
    5.2 Kehadiran Komunitas “San Damiano” FCJM
    Para suster Kongregasi FCJM telah berdomisili di Paroki St. Fransiskus Assisi ini sejak 18 Agustus 1967. Mereka berkomunitas di lokasi Biara dan Gereja paroki St. Fransiskus Jl. Medan. Kehadiran mereka pada mulanya adalah atas permintaan dari pimpinan Seminari Tinggi St. Fransiskus Assisi. Maka tugas pertama mereka adalah mengurus keperluan dapur dan rumah tangga Biara Kapusin. Tugas para suster kemudian bertambah ke pelayanan sekolah sejak SDRK7 dibuka pada tahun 1971.
    Selain itu, para suster pun terlibat dalam pengembangan paroki dengan aneka pelayanan yang dapat mereka lakukan. Mereka ada yang terlibat dalam pembinaan muda-mudi, pembinaan asmika, terlibat dalam katekese lingkungan, pembinaan kaum ibu, ikut dalam kepengurusan DPPH, dll. Melalui pelayanan tersebut, para suster terlibat menopang perjalanan dan perkembangan Paroki St. Fransiskus Assisi.
    5.3 Kehadiran Komunitas KSSY “St. Dionisius” dan PPU Karangsari.
    Kehadiran para Suster Kongregasi KSSY di wilayah Paroki St. Fransiskus Assisi tidak lepas dari berdirinya PPU KAM di Karangsari. PPU dan Susteran diresmikan oleh Mgr. Pius Datubara OFMCap pada 17 Maret 1982. Tujuan dari pendirian PPU ini adalah untuk mengembangkan karya pastoral umat di Keuskupan Agung Medan melalui kursus-kursus dan pembinaan-pembinaan rohani untuk umat. Untuk itu, Kongregasi KSSY diminta oleh Uskup dalam melaksanakan pelayanan di PPU KAM.
    Kehadiran Suster KSSY tidak hanya untuk PPU KAM saja tetapi juga ikut dalam pelayanan paroki St. Fransiskus Assisi. Para suster aktif dalam pelayanan kerasulan Lingkungan, khususnya Lingkungan St. Theresia, ikut dalam kepengurusan Seksi KS, dan Seksi lainnya seturut kebutuhan paroki.
    Akan tetapi, kehadiran komunitas suster dan PPU ini juga menjadi bagian dari pelayanan Paroki St. Fransiskus dalam hal reksa pastoral kerohanian. Maka Pastor mengadakan pelayanan misa di Komunitas Susteran dan juga untuk kebutuhan pelayanan di PPU seturut kebutuhan PPU sendiri. Dan, sarana serta prasarana PPU cukup sering juga dipergunakan oleh Paroki dalam beberapa keperluan entah untuk pelaksanaan Paripurna atau pembinaan umat lainnya.
    5.4 Kehadiran Komunitas “St. Maria” dan Novisiat SCMM Pematangsiantar
    Suster-suster Kongregasi SCMM memulai kehadiran mereka di wilayah Paroki St. Fransiskus Assisi dengan membangun komunitas St. Maria sejak tahun 1988 dan Novisiat SCMM sejak 1989 di Karangsari. Latarbelakang kehadiran para Suster di sini adalah untuk mengembangkan pendidikan dasar Kongregasi SCMM.
    Selain untuk urusan pengembangan internal pendidikan Kongregas SCMM, para Suster SCMM Komunitas dan Novisiat SCMM juga ikut terlibat dalam karya pelayanan tertentu di Paroki St. Fransiskus. Secara umum mereka terlibat dalam perkembangan Lingkungan St. Thomas. Selain itu mereka juga terlibat dalam pendampingan kaum muda, asmika, animasi liturgi, pendampingan Legio Maria, dll. Para Suster juga terbuka untuk menerima pelayanan lainnya sejauh dibutuhkan oleh Paroki.
    Sementara itu, pihak Paroki pun mempunyai tanggungjawab dalam pelayanan rohani untuk para suster di komunitas melalui misa harian, rekoleksi, sakramen tobat, perayaan-perayaan pesta-pesta kebiaraan Kongregasi SCMM yang dirayakan di Komunitas dan Novisiat Karangsari.
    5.5 Kehadiran Komunitas KYM “Mieke de Bref”
    Komunitas Mieke de Bref di bangun di wilayah Paroki St. Fransiskus Assisi. Lokasinya berada di Simpang Karangsari, dekat PPU KAM. Komunitas ini dibangun untuk menjadi Provinsialat KYM; sebelumya provinsialat berada di Susteran KYM, Jl. Sibolga 17, Pematangsiantar. Komunitas ini diresmikan pada 28 Maret 1989. Anggota komunitasnya bukan hanya pimpinan Provinsi tetapi juga para suster lainnya dengan beragam karya dan perutusan yang diemban.
    Kehadiran para Suster di Komunitas ini sungguh bermakna positif bagi perkembangan Paroki. Para suster terlibat aktif dalam kegiatan pelayanan gereja melalui kepengurusan seksi di DPP, mis. Seksi Keluarga, Katekese. Mereka juga aktif dalam kegiatan lingkungan khususnya di Lingkungan St. Petrus dan Lingkungan St. Vincentius. Tambah lagi, mereka terlibat dalam tugas animasi liturgi pada hari Minggu, Kamis Sore, dan hari-hari lainnya ketika Paroki meminta pelayanan mereka. Sementara itu, dengan kehadiran di wilayah paroki ini, maka Paroki juga punya tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan rohani para Suster di Komunitas. Itu dapat diwujudkan melalui pelayanan misa di Komunitas atau perayaan-perayaan lainnya yang dibutuhkan oleh Komunitas.
    6. Kehadiran Komunitas Pendidikan
    6.1 SD RK 7
    Kehadiran gereja dan paroki Pastor Bonus pada tahun 1968 membuat umat sungguh senang, bangga, dan bersyukur. Kemudian umat Jl. Medan sangat berharap bahwa di Jl. Medan juga didirikan sekolah. Umat sangat yakin bahwa agar iman dapat bertumbuh subur, pengetahuan juga mesti ditingkatkan. Sebab, “iman tanpa pengetahuan adalah buta, pengetahuan tanpa iman adalah lumpuh”. Karena itulah umat bertekad mendirikan SD di kompleks gereja. Niat umat ini ditanggapi positif oleh Ordo Kapusin. Bersama dengan umat, Ordo Kapusin bertekad untuk membangun Sekolah Dasar (SD).
    Dengan segala usaha dan upaya SD dibangun di lahan yang kemudian dibeli di samping lokasi gereja. Gedung SD selesai dibangun pada tahun 1973 dan mulai menerima murid baru pada tahun 1974. Sekolah ini dikenal dengan nama SDRK7 karena dimasukkan dalam naungan Yayasan Perguruan Katolik Cinta Rakyat yang sebelumnya telah memiliki 6 SD di Pematangsiantar.
    Kehadiran SDRK7 di wilayah Paroki ini hingga sekarang sangat positif dalam pengembangan umat paroki karena sekolah ini telah berhasil memberikan pendidikan kepada anak-anak umat paroki. Dengan demikian, selain pendidikan iman melalui Gereja, umat semakin dibekali dengan pengetahuan melalui sekolah. Selain itu, paroki juga sangat bersyukur dengan adanya gedung sekolah SDRK7. Sejak didirikan, gedung sekolah itu sangat sering dipergunakan paroki untuk pelaksanaan katekese, sermon, rapat, tempat kegiatan drama Natal atau Paska, kegiatan-kegiatan gerejawi, dan tempat penampingan Anak Sekami setiap hari Minggu.
    6.2 PAUD Terpadu KSSY
    Kehadiran PAUD Terpadu KSSY telah disampaikan secara resmi oleh Uskup Agung melalui SK. PAUD Terpadu tersebut berada di wilayah Kelurahan Tanjung Tonga Pematangsiantar. Parokus telah melaksanakan ritus peletakan batu pertama pembangunan pada hari Kamis, 19 Mei 2022.
    Besar harapan kita bahwa kehadiran PAUD tersebut akan berperan dalam mengembangkan reksa pastoral di Paroki ini. Sekaligus pula diharapkan bahwa di tempat itu bukan hanya gedung PAUD yang berdiri tetapi juga Komunitas Susteran KSSY.
    Video Profil :
    Lokasi Paroki :
    RELATED ARTICLES

    INFORMASI KAM

    JADWAL USKUP & VIKJEN

    KALENDER LITURGI