loader image
Kamis, Maret 20, 2025
Lainnya
    Beranda Blog

    Paroki P.Siantar Jalan Bali

    0
     
    Pelindung
    :
    Santo Joseph
    Buku Paroki
    :
    Sejak tahun 1966. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Jl. Sibolga.
    Alamat
    :
    Jl. Bali - Kain Batik, Kec. Siantar Utara, Pematang Siantar - 21142
    HP.
    :
    0853 6056 7969
    Email
    :
    stjosephparokisiantar@gmail.com
    Jumlah Umat
    :
    2.672 KK / 10.258 jiwa
    (data Biduk per 27/03/2024)
    Jumlah Stasi
    :
    18
     
    01. Bah Kapul
    04. Marjandi
    07. Pargampualan
    10. Sibaganding
    13. Simbou Baru
    16. SKI
    19. Manik Rejo
    02. Bukit Hataran
    05. Martoba
    08. Parjalangan
    11. Sibisa
    14. Simpang Dua 
    17. Tiga Bolon

    03. Kampung Baru
    06. Panombean
    09. Sawah Dua
    12. Simbolon
    15. Sipoldas
    18. Jl. Kain Batik

    RD. Marianus Gilo A. Kedang
    17.02.’75
    Parochus
    RD. John Paul Tri Siboro
    11.01.’92
    Vikaris Parokial
         

    Sejarah Paroki St. Joseph - Jl. Bali, Pematang Siantar

    Perjalanan Singkat Paroki (klik untuk membaca)
    Pematangsiantar merupakan pusat Daerah Simalungun yang menjadi bagian dari Gouvernement van de Ookust (Gubernemen Pantai Timur). Karya Zending Protestan di kalangan Orang Batak Simalungun sudah dimulai sejak tahun 1901. Akan tetapi masih banyak di daerah Simalungun ini belum menjadi Kristen. Alasannya adalah mereka sudah menjadi Islam dan pewartaannya tidak sampai ke pedalaman. Misi Katolik memperoleh kesulitan larangan Pemerintah Hindia Belanda dalam Buku Hukum pasal 123 (sesudah tahun 1952 tahun 177) yang mengatakan : “Guru-guru Kristen, imam-imam dan pendeta-pendeta” bila hendak masuk suatu daerah untuk melaksanakan tugas harus lebih dahulu mendapat izin dari Gubernur Jendral. Kalau tugas mereka dianggap dapat menggangu keamanan suatu daerah, maka izin masuk mereka dapat dicabut oleh Gubernur Jendral.Terumata “dobel-zending” dilarang (sekaligus Misi Katolik dan zending protestan)”.
    Misi di Pematangsiantar dan sekitarnya sudah mulai sebenarnya sejak Juli 1929 oleh permintaan yang diajukan oleh 120 orang Katolik di sekitar Pematangsiantar. Kerohanian umat di sini dilayani oleh Pastor Aemilius Van Der Zanden dari Medan. Pada waktu itu timbul usaha untuk mengajukan usul kepada Mgr. Mathias Brams agar di Pematangsiantar dibangun sebuah gereja dan ditempatkan seorang Pastor untuk memimpin umat di daerah ini. Pada bulan Juni 1931 diperoleh izin seorang imam Katolik menetap di Pematangsiantar. Akan tetapi, izin tersebut disertai dengan larangan memperluas ajaran agama di luar tempat kedudukan. Stasi Batak pertama didirikan di dekat Pematangsiantar yaitu Laras di wilayah perkebunan, pada tahun 1931.
    Pada tanggal 3 Juli 1931, P. Aurelius Kerkers memulai karyanya di Pematangsiantar. Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata disadari tidak mungkin mentaati larangan pengajaran agama Katolik di daerah lain. Ketidakmungkinan tersebut bukan terutama dari pihak pastornya, tetapi juga oleh karena semakin banyak permintaan dari pihak orang Batak agar Katolik diperkenalkan. Di Pematangsiantar, pada 1 Januari 1932 umat Katolik sudah ada sebanyak 203 orang: 174 orang Eropa, 19 orang Batak (yang dipermandikan di Medan), 5 orang Cina, 5 orang Jawa. Pada 1 Juni 1932, dibukalah sebuah Hollands Inlandse School. Pada akhir 1932 diajukan permohonan izin bagi karya misi di daerah Simalungun dengan bertolak Pematangsiantar. Tanggal 17 Februari 1933, datanglah jawaban positif. Pada tahun yang sama, yakni melalui surat tertanggal 12 Agustus 1933, akhirnya keluarlah izin umum yang memperbolehkan penyebaran pengajaran keagamaan. Maka dibentuklah beberapa Stasi-Stasi bantuan pertama yakni, Laras, Pantoan, Tanah Djawa, dan Panei.
    Penyebaran misi Katolik di Pematangsiantar semakin mantap dengan diangkatnya seorang Katekis yang membantu penyebaran ke- Katolikan-an, yakni Kenan Hutabarat. Bersama Katekis ini, karya misi semakin mantap. Pastor Aurelius Kerkers melihat jumlah umat semakin banyak. Pada saat itu dilihat bahwa sudah saatnya membangun fasilitas yang sungguh berguna. Pembangunan gereja, sekolah, pastoran dan susteran (seperti sekarang ini) mulai dilakukan. Gereja tersebut diberkatinya tahun 1934.
    Beberapa catatan tentang perkembangan misi di Pematangsiantar ini perlu ditambahkan. Pastor Aurelius Kerkers kemudian hari dibantu oleh Pastor Elpidius Van Duinhoven yang tiba di Pematangsiantar pada tanggal 16 Februari 1934. P. Elpidius Van Duinhoven dengan sangat gigih mendirikan beberapa Stasi baru. Dia mendirikan Stasi baru di Sawah Dua-Panei tanggal 1 Januari 1936. Stasi ini menjadi pusat kegiatan untuk daerah Panei dan sekitarnya: Tigadolok, Sidamanik, dan sampai ke Saribudolok yang berdiri sejak 30 Agustus 1938.
    Pada masa pendudukan Jepang, kegiatan misi lumpuh. Hanya para Suster berkebangsaan Jerman di Balige yang boleh tinggal. Akan tetapi, masih ada keuntungan besar lain yakni karena P. Marianus van den Acker selaku pemelihara rohani para Suster tersebut tidak ikut ditawan. Pada kesempatan itulah dia membentuk Badan Pimpinan Gereja selama masa sulit itu dengan mengangkat beberapa katekis. Yang menjadi Ketua Badan Pimpinan Gereja tersebut adalah Y. B. Panggabean sekaligus katekis kepala di Balige. Di Wilayah Simalungun, K. Hutabarat menjadi katekis kepala di Pematangsiantar, P. Datubara (Saribudolok).
    Pada tahun 1965, karmelit membangun biara di Pematangsiantar yakni Seminari Agung (Fakultas Teologi Karmel). Alasan perpindahan pusat pendidikan Karmel dari Malang ke Pematangsiantar adalah alasan keamanan, yakni terjadinya ketegangan pasca peristiwa “G30S/PKI” di Jawa. Pimpinan Karmel saat itu melihat bahwa Sumatera merupakan tempat yang aman sekaligus tepat, untuk kelanjutan pendidikan para fraternya.
    Wacana kehadiran para Karmelit di Pematangsiantar disambut dengan baik. Umat dan lembaga-lembaga Gereja memberikan dukungan. Yayasan Cinta Rakyat turut memberi dukungannya yang sangat berharga, karena mereka memperboleh Seminari Agung Karmelit tersebut didirikan di atas tanah mereka. Dalam surat keterangan dukungan Yayasan Cinta Rakyat, dituliskan demikian. “Ketua Pengurus Jajasan Tjinta Rakjat Pematangsiantar, menjatakan, tidak berkeberatan bahwa Badan Pengurus Geredja Katolik dan Amal di Pematangsiantar akan mendirikan Geredja dan Seminari Agung di tanah kami yang terletak disebelah Kebun Siantar State didekat Djalan Bali dan Djalan Sisingamangaradja”. Berdasarkan kutipan di atas, bisa dikatakan bahwa sejak awal telah direncanakan juga sekaligus pembangunan Gereja untuk umat. Bangunan Karmel inilah yang digunakan umat.
    Di sekitar bangunan ini sudah ada beberapa umat Katolik. Mereka beribadat di rumah-rumah umat. Berdasarkan Buku Baptis (LB) paroki, kita ketahui lebih terang bahwa sudah ada pembaptisan pertama di tiga titik daerah: Jl. Bali (20 Februari 1958), Martoba (1 November 1964), Bah Kapul (31 Mei 1958). Maka dengan kehadiran Karmel ini umat disekitarnya juga mengikuti kebaktian di gereja biara (sejak Juni 1966). Stasi St. Yusup Jalan Balipun berdiri. Pembaptisan pertama di Gereja ini sesudah kehadiran para Karmelit pada tanggal 16 Oktober 1966. Gereja ini seringkali dituliskan (dikenal) dengan nama Gereja Karmel atau Gereja St. Jusup Karmel.
    Karmel juga sekaligus mendirikan Sekolah Dasar, yang diberi nama Sekolah Dasar Karmel 1. Tidak banyak informasi yang diperoleh tentang hal ini. Misalnya, apakah SD Karmel 1 ini yang kemudian menjadi SD Cinta Rakyat saat ini (cikal bakal?). Keterangan keberadaan SD Karmel ini sangat terang dari Surat Permohonan kepada Walikota Pematangsiantar tentang memohon pembuatan Jalan Karmel, untuk jalan yang menghubungkan Jalan Bali dengan Kompleks biara, gereja dan sekolah. Pada no. 2 dikatakan demikian, “ S.D jang terletak di udjung jalan itu adalah S.D Karmel 1 yang diurus oleh pastor-pastor karmel”.
    Sesudah Stasi baru St. Yusup-Jl. Bali berdiri (1966), Badan Pengurus Gereja dan Amal Katolik mulai memikirkan pemekaran paroki Jl. Sibolga tahun 1967 Paroki St. Laurensius-Jl. Sibolga dimekarkan. Pada tahun 1968, Paroki Jl. Sibolga dimekarkan kemudian dengan mendirikan Paroki St. Fransiskus-Jl. Medan. Demi efektivitas pelayanan, Paroki Jl. Sibolga terus dimekarkan dengan membentuk paroki-paroki baru: Paroki Kristus Raja-Perdagangan (1970), Paroki Kristus Raja Tanah Jawa (1976), Paroki Saribudolok, Paroki Parapat. Selain Stasi Jl. Bali sendiri, Stasi Bah Kapul diserahkan pada pelayanan Karmelit. Dengan diserahkan kepada pelayanan Karmelit, akhirnya muncul gagasan baru, yakni mendirikan gereja permanen. Maka, pada tahun 1968, pembangunan gereja di Bah Kapul- Sibatubatu mulai digagas. Pastor Paroki saat itu, Pastor Koning, O.Carm, segera mengajukan permohonan pembangunan gereja baru kepada Bupati Simalungun.
    Pada tahun 1969, Stasi Martoba kemudian diserahkan kepada pelayanan para Pastor Karmelit. Baptisan di Stasi ini dicatat di Paroki St. Laurensius terakhir pada tanggal 29 juni 1969. Sesudah tanggal ini, segala yang berhubungan dengan Stasi ini dicatatkan di Paroki St. Jusu-Jl. Bali. Maka, disimpulkan bahwa sampai tahun 1969, Paroki St. Jusup memiliki tiga Stasi: Jl: Bali (Stasi Induk), Bah Kapul, dan Martoba. Pada tahun 1970, Para Karmelit segera meninggalkan pematangsiantar pimpinan Karmel melihat bahwa pemberontakan PKI tidak lagi merupakan ancaman serius. Alasan keamanan dirasa tidak tepat lagi menjadi alasan membagi dua tempat pendidikan frater. Disisi lain, perpindahan ini juga dipengaruhi kerumitan internal tentang program pendidikan para frater mereka. Misalnya, bagaimana menyesuaikan program kuliah dengan Seminari Agung di Pematangsiantar.
    Bagaimana dengan keberadaan gedung biara yang besar tersebut? Setelah theologicum Karmelit pindah kembali ke Malang pada akhir tahun 1970, Ordo Karmel ingin menjual gedung mereka. Gabungan kongregasi suster-suter berpendapat bahwa gedung tersebut cocok untuk pusat pendidikan dan rumah retret. Namun, karena gedung itu terlalu besar untuk hal dimaksud, para suster mengusulkan agar pihak keuskupan membeli gedung tersebut dan menyewakannya kepada suster. Akan tetapi, akhirnya sebagian besar gedung tersebut dibeli oleh gabungan suster-suster. Maka pada tanggal 6 juli 1970, mulailah para suster tinggal disana. Gedung besar tersebut akhirnya digunakan sebagai Pusat Pembinaan Para Biarawan/wati, sampai akhirnya mereka membangun pusat yang baru di Sinaksak, Pematangsiantar tahun 1993.
    Maka sejak saat itu, gedung tersebut difungsikan untuk dua hal sekaligus, yakni sebagai kantor paroki (Sekaligus Pastoran), dan tempat pembinaan para suster (Bina Samadi). Maka segala hal yang menyangkut tentang gedung tersebut, perbaikan, batas tanggungjawab masing-masing pihak, senantiasa diperbaharui dalam dan dengan surat perjanjian antara pihak P3B (Pusat Pembinaan Para Biarawan/wati). Hanya beberapa kamar saja yang digunakan untuk paroki, terlebih sebagai kantor paroki.
    Bagaimana pelayanan Paroki? Sejak para Karmelit meninggalkan Paroki St. Joseph, dan kehadiran P3B disana, paroki ini dilayani oleh Pastor Kapusin P. Marianus van den Acker, yang diangkat menjadi rektor pembimbing para suster, beliau sekaligus juga menjadi pastor paroki. Pada tahun 1973, Pastor Clemens Hamers, diangkat menjadi pastor paroki. Akan tetapi, beliau baru pindah pada bulan Maret 1974 ke Pastoran St. Joseph, sesudah gedung tersebut ditata kembali penggunaannya. Gereja tersebut dibuat dinding baru, sehingga sebagian menjadi kapel para suster, dan sebagian lagi menjadi gereja paroki.
    Dari beberapa arsip surat menyurat yang masih tertinggal, diketahui adanya perkembangan jumlah umat yang pada akhirnya gereja yang ada pada saat itu tidak cukup untuk menampung umat. Ketika P. Gonzalvus Snijders sebagai Pastor Paroki (1976-1984), dia beberapa kali mohon kepada pihak Keuskupan untuk segera memperbesar gereja atau memperbesar/membangun gereja baru (tahun 1977, 30 Jan 1980, 27 Maret 1980 ). Dalam surat-surat permohonan tersebut P. H Snijders menyebutkan beberapa alasan pengajuan permohonan tersebut: Perpindahan SPG tahun 1977 sehingga gereja tidak cukup untuk menampung umat, perluasan kota dan pertambahan jumlah penduduk. Pembangunan Gereja tersebut baru bisa dimulai pada tahun 1983. Pada tahun 2005, digagas juga didirikan gereja baru di depan gedung paroki/gereja saat ini. Gedung gereja baru tersebut telah berdiri besar, gagah dan unik dan sudah diresmikan April 2012 dan sejak itu sampai sekarang umat beribadah di dalamnya dan gedung gereja lama dipakai sebagai aula paroki.
    Paroki Jl. Bali kemudian menjadi paroki besar. Pada tahun 1987, stasi-stasi ke arah sisi kanan parapat sampai ke arah Tigaras, menjadi bagian (stasi) Paroki Jl. Bali. Mengapa paroki Jl. Bali menjadi paroki “raksasa” ?. Dugaan P. Ari van Diemen adalah karena semua stasi tersebut dari segi wilayah (secara praktis) lebih cocok dimasukkan menjadi bagian dari Paroki St. Joseph-Jl. Bali. Dugaan lain menurutnya adalah karena paroki sendiri memiliki gedung yang sangat luas, dan sangat cocok untuk tempat pembinaan. Paroki Jl. Sibolga menjadi paroki tanpa Stasi lebih merupakan karena pertimbangan jumlah umat. Pada tanggal 11 juli 2010, Paroki “raksasa” ini dimekarkan dengan mendirikan Paroki Tiga Dolok meliputi Tiga Balata dan Tiga Dolok. Penggembalaan paroki ini diserahkan kepada para Saudara Dina Konventual.
    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Proficiat Pemimpin Umum & Dewan Penasihat KYM 2025-2029

    Puji syukur kepada Tuhan atas kasih dan penyertaan-Nya dalam perjalanan Kongregasi Suster Cinta Kasih Dari Yesus dan Maria Pertolongan Yang Baik (KYM).

    Dengan penuh sukacita, kami mengucapkan selamat atas terpilihnya Dewan Pimpinan dan Dewan Penasehat yang baru. Semoga para pemimpin yang terpilih senantiasa diberkati dengan kebijaksanaan, keteguhan hati, dan semangat pelayanan dalam membimbing kongregasi menuju semakin mendalamnya cinta dan pengabdian kepada Tuhan serta sesama.

    Kami mendoakan agar kepemimpinan yang baru ini menjadi berkat bagi seluruh anggota kongregasi dan terus membawa terang kasih Kristus bagi dunia. Semoga Bunda Maria senantiasa mendampingi dan mendoakan setiap langkah serta karya pelayanan yang akan dijalankan.

    Selamat menjalankan tugas dengan penuh rahmat dan berkat Tuhan.

    Selamat Ulang Tahun Vikaris Pro Religius KAM – RP. Joseph Lesta S. Pandia OFMConv

    0

    Selamat Ulang Tahun ke-59, Pastor Vikaris Pro Religius KAM, RP. Joseph Lesta Sembiring Pandia OFMConv. Semoga Tuhan terus memberkati hidup dan pelayanan pastor. Semoga kasih, hikmat, dan damai Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup pastor, serta menjadikan pastor semakin kuat dalam iman dan kasih kepada sesama. 🙏🏻🎉🥳


    Renungan Uskup Agung Medan | 16 Maret 2025

    0

    Minggu, 16 Maret 2025 - Hari Minggu Prapaskah II

    Bacaan I : Kej. 15:5-12,17-18
    Bacaan II : Flp. 3:17-4:1 
    Bacaan Injil : Luk. 9:28b-36

    Turun dari Gunung dengan Wajah yang Bercahaya

    Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan.

    Masa Prapaskah bukanlah sekadar musim liturgi yang rutin datang setiap tahun. Ini adalah undangan ilahi untuk naik ke gunung bersama Yesus, seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes dalam kisah transfigurasi. Di sana, di puncak keheningan dan doa, para murid menyaksikan kemuliaan wajah Yesus yang bercahaya, dan mereka mendengar suara Bapa yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia."

    Itulah pesan utama bagi kita hari ini: dengarkanlah Dia. Namun bagaimana mungkin kita dapat sungguh mendengarkan Yesus, jika telinga hati kita dipenuhi kebisingan dunia? Masa Prapaskah inilah saatnya kita mengalihkan perhatian dari riuhnya dunia—dari layar-layar gadget, dari obsesi akan kesuksesan, popularitas, dan kenyamanan—dan kembali membuka ruang bagi Tuhan dalam keheningan hati.

    Paus Benediktus XVI berkata,

    “Diam bukan hanya tidak berbicara, tetapi suatu ruang batin untuk mendengarkan yang lain - terutama mendengarkan Allah.”

    Dan Paus Fransiskus menambahkan, “Prapaskah adalah waktu untuk menyelaraskan kembali hidup kita dengan kompas Injil.”

    Dalam masa inilah, Gereja mengajak kita bertumbuh dalam tiga pilar Prapaskah: doa, puasa, dan amal kasih.

    Doa adalah napas jiwa. Melalui doa, kita tidak hanya berbicara kepada Tuhan, tetapi membuka hati untuk mendengarkan suara-Nya—suara yang memberi penghiburan, teguran, dan arah.

    Puasa bukan sekadar menahan makan, tetapi menahan ego, mendisiplinkan diri, mengosongkan diri dari kesombongan agar kita diisi dengan kerendahan hati Kristus.

    Amal kasih adalah buah nyata dari doa dan puasa yang sejati: mengasihi mereka yang paling lemah dan menderita, karena di dalam mereka kita menyentuh wajah Yesus sendiri.

    Masa Prapaskah bukan masa menjauh dari dunia, tetapi masa untuk mengubah cara kita hadir dalam dunia. Seperti para murid yang turun dari gunung membawa pengalaman kemuliaan Kristus, kita pun dipanggil untuk membawa cahaya itu ke dalam keluarga, masyarakat, dan dunia yang gelap oleh ketidakadilan dan keputusasaan.

    Para Uskup Indonesia dalam pesan Prapaskah beberapa tahun lalu mengingatkan:

    “Prapaskah adalah waktu rahmat untuk bertobat, memperbaiki relasi dengan Tuhan dan sesama, serta mengambil bagian dalam misi Kristus menyelamatkan dunia.”

    Maka saudara dan saudari sekalian, Mari kita tidak melewatkan masa rahmat ini. Kita naik ke "gunung doa", bukan untuk tinggal di sana, tetapi untuk turun dan menjadi terang. Kita berjumpa dengan Kristus dalam keheningan hati agar dapat menyatakan kasih-Nya dalam keramaian dunia.

    Dan ketika Paskah tiba, semoga wajah kita pun—seperti Musa yang turun dari gunung—memancarkan terang, karena kita telah berjumpa dengan Tuhan dan mendengarkan suara-Nya. Amin.

    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap

    Arsip Renungan : (klik untuk membacanya)

    09 Maret 2025 - Prapaskah I

    Minggu, 9 Maret 2025 - Hari Minggu Prapaskah I

    Bacaan I : Ul. 26:4-10
    Bacaan II :  Rm. 10:8-13
    Bacaan Injil : Luk. 4:1-13 

    MENOLAK GODAAN INSTAN, MEMILIH JALAN HARAPAN

    Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

    Masa Prapaskah adalah waktu istimewa bagi kita untuk merenungkan iman, bertobat, dan memperkuat pengharapan kita kepada Tuhan. Tahun ini, Gereja Universal merayakan Yubileum 2025 dengan tema "Pengharapan Tidak Mengecewakan" (Roma 5:5). Pengharapan sejati bukan hanya sekadar optimisme, tetapi kesabaran untuk percaya pada waktu dan cara kerja Tuhan.

    Namun, dunia modern menawarkan sesuatu yang berlawanan dengan harapan: mentalitas instan. Segala sesuatu harus cepat, mudah, dan tanpa perjuangan. Itulah sebabnya godaan pertama yang Yesus hadapi di padang gurun menjadi sangat relevan bagi kita hari ini.

    1. Godaan Instan: Mengubah Batu Menjadi Roti

    📖 "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah batu ini menjadi roti." (Lukas 4:3)

    Iblis menggoda Yesus untuk menggunakan kuasa-Nya agar mendapatkan hasil instan. Setelah berpuasa selama 40 hari, Yesus pasti lapar. Tapi bukankah Tuhan bisa langsung menyediakan roti untuk-Nya? Mengapa harus menunggu?

    Godaan ini adalah simbol dari mentalitas manusia yang ingin segala sesuatu cepat dan tanpa usaha.

    2. Mentalitas Instan dalam Dunia Modern

    Zaman ini, kita hidup dalam era kecepatan, teknologi, dan kecerdasan buatan (AI).
    ✅ Informasi dapat diakses dalam hitungan detik.
    ✅ Belanja bisa dilakukan hanya dengan klik.
    ✅ Makanan bisa tiba dalam beberapa menit.
    ✅ AI bahkan bisa membantu menyelesaikan tugas tanpa berpikir keras.

    Semua ini memberi manfaat besar, tetapi juga membentuk budaya serba instan yang menghilangkan kesabaran, perjuangan, dan harapan.

    📌 Paus Fransiskus berkata:

    "Kita sering kali ingin hasil cepat, tetapi Tuhan bekerja dengan waktu-Nya sendiri. Harapan sejati adalah kesabaran dalam percaya kepada-Nya."

    Akibat dari mentalitas instan ini, kita melihat banyak orang kehilangan keutamaan harapan:

    Kurang sabar dalam doa, ingin jawaban segera.
    Cepat putus asa jika tidak segera melihat hasil.
    Enggan bekerja keras, mencari jalan pintas.
    Kurang menghargai proses, hanya fokus pada hasil.

    Yesus menolak godaan ini dan menjawab: 📖 "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4)

     

    Yesus mengajarkan bahwa hidup tidak hanya tentang pemenuhan kebutuhan fisik dan hasil instan, tetapi tentang kesetiaan pada proses Tuhan.

    3. Harapan Sejati: Kesabaran dalam Perjuangan

    Dalam Bacaan Pertama, Kitab Ulangan (Ul 26:4-10) mengisahkan bangsa Israel yang bersyukur setelah perjalanan panjang dari perbudakan di Mesir menuju tanah terjanji. Mereka tidak mendapatkannya secara instan, tetapi melalui proses yang penuh kesabaran dan pengharapan.

    📌 Santo Yohanes Paulus II berkata:
    "Harapan bukanlah tentang menunggu dengan pasif, tetapi tentang berjalan dengan iman di tengah ketidakpastian."

    Sebaliknya, mentalitas instan meniadakan pengharapan sejati.
    💡 Orang ingin sukses tanpa usaha keras.
    💡 Orang ingin kebahagiaan tanpa pengorbanan.
    💡 Orang ingin jawaban tanpa refleksi mendalam.

    Namun, harapan mengajarkan kita untuk percaya dan berproses. Dalam Bacaan Kedua, Roma 10:8-13, Rasul Paulus menegaskan bahwa keselamatan datang kepada mereka yang percaya kepada Kristus. Keselamatan bukan hasil instan, tetapi perjalanan iman dan pertobatan.

    📌 Paus Benediktus XVI berkata:

    "Harapan Kristen berarti percaya bahwa Tuhan sedang bekerja, bahkan ketika kita tidak melihatnya."

    4. Belajar dari Yesus: Menolak Jalan Pintas, Memilih Jalan Tuhan

    Yesus bisa saja menggunakan kuasa-Nya untuk menghindari penderitaan dan mengambil jalan pintas. Tetapi Ia memilih untuk taat kepada kehendak Bapa, meskipun itu berarti penderitaan dan salib.

    Hari ini, kita pun diundang untuk menolak mentalitas instan dan belajar bersabar dalam harapan:
    ✅ Dalam doa: Percaya bahwa Tuhan menjawab di waktu terbaik.
    ✅ Dalam pekerjaan: Menghargai proses, bukan hanya hasil.
    ✅ Dalam relasi: Membangun hubungan dengan kasih dan kesetiaan.
    ✅ Dalam penderitaan: Tidak menyerah, tetapi tetap berjuang dengan iman.

    📌 Paus Fransiskus dalam Yubileum Pengharapan 2025 berkata:

    "Harapan sejati bukanlah ilusi. Harapan adalah kekuatan yang memberi kita keberanian untuk melangkah dalam iman."

    5. Menjadi Saksi Harapan di Dunia Serba Instan

    Sebagai umat yang hidup di zaman modern, kita dipanggil untuk menjadi saksi harapan yang sejati:
    ✅ Bersabar dalam perjuangan hidup, percaya bahwa Tuhan bekerja dalam proses.
    ✅ Mengutamakan nilai-nilai kekal daripada hanya mengejar hasil instan.
    ✅ Menjadi contoh bagi generasi muda untuk tetap setia dalam iman dan kerja keras.

    📖 "Berbahagialah orang yang berharap kepada Tuhan." (Mazmur 146:5)

    📌 Santo Agustinus berkata:

    "Tuhan terkadang menunda jawaban-Nya bukan karena Ia tidak peduli, tetapi karena Ia ingin membentuk iman kita lebih kuat."

    Penutup: Pilih Jalan Harapan, Tolak Mentalitas Instan

    Saudara-saudari terkasih, Yesus telah menunjukkan kepada kita jalan yang benar.
    💡 Maukah kita memilih harapan sejati, atau tetap mencari jalan instan?
    💡 Maukah kita bersabar dalam doa, atau menyerah karena tak langsung mendapat jawaban?
    💡 Maukah kita menapaki jalan Tuhan, meski itu membutuhkan waktu dan pengorbanan?

    📌 Paus Fransiskus berkata:

    "Tuhan tidak menjanjikan jawaban instan, tetapi Ia menjanjikan bahwa kita tidak akan berjalan sendirian."

    Masa Prapaskah ini, marilah kita meneladani Yesus dalam menolak godaan jalan pintas dan memilih jalan pengharapan sejati. Sebab, pengharapan di dalam Tuhan tidak akan pernah mengecewakan.
    Amin.

    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap
    05 Maret 2025 - Rabu Abu

    Rabu, 5 Maret 2025 - Hari Rabu Abu (Pantang & Puasa)

    Bacaan I : Yl. 2:12-18;
    Bacaan II :  2Kor. 5:20-6:2;
    Bacaan Injil : Mat. 6:1-6,16-18

    DERMA, DOA, DAN PUASA SEBAGAI WUJUD PEMULIHAN DAN PENDAMAIAN DALAM TAHUN YUBILEUM 2025

    Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan.

    Tahun Yubileum 2025 yang bertema "Peziarah Harapan" adalah panggilan bagi kita untuk mengalami pemulihan dan pendamaian dengan Tuhan, sesama, dan seluruh ciptaan. Dalam tradisi Gereja, setiap Tahun Yubileum adalah momen rahmat untuk pembaruan rohani, di mana kita diajak untuk bertobat, memperbaiki relasi, dan hidup dalam kasih Tuhan yang memperbarui segalanya. Sebagai bagian dari perjalanan menuju pemulihan dan pendamaian, Gereja menekankan tiga praktik utama dalam kehidupan keagamaan, yaitu:

    1. DERMA (KASIH KEPADA SESAMA) 
    2. DOA (HUBUNGAN DENGAN TUHAN) 
    3. PUASA (PENGUASAAN DIRI DAN PENGORBANAN)

    Ketiga hal ini bukan sekadar kewajiban agama, tetapi sarana pemurnian hati yang membawa kita kembali kepada kehendak Tuhan.

    📌 Paus Fransiskus dalam Misericordiae Vultus berkata:

    "Tahun Suci adalah saat rahmat, di mana hati yang keras dilunakkan, relasi yang retak diperbaiki, dan kasih Tuhan memulihkan semua yang rusak."

    Bagaimana ketiga praktik ini menjadi jalan menuju pemulihan dan pendamaian dalam Yubileum 2025?

    1. DERMA: MEMULIHKAN KASIH DAN KEADILAN SOSIAL

    Dalam Matius 6:3-4, Yesus berkata:

    "Apabila engkau memberi sedekah, janganlah tangan kirimu mengetahui apa yang diperbuat tangan kananmu."

    Derma bukan hanya sekadar memberi materi, tetapi mewujudkan keadilan, kepedulian, dan belas kasih kepada mereka yang membutuhkan.

    💡 Bagaimana derma menjadi sarana pemulihan dan pendamaian?

    ✅ Pemulihan relasi dengan sesama: Kita menyadari bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang menolong mereka yang menderita.

    ✅ Pendamaian dengan mereka yang tersisih: Derma membantu kita membangun kembali solidaritas dengan kaum miskin dan tersingkir.

    ✅ Menghidupkan keadilan sosial: Tahun Yubileum selalu menekankan keadilan, penghapusan hutang, dan perhatian kepada kaum tertindas.

    📌 Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti (FT 119) berkata:

    "Setiap tindakan kasih yang kita lakukan adalah langkah menuju dunia yang lebih manusiawi dan lebih adil."

    💡 Dalam Yubileum ini, kita dipanggil untuk menjadi lebih murah hati, tidak hanya dengan harta, tetapi dengan kasih dan kepedulian kepada sesama.

    2. DOA: MEMULIHKAN HUBUNGAN DENGAN TUHAN

    Yesus mengajarkan dalam Matius 6:6:
    "Jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi."

    Doa adalah napas kehidupan rohani, tempat kita kembali kepada Tuhan dan memperbaiki relasi kita dengan-Nya.

    💡 Bagaimana doa membawa pemulihan dan pendamaian?

    ✅ Pemulihan hubungan dengan Tuhan: Kita menyadari bahwa tanpa Tuhan, kita tidak dapat hidup dengan benar.

    ✅ Pendamaian dengan diri sendiri: Doa membantu kita menerima kasih dan pengampunan Tuhan, serta berdamai dengan luka-luka batin kita.

    ✅ Memurnikan hati: Dengan doa, kita belajar untuk tidak hanya meminta, tetapi juga mendengarkan kehendak Tuhan.

    📌 Paus Benediktus XVI berkata:

    "Doa bukan sekadar berkata-kata kepada Tuhan, tetapi membiarkan Tuhan menyentuh dan mengubah hati kita."

    💡 Dalam Yubileum ini, marilah kita memperdalam kehidupan doa kita, agar pemulihan dan damai sejati dari Tuhan memenuhi hati kita.

    3. PUASA: MEMULIHKAN DIRI MELALUI PENYANGKALAN DIRI

    Yesus berkata dalam Matius 6:16:

    "Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik."

    Puasa bukan hanya soal tidak makan, tetapi juga menahan diri dari segala sesuatu yang menghambat hubungan kita dengan Tuhan.

    💡 Bagaimana puasa membawa pemulihan dan pendamaian?

    ✅ Pemulihan dari dosa: Puasa membantu kita melawan kelemahan manusiawi yang menjauhkan kita dari Tuhan.

    ✅ Pendamaian dengan ciptaan: Dengan berpuasa dari konsumerisme, kita belajar untuk hidup lebih sederhana dan menghargai ciptaan Tuhan.

    ✅ Mengendalikan diri: Puasa melatih kita untuk lebih fokus pada hal-hal rohani daripada hal-hal duniawi.

    📌 Santo Yohanes Paulus II berkata:

    "Puasa adalah bentuk kasih: ketika kita mengendalikan diri, kita lebih terbuka untuk berbagi dengan orang lain."

    💡 Dalam Yubileum ini, kita dipanggil untuk berpuasa bukan hanya dari makanan, tetapi juga dari kebiasaan buruk yang merusak hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.

    PENUTUP: MENGHIDUPI YUBILEUM DENGAN PERTOBATAN YANG SEJATI

    Saudara-saudari, Tahun Yubileum 2025 adalah kesempatan untuk memperbarui hidup kita dan memperdalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.

    💙 Derma mengajarkan kita untuk berbagi dan membangun keadilan sosial.
    💙 Doa membawa kita kembali kepada Tuhan dan memulihkan jiwa kita.
    💙 Puasa melatih kita untuk hidup lebih sederhana dan lebih dekat dengan Tuhan.

    📌 Paus Fransiskus berkata dalam Evangelii Gaudium (EG 27):

    "Kita tidak dipanggil untuk hidup bagi diri sendiri, tetapi untuk menjadi tanda harapan dan kasih di dunia."

    Di Tahun Yubileum ini, mari kita bertanya kepada diri sendiri:
    💡 Apakah aku sudah berbuat cukup bagi mereka yang membutuhkan?
    💡 Apakah aku sudah benar-benar menjadikan doa sebagai jalan hidup?
    💡 Apakah aku bersedia berkorban demi bertumbuh dalam iman dan kasih?

    Semoga derma, doa, dan puasa tidak hanya menjadi kewajiban agama, tetapi menjadi jalan menuju pemulihan dan pendamaian sejati di hati kita, dalam keluarga kita, dan di dunia. Amin.

    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap
    02 Maret 2025 - Minggu Biasa VIII

    Minggu, 2 Maret 2025 - Minggu Biasa VIII

    Bacaan I : Sir. 27:4-7 
    Bacaan II : 1Kor. 15:54-58
    Bacaan Injil : Luk. 6:39-45

    "DARI PERBENDAHARAAN HATINYA YANG BAIK,
    ORANG MENGELUARKAN YANG BAIK"

    Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
    Hari ini kita merenungkan sebuah prinsip penting dalam kehidupan rohani kita: apa yang tersimpan dalam hati kita akan terpancar dalam perkataan dan tindakan kita.

    Yesus bersabda dalam Lukas 6:45: "Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik, dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaan hatinya yang jahat. Karena dari kelimpahan hati, mulutnya berbicara."

    Ayat ini mengajarkan kita bahwa hati kita ibarat sebuah gudang atau perbendaharaan. Apa yang kita simpan di dalamnya akan menentukan kehidupan kita.

    1. APA ITU PERBENDAHARAAN HATI?

    William Barclay dalam The Daily Study Bible menjelaskan:
    "Perbendaharaan hati adalah sesuatu yang telah dikumpulkan secara terus-meneru dalam hatis. Jika hati kita diisi dengan kasih, pengampunan, empati, sukacita dan kebaikan, maka yang keluar pun adalah kasih, pengampunan, sukacita, empati dan kebaikan."
    Hati kita bisa diibaratkan sebagai gudang tempat menyimpan segala sesuatu yang kita alami, pikirkan, dan rasakan. Apa yang kita simpan di dalamnya, entah itu kebaikan atau keburukan, akan menentukan bagaimana kita bertindak dan berbicara dalam hidup kita.

    Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium (EG 77) berkata:
    "Jika hati kita penuh dengan kasih, maka perkataan dan perbuatan kita akan mencerminkan kasih itu. Tetapi jika hati kita penuh dengan kepahitan, sakit hati, kekecewaan, marah maka dunia pun akan merasakan getirnya."
    Pertanyaannya bagi kita: Apa yang selama ini kita kumpulkan dalam hati kita? Apakah kita menyimpan cinta dan pengampunan, ataukah kebencian dan kepahitan?

    2. BAGAIMANA MEMENUHI PERBENDAHARAAN HATI KITA?

    Seperti gudang yang perlu diisi dengan barang-barang yang baik, hati kita juga perlu dipenuhi dengan hal-hal yang baik. Apa yang dapat mengisi hati kita dengan kebaikan? 
    Sabda Tuhan dan doa: Membaca Kitab Suci dan berdoa setiap hari membuat hati kita dipenuhi dengan kebijaksanaan ilahi. Sakramen dan Ekaristi: Mengikuti Ekaristi dan menerima sakramen secara teratur membantu kita mendapatkan rahmat untuk bertumbuh dalam kasih.
    Pergaulan yang baik: Bergaul dengan orang-orang yang memiliki iman kuat akan membantu kita menjaga hati tetap bersih.
    Melayani sesama: Dengan berbagi kasih kepada orang lain, kita mengisi hati kita dengan kebaikan yang nyata.

    Santo Yohanes Maria Vianney berkata: "Jika kita mengisi hati kita dengan Yesus, maka kita tidak akan punya ruang untuk hal-hal duniawi yang sia-sia."
    Bagaimana kita mengisi hati kita? Dengan Firman Tuhan, kasih, dan pengampunan, atau dengan kemarahan, dendam, dan kesombongan?

    3. PERBENDAHARAAN HATI YANG BAIK DAN YANG BURUK

    Yesus membedakan antara hati yang baik dan hati yang jahat.
    Perbendaharaan hati yang baik adalah hati yang dipenuhi dengan kasih, kesabaran, kerendahan hati, dan belas kasih.
    Perbendaharaan hati yang buruk adalah hati yang dipenuhi dengan kemarahan, iri hati, kesombongan, dan kebencian.

    Santo Agustinus berkata: "Hati manusia adalah cermin dari apa yang dia cintai. Jika seseorang mencintai Tuhan, maka hatinya akan dipenuhi terang. Tetapi jika seseorang mencintai dunia lebih dari Tuhan, maka hatinya akan gelap." Apakah hati kita lebih banyak diisi dengan kebaikan atau dengan keburukan?

    4. BAGAIMANA MENJAGA PERBENDAHARAAN HATI KITA TETAP BAIK?

    Agar hati kita tetap bersih dan penuh kebaikan, kita harus:
    Menyingkirkan segala kebencian dan kepahitan: Jangan menyimpan dendam, karena itu hanya akan meracuni hati kita.
    Mengampuni dengan tulus: Orang yang tidak mengampuni akan selalu hidup dalam beban yang berat.
    Menjaga pikiran tetap positif: Jangan biarkan pikiran negatif merusak hati kita.
    Memperbanyak doa dan introspeksi: Berdoa setiap hari dan bertanya kepada diri sendiri: Apakah aku masih hidup dalam kasih Kristus?

    Paus Benediktus XVI dalam Deus Caritas Est berkata: "Hati yang penuh kasih kepada Tuhan tidak akan mudah dikuasai oleh kejahatan." Bagaimana kita menjaga hati kita tetap bersih? Dengan memeriksa isi hati kita setiap hari dan menyerahkannya kepada Tuhan.

    5. BUAH-BUAH DARI PERBENDAHARAAN HATI YANG BAIK

    Ketika kita memiliki hati yang dipenuhi kebaikan, maka yang keluar dari hidup kita adalah:
    Perkataan yang membangun: Kita tidak akan mudah mencela orang lain, tetapi mengucapkan kata-kata yang menghibur dan menguatkan.
    Tindakan kasih: Kita akan lebih sabar, lebih mudah membantu orang lain, dan lebih murah hati.
    Sikap pengampunan: Kita tidak akan menyimpan dendam, tetapi selalu memberi kesempatan kedua bagi sesama.
    Sukacita sejati: Orang yang hatinya baik akan hidup dalam damai dan kebahagiaan yang sejati.

    Paus Fransiskus berkata dalam Fratelli Tutti (FT 223): "Kasih yang sejati akan selalu menghasilkan buah perdamaian dan persaudaraan dalam komunitas kita." Apakah kita sudah menghasilkan buah yang baik dalam kehidupan kita?

    PENUTUP: MEMBANGUN PERBENDAHARAAN HATI YANG BAIK

    Saudara-saudari terkasih, hari ini kita diundang untuk melihat ke dalam hati kita. Apa yang kita simpan dalam hati kita akan menentukan bagaimana kita berbicara dan bertindak. Jika kita mengisi hati dengan kasih, maka hidup kita akan menghasilkan buah yang baik. Tetapi jika kita membiarkan hati kita dipenuhi kebencian, maka hidup kita akan penuh kegelapan.

    Santo Yohanes Paulus II berkata: "Dunia tidak butuh kata-kata kosong, tetapi kesaksian nyata dari hati yang baik."

    Hari ini, mari kita bertanya:

    Apakah hati kita sudah dipenuhi kasih atau masih menyimpan luka?
    Apakah perkataan dan tindakan kita sudah mencerminkan kasih Kristus?
    Apakah kita sudah berusaha menghasilkan buah yang baik dalam hidup kita?

    Marilah kita mohon rahmat Tuhan, agar hati kita selalu menjadi perbendaharaan kebaikan, dan hidup kita selalu menjadi cerminan kasih Kristus di dunia ini. Amin.

    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap
    23 Februari 2025 - Minggu Biasa VII

    Minggu, 23 Februari 2025 - Minggu Biasa VII

    Bacaan I : 1Sam. 26:2,7-9,12-13,22-23
    Bacaan II : 1Kor. 15:45-49
    Bacaan Injil : Luk. 6:27-38

    MENGASIHI SEPERTI YESUS MENGASIHI

    "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu." (Lukas 6:27)

    Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan.

    Hari ini, bacaan liturgi mengajak kita untuk merenungkan kasih yang sejati—bukan kasih yang terbatas hanya pada mereka yang baik kepada kita, tetapi kasih yang mampu mengampuni, merangkul, dan bahkan mengasihi musuh.

    Kita sering mendengar bahwa mengasihi adalah perintah utama dalam kehidupan Kristiani. Namun, bagaimana kita bisa mengasihi mereka yang telah menyakiti kita? Bagaimana mungkin kita mengampuni orang yang berbuat jahat kepada kita?

    Yesus telah memberikan jawabannya: kasih yang sejati tidak tergantung pada bagaimana orang lain memperlakukan kita, tetapi pada keputusan kita untuk mencintai seperti Kristus mencintai.

    1. TELADAN DAUD: KASIH YANG MENOLAK BALAS DENDAM 
      Dalam bacaan pertama (1 Samuel 26:2,7-9,12-13,22-23), kita melihat Daud memiliki kesempatan untuk membunuh Raja Saul, yang selama ini mengejarnya untuk membunuhnya. Namun, apa yang dilakukan Daud? 
      > "Tuhan akan membalas setiap orang sesuai dengan kebenarannya dan kesetiaannya." (1 Samuel 26:23)
      Daud tidak memilih balas dendam, tetapi memilih kasih. Ia percaya bahwa keadilan sejati adalah milik Tuhan, bukan milik manusia.

      📌 Paus Benediktus XVI berkata:
      > "Memaafkan tidak berarti mengabaikan kejahatan, tetapi menolak untuk membiarkan kejahatan menguasai hati kita."
      Betapa sering kita merasa sulit untuk mengampuni? Kita lebih mudah menyimpan dendam daripada memberikan pengampunan. Tetapi hari ini, Daud mengajarkan kita bahwa mengampuni bukan tanda kelemahan, melainkan tanda kekuatan sejati. 

    2. MAZMUR: ALLAH ITU MAHA PENYAYANG, DAN KITA DIAJAK UNTUK MENIRU-NYA
      Mazmur hari ini (Mazmur 103:1-2,3-4,8,10,12-13) menggambarkan betapa besar kasih dan belas kasih Tuhan.
      > "Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia." (Mazmur 103:8).
      Kasih Tuhan tidak tergantung pada kebaikan kita. Ia tetap setia, meskipun kita sering kali gagal dan berdosa.

      📌 Paus Fransiskus berkata:
      > "Kasih dan pengampunan adalah jantung Injil. Jika kita tidak tahu bagaimana mengasihi dan mengampuni, kita belum memahami Yesus."
      Tuhan mengampuni kita bukan karena kita layak, tetapi karena kasih-Nya yang tak terbatas. Begitu pula kita, dipanggil untuk mengasihi dan mengampuni tanpa batas.

    3. AJARAN YESUS: KASIH YANG MELAMPAUI BATAS MANUSIAWI
      Dalam Injil Lukas 6:27-38, Yesus memberikan salah satu ajaran yang paling menantang dalam hidup Kristiani:
      > "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu." (Lukas 6:27)
      Yesus tidak hanya mengajarkan teori kasih, tetapi menunjukkannya dalam hidup-Nya: Di kayu salib, Yesus mengampuni mereka yang menyalibkan-Nya:
      > "Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34)
      Ia makan bersama para pemungut cukai dan pendosa, menunjukkan kasih tanpa syarat. Ia menyembuhkan orang-orang yang dianggap tidak layak oleh masyarakat. Kasih Yesus melampaui logika manusia, karena kasih-Nya tidak bersyarat.

      📌 Santo Yohanes Paulus II berkata:
      > "Kebahagiaan sejati ditemukan bukan dalam membalas dendam, tetapi dalam mengampuni."
      Hari ini, Yesus memanggil kita untuk meninggalkan kebencian, membuang dendam, dan memilih kasih. 

    4. APA MANFAAT MENGASIHI DAN MENGAMPUNI?
      Mungkin kita bertanya, apa gunanya mengasihi mereka yang menyakiti kita?
      ✅ Mengasihi dan mengampuni membebaskan hati kita. Kebencian hanya akan menyakiti kita sendiri.
      ✅ Mengasihi dan mengampuni membawa sukacita sejati. Kebahagiaan sejati tidak datang dari membalas dendam, tetapi dari hati yang damai.
      ✅ Mengasihi dan mengampuni membuat kita semakin menyerupai Kristus.

      📌 Paus Fransiskus berkata:
      > "Tidak ada kekuatan yang lebih besar di dunia selain kasih dan pengampunan." Jika kita ingin menjadi murid Kristus yang sejati, kita harus berani mengasihi tanpa batas. 

    5. BAGIAN PRAKTIS: MENGASIHI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI 
      Saudara-saudari, bagaimana kita bisa menghidupi ajaran kasih ini? Jika ada orang yang telah menyakiti kita, mari kita berusaha untuk mengampuni. Jika ada orang yang membenci kita, mari kita tetap mendoakan mereka. Jika ada kesempatan untuk membalas dendam, mari kita memilih jalan kasih seperti Daud. Jika kita sendiri merasa sulit mengampuni, mari kita datang kepada Tuhan dan meminta rahmat-Nya.

      📌 Santo Ignatius dari Loyola berkata:
      > "Kasih bukan sekadar perasaan, tetapi tindakan nyata yang mencerminkan hati Allah." 

    PENUTUP: MARI KITA MENJADI UTUSAN KASIH KRISTUS

    Saudara-saudari, Yesus tidak hanya mengajarkan kasih, tetapi Ia sendiri adalah kasih itu.

    💙 Apakah kita siap untuk mengikuti jejak-Nya?
    💙 Apakah kita mau mengasihi seperti Dia mengasihi?
    💙 Apakah kita berani mengampuni seperti Dia mengampuni?

    📌 Paus Fransiskus berkata: > "Kasih yang sejati tidak mengenal batas, tidak menuntut balasan, dan selalu siap mengampuni."

    Hari ini, marilah kita berkomitmen untuk mengasihi seperti Yesus mengasihi. Jangan biarkan kebencian menguasai hati kita, tetapi bukalah hati untuk kasih Tuhan, karena di sanalah kebahagiaan sejati ditemukan. Amin.

    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap

    16 Februari 2025 - Minggu Biasa VI

    Minggu, 16 Februari 2025 - Minggu Biasa VI

    Bacaan I : Yer. 17:5-8
    Bacaan II : 1Kor. 15:12,16-20
    Bacaan Injil :  Luk. 6:17,20-26

    DIBERKATILAH ORANG YANG MENGANDALKAN TUHAN

    Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan. Hari ini, kita merenungkan dimana kita menaruh kepercayaan dan harapan dalam hidup ini. Bacaan pertama dari Yeremia 17:5-8 menegaskan perbedaan antara orang yang mengandalkan manusia dan mereka yang mengandalkan Tuhan.

    "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan!" "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" (Yeremia 17:5,7) Yeremia menggambarkan mereka yang mengandalkan manusia sebagai semak di padang gurun—kering, tandus, dan tidak berbuah. Sebaliknya, mereka yang mengandalkan Tuhan seperti pohon yang ditanam di tepi air, berakar kuat, daunnya tetap hijau, dan selalu menghasilkan buah, meskipun menghadapi musim kering.

    Lalu dalam Injil Lukas 6:17, 20-26, Yesus memberikan Sabda Bahagia, yang menegaskan kembali bahwa kebahagiaan sejati bukan dalam kekayaan dan kepuasan duniawi, tetapi dalam hidup yang bersandar kepada Tuhan. "Berbahagialah kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah." "Celakalah kamu yang kaya, karena kamu telah memperoleh penghiburanmu." (Lukas 6:20,24)

    Pesan Yesus ini sangat radikal. Dunia mengajarkan bahwa orang kaya, kenyang, dan populer adalah orang-orang yang bahagia. Tetapi Yesus membalikkan pandangan itu: yang miskin, lapar, dan dianiaya demi kebenaran justru lebih diberkati.

    1. MENGANDALKAN TUHAN, BUKAN HAL-HAL DUNIAWI

    Yeremia dan Yesus mengajarkan bahwa kepercayaan kepada Tuhan adalah sumber kebahagiaan sejati. Namun dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali mengandalkan kekuatan sendiri, uang, pekerjaan, koneksi, atau status sosial.

    ✅ Kita berpikir bahwa dengan uang, kita bisa mengatasi semua masalah.

    ✅ Kita lebih percaya pada kekuasaan manusia daripada penyelenggaraan Tuhan.

    ✅ Kita takut kehilangan kenyamanan dunia sehingga mengabaikan nilai-nilai iman.

    📌 Paus Benediktus XVI berkata: "Dunia menawarkan banyak janji kosong yang terlihat menggiurkan, tetapi hanya Tuhan yang dapat memberikan keamanan dan kebahagian sejati."

    Yesus mengingatkan bahwa mereka yang hanya mengandalkan dunia akan mengalami kekecewaan. Mereka mungkin memiliki segalanya, tetapi tetap merasa kosong dan tidak puas. Sebaliknya, orang yang mengandalkan Tuhan akan memiliki ketenangan dalam segala situasi. Mereka tidak takut dalam kesulitan, karena tahu bahwa Tuhan memegang hidup mereka.

    2. HIDUP DALAM KEADILAN DAN KASIH: MENGHIDUPI SABDA BAHAGIA

    Sabda Bahagia dalam Injil Lukas menawarkan visi sosial yang lebih konkret tentang Kerajaan Allah. Yesus berkata: "Berbahagialah kamu yang lapar, karena kamu akan dipuaskan." "Celakalah kamu yang kenyang sekarang, karena kamu akan lapar!" Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari kepuasan duniawi, tetapi dari solidaritas dengan sesama.

    ✅ Orang miskin dipuji bukan karena kemiskinan mereka, tetapi karena mereka mengandalkan Tuhan.

    ✅ Orang kaya diperingatkan bukan karena mereka kaya, tetapi karena mereka sering lupa akan Tuhan dan sesama.

    📌 Santo Yohanes Krisostomus berkata: "Jika kamu memiliki lebih banyak dari yang kamu butuhkan, itu bukan milikmu; itu adalah milik mereka yang kekurangan."

     

    Yesus tidak hanya ingin kita menjadi pribadi yang suci secara rohani, tetapi juga menjadi pribadi yang peduli kepada mereka yang lemah, lapar, dan tersingkirkan. Apakah kita sudah peduli terhadap sesama? Apakah kita sudah menggunakan harta, waktu, dan talenta kita untuk menolong mereka yang membutuhkan?

    3. MENGANDALKAN TUHAN DI TAHUN YUBILEUM 2025

    Tahun 2025 adalah Tahun Yubileum, yang diangkat oleh Paus Fransiskus sebagai Tahun Harapan. Dalam bullanya Spes Non Confundit (Harapan Tak Mengecewakan), Paus Fransiskus menegaskan: "Harapan Kristen bukan optimisme kosong, tetapi kepercayaan bahwa Tuhan yang memegang masa depan kita."

    Sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk:

    ✅ Menaruh harapan kita hanya kepada Tuhan.

    ✅ Mewujudkan harapan itu dalam tindakan kasih dan keadilan.

    ✅ Menjadi pembawa harapan bagi dunia, terutama bagi mereka yang kehilangan harapan. Di tengah ketidakpastian dunia—krisis ekonomi, konflik sosial, dan penderitaan—Yesus mengajak kita untuk tetap berakar pada Tuhan.

    📌 Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti menegaskan: "Kita dipanggil untuk membangun masyarakat yang lebih adil, di mana tidak ada seorang pun yang merasa tersingkir atau terbuang."

    Jangan takut berbagi dan menolong orang lain. Jangan takut memperjuangkan kebenaran, meskipun dunia mengejek kita. Karena hanya dengan mengandalkan Tuhan, kita akan mengalami kebahagiaan sejati.

    KESIMPULAN: PILIHAN ADA DI TANGAN KITA

    Hari ini, Tuhan memberi kita dua pilihan:

    ❌ Menjadi seperti semak di padang gurun—hidup dalam kekeringan rohani karena hanya mengandalkan dunia.

    ✅ Menjadi seperti pohon di tepi air—berakar dalam Tuhan dan selalu menghasilkan buah kebaikan.

    Yeremia telah mengingatkan kita: "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan diukur dari harta, kekuasaan, atau pujian dunia, tetapi dari iman dan kepedulian kepada sesama.

    💙 Apakah kita siap mengandalkan Tuhan dalam hidup kita?

    💙 Apakah kita mau menjadikan Sabda Bahagia sebagai pedoman hidup kita?

    💙 Apakah kita bersedia menjadi berkat bagi orang lain? Semoga kita hidup seperti pohon yang berakar dalam Tuhan, tetap hijau di tengah badai kehidupan, dan menghasilkan buah kasih dan keadilan bagi dunia.

    Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan! Amin.

    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap

    09 Februari 2025 - Minggu Biasa V

    Minggu, 9 Februari 2025 - Misa Biasa V

    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap

    02 Februari 2025 - Pesta Yesus Dipersembahkan di Kanisah

    Minggu, 2 Februari 2025 - Pesta Yesus Dipersembahkan di Kanisah

    Bacaan I : Mal 3:1-4
    Bacaan II :  Ibr 2:14-18
    Bacaan Injil : Luk 2:22-40

    Kotbah Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah Tema: "Mataku Telah Melihat Keselamatan yang Datang Daripada-Mu".

    Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan.

    Hari ini kita merayakan Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah, sebuah peristiwa yang bukan hanya menandai ketaatan Maria dan Yusuf kepada hukum Tuhan, tetapi juga penggenapan janji Allah tentang keselamatan bagi umat manusia. Di dalam peristiwa ini, kita bertemu dengan Simeon, seorang tua yang saleh dan penuh harapan. Roh Kudus telah berjanji kepadanya bahwa ia tidak akan meninggal sebelum melihat Sang Mesias, yang dinanti-nantikan oleh Israel selama berabad-abad. Ketika akhirnya ia melihat bayi Yesus di Bait Allah, Simeon berseru dengan penuh sukacita: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, menurut firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari pada-Mu" (Luk 2:29-30).

    Ungkapan ini bukan sekadar kegembiraan pribadi, tetapi sebuah kesaksian iman yang penuh harapan. Simeon melihat dalam diri Yesus janji Allah yang digenapi, terang yang menyinari dunia, dan keselamatan yang membawa pengharapan bagi semua bangsa. Di tengah dunia yang penuh ketidakpastian, penderitaan, dan tantangan, apa yang dapat kita pelajari dari iman dan harapan Simeon? Bagaimana kita juga bisa melihat keselamatan Tuhan dalam kehidupan kita?

    1. Keselamatan yang Dijanjikan, Keselamatan yang Digenapi 
      Simeon adalah simbol dari pengharapan yang teguh dalam janji Tuhan. Ia tidak hidup dalam keputusasaan, meskipun sudah bertahun-tahun menantikan Mesias. Ia percaya bahwa Allah setia dan bahwa janji-Nya pasti akan digenapi.
      ✔ Bangsa Israel telah lama menantikan Sang Mesias, tetapi kebanyakan orang mengira bahwa Mesias akan datang sebagai seorang raja duniawi yang penuh kuasa.
      ✔ Namun, Simeon melihat sesuatu yang lebih dalam: bayi kecil yang dihadirkan di Bait Allah ini adalah Terang yang akan menyinari bangsa-bangsa.
      ✔ Keselamatan ini bukan hanya bagi Israel, tetapi bagi seluruh umat manusia. Dalam kehidupan kita, kita sering kali bertanya-tanya kapan janji Tuhan akan digenapi. Kita mungkin berdoa dan berharap akan pemulihan, keberhasilan, atau jawaban atas persoalan kita. Tetapi apakah kita cukup sabar dan percaya seperti Simeon? Pengharapan dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan. Paus Benediktus XVI berkata: "Pengharapan Kristen bukanlah sekadar optimisme, tetapi kepastian bahwa janji Tuhan akan digenapi dengan cara-Nya sendiri, pada waktu-Nya sendiri." Apakah kita memiliki mata iman seperti Simeon yang mampu melihat karya Tuhan dalam hidup kita?  
    2. Terang dalam Kegelapan: Kristus sebagai Sumber Pengharapan 
      Simeon menyebut Yesus sebagai "Terang bagi bangsa-bangsa" (Luk 2:32). Ini berarti bahwa
      Yesus datang untuk membawa pengharapan bagi dunia yang hidup dalam kegelapan.
      ✔ Dosa, penderitaan, ketidakadilan, dan kejahatan sering kali membuat dunia terasa gelap.
      ✔ Tetapi Kristus adalah terang yang menerangi hati manusia dan menunjukkan jalan menuju kehidupan yang benar.
      ✔ Terang ini mengundang kita untuk membuat pilihan: hidup dalam terang-Nya atau tetap berada dalam kegelapan dunia? Paus Yohanes Paulus II pernah berkata: "Jangan takut! Buka pintu hatimu bagi Kristus. Ia adalah pengharapan sejati yang tidak akan mengecewakan." Jika kita hidup dalam Kristus, maka tidak ada situasi yang begitu gelap hingga kita kehilangan pengharapan. Kristus telah datang untuk menghidupkan kembali harapan kita, bahkan di saat kita merasa lemah dan putus asa.
    3. Menjadi Peziarah Harapan dalam Tahun Yubileum 2025 Tahun 2025 adalah Tahun Yubileum, dengan tema Peziarah Harapan. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk merenungkan makna pengharapan dalam hidup kita.
      ✔ Apakah kita benar-benar hidup sebagai orang yang penuh harapan?
      ✔ Apakah kita sudah menjadi saksi terang Kristus bagi orang lain?
      ✔ Apakah kita membawa harapan bagi mereka yang sedang mengalami kegelapan hidup? Paus Fransiskus berkata: "Pengharapan Kristen tidak didasarkan pada ilusi, tetapi pada kepastian bahwa dalam Kristus, hidup kita memiliki makna, dan masa depan kita memiliki harapan." Seperti Simeon, kita dipanggil untuk melihat kehadiran Tuhan dalam hidup kita dan bersaksi kepada dunia bahwa keselamatan telah datang. 
    4. Kesetiaan Maria dan Yusuf: Teladan bagi Kita Maria dan Yusuf menjalankan kehendak Tuhan dengan penuh kesetiaan. Mereka membawa Yesus ke Bait Allah bukan karena mereka mengerti segala rencana Tuhan, tetapi karena mereka percaya kepada-Nya.
      ✔ Maria akan menghadapi banyak penderitaan, tetapi ia tetap taat pada rencana Allah.
      ✔ Yusuf, seorang yang sederhana, setia menjalankan tugasnya sebagai pelindung Keluarga Kudus.
      ✔ Mereka mengajarkan kepada kita bahwa iman sejati bukan berarti selalu mengerti rencana Tuhan, tetapi percaya bahwa rencana-Nya selalu baik. Ketika kita menghadapi tantangan dalam hidup, apakah kita tetap percaya kepada Tuhan seperti Maria dan Yusuf? 
    5. Hidup Sebagai Saksi Pengharapan Simeon melihat keselamatan dalam diri Yesus, tetapi ia juga menubuatkan bahwa Yesus akan menjadi tanda perbantahan dan bahwa Maria akan mengalami penderitaan (Luk 2:34-35).
      ✔ Artinya, hidup sebagai murid Kristus tidak selalu mudah.
      ✔ Akan ada kesulitan dan tantangan yang harus kita hadapi.
      ✔ Namun, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Kita dipanggil untuk menjadi saksi pengharapan di tengah dunia. Bagaimana caranya?
      ➤ Dalam keluarga: Menebarkan kasih dan kesabaran.
      ➤ Dalam pekerjaan: Hidup dalam kejujuran dan integritas.
      ➤ Dalam masyarakat: Membawa terang Kristus bagi yang tertindas dan tersisih. Sebagaimana Simeon melihat keselamatan dalam Yesus, kita juga dipanggil untuk melihat dan membawa keselamatan itu dalam hidup sehari-hari. 

    Kesimpulan: Mataku Telah Melihat Keselamatan

    Saudara-saudari yang terkasih, perkataan Simeon "Mataku telah melihat keselamatan yang datang daripada-Mu" adalah pengakuan iman yang penuh harapan.
    ✔ Ia melihat janji Allah digenapi dalam Kristus.
    ✔ Ia melihat terang yang akan menyinari dunia.
    ✔ Ia melihat keselamatan yang membawa pengharapan bagi semua bangsa. Sebagai umat Kristiani, kita dipanggil untuk memiliki pengharapan yang sama.
    ✔ Maukah kita membuka hati untuk keselamatan yang datang dari Tuhan?
    ✔ Maukah kita menjadi saksi terang Kristus dalam kehidupan sehari-hari?
    ✔ Maukah kita hidup sebagai peziarah harapan dalam Tahun Yubileum 2025 ini?

    Semoga kita, seperti Simeon, dapat melihat kehadiran Tuhan dalam hidup kita dan bersaksi kepada dunia bahwa keselamatan telah datang dalam diri Yesus Kristus. Amin.

    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap

    26 Januari 2025 - Hari Minggu Sabda Allah

    Minggu 26 Januari 2025 - Hari Minggu Sabda Allah

    Bacaan I : Neh. 8:3-5a,6-7,9-11
    Bacaan II : 1Kor. 12:12-30
    Bacaan Injil : Luk1:1-4;4:14-21

    Kotbah: Sabda Tuhan sebagai Kekuatan Transformasi Hari Minggu Sabda Allah

    Pengantar

    Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan. Hari ini, pada Minggu III Masa Biasa, Gereja Katolik merayakan Hari Minggu Sabda Allah. Sebagaimana ditetapkan oleh Paus Fransiskus melalui Motu Proprio Aperuit Illis pada tahun 2019, hari ini adalah undangan bagi kita untuk merenungkan peran Sabda Tuhan dalam hidup kita. Sabda Tuhan bukan hanya teks yang tertulis, tetapi Firman yang hidup, yang memiliki kuasa untuk mengubah hati, menyembuhkan luka, dan memperbarui hubungan kita dengan Allah dan sesama.

    1. Sabda Tuhan Mengubah Hati 
      Dalam Surat kepada Orang Ibrani 4:12, kita membaca, "Sabda Allah itu hidup dan kuat, lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun!" Firman ini memiliki daya untuk menembus kedalaman hati manusia, mengubah pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Seperti dalam kisah pertobatan Saulus, Sabda Tuhan mengubah seorang penganiaya menjadi rasul besar. Dalam Kisah Para Rasul 9, perjumpaan Saulus dengan Yesus yang bangkit mengubah hidupnya secara total. Ia, yang dulunya mengejar umat Kristen, menjadi pewarta Injil yang paling gigih. Ini menunjukkan bahwa ketika kita membuka hati pada Sabda Tuhan, hidup kita dapat diubahkan menjadi lebih penuh kasih, pengampunan, dan kebijaksanaan. Pertanyaannya bagi kita hari ini: Apakah kita telah memberikan ruang bagi Sabda Tuhan untuk mengubah hati kita? 
    2. Sabda Tuhan Menyembuhkan Luka 
      Mazmur 107:20 berkata, “Ia mengirimkan firman-Nya dan menyembuhkan mereka.” Sabda Tuhan memiliki kekuatan untuk menyembuhkan luka batin kita, baik itu akibat dosa, penyesalan, atau trauma. Banyak dari kita membawa beban yang berat dalam hati kita, tetapi Sabda Tuhan hadir untuk memberikan penghiburan dan pemulihan. Dalam Injil, kita melihat bagaimana Yesus menyembuhkan banyak orang hanya dengan kata-kata-Nya. Ketika seorang perwira berkata, “Katakan saja sepatah kata, maka hambaku akan sembuh” (Mat 8:8), ia menunjukkan iman yang dalam pada kekuatan Sabda Yesus. Bagi kita, Sabda Tuhan dalam Kitab Suci dan Sakramen membawa penyembuhan spiritual. Apakah kita bersedia membawa luka-luka kita kepada Tuhan dan membiarkan firman-Nya bekerja dalam hidup kita? 
    3. Sabda Tuhan Memperbarui Hubungan dengan Allah 
      Dosa memisahkan manusia dari Allah, tetapi Sabda Tuhan membawa rekonsiliasi. Dalam Injil Lukas 15, kita membaca kisah anak yang hilang, di mana sang ayah dengan kasih menerima anaknya yang bertobat. Ini adalah gambaran kasih Allah yang selalu siap memulihkan hubungan dengan kita melalui Sabda-Nya. Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh 14:6). Ketika kita merenungkan Sabda Tuhan, kita diarahkan untuk hidup dalam kehendak-Nya, menjadikan Dia pusat hidup kita. 
    4. Sabda Tuhan Memperbarui Hubungan dengan Sesama 
      Sabda Tuhan tidak hanya menghubungkan kita dengan Allah, tetapi juga dengan sesama. Dalam Yohanes 13:34, Yesus memberi kita perintah baru: “Saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu.” Firman Tuhan mengajarkan kita untuk hidup dalam kasih, mengampuni, dan melayani sesama. Ketika Sabda Tuhan menjadi pedoman hidup kita, hubungan dalam keluarga, komunitas, dan masyarakat kita dapat diperbarui. Sebagai contoh, komunitas Kristen awal dalam Kisah Para Rasul 2:42-47 hidup dalam kasih dan solidaritas, saling berbagi, dan mendukung. 
    5. Gereja sebagai Rumah Sabda Tuhan 
      Gereja adalah rumah di mana Sabda Tuhan didengar, direnungkan, dan dihidupi. Dalam setiap perayaan Ekaristi, kita mendengarkan firman Tuhan melalui bacaan Kitab Suci. Homili adalah kesempatan untuk merenungkan dan mengaplikasikan Sabda itu dalam hidup kita. Paus Fransiskus berkata, “Sabda Tuhan adalah hati dari kehidupan Gereja.” Melalui Sabda Tuhan, Gereja menjadi ruang di mana kita dibentuk menjadi saksi kasih Allah di dunia. 

    Kesimpulan: Sabda Tuhan, Roh dan Kehidupan.

    Saudara-saudari terkasih, Sabda Tuhan memiliki kekuatan untuk mengubah hati, menyembuhkan luka, dan memperbarui hubungan kita dengan Allah dan sesama. Kita dipanggil untuk menjadikan Sabda Tuhan sebagai pusat hidup kita, membaca dan merenungkannya setiap hari, serta menjadikannya pedoman dalam setiap tindakan kita. Marilah kita menjawab undangan Paus Fransiskus untuk hidup dalam terang Sabda Tuhan, yang adalah roh dan kehidupan. Dengan membiarkan firman Tuhan bekerja dalam hidup kita, kita akan menjadi saksi kasih-Nya di dunia ini.

    Semoga Sabda Tuhan menuntun kita untuk hidup dalam kasih, pengampunan, dan kebenaran. Amin.

    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap

    19 Januari 2025 - Hari Minggu Biasa II

    Minggu 19 Januari 2025 - Hari Minggu Biasa II

    Bacaan I : Yes. 62:1-5;
    Bacaan II : Tit. 2:11-14; 3:4-7 
    Bacaan Injil : Lukas. 3:15-16,21-22

    "Apa yang Ia Katakan Kepadamu, Buatlah"

    Pengantar

    Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan. Hari ini, kita diajak untuk merenungkan salah satu peristiwa paling berkesan dalam Injil, yaitu mukjizat pertama Yesus di Kana. Peristiwa ini bukan hanya tentang air yang diubah menjadi anggur, tetapi juga tentang bagaimana ketaatan dan iman membuka jalan bagi karya Allah yang luar biasa. Kata-kata Maria kepada para pelayan, “Apa yang Ia katakan kepadamu, buatlah,” adalah pesan mendalam yang mengundang kita untuk mempercayai dan taat kepada kehendak Tuhan.

    1. Peran Maria dalam Peristiwa di Kana 
      Maria memainkan peran kunci dalam mukjizat ini. Ketika anggur habis, Maria memperhatikan kebutuhan yang mendesak dan langsung membawa persoalan ini kepada Yesus. Sebagai seorang ibu yang penuh kasih, ia menunjukkan perhatian terhadap kebahagiaan dan kehormatan tuan rumah pesta. Namun, Maria tidak berhenti pada perhatian manusiawi semata. Ia memiliki iman yang mendalam kepada Yesus. Meski Yesus awalnya berkata, “Waktu-Ku belum tiba,” Maria tetap percaya bahwa Yesus akan bertindak. Dengan keyakinan penuh, ia berkata kepada para pelayan, “Apa yang Ia katakan kepadamu, buatlah.” 
      Maria adalah teladan iman yang teguh. Ia mengajarkan kepada kita bahwa doa dan kepercayaan kepada Yesus adalah kunci untuk melihat mukjizat dalam hidup kita. Paus Fransiskus pernah berkata, “Maria adalah ibu yang tahu bagaimana membawa kebutuhan kita kepada Tuhan dan memercayakan segala sesuatu kepada-Nya dengan penuh iman.” 
    2. Perintah Yesus kepada Para Pelayan 
      Yesus memberikan dua perintah kepada para pelayan: Isi tempayan dengan air. Ini tampaknya perintah yang sederhana, tetapi membutuhkan usaha besar. Tempayan-tempayan itu besar, dan mengisinya berarti kerja keras. Cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta. Perintah ini menuntut keberanian. Para pelayan tidak tahu apa yang akan terjadi. Mereka mungkin bertanya-tanya apakah tindakan itu akan mempermalukan mereka jika yang mereka cedok hanyalah air. 
      Perintah Yesus mengajarkan kita bahwa ketaatan kepada Tuhan sering kali melibatkan usaha dan keberanian. Kita mungkin tidak selalu memahami alasan di balik perintah-Nya, tetapi ketika kita melangkah dengan iman, Tuhan bekerja melalui tindakan sederhana kita. 
    3. Sikap dan Aksi Para Pelayan 
      Para pelayan memberikan teladan luar biasa tentang ketaatan. Mereka tidak mempertanyakan atau menunda-nunda perintah Yesus. Meskipun mereka tidak memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi, mereka taat dan melaksanakan perintah dengan setia. 
      Sikap para pelayan ini mengingatkan kita bahwa iman sejati adalah tentang melakukan kehendak Tuhan, bahkan ketika kita tidak sepenuhnya mengerti rencana-Nya. Ketaatan mereka membuka jalan bagi mukjizat yang tidak hanya memuaskan kebutuhan pesta, tetapi juga menyatakan kemuliaan Yesus sebagai Anak Allah. 
    4. Mukjizat yang Kita Alami Ketika Taat pada Sabda Tuhan 
      Mukjizat di Kana bukan hanya tentang air yang berubah menjadi anggur, tetapi juga tentang transformasi yang terjadi ketika kita taat kepada Tuhan. Dalam kehidupan kita, ada banyak “tempayan kosong” yang membutuhkan campur tangan Allah: 
      Tempayan hati yang kosong: Ketika kita taat kepada Tuhan, Ia memenuhi hati kita dengan sukacita, damai, dan pengharapan. Tempayan hubungan yang retak: Tuhan mampu memulihkan hubungan yang rusak ketika kita mendengarkan dan melaksanakan sabda-Nya. 
      Tempayan hidup yang kehilangan arah: Dalam ketaatan kepada Tuhan, kita menemukan tujuan dan panggilan hidup yang sejati. 
      Paus Benediktus XVI berkata, “Mukjizat Yesus di Kana adalah tanda kasih Allah yang melimpah. Kasih-Nya tidak hanya mencukupi, tetapi juga meluap, membawa sukacita yang melampaui harapan manusia.”  
    5. Panggilan untuk Menjadi Pelayan yang Taat 
      Pesan Maria kepada para pelayan adalah undangan bagi kita semua: “Apa yang Ia katakan kepadamu, buatlah.” Dalam kehidupan sehari-hari, Tuhan berbicara kepada kita melalui sabda-Nya, doa, dan suara hati. Kita dipanggil untuk mendengarkan dan melaksanakan kehendak-Nya dengan setia. 
      Sebagai pelayan Tuhan, kita diajak untuk: 
      Peka terhadap kebutuhan sesama: Seperti Maria, kita diajak untuk peduli terhadap mereka yang membutuhkan.
      Berani melangkah dalam iman: Seperti para pelayan di Kana, kita dipanggil untuk melaksanakan kehendak Tuhan meskipun kita tidak sepenuhnya mengerti.
       Percaya pada kuasa Tuhan: Seperti Maria, kita dipanggil untuk percaya bahwa Tuhan mampu melakukan hal-hal yang melampaui pemahaman kita.

    Penutup: Menjadi Bagian dari Mukjizat Tuhan

    Saudara-saudari terkasih, mukjizat di Kana mengajarkan kita bahwa Tuhan bekerja melalui ketaatan dan iman kita. Ketika kita taat kepada sabda Tuhan, kita membuka diri untuk karya-Nya yang luar biasa dalam hidup kita.

    Mari kita, seperti Maria, para pelayan, dan semua yang hadir di Kana, percaya kepada Yesus dan melaksanakan apa yang Ia katakan kepada kita. Dengan demikian, kita akan melihat bahwa mukjizat Tuhan tidak hanya terjadi di masa lalu, tetapi juga dalam hidup kita hari ini. Amin.

    Mgr. Kornelius Sipayung

    12 Januari 2025 - Pesta Pembaptisan Tuhan

    Minggu 12 Januari 2025 - Pesta Pembaptisan Tuhan

    Bacaan I : Yes. 40:1-5,9-11
    Bacaan II : Tit. 2:11-14; 3:4-7 
    Bacaan Injil : Lukas. 3:15-16,21-22

    "Ia Akan Membaptis Kamu dengan Roh Kudus dan dengan Api"

    Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan.

    Hari ini kita merenungkan kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus dalam Injil. Yohanes berkata, “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang… Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” Pernyataan ini bukan hanya pengakuan tentang siapa Yesus, tetapi juga pewartaan tentang misi dan kuasa-Nya untuk mengubah hidup manusia.

    Dalam pernyataan Yohanes ini, kita menemukan tiga aspek penting yang dapat kita renungkan: siapa Yesus, apa artinya baptisan dengan Roh Kudus dan api, serta bagaimana kita sebagai murid Kristus dipanggil untuk hidup dalam kuasa Roh Kudus.

     

    1. Yesus: Sang Pembaptis dengan Roh Kudus dan Api
      Yohanes Pembaptis mengakui bahwa Yesus adalah Dia yang lebih besar dan lebih berkuasa. Yohanes hanya membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Yesus datang untuk membawa pembaptisan yang lebih mendalam, yaitu dengan Roh Kudus dan api. Ini adalah pembaptisan yang tidak hanya membersihkan dosa, tetapi juga memperbarui hati, menguduskan hidup, dan memberikan kekuatan ilahi.
      Yesus, sebagai Sang Mesias, adalah Dia yang menggenapi janji Allah untuk mencurahkan Roh Kudus kepada umat-Nya. Dalam Perjanjian Lama, para nabi seperti Yesaya dan Yehezkiel berbicara tentang Roh Kudus sebagai kuasa yang membarui hati dan membawa manusia lebih dekat kepada Allah. Dalam diri Yesus, janji ini menjadi nyata.
      Paus Fransiskus dalam salah satu homilinya menegaskan, “Roh Kudus adalah nafas kehidupan baru yang diberikan Yesus kepada umat-Nya. Roh Kudus tidak hanya membimbing, tetapi juga menyalakan api kasih dalam hati kita.” 
    2. Baptisan dengan Roh Kudus dan Api: Pembaruan Total
      Apa artinya dibaptis dengan Roh Kudus dan api?
      Roh Kudus: Baptisan dengan Roh Kudus adalah pengalaman menerima kehidupan baru dari Allah. Roh Kudus adalah kuasa yang mengubah hati kita, membantu kita memahami sabda Tuhan, dan memampukan kita untuk hidup sebagai murid Kristus. Roh Kudus membawa damai, sukacita, dan pengharapan.
      Api: Api dalam Kitab Suci sering kali melambangkan penyucian, kekudusan, dan semangat. Baptisan dengan api berarti bahwa hidup kita dimurnikan dari dosa, dibersihkan dari segala yang menghalangi kasih Allah, dan dinyalakan dengan semangat untuk melayani Tuhan dan sesama.
      Baptisan dengan Roh Kudus dan api bukan hanya sebuah simbol, tetapi sebuah pengalaman transformasi total yang membuat kita hidup dalam kasih dan kebenaran Allah. 
    3. Hidup dalam Kuasa Roh Kudus
      Sebagai orang yang telah dibaptis, kita telah menerima Roh Kudus dalam hidup kita. Namun, panggilan kita tidak berhenti di sana. Kita dipanggil untuk hidup setiap hari dalam kuasa Roh Kudus:
      Dalam doa: Roh Kudus adalah penolong kita dalam doa. Ia membantu kita untuk berkomunikasi dengan Allah dan memahami kehendak-Nya.
      Dalam tindakan: Roh Kudus memampukan kita untuk mencintai tanpa batas, mengampuni dengan tulus, dan melayani dengan rendah hati.
      Dalam kesaksian: Kita dipanggil untuk menjadi saksi kasih Kristus di dunia. Seperti Yohanes Pembaptis, kita harus berani menunjukkan kepada dunia bahwa Yesus adalah Tuhan. Paus Yohanes Paulus II pernah berkata, “Roh Kudus adalah jiwa dari misi Gereja. Tanpa Roh Kudus, semua usaha kita akan sia-sia. Dengan Roh Kudus, kita menjadi saksi yang hidup bagi Injil.” 
    4. Tantangan untuk Hidup dalam Kuasa Roh Kudus
      Dalam dunia yang sering kali terjebak dalam dosa, ketidakadilan, dan ketidakpedulian, kita dipanggil untuk menjadi pembawa Roh Kudus. Tetapi, ini bukan tugas yang mudah. Dibutuhkan keberanian, ketekunan, dan kasih yang besar untuk hidup sebagai saksi Kristus.
      Baptisan dengan Roh Kudus dan api mengingatkan kita bahwa kita tidak pernah sendiri. Roh Kudus adalah kekuatan ilahi yang memampukan kita untuk menghadapi tantangan dunia dengan sukacita dan pengharapan.
      Penutup: Menjadi Saksi Yesus dengan Roh Kudus dan Api
      Saudara-saudari terkasih, kesaksian Yohanes Pembaptis mengingatkan kita bahwa Yesus adalah Sang Pembaptis dengan Roh Kudus dan api. Dalam Dia, kita menerima hidup baru yang penuh kasih, kekuatan, dan pengharapan.
      Marilah kita membuka hati kita untuk menerima Roh Kudus setiap hari, membiarkan api-Nya menyala dalam hati kita, dan menjadi saksi kasih Allah di dunia ini. Dengan demikian, hidup kita akan menjadi tanda nyata dari kehadiran Tuhan yang membawa pembaruan dan keselamatan. Amin.

    Mgr. Kornelius Sipayung

     

    Warta Kuria KAM (Januari-Februari 2025)

    26 Januari 2025

    Persiapan yang benar-benar matang membawa umat paroki Santo Fidelis Dolok Sanggul kepada puncak sukacita dalam perayaan dedikasi Gereja pada Minggu, 26 Januari 2025. Untuk merayakan sukacita ini, biarawan-biarawati dan Imam asal paroki Santo Fidelis Dolok Sanggul mengadakan reuni pada malam sebelumnya. Diketuai oleh RP. Ivo Andreas Simanullang, reuni ini sungguh meneguhkan para imam dan pengkaul hidup bakti yang banyak memberikan sumbangan doa bagi pembangunan gereja ini.

    Perayaan Ekaristi dedicatio diawali dengan penyambutan Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap, Uskup Keuskupan Agung Medan bersama rombongan yang ditandai dengan pengalungan bunga dan tari-tarian. Bersama ribuan umat yang hadir, Bapa Uskup sebagai selebran utama, memanjatkan syukur yang agung kepada Allah atas karyaNya yang tampak dalam kerja sama semua umat yang bahu-membahu menyelesaikan bangunan gereja megah yang menjadi tempat memanjatkan doa dan juga sebagai ikon pariwisata rohani di kota Doloksanggul.

    “Kita patut berbangga atas bangunan gereja ini, tetapi kita isi dengan kerendahan hati tulus demi kemuliaan Allah,” demikian Bapa Uskup mengungkapkan syukur umat Allah dalam homilinya yang dibawakan dengan bersemangat. Kehadiran Bapa Uskup hingga acara selesai sungguh menyemangati umat untuk meneruskan tahapan pembangunan selanjutnya.

    29 Januari 2025

    Gong xi fa cai!. Ucapan bahagia dan harapan memperoleh keberuntungan besar ini diucapkan oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap, ketika memimpin perayaan Ekaristi Syukur atas Tahun Baru Imlek di gereja Kristus Raja, Medan pada 29 Januari 2025 didampingi oleh sejumlah Imam konselebran.

    Dekorasi yang memadukan unsur liturgi dan tradisi Tionghoa menghidupkan suasana gereja yang dari dirinya sendiri menyampaikan syukur umat yang sedang bergembira. “Tahun baru Imlek adalah saat untuk merenungkan perjalanan hidup, bersyukur atas berkat yang telah kita terima dan melangkah dengan iman yang teguh.

    Tahun Ular Kayu dan Yubileum pengharapan mengajak umat dengan bijaksana memilih jalan hidup yang benar dalam iman yang teguh.” Melalui homili ini Bapa Uskup mengajak kita untuk menjalani tahun baru ini dengan hati penuh syukur, jiwa yang diperbarui dalam kasih dan semangat yang tak tergoyahkan dalam pengharapan. Gong Xi Fa Cai!

    31 Januari 2025

    Kebesaran Allah dalam diri orang kudusnya, Santo Yohanes Bosco dirayakan bersama para pendidik, tenaga kependidikan, siswa-siswi dan organ YPK Don Bosco KAM dalam perayaan Ekaristi kudus yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Agung Medan, Mgr.Kornelius Sipayung didampingi oleh puluhan Imam sebagai konselebran. Bertempat di gedung MICC, Jl. Gagak Hitam 7 Medan, puncak pentas seni dan budaya yang dihadiri oleh ribuan hadirin, menyemarakkan seluruh rangkaian acara syukur ini.

    Dalam homilinya, Bapa Uskup menggarisbawahi bahwa misi pendidikan bukan hanya mempersiapkan murid untuk sukses secara akademik, tetapi juga membentuk mereka menjadi pribadi yang bertanggung jawab, kokoh dan berkarakter katolik. YPK Don Bosco bertanggung jawab menempa calon-calon pemimpin yang beriman militan dan unggul dalam kasih. Diingatkan kembali ajaran Don Bosco bahwa pendidikan yang hanya mengejar prestasi tanpa kasih akan menghasilkan generasi yang cerdas tetapi egois demi kepentingan diri sendiri. Para pendidik dan tenaga kependidikan bekerja sambil mentransfer ilmu, berjuang menanamkan kebijaksanaan hati yang penuh kasih. Selamat berpesta.

    1 Februari 2025
    Sebagai Ketua Pembina, Uskup Agung Medan hadir dalam rapat Tri Organ Yayasan Pendidikan Katolik Santo Yoseph Medan, Pematangsiantar, pada 1 Februari 2025. Rapat ini membahas laporan dan kinerja pekerjaan yayasan selama satu semester. Bapa Uskup mengapresiasi pekerjaan pengurus yayasan dan sekaligus juga mengajak mereka untuk berpikir bagaimana untuk meningkatkan mutu sekolah ini menjadi sekolah unggul. Diharapkan supaya di setiap jenjang pendidikan tampak keunggulan dan kekhasan dari Yayasan Santo Yoseph.
    2 Februari 2025
    Pada tanggal 2 Februari 2025, umat Katolik Paroki Santo Laurentius Jl. Sibolga Pematangsiantar bersyukur dalam perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Bapa Uskup Agung Medan dalam rangka pemberkatan Pastoran dan Aula Paroki. Pemberkatan ini benar-benar istimewa karena diadakan pada Hari Raya Yesus Dipersembahkan di Bait Allah. Ditempati oleh para saudara Kapusin sebagai komunitas religius, pastoran ini lebih dari pada sekadar bangunan fisik, menjadi rumah persaudaraan, tempat doa, tempat melayani dan tempat pertumbuhan iman bagi umat Allah. Selamat melayani!
    Selamat Ulang Tahun Episkopal Bapa Uskup!”. Ucapan ini memenuhi suasana perayaan syukur atas tahbisan Episkopal Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap yang ke-6 di Residen Uskup. Perayaan sederhana ini diawali dengan ibadat singkat kemudian dilanjutkan dengan kata-kata sambutan, pemotongan kue dan penyerahan manuk na binatur kepada Bapa Uskup. Kesederhanaan pesta ini justru membawa para hadirin kepada kuasa Roh Kudus yang memenuhi Bapa Uskup dalam menggembalakan umat Keuskupan Agung Medan
    3 Februari 2025

    Para Imam membutuhkan formasi dan pembinaan yang berkelanjutan. Pada 3 Februari 2025, tim OGF Diosesan regio Sumatera beraudiensi kepada Bapa Uskup Agung Medan di Gedung Catholic Center Medan. Panitia berdiskusi dengan Bapa Uskup mengenai kegiatan bina lanjut Imam Diosesan usia tahbisan 11 – 20 tahun yang akan dilaksanakan di Catholic Center (CC) PPU Pematangsiantar pada tanggal 17 hingga 21 Maret 2025. Direncanakan akan hadir 82 Imam dari enam keuskupan. Bapa uskup akan tampil sebagai narasumber dalam kegiatan bina lanjut ini.

    3 Februari 2025

    Untuk mematangkan rencana pendirian paroki baru di wilayah Tanjung Morawa, pada 3 Februari 2025, bersama RD. Parulian Sihombing, Panitia Inagurasi Paroki Tanjung Morawa menemui Bapa Uskup untuk memastikan pusat paroki baru yang akan diinagurasikan pada 16 Februari 2025. Meskipun pembahasan mengenai tempat definitif belum final, inaugurasi akan tetap dilaksanakan. Pada kesempatan ini Bapa Uskup memberikan masukan-masukan penting bagi rencana ke depan.

    3 Februari 2025

    Hari Hidup Bakti di KAM dirayakan pada Senin, 3 Februari 2025, yang seyogianya jatuh pada 2 Februari 2025. Bapa Uskup dalam homilinya yang diambil dari kisah Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah, menggarisbawahi bahwa makna perayaan ini sebagai momen istimewa untuk mempersembahkan diri kembali kepada Tuhan dalam semangat pelayanan dan pengabdian.

    Para pengkaul hidup bakti menjadi sebuah kesaksian nyata bahwa “hidup kita adalah peziarahan dalam pengharapan. Hidup tidak selalu indah, ada tantangan, ada kelelahan. Namun seperti Simeon, kita tetap menantikan dengan sabar penggenapan janji Tuhan dengan mata iman. Kita dipanggil untuk menjadi terang di tempat kita diutus, terang itu bisa dinyatakan dalam doa yang mendalam, kesaksian hidup yang autentik, pelayanan yang penuh kasih bagi mereka yang terpinggirkan, terutama bagi mereka yang terancam pengharapannya. Semoga semakin setia dan mendalam.“

    5 Februari 2025

    Tanggal 5 Februari 2025, Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Suster Santo Yosep (KSSY) yang baru terpilih dalam Kapitel ketujuh November 2024 lalu, mengadakan audiensi resmi kepada Bapa Uskup Agung Medan di Gedung Catholic Center Medan. Pada kesempatan ini para suster mengajukan program kerja yang akan dilaksanakan dalam periode empat tahun ke depan. Program ini merupakan penjabaran dari tema kapitel, Bersama Bertransformasi Sebagai Citra Allah. Bapa Uskup menegaskan kembali agar tema ini sungguh-sungguh menjadi spirit dari setiap program yang telah disusun dengan baik. Kebersamaan dalam hidup komunitas, doa dan karya harus menjadi perjuangan utama kongregasi. Sebagai bapa, Uskup menyemangati para suster untuk selalu berbuat yang terbaik dan memberi yang terbaik kepada keuskupan.

    5 Februari 2025
    Rektor, staf dan guru Seminari Menengah Christus Sacerdos (SMCS) Pematangsiantar mengunjungi Bapa Uskup di tempat kerjanya di Gedung Catholic Center Medan pada 5 Februari 2025. Dibicarakan secara khusus dalam audiensi ini ialah persiapan Yubileum 75 tahun SMCS. Jenis-jenis kegiatan yang telah disusun dan proposal biaya mendapat persetujuan dari Bapa Uskup. Sebagai bentuk dukungan dan penyemangatan kepada para staf seminari, Bapa Uskup memberikan tambahan biaya untuk kegiatan ziarah para guru dan staf seminari.
    6 Februari 2025
    Panitia Pembangunan Pastoran Binjai beraudiensi dengan Bapa Uskup pada 6 Februari 2025 di Catholic Center. Panitia mempresentasikan kepada Bapa Uskup, rencana yang akan dijalankan oleh Paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai, antara lain pembangunan gedung pastoran, sekretariat paroki dan aula multifungsi. Lokasi pastoran yang jauh dari gedung gereja, rumah pastor yang sering banjir dan tidak higienis dari sudut tata ruang adalah beberapa alasan mendasar yang diajukan oleh panitia untuk membangun gedung pastoran baru yang dekat dengan Gereja. Uskup mendukung inisiatif panitia dan memberikan masukan yang perlu dijalankan.
    6 Februari 2025

    Didampingi oleh Vikep Samosir, RP. Yanuarius Berek SVD, kepala sekolah dan staf SMAK Negeri Tarabunga Samosir mengadakan audiensi kepada Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap, pada 6 Februari 2025. Sesuai dengan nota kesepahaman yang telah ditandatangani oleh pihak KAM dan Dirjen Bimas Katolik mengenai tenaga pembina Asrama Putera dan Puteri Mawar Kasih Tarabunga, tampil sebagai juru bicara, kepala sekolah meminta agar pihak keuskupan mengutus dua biarawati dan satu biarawan sebagai tenaga pembina di asrama.

    Di samping itu mereka juga memohon kesediaan Bapa Uskup untuk menulis surat rekomendasi kepada para pastor paroki untuk mendukung SMAK Negeri agar mendapatkan calon siswa-siswi untuk tahun ajaran baru. Bapa Uskup berjanji akan menyediakan sesegera mungkin tenaga yang dibutuhkan. Dukungan untuk mendapatkan murid baru yang berkualitas akan diberikan dalam bentuk surat rekomendasi. Semoga SMAKN Tarabunga menjadi sekolah andalan.
    8 Februari 2025

    Sukacita umat Keuskupan Agung Medan, secara khusus umat Paroki Santo Petrus dan Paulus Kabanjahe, meluap dalam perayaan penahbisan 4 Imam baru pada 8 Februari 2025. Ribuan umat memenuhi tempat perayaan di Paroki SPP Kabanjahe, turut berdoa untuk penahbisan 3 Diakon Kapusin Medan dan 1 Diakon Diosesan. Cuaca yang cerah turut menampakkan sukacita alam ciptaan dalam menyediakan dirinya sebagai momen terbaik bagi perayaan Ekaristi Tahbisan Imam yang dipimpin oleh Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap.

    Berdasarkan injil Yohanes tentang gembala yang baik, Bapa Uskup menggarisbawahi bahwa Imam harus memiliki 4 kualifikasi. Imam adalah pribadi yang rela berkorban; Imam mengenal dan mengasihi domba-dombanya; Imam melindungi umat dari bahaya; dan Imam menjadi kekuatan dalam keputusasaan. Kita berdoa agar para Imam selalu mengandalkan Tuhan dan menimba kekuatan dari Tuhan.

    11 Februari 2025
    Tanggal 11 Februari 2025, diwakili oleh RD. Benno Ola Tage, Keuskupan Agung Medan menghadiri undangan Wali Kota Medan dalam acara Thaipusam Medan Street Festival 2025 yang diselenggarakan di Kuil Sree Soepramaniem Nagarattar, Medan. Keuskupan Agung Medan selalu menunjukkan dukungannya terhadap setiap kegiatan yang bertujuan untuk menjalin keakraban ekumenis melalui kehadirannya.
    14 Februari 2025

    Kerinduan Bapa Uskup untuk memiliki tempat ziarah rohani di wilayah Keuskupan Agung Medan semakin terwujud dengan peletakan batu pertama pembangunan Taman Wisata Rohani Belas Kasih Urung Ompung Dolok di Nagapane pada 14 Februari 2025. Acara ini diawali dengan perayaan Ekaristi mengenang 31 tahun wafatnya Ompung Dolok di Gereja St. Padre Pio, dilanjutkan dengan ziarah ke makam Ompung Dolok. Setelah itu rombongan khusus Bapa Uskup dan para penderma berangkat menuju lokasi peletakan batu pertama. Pada kesempatan ini juga diadakan penanaman pohon sebagai tanda bahwa lokasi taman wisata ini merupakan tempat untuk pelestarian alam, spirit dari ensiklik Laudato Si' dari Paus Fransiskus.

    “Dengan rendah hati kami mohon pandanglah hamba-hambamu ini yang akan melaksanakan pembangunan Taman Wisata Rohani Belas Kasih Urung Opung Dolok di tempat ini. Maka kami mohon berkatilah batu-batu ini yang menjadi dasar bangunan ini. Berkatilah juga seluruh lokasi pembangunan ini dan para hambaMu yang terlibat dalam pembangunan ini. Kami meletakkan batu pertama ini, dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus Amin.” Semoga doa yang diucapkan oleh Bapa Uskup ini menjadi doa kita semua.

    16 Februari 2025

    Ribuan umat sangat antusias merayakan imannya bersama Bapa Uskup Agung Medan yang memimpin perayaan Ekaristi di halaman Gereja St. Petrus Tanjung Morawa pada 16 Februari 2025 dalam rangka Inaugurasi Paroki St. Ignatius Loyola Medan Tamora sebagai paroki baru. Paroki baru yang memiliki 10 stasi ini digembalakan oleh RD. Parulian Susanto Sihombing yang dilantik oleh Uskup pada hari itu juga. Ketika melantik Dewan Pastoral Paroki Harian yang masa baktinya hanya satu tahun, 2025-2026, Bapa Uskup meminta mereka menyatakan janji setianya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada mereka. Semoga paroki baru yang sangat potensial baik dari segi iman, SDM maupun finansial ini, cepat bertumbuh menjadi gereja yang Kudus, Katolik dan Apostolik.

    Sampai jumpa dalam aktualita KAM selanjutnya.

    RP. Adrianus Sembiring OFMCap
    Kanselarius Keuskupan Agung Medan

    Proficiat Mgr. Bernardus Bofitwos Baru OSA – Uskup Timika

    0
    Selamat atas terpilihnya Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA sebagai Uskup Keuskupan Timika.

    Semoga Roh Kudus senantiasa membimbing Bapa Uskup dalam setiap langkah pelayanan, memberikan kekuatan, kebijaksanaan, dan kasih yang melimpah untuk menggembalakan umat dengan hati yang tulus.

    Kami berdoa agar Allah senantiasa menjaga dan memberkati setiap karya yang akan dilakukan demi kemuliaan-Nya dan kesejahteraan Gereja.
    Selamat menjalankan tugas suci ini dan semoga menjadi berkat bagi banyak orang. Amin.

    Proficiat.

     

    Selamat Ulang Tahun Kanselarius KAM – RP. Adrianus Sembiring OFMCap

    Selamat Ulang Tahun ke-51, Pastor Kanselarius KAM, RP. Adrianus Sembiring OFMCap. Semoga Tuhan terus memberkati hidup dan pelayanan pastor.

    Semoga kasih, hikmat, dan damai Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup pastor, serta menjadikan pastor semakin kuat dalam iman dan kasih kepada sesama. 🙏🏻🎉🥳

    Surat Gembala Prapaskah 2025

    Surat KAM No: 141/P/KA/III/’25

    Saudara-saudariku terkasih dalam Kristus, umat Keuskupan Agung Medan,
    Salam damai dan berkat dalam Tuhan kita Yesus Kristus!
    Kita kembali memasuki masa suci Pra-Paskah, waktu yang penuh rahmat di mana kita diajak untuk merenungkan makna pertobatan, pembaruan hidup, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Tahun ini, perjalanan iman kita semakin diperkaya dengan dua tema besar yang menyentuh hidup Gereja: Fokus Pastoral Keuskupan Agung Medan: “Umat Allah yang Bermisi” dan Tahun Yubileum 2025, “Tahun Pengharapan dan Pemulihan” yang dianugerahkan kepada Gereja universal oleh Paus Fransiskus. Dua momentum ini memberikan kita kesempatan untuk semakin mendalami panggilan sebagai murid-murid Kristus yang diutus dan mengalami kasih karunia Allah yang membarui.

    1. Umat Allah yang Bermisi: Hidup dalam Perutusan Gereja

    Sejak pembaptisan, kita semua dipanggil untuk menjadi bagian dari umat Allah yang bermisi, yakni Gereja yang hidup dan bertumbuh dalam perutusan Yesus Kristus. Misi bukan hanya milik para imam, biarawan-biarawati, atau mereka yang secara khusus diutus untuk berkarya di tanah misi, tetapi adalah tugas dan tanggung jawab setiap orang beriman. Dalam terang Yubileum ini, kita diundang untuk semakin menyadari dan menghidupi panggilan kita sebagai pewarta kasih dan kebenaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

    Paus Fransiskus dalam bulla Spes Non Confundit menegaskan bahwa pengharapan sejati bersumber dari kesetiaan Tuhan yang terus membimbing umat-Nya. Oleh karena itu, kita diajak untuk menjadi tanda pengharapan bagi dunia, baik dalam keluarga, komunitas, maupun dalam kehidupan sosial dan profesional kita. Kita bermisi dengan:

    • Kesaksian Hidup: Menjalani hidup dengan kejujuran, kasih, dan kepedulian terhadap sesama.
    • Karya Pelayanan: Melibatkan diri dalam pelayanan Gereja dan sosial, menjadi tangan kasih Tuhan bagi mereka yang kecil dan tersingkir.
    • Perutusan dalam Keberagaman: Di tengah konteks multikultural Keuskupan Agung Medan, kita dipanggil untuk membangun dialog yang harmonis dengan sesama, mempererat persaudaraan, dan menjadi jembatan kasih bagi semua orang.
    2. Tahun Yubileum 2025: Pengharapan, Pemulihan, dan Rahmat Indulgensi

    Penuh Tahun Yubileum adalah masa istimewa dalam kehidupan Gereja, di mana Allah membuka pintu rahmat-Nya secara lebih luas bagi umat beriman. Tema Pengharapan dan Pemulihan yang diangkat dalam Yubileum ini mengingatkan kita bahwa Allah adalah sumber penghiburan dan pemulihan bagi dunia yang terluka.

    Sebagai bagian dari perayaan Yubileum, umat beriman diberikan kesempatan untuk memperoleh Indulgensi Penuh, yaitu pengampunan dari hukuman sementara akibat dosa-dosa yang telah diampuni. Ini adalah anugerah besar dari Gereja, yang mendorong kita untuk semakin mendekat kepada Tuhan dalam pertobatan dan pembaruan hidup.

    Untuk memperoleh Indulgensi Penuh, umat diajak untuk:

    1. Melakukan pengakuan dosa secara sakramental dengan penuh kesadaran akan belas kasih Allah.
    2. Mengikuti Perayaan Ekaristi dan menerima Komuni Kudus dengan hati yang bersih.
    3. Mendoakan intensi-intensi Bapa Suci, sebagai tanda persatuan kita dengan Gereja universal.
    4. Melakukan tindakan belas kasih, seperti mengunjungi orang sakit, membantu kaum miskin, atau menghidupi kasih dalam keseharian.
    5. Mengunjungi Gereja Katedral atau gereja-gereja tertentu yang ditunjuk sebagai tempat ziarah Yubileum, sebagai tanda perjalanan rohani kita menuju Allah.

    Tahun Yubileum ini mengajak kita untuk memperbarui hidup rohani kita, agar kita menjadi umat yang lebih berakar dalam iman dan semakin bersemangat dalam bermisi.

    3. Masa Pra-Paskah: Waktu untuk Bertobat dan Berubah

    Masa Pra-Paskah selalu menjadi waktu istimewa bagi kita untuk kembali kepada Tuhan dengan hati yang penuh pertobatan. Tiga pilar utama yang menjadi panduan kita dalam masa ini adalah:

    • Puasa: Bukan sekadar menahan diri dari makanan atau hal-hal duniawi, tetapi juga membangun kedisiplinan spiritual dan solidaritas dengan mereka yang berkekurangan. 
    • Doa: Menyediakan waktu untuk berkomunikasi lebih dalam dengan Tuhan, baik melalui doa pribadi, doa komunitas, maupun adorasi Ekaristi. 
    • Amal Kasih: Mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, dengan tindakan nyata yang mencerminkan kasih Kristus. 

    Melalui pertobatan yang sejati, kita membuka diri kepada rahmat Allah yang memulihkan dan memperbarui hidup kita.

    4. Tantangan dan Panggilan dalam Zaman Ini

    Sebagai umat Allah yang bermisi, kita tidak terlepas dari tantangan zaman yang semakin kompleks. Globalisasi, materialisme, dan sekularisme sering kali menggoda kita untuk kehilangan arah dan meninggalkan nilai-nilai iman kita. Namun, justru dalam situasi inilah kita dipanggil untuk semakin teguh dalam iman, berani bersaksi tentang kasih Allah, dan menjadi pembawa harapan bagi sesama.

    Saya mengajak seluruh umat Keuskupan Agung Medan untuk:

    • Menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat dengan hidup yang mencerminkan nilai-nilai Injili. 
    • Mengutamakan persaudaraan dan rekonsiliasi di tengah keberagaman budaya dan agama. 
    • Membangun Gereja yang hidup dan dinamis dengan semangat pelayanan yang tulus.

    Saudara-saudariku terkasih, marilah kita bersama-sama menjalani masa Pra-Paskah ini dengan penuh kesadaran akan panggilan kita sebagai umat Allah yang bermisi. Kita melangkah dengan keyakinan bahwa pengharapan dalam Kristus tidak pernah mengecewakan, seperti yang tertulis dalam Roma 5:5: "Pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita".

    Semoga perayaan Paskah nanti membawa pembaruan bagi setiap hati, keluarga, dan komunitas kita. Dalam Kristus, kita menemukan pengharapan sejati yang membebaskan dan memulihkan. Semoga Tuhan memberkati perjalanan rohani kita dan menjadikan kita sungguh sebagai umat Allah yang bermisi.
    Semoga perayaan Paskah nanti membawa pembaruan bagi setiap hati, keluarga, dan komunitas kita. Dalam Kristus, kita menemukan pengharapan sejati yang membebaskan dan memulihkan. Semoga Tuhan memberkati perjalanan rohani kita dan menjadikan kita sungguh sebagai umat Allah yang bermisi.


    Diberkati dalam Kristus
    Deus Meus et Omnia,
    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap
    Uskup KeuskupanAgung Medan



    Surat Gembala Prapaskah 2025 KAM : Unduh

    Panduan untuk Umat KAM pada Tahun Yubileum 2025

    0

    Pada tahun 2025, Gereja Universal merayakan Yubileum atau Tahun Suci yang telah ditetapkan oleh Paus Fransiskus pada 09 Mei 2024 melalui bulla Spes non Confundit (Harapan tidak Mengecewakan). Pada tahun 2025 ini Gereja KAM juga sedang menjalankan program-program dari Fokus Pastoral KAM 2025, yaitu Umat Katolik yang Bermisi. Tentu dalam pelaksanaannya kedua hal ini dapat dipadukan dalam semangat dan tujuan yang sama. Keduanya saling terkait. Nyatanya, dalam Bulla penetapan Yubileum Tahun 2025 Paus Fransiskus menyinggung pentingnya pada Tahun Yubileum umat Katolik bermisi dalam berbagai aspek hidup menggereja. Misi dari Tahun Yubileum dan Fokus Pastoral bermuara pada penguatan iman, rekonsiliasi dan pengampunan, peningkatan solidaritas dan kasih sayang serta peziarahan. dengan pemulihan relasi dengan Allah lewat kegiatan-kegiatan yang semakin menguatkan iman seperti penerimaan sakramen-sakramen, sakramentali, devosi, ziarah dan ulah kesalehan lainnya.

    Buku Panduan Umat KAM : Unduh
    Daftar isi Buku Panduan Umat KAM:
    • Jadwal Penyelenggaraan Yubileum di Vatikan
    • Susunan Panitia
    • Keterangan Logo
    • Luce: Maskot Yubileum 2025
    • Doa Tahun Yubileum 2025
    • Intensi Doa Paus Fransiskus Sepanjang Tahun Yubileum
    • Rute Peziarahan
    • Hymne Yubileum 2025
    • Peziarah Pengharapan 
    • Ibadat Pemberagkatan Peziarah
    • Ibadat Lingkungan Tahun Yubileum 2025
    • Ibadat Tobat Tahun Yubileum 2025
    • Ibadat Adorasi Tahun Yubileum 2025
    • TPE Tahun Yubileum 2025


    Tempat Ziarah Yubileum 2025 Keuskupan Agung Medan (Rute Peziarahan)

    1. Vikariat Aek Kanopan
    • Jalur Labuhan Batu - Medan :
    Gereja Paroki - Gua Maria Rantau Parapat - Gua Maria Cinta Damai - Graha Maria Annai Velangkani - Katedral - Catholic Center (Menginap)

    • Jalur Labuhan Batu-Siantar-Berastagi-Medan :
    Gereja Paroki - Gua Maria Rantau Parapat-Gereja Paroki St. Joseph Jln. Bali- Gereja Paroki St. Laurensius Jln. Sibolga- Makam Para Pastor, Biara Alverna, Bitora, STSP (Sinaksak) - Makam Oppung Dolok Simpang Haranggaol - Gereja Paroki Berastagi- Biara St. Clara Sikeben- Panti Asuhan Betlehem Bandar Baru - Gua Maria Namo Pencawir- Graha Maria Annai Velangkanni- Katedral -Catholic Center (Menginap)

    2. Vikariat Dolok Sanggul
    • Jalur Tapanuli - Siantar - Medan :
    Gereja Paroki - Gereja Paroki Lintongnihuta - Gereja Paroki Balige - Biara Kapusin Parapat - Gereja Yubileum 2000 Pondok Bulu - Gereja Paroki Jln. Bali - Gereja Paroki Jln. Sibolga - Makam Para Pastor, biara Alverna, Bitora, STSP (Sinaksak) - Graha Maria Annai Velangkanni - Katedral - Catholic Center (Menginap)

    • Jalur Tapanuli - Berastagi - Medan :
    GerejaParoki - Gereja Paroki Sumbul - Makam Misionaris Kapusin SPP Kabanjahe - Gereja Paroki Berastagi - Panti Asuhan Bandar Baru - Biara St. Clara Sikeben - Gua Maria Namo Pencawir - SLB Tuntungan - Graha Maria Annai Velangkanni - Katedral - Catholic Center (Menginap)

    3. Vikariat Sidikalang
    • Jalur Sidikalang - Siantar - Medan :
    Gereja Paroki- Gereja Paroki Sumbul- Makam Oppung Dolok Simpang Haranggaol - Gereja Paroki Jln. Bali-Gereja Paroki Jln. Sibolga - Makam Para Pastor, biara Alverna, Bitora, STSP (Sinaksak) - Graha Maria Annai Velangkanni - Katedral - Catholic Center (Menginap)

    • Jalur Sidikalang – Berastagi – Medan :
    Gereja Paroki - Gereja Paroki Sumbul - Makam Misionaris Kapusin SPP Kabanjahe - Gereja Paroki Berastagi - Panti Asuhan Betlehem Bandar Baru - Biara Sikeben - Gua Maria Namo Pencawir - Panti Asuhan SLB Tuntungan - Graha Maria Annai Velangkanni – Katedral- Catholic Center (Menginap)

    4. Vikariat Pematang Siantar

    • Jalur Siantar - Medan :
    Gereja Paroki- Gereja Paroki Jln. Bali - Gereja Paroki Jln. Sibolga- Makam Para Pastor - Biara Alverna, Bitora, STSP (Sinaksak) - Graha Maria Annai Velangkanni- Katedral - Catholic Center (Menginap)
    • Jalur Siantar – Berastagi - Medan :
    Gereja Paroki- Gereja Paroki Jln. Bali - Gereja Paroki Jln. Sibolga - Makam Oppung Dolok Simpang Haranggaol - makam Misonaris Kapusin SPP Kabanjahe - Gereja Paroki Berastagi- Panti Asuhan Betlehem – Graha Maria Annai Velangkanni - Katedral - Catholic Center (Menginap).

    5. Vikariat Pangururan
    • Jalur Samosir – Berastagi – Medan :
    Gereja Paroki - Gereja Paroki Pangururan - Gereja Paroki Sumbul - makam Pastor Misionaris di SPP Kabanjahe - Gereja Paroki Berastagi - Biara St. Clara Sikeben - Panti Asuhan Betlehem Bandar Baru - Gua Maria Namo Pecawir - SLB Tuntungan – Graha Maria Annai Velangkanni - Katedral - Catholic Center (Menginap)

    • Jalan Samosir – Siantar – Medan :
    Gereja Paroki - Gereja Paroki Pangururan - Biara Kapusin Parapat- Gereja Yubileum 2000 Pondok Bulu- Gereja Paroki Jln. Bali - Gereja Paroki Jln. Sibolga - Makam Para Pastor, biara Alverna, Bitora, STSP ( Sinaksak) – Graha Maria Annai Velangkanni- Katedral- Catholic Center (Menginap)

    6. Vikariat Kabanjahe
    • Kabanjahe - Siantar - Medan :
    Gereja Paroki- Makam Misionaris di SPP Kabanjahe – Makam Oppung Dolok Simpang Haranggaol - Gereja Paroki Jln. Bali- Gereja Paroki Jln. Sibolga- Makam Para Pastor, biara Alverna, Bitora, STSP (Sinaksak)- Graha Maria Annai Velangkanni-Katedral- Catholic Center (Menginap)

    • Kabanjahe – Berastagi – Medan :
    Gereja Paroki- Makam Misionaris di SPP Kabanjahe - Gereja Paroki Berastagi- Panti Asuhan Betlehem Bandar Baru- Biara St. Clara Sikeben- Gua Maria Namo Pencawir-SLB Tuntungan – Graha Maria Annai Velangkanni- Katedral Catholic Center- (Menginap).

    7. Vikariat Hayam Wuruk dan Katedral
    • Gereja Paroki - Gereja Hayam Wuruk - SLB Karya Wisata - SLB ALMA Martubung - SLB Lau Dendang - SLB Pasar Merah - SLB Namo Pecawir - Gua Maria Namo Pecawir - Panti Asuhan Delitua - Gua Maria Delitua - Panti Asuhan St. Lucy Tanjung Selamat - Gereja Paroki Banda Aceh - Gua Maria Padang Bulan – Graha Maria Annai Velangkanni Tanjung Selamat - Katedral - Catholic center (Menginap)

    Paroki Medan – Tamora

    Pelindung : Santo Ignatius Loyola
    Buku Paroki : Sejak 16 Februari 2025, yang sebelumnya bergabung dengan Paroki St. Yosep Delitua, Paroki St. Paulus Pasar Merah, dan Paroki St. Agatha Batangkuis, sesuai dengan SK KAM No: 79/PAR/MTR/KA/II/'25
    Alamat : Jl. Sisingamangaraja KM. 10, Kel. Timbang Deli, Kec. Medan Amplas, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara
    HP / WA : 0821 2033 7570
    Email : st.ignatiusloyola.mdn@gmail.com
    Jumlah Umat : 1880 KK / 7149 Jiwa
    Jumlah Stasi : 10
    1. St. Maria Fatima, Tanjung Morawa
    2. St. Paulus, Ujung Serdang
    3. Para Malaikat, Bangun Rejo
    4. Salib Suci, Bangun Setia Pasar I
    5. St. Maria Immakulata, Bangun Setia Pasar III
    6. Bangun Mulia
    7. Batang Kuis, Tj Morawa
    8. St Diego Martoba
    9. St. Theresia Avila, Sigara-gara
    10. St. Maria Asumpta, Undian
    Parokus RD. Parulian Susanto Sihombing 23-11-1983
    Vikaris Parokial RD. Mansuetus Amadeus 22-07-1976
    Lokasi Paroki : (Gereja Paroki dalam proses pembangunan)

    Penerimaan Mahasiswa Baru UNIKA St. Thomas 2025-2026

    0
    Info selengkapnya silahkan mengunjungi website : UNIKA ST.THOMAS MEDAN