Paroki Kristus Raja adalah satu dari tiga Paroki dan Gereja tertua di kota Medan sesudah Paroki Santa Maria Yang Dikandung tanpa Noda, Katedral (1879) dan Paroki St. Antonius dari Padua (Hayam Wuruk 1915). Paroki Kristus Raja didirikan pada tahun 1924, yang pada masa itu didirikan berdasarkan kelompok status sosial dan kelompok etnis yang pada awal abad ke-20 dan yang masih sangat mewarnai tatanan sosial masyarakat kolonial. Pada mulanya Paroki ini dibangun untuk kelompok etnis Tionghoa yang masih berbahasa Mandarin. Umat Paroki pada awalnya adalah kaum pedagang yang berasal dari daratan Tiongkok. Umat Paroki pada saat itu hanya berjumlah 34 umat yang berbahasa Mandarin. Walaupun Paroki sudah didirikan sejak tahun 1924, tetapi bangunan fisik Gereja belum ada, maka umat masih harus bergabung dengan umat Paroki Katedral untuk merayakan misa Ekaristi di sana sampai dengan tahun 1934. Perletakan batu pertama pembangunan fisik gedung Gereja Kristus Raja terjadi pada tanggal 6 Februari 1934 dan Gereja diberkati pada Hari Raya Kristus Raja, 25 November 1934. Pastor Marcellinus Simons, OFMCap diangkat menjadi pastor Paroki pertama diParoki Kristus Raja. Paroki ini dirintis, didirikan dan dibesarkan oleh imam imam “Ordo Frotrum Minorum Coppucinorum” (OFMCap), kemudian dilanjutkan imam-imam Diosesan KAM dan diteruskan oleh imam-imam Kongregasi Murid Murid Tuhan/CDD. Dan kini, Paroki sudah menapaki usianya yang ke-96 (1924-2020), terdiri dari 16 lingkungan dengan jumlah 648 kepala keluarga, dengan total umat 1878 jiwa (2020).
Perjalanan Gereja Kristus Raja
1921 – Pastor Mathias Brans, OFM Cap menjadi Prefek Apostolik Sumatera, memberikan ijin membuka Paroki Kristus Raja di Medan.
1924 – Lahir Paroki Kristus Raja, umat Paroki saat itu 34 orang, beribadat di Gereja “KandangKuda” jalan Pemuda (sekarang Gereja Katedral), Pastor Paroki I adalah P. Marcellinus Simons, OFM Cap.
1927 – Umat Paroki beribadat di Kapel Susteran Jalan Pemuda, Medan dan pada tahun yang sama dibangun gedung sekolah pertama HCS (Hollandisch Chinese School).
1932 – Gedung sekolah kedua didirikan yaitu ECS (English Chinese School) dengan dua kepala sekolah pertama, Fr.Hermenegild dan Fr.Rudolf, dan pada tahun yang sama berdiri juga organisasi Parokial Roman Catholic Benevolence Fund.
1934 – Tanggal 6 Februari dimulai pembangunan Gereja dan Pastoran di Jalan Hakka (Jl. M.T.Haryono). Bangunan diselesaikan dan diresmikan pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam tanggal 25 November 1934 dan menjadi Gereja Katolik Kristus Raja, Medan.
1941 – Gedung sekolah ketiga didirikan, di sisi samping Jalan Sutomo, Medan.
1942 – Jumlah umat Paroki sekitar 500 orang, murid ECS sekitar 275 orang. Pada tahun yang sama tentara Jepang masuk dan menguasai Medan, semua Pastor, Frater dan Suster ditangkap.
1945 – Jepang kalah perang, dan P. Marcellinus Simons, OFMCap kembali ke Paroki Kristus Raja Medan. Di kemudian hari, beliau sakit dan kembali ke negeri Belanda. Pastor Paroki II adalah P. Landelinus Rademaker, OFMCap didampingi P.W. Joosen OFMCap, P. O. Wap, OFMCap, dan P.J.Veltman, OFMCap. Kemudian sekolah ECS diganti namanya menjadi St. Patrick School dan HCS diganti menjadi St.Paulus School.
1946 – Hua Ying School (Sekolah berbahasa Mandarin dan Inggris) resmi dibuka.
1948 – Suster suster KSFL berkarya di Paroki Kristus Raja dan tinggal di Jalan Sutomo No.16 Medan, kemudian pindah ke Jalan Bromo No.2 Medan. Tokoh KSFL yang sangat berperan adalah Sr. Mechtildis, KFSL (disebut juga sebagai ibu Paroki).
1949 – Berdiri Apostleship of the Sacred Heart.
1951 – Berdiri Legio Mariae pertama oleh ibu Theresa Shu (utusan Legio dari Hongkong) yaitu Legio Mariae Presidium Bunda Hati Kudus.
1952 – Berdiri Legio Mariae Presidium Pertolongan Orang Kristen.
1955 – Berdiri Fons Kemalangan.
1956 – Hua Ying School mengalami pemekaran, sehingga SMP dan SMA dipindahkan ke Jalan Timor, Medan.
1958 – Semua sekolah di kompleks Paroki Kristus Raja disatukan di bawah Yayasan Budi Murni dan nama sekolah diganti menjadi Sekolah Budi Murni Medan. Pada tahun yang sama berdiri Legio Mariae Presidium Hati Maria Tak Bercela. Pastor Paroki III: P. Theodoricus Schrijver, OFM Cap.
1959 – Pastor Paroki IV : Pastor Restitutus Joosten, OFM Cap didampingi Pastor N.Schrijver, OFM Cap. Pada tahun itu dirayakan Pesta Perak Paroki.
1961 – Berdiri Kerasulan Keluarga St. Josef. Pada tahun itu juga Pastor Paroki I, Pastor Marcellinus Simons OFM Cap meninggal di negeri Belanda.
1962 – Badan Pengurus Gereja dibentuk P. Restitutus Joosten, OFM Cap, dan menjadi cikal bakal Dewan Pastoral Paroki.
1963 – Berdiri Dewan Paroki Pertama dan Serikat St. Vincentius (SSV) serta Legio Mariae Presidium Bunda Pertolongan Abadi.
1964 – Berdiri Daya Murni untuk membantu kemalangan, serta berdiri pula Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI).
1965 – Berdiri Legio Mariae Presidium Junior Pintu Surga.
1981 – Berdiri Legio Mariae Presidium Bunda Rahmat Ilahi.
1983 – Berdiri Legio Mariae Presidium Rosa Mistika. Pastor Paroki lainnya yang pernah berkarya di Paroki Kristus Raja adalah P. Gregory Menezes, OFM Cap (1976-1978), P. Van Litsenburg OFM Cap (1978-1979), P. Silverius Yew, OFM Cap (1979-1991), P. Adelbertus Snijders, OFM Cap (1991-2002), P. Marcellinus Manalu, OFM Cap (2002-2003), P. Yohanes Simamora, OFM Cap (2003-2008), P. Sampang Tumanggor, Pr (2008-2010), P. Frietz R.Tambunan,Pr (2010-2017), P. Rudianto Sitanggang, Pr (2017-2018), P. Ignatius Sujasan, CDD (2018-2019) dan P. Joanes Buntoro Gunawan, CDD (2019 - sekarang).
1924 – 2008 Paroki Kristus Raja dilayani oleh Imam-Imam dari Ordo Frotrum Minorum Coppucinorum (OFM Cap) dan pada tahun 2008 pelayanan di Paroki Kristus Raja diserahkan kepada Imam-Imam Diosesan KAM.
2008 –2018 Paroki Kristus Raja dilayani Imam-Imam Diosesan KAM dan pada tahun 2018 tugas pelayanan Paroki diserahkan ke Imam-Imam Kongregasi Murid-Murid Tuhan (CDD).
2018 – sekarang, Paroki Kristus Raja dilayani Kongregasi Murid-Murid Tuhan (CDD).
Pelindung Paroki Kristus Raja
Kristus Raja adalah sebuah gelar untuk Yesus Kristus. Gelar tersebut merujuk kepada konsep Kerajaan Allah dan Kristus sebagai Raja Semesta Alam duduk di sebelah kanan Allah. Perayaan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam ditetapkan oleh Paus Pius XI tahun 1925 pada setiap hari Minggu terakhir bulan Oktober, menjelang Hari Raya Semua Orang Kudus. Maksud utama perayaan ini sangat spiritual-pedagogis seperti terungkap melalui ensikliknya “Quas Primas”. Beliau sengaja menentang Atheisme dan Sekularisme di jamannya dengan menampilkan Kristus sebagai yang lebih tinggi dan lebih berkuasa daripada segala kekuatan dunia. Sejak tahun 1970 perayaan ini mengalami perubahan penekanan: Kristus lebih bercorak Kosmis dan Eskatologis. Oleh karena itu, penempatan tanggalnya pun berubah, bukan lagi pada hari Minggu terakhir bulan Oktober, tetapi pada Hari Minggu Biasa XXXIV, menjelang Hari Minggu I Adventus. Jadi, jelas pula sebagai penutup Tahun Liturgi Gereja. Kristus adalah Alfa dan Omega. Prefasi tetap berasal dari susunan tahun 1925, Kristus adalah Imam abadi dan Raja Alam Semesta, yang akan mempersembahkan segalanya kepada Bapa-Nya:”Kerajaan abadi dan universal yakni: Kerajaan Kebenaran dan Kehidupan; Kekudusan dan Rahmat, Keadilan, Cinta Kasih dan Kedamaian.” Nama Pelindung Paroki menggunakan nama Kristus Raja karena Gereja diberkati tepat pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam yaitu tanggal 25 November 1934.