Gereja Katolik Stasi St. Paulus Pulo Brayan Bengkel diresmikan menjadi sebuah Stasi kegembalaan pada tanggal 28 Januari 1990 oleh Mgr. A.G Pius Datubara, OFMCap. Cikal bakal stasi ini adalah sebuah lingkungan dari Paroki St. Perawan Maria yang Dikandung Tanpa Noda Katedral Keuskupan Agung Medan, yaitu lingkungan St. Petrus (82 KK). Seiring perkembangan umat,didirikan sebuah gereja kecil (8 x 12m) di atas lahan berukuran 25 x 51 m di Jl. Asrama Pulo Brayan Bengkel oleh Pastor Hubertus Tamba, OFMCap. yang saat itu menjabat sebagai pastor paroki Katedral Medan. Diinspirasi oleh sejarah awal dan kunjungan Paus Johanes Paulus II ke Indonesia (Medan) pada tanggal 08-12 Oktober 1989, maka stasi dan gereja ini diberi nama pelindung St. Paulus. Pengurus Gereja/Dewan Pastoral Stasi yang pertama dibentuk pada tanggal 26 November 1989 dengan susunan sebagai berikut : 1) Ketua Bidang Rohani : Tiopan Rafael Manalu; 2). Ketua Bidang Jasmani : Jaridan Sinaga; 3). Sekretaris: Drs. Tamba Tua P.T Manurung; 4) Bendahara: Leo Tolona Zebua. Setelah pengurus Stasi terpilih dilanjutkan dengan pemekaran lingkungan menjadi 3, yaitu : St. Petrus (25 KK), St. Fransiskus (26 KK), St. Maria (31 KK).
Mayoritas umat Allah bersuku Toba. Ada juga suku Nias, Suku Karo, Suku Pakpak dan Suku Simalungun. Umumnya mata pencarian umat adalah wiraswata, buruh pabrik, buruh bangunan dan pekerja part-timer, guru, ASN dan TNI-POLRI.
Dalam perjalanan waktu, perkembangan umat terus bertambah dengan pesat. Empat tahun kemudian, atas dorongan paroki saat itu (RP. Josep Rajagukguk, OFMCap.) Gedung gereja baru pun didirikan dengan kapasitas yang lebih besar dengan permanen berukuran 13 x 25 m. Pemberkatan gereja baru dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1994 oleh Mgr. A.G Pius Datubara,OFMCap.
Selanjutnya, agar pelayanan pastoral kepada umat semakin maksimal, maka dibawah arahan pastor paroki Katedral Medan pada saat itu, RD. Benno Ola Tage Bersama pengurus Gereja merencanakan pembangunan fasilitas pendukung, seperti aula, rumah penjaga dan kantor stasi. Dan rencana itu terwujud dengan terbangunnya aula dan ruangan-ruangan kantor pelayanan umat.
Demi mendekatkan umat kepada Gereja dan bertumbuh dalam iman serta memaksimalkan pelayanan pastoral kepada umat beriman di wilayah ini, maka pada tanggal 06 September 2021 pihak Keuskupan membentuk Tim yang beranggotakan RD Benno Ola Tage (Vikep St. Petrus Rasul), Adiarto Y.B Hutasoit , Erni, Kristin, Niksen Simanjuntak, Manamba Sinurat dan RD Sesarius Petrus Mau (Pastor Paroki). Bersama Pastor Vikep Tim ini bekerja untuk mengasesmen Stasi St. Paulus Pulo Brayan Bengkel, Stasi St. Faustina Labuhan Deli dan Calon Stasi St. Yosep Mabar sebagai persiapan pembentukan paroki yang baru. Pada awal tahun 2022 hasil kerja Tim Asesmen disampaikan kepada pihak Keuskupan Agung Medan. Syukur dan Puji Tuhan, pada bulan April 2022 hasil kerja Tim Asesmen mendapar tanggapan Positif. Dalam rangkaian kegiatan pengudusan imam, Bapak Uskup menginformasikan pembentukan paroki yang baru di wilayah ini. Dan sebagai tindak lanjutnya, pada tanggal 01 Mei 2022 dikeluarkan Surat Keputusan Penempatan Imam-imam dari Kongregasi SS.CC untuk melayani paroki yang baru.
Mendapat mandate dari Bapa Uskup tersebut, maka Tarekat SS.CC segera mengutus anggotanya RP. Nikolaus Bot Syura, SS.CC dan RP. Lukas Taruna Boy Sitepu, SS.CC untuk, Bersama Panitia Pembangunan/Renovasi dan umat, segera mempersiapkan segala sesuatu untuk peresmian Stasi ini menjadi sebuah Paroki Mandiri.
Peresmian status paroki ini dilakukan pada tanggal 27 Juli 2022, dalam sebuah misa konselebrasi Bapa Uskup Bersama para imam KAM karena pada saat itu ditahbiskan juga enam imam baru dari tarekat SS.CC. Saat itu juga dilantik Pastor Nikolaus Bot Syura, SS.CC sebagai parochus dan Pastor Mathias Seru Ujan, SS.CC menjadi Vicar.
Adapun wilayah paroki ini memiliki satu stasi, Santa Faustina di daerah Labuhan Deli dan satu calon stasi lagi di daerah Mabar. Rencana selanjutnya adalah untuk membangun sarana peribadatan di Mabar.