Pelindung |
: |
Santo Petrus dan Paulus |
Buku Paroki |
: |
Sejak 15 November 2007. Sebelumnya bergabung dengan Paroki SPM Kabanjahe |
Alamat |
: |
Jl. Irian No. 1, Kabanjahe, Kab. Karo - 22114 |
Telp. |
: |
0628 - 20469, 0821 3276 9181 |
|
: |
|
Jumlah Umat |
: |
2.911 KK/ 10.069 jiwa (data Biduk per 05/02/2024) |
Jumlah Stasi |
: |
33 |
Rayon Kacaribu: |
|
|
01. Barung Kersap04. Kacaribu07. Kuta Gerat10. Nageri13. Siasor |
02. Bandar Meriah05. Kandibata08. Kutambelin Singa11. Singa |
03. Guru Benua06. Kineppen09. Lau Simomo12. Sirumbia |
Rayon Munthe: |
|
|
01. Biak Nampe04. Kabantua07. Parimbalang10. Singgamanik |
02. Buluh Naman05. Kutambaru08. Sarimunte11. Sukababo |
03. Gunung Manumpak06. Munte09. Sarinembah |
|
|
|
Rayon Simpang Empat: |
|
|
01. Beganding04. Lingga07. Rumah Kabanjahe |
02. Berastepu05. Naman08. Sigarang Garang |
03. Kutambelin Naman06. Ndeskati09. Surbakti |
RD. Sautma Toho Maruba Manullang |
10.07.’86 |
Parochus |
RD. Lukman Rafael Pandiangan |
29.09.’96 |
Vikaris Parokial |
Sejarah Paroki St. Petrus dan Paulus Kabanjahe
Perkembangan umat katolik pertama kali di Kabupaten Tanah Karo terjadi di desa Sukajulu oleh P. Van Duynhoven pada tahun 1939, kemudian ke Berastagi, Guru kinayan dan Sembeikan. Selanjutnya Uskup Mathias Brans mandirikan Paroki Kabanjahe pada tanggal 3 Agustus 1948 dengan Pastor Paroki pertama P. Maximus Brans dan paroki ini sekarang kita kenal dengan nama Paroki Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga Kabanjahe.
Pada tahun 1965 an, Keuskupan Agung Medan mendirikan Lembaga Latihan Pertanian (LLP) Kabanjahe yang diresmikan pada tanggal 19 Desember 1967. Lembaga Latihan Pertanian Kabanjahe merupakan sarana pelatihan ketrampilan bagi para petani se-Keuskupan Agung Medan khususnya masyarakat tanah karo dengan tujuan agar pengelolaan usaha tani lebih profesional menjadi asas kesejahteraan keluarga. LLP Kabanjahe yang dibangun berada di lokasi Jl Irian, Kelurahan Lau Cimba Kec. Kabanjahe yang merupakan tanah atas jasa dan bantuan dari Keluarga Bapak Leman Purba dengan luas lahan kurang lebih 6 Ha yang dibeli atas nama Ketua Badan Pengurus Gereja dan Amal Roma Katholik di Kabanjahe yakni oleh Bapak Stefanus Naik Ginting dengan harga Rp 354.846,- dan akte jual beli no. 121/1967.
Adapun pengelolaan LLP Kabanjahe diserahkan kepada Kongregasi Budi Mulia dengan pimpinan yang pertama adalah Br. Alfons kemudian berganti kepada Br. Wolfram selanjutnya berganti lagi kepada Br. Paul Damen (seorang insinyur pertanian dari Belgia) selanjutnya pimpinan beralih kepada Br. Yoris. Setelah Br. Yoris, pimpinan LLP Kabanjahe beralih kepada Br. Tarsisius dan yang terakhir dipimpin oleh Br. Yanuarius. LLP Kabanjahe dikelola dengan dana mandiri (tanpa dana Keuskupan) dan dengan perjanjian kontrak pengelolaan dengan KAM selama 30 tahun yang berakhir pada tahun 1990. Pada akhir kontrak tahun 1990 Kongregasi Budi Mulia sudah mengusulkan agar LLP dilanjutkan oleh KAM akan tetapi pihak KAM saat itu meminta kembali kepada Kongregasi Budi Mulia untuk melanjutkannya.
Di tahun 2000 Br. Yanuaraius akan pindah tugas, sementara pengganti pimpinan LLP Kabanjahe belum ada sehingga Br. Yanuarius berkoordinasi dengan Pastor Leo Josten Ginting untuk membuat dan mengajukan surat penyerahan LLP Kabanjahe kepada KAM dan pada hari Jumat 22 Desember 2000 terjadilah acara serah terima LLP Kabanjahe dari Kongregasi Budi Mulia Kepada KAM yang dilaksanakan di Maranatha dibuka dengan Misa Syukur yang dipimpin oleh Vikjen Pastor Paulinus Simbolon OFMCap kemudian dilanjutkan dengan acara lokakarya : “Quo Vadis LLP Kabanjahe”.
Sejak serah terima LLP Kabanjahe kepada KAM (20 Des 2000) hingga tahun 2004, LLP Kabanjahe dikelola/ditangani oleh KAM akan tetapi tidak berjalan dengan baik dan akhirnya lahan dan aset LLP Kabanjahe diserahkan pengelolaannya ke Paroki Kabanjehe pada saat itu pengelolaan lahan dikoordinatori oleh Edison Saragih. Pada bulan April 2004, Pastor Leo mulai melakukan pembenahan di lokasi LLP Kabanjahe dengan membangun pagar tembok, pemugaran bruderan dan penambahan beberapa kamar dan menjadikan lokasi LLP Kabanjahe sebagai Pastoran dan kantor Paroki Kabanjahe. Kantor Paroki yang dulu dan sekarang masih tetap sama yakni pengalihfungsian dari ruang tamu LLP menjadi Kantor Paroki.
Seiring berjalannya waktu dan juga perkembangan serta pertambahaan umat katolik di Kabupaten Tanah Karo khususnya di Kota Kabanjahe dan sekitarnya maka untuk memaksimalkan pelayanan parokial pada tahun 2005 terjadilah pemekaran Paroki Kabanjahe dengan Paroki Berastagi. Pada tahun 2006, Pastor Leo Josten Ginting merasa wilayah pelayanan masih terlalu luas sehingga diwacanakan untuk pembangunan Gereja Katolik yang baru di Jalan Irian. Rencana ini kemudian dibicarakan dalam rapat-rapat kecil dan ternyata disambut dengan meriah oleh pengurus-pengurus Gereja Katolik dan DPP (Paroki SPM) sehingga terbentuklah Panitia Pembangunan Gereja Katolik dengan Susunan :
Ketua : Ganti Kaban SE
Wakil Ketua I : Drs. Swingly Sitepu
Wakil Ketua II : Drs. Mangat Ginting
Wakil Ketua III : Hadamean Lumban Gaol S.Pd
Sekretaris : Drs. Harmonis Bukit M. Si Wakil
Sek I : Ir. Markus Malau M.Si
Wakil Sek II : Permulaan Sebaya B.A
Wakil Sek III : Roni Barus S.E
Bendahara : Pastor Leo Josten Ginting OFMCap.
Wakil Bend I : Marheni Br Sembiring
Wakil Bend II : Sabarita Br Tarigan dan dilengkapi dengan seksi-seksi.
Pada tanggal 6 Agustus 2006 dilaksanakanlah acara Peletakan Batu I Pembangunan Gereja Katolik yang baru Sekaligus memperingati 50 tahun berdirinya Paroki Santa Perawan Maria di angkat ke Surga oleh Uskup Alfred Gonti Pius Datubara, OFMCap. Pembangunan Gereja yang baru berukuran 20m x 34m dengan biaya Rp 1.403.715.000,- (Satu Milyar Empat Ratus Tiga Juta Tujuh Ratus Lima Belas Ribu Rupiah) yang merupakan tanggung jawab umat Paroki Kabanjahe dan saat itu sudah terkumpul dana sebesar Rp 600.000.000,- (Enam Ratus Juta Rupiah) dan tahapan Pembangunan Gereja Katolik di Jalan Irian ini selesai pada tahun 2007.
Dalam perjalanan waktu banyak perdebatan yang terjadi dikarenakan semula DPP, pengurus Gereja dan umat mengira bahwa pembanguan Gereja Katolik yang baru adalah merupakan gereja stasi yang baru yang merupakan pemekaran dari Gereja Stasi Induk Paroki SPM, sementara Pastor Leo menginginkan Gereja Stasi Induk pindah ke Jalan Irian sehingga selanjutnya banyak perdebatan terutama dari kalangan pengurus dan umat katolik yang berada di wilayah kota Kabanjahe karena dipandang sejarah awal terbentuknya Paroki Kabanjahe adalah Gereja Katolik yang berada di Jl. Letnan Rata Perangin-angin sehingga beberapa pengurus lebih setuju kalau pemekaran Paroki. Untuk rencana pemekaran Paroki juga mendapat banyak tantangan dan perdebataan karena perkembangan kedapan yang sudah direncanakan untuk pemekaran Paroki di tujukan ke Stasi Suka Kecamatan Tiga Panah.
Status Gereja Katolik yang baru dibangun hingga Nov 2007 belum jelas, apakah pemekaran Stasi atau pemekaran Paroki atapun perpindahan Gereja Stasi Induk. Pada tanggal 25 Nov 2007 dilaksanakanlah acara peresmian Gereja Katolik yang baru selesai dibangun, yang diresmikan oleh Mgr Pius A.G Datubara OFM.Cap dan Bupati Karo Drs. DD. Sinulingga. Pada kesempatan ini pulalah diputuskan oleh Uskup bahwa gereja yang baru merupakan pemekaran Paroki Kabanjahe. Di tahun 2007 lahan LLP kembali dikelola oleh Keuskupan Agung Medan melalui PSE KAM yang saat itu ditangani oleh RD. Sabat Saulus Nababan (Wakil Ketua PSE KAM) dimana saat itu RD. Sabat Saulus Nababan bertugas di Paroki Kabanjahe sebagai Pastor rekan.
Sambil berjalannya waktu hingga 2009 paroki di Kabanjahe masih tetap satu yakni Paroki SPM dan dilayani oleh imam dari Kapusin dan imam Diosesan. Tahun 2010 baru terjadi pemisahan administrasi, keuangan dan pelayanan secara total dengan nama pelindung St. Petrus Dan Paulus untuk Paroki yang baru dengan jumlah umat 19366 jiwa dengan meliputi wilayah Kabanjahe (Stasi Induk) : Lingkungan Paulus A, Lingkungan Paulus B, Lingkungan Veronika, Lingkungan Vicentius, Lingkungan Yosafat, Lingkungan Matius, Lingkungan St. Maria, Lingkungan Ignatius, Lingkungan Lorentius dan Lingkungan Valentinus, serta stasi stasi yang berada di
Rayon Simpang Empat : Stasi Rumah Kabanjahe, Stasi Lingga, Stasi Surbakti, Stasi Beganding, Stasi Naman, Stasi Ndeskati, Stasi Sigarang-garang, Stasi Kutambelin Naman, Stasi Berastepu dan Stasi Bakerahsemacem (Bekasi),
Rayon Kacaribu : Stasi Kacaribu, Stasi Singa, Stasi Kutambelin Singa, Stasi Lau Simomo, Stasi Kutagerat, Stasi Guru Benua, Stasi Barung Kersap, Stasi Sirumbia, Stasi Kandibata, Stasi Kineppen, Stasi Nageri dan Stasi Bandar Meriah,
Rayon Munte : Stasi Biak Nampe, Stasi Buluh Naman, Stasi Gunung Manumpak, Stasi Kabantua, Stasi Kutambaru, Stasi Munte, Stasi Sarimunte, Stasi Singgamanik, Stasi Sarinembah, Stasi Parimbalang dan Stasi Sukobabao ; dan Rayon Tiga Nderket.
Pastor Paroki pertama : RD. Rudianto Sitanggang dan
Pastor Rekan adalah : RD. Sabat Saulus Nababan dan RD. Sesarius Petrus Mau
Pelaksana I DPP: Antoni Bangun
Pelaksana II DPP : Masa Bangun (+),
Sekretaris DPP: Romanius Tarigan S.Pd
Wakil Sekretaris : Josua Ginting
Bendahara DPP : RD. Sesarius Petrus Mau
Wakil Bendahara : Mazmur Christoper Ginting dengan anggota : Sr. Margaretha Kaloko SFD, Ir. Ragam Sinamo (Kabanjahe), Moris Sinukaban (Lingga), Marimin Tarigan (Berastepu) Martha Br Ginting (Kabanjahe), Kincar Perangin-angin (Guru Benua) dan Pinerlina Br Munthe (Kabanjahe) dengan SK Uskup untuk tahun 2010 hingga 2011.
SK Uskup untuk Periode 2011 hingga 2015 :
Pastor Paroki : RD. Marianus G.A. Kedang
Pastor Rekan : RD. Sesarius Petrus Mau
Pelaksana I DPP : Antoni Bangun
Pelaksana II : Nelson Lingga
Sekretaris DPP : Romanius Tarigan S.Pd
Wakil Sekretaris : Josua Ginting
Bendahara : RD. Sesarius Petrus Mau
Wakil Bendahara : Mariati Br Barus dengan
Anggota DPP : Sr. Beatrix Saragih SFD, Valentinus Tarigan, Bastanta Purba, Kincar Perangin-angin dan Moris Sinukaban.
Perkembangan dan pertambahan umat katolik di wilayah Paroki St. Petrus dan Paulus Kabanjahe yang begitu pesat dan dengan tujuan untuk memaksimalkan pelayanan pengembalaan umat Katolik maka di tahun 2014 terjadi pemekaran Paroki St. Petrus dan Paulus Kabanjahe dengan Paroki St. Monika Tiga Nderket yang semula pemekaran ini direncanakan ke Stasi Batu Karang dengan wilayah pelayanan meliputi Stasi Induk Tiga Nderket, Stasi Batu Karang, Stasi Payung, Stasi Selandi, Stasi Mardinding, Stasi Buah Raya, Stasi guru Kinayan, Stasi Amburidi, Stasi Tanjung Pulo, Stasi Jinabun, Stasi Sukatendel, Stasi Njandi Meriah, Stasi Kuta male, Stasi Kutabuluh dengan Pastor Paroki Pertama Pastor Liber Sihombing OFM.Cap dan dengan jumlah umat 7.421 jiwa sehingga umat di paroki St. Petrus Dan Pulus Kabanjahe tinggal 11.945 jiwa.
Perkembangan Paroki St. Petrus Dan Paulus Kabanjahe sejak tahun 2014 hingga sekarang mengalami pertambahan umat yang masih cukup signifikan dengan jumlah 2.985 KK (18.619 Jiwa).
No |
Nama Stasi |
Tahun Berdiri |
Jumlah KK |
I |
Rayon Munte |
|
730 KK |
1 |
Biaknampe (St. Benediktus) |
± 1982 |
15 |
2 |
Buluhnaman (St. Paulus) |
1967 |
112 |
3 |
Gunung Manumpak (St. Gabriel) |
1968 |
28 |
4 |
Kabantua (St. Leonardo) |
2000 |
27 |
5 |
Kutambaru (St. Maria) |
1958 |
155 |
6 |
Munte (St. Silvester) |
1967 |
180 |
7 |
Parimbalang (St. Maria Tak Bernoda Asal) |
1981 |
15 |
8 |
Sarimunte (St. Antonius dari Padua) |
1965 |
42 |
9 |
Sarinembah (St Theresia Avila) |
1998 |
26 |
10 |
Singgamanik (St. Petrus) |
1953 |
60 |
11 |
Sukababo (St. Yoseph) |
1981 |
70 |
|
|||
II |
Rayon Kacaribu |
|
1.071 KK |
1 |
Barung Kersap (St. Laurensius) |
1982 |
66 |
2 |
Bandar Meriah (St. Fransiskus) |
2004 |
20 |
3 |
Guru Benua (St. Kornelius) |
1978 |
138 |
4 |
Kacaribu (St. Paulus) |
1963 |
151 |
5 |
Kandibata (St. Paulus) |
1953 |
200 |
6 |
Kineppen (St. Yohannes Paulus II) |
1981 |
65 |
7 |
Kutagerat (St. Theresia dar Kalkuta) |
1980 |
32 |
8 |
Kutambelin Singa (St. Maria Vianney) |
1975 |
74 |
9 |
Lau Simomo (St. Damian) |
1955 |
57 |
10 |
Nageri (St. Mikhael) |
1980 |
18 |
11 |
Singa (St. Paulus) |
1975 |
162 |
12 |
Sirumbia (St. Skolastika) |
1978 |
63 |
13 |
Siosar / Bakerah Simacem (St. Clara) |
2019 (1981) |
25 |
|
|||
III |
Rayon Simpang Empat |
|
727 KK |
1 |
Beganding (St. Paulus) |
1966 |
142 |
2 |
Berastepu (St. Theresia Avila) |
1963 |
125 |
3 |
Kutambelin Naman (St. Fansiskus Asisi) |
1982 |
56 |
4 |
Lingga (St. Petrus) |
1977 |
63 |
5 |
Naman (St. Ignatius Loyola) |
2002 |
40 |
6 |
Ndeskati (Stefanus Martir) |
1995 |
18 |
7 |
Sigarang-garang (St. yoseph) |
1997 |
123 |
8 |
Surbakti (St. Lukas) |
1966 |
60 |
9 |
Rumah Kabanjahe (St. Clara) |
1970 |
100 |
|
|||
IV |
Wilayah Kabanjahe/ Gereja Paroki |
|
457 KK |
1 |
Lingkungan St.Ignatius |
|
26 |
2 |
Lingkungan St.Laurentius |
|
24 |
3 |
Lingkungan St. Maria |
|
22 |
4 |
Lingkungan St.Matius |
|
19 |
5 |
Lingkungan Paulus A |
|
36 |
6 |
Lingkungan Paulus B |
|
33 |
7 |
Lingkungan St.Valentinus |
|
30 |
8 |
Lingkungan St.Veronika |
|
20 |
9 |
Lingkungan St.Vincentius |
|
25 |
10 |
Lingkungan St.Yeremia |
2010 |
44 |
11 |
Lingkungan St.Yosafat |
|
34 |
12 |
Lingkungan St.Yusuf |
|
22 |
13 |
Lingkungan St.Petrus |
2012 |
25 |
14 |
Lingkungan St.Bonifasius |
2012 |
25 |
15 |
Lingkungan St.Elisabeth |
16-02-2015 |
36 |
16 |
Lingkungan St. Fransiskus Asisi |
29-09-2017 |
18 |
17 |
Lingkungan St. Yohanes |
30-11-2018 |
18 |
Stasi Bakerah Simacem yang semula masuk dalam wilayah Rayon Simpang Empat berpindah ke wilayah Rayon Kacaribu karena Stasi Bakerah Simacem terkena dampak erupsi Gunung Sinabung yang cukup parah sehingga desa tersebut di relokasi pemerintah ke Siosar sehingga sekarang bernama Stasi Siosar dan masuk Rayon Kacaribu.
Stasi Sigarang-garang terdiri dari umat yang berada di Desa Sigarang-garang, Desa Kutarakyat dan Dusun Kuta Gugung. Gereja Katolik Stasi Sigarang-garang berada di Dusun Kuta Gugung yang merupakan kawasan zona Merah ketetapan pemerintah untuk erupsi Gunung Sinabung dan akan di relokasikan pemerintah ke daerah Siosar.
Para Imam/Pastor yang bertugas di Paroki St. Petrus Dan Paulus Kabanjahe sejak diakuinya berdiri Paroki St. Petrus Dan Paulus Kabanjahe (mulai SK 2010) :
1. RD. Rudianto Sitanggang tahun 2010 – 2011 Pastor Paroki
2. RD. Sabat Saulus Nababan tahun 2010 – 2011 Pastor Rekan
3. RD. Marianus G.A Kedang tahun 2010 – 2011 Pastor Rekan
4. RD. Marianus G.A Kedang tahun 2011 – 2015 Pastor Paroki
5. RD. Sesarius Petrus Mao tahun 2010 – 2015 Pastor Rekan
6. RD. Sesarius Petrus Mao tahun 2015 – 2016 Pastor Paroki
7. RD. Silvester Asan Marlin tahun 2015 - 2018 Pastor Rekan
8. RD. Mansuetus Amadeus tahun 2016 - skrg Pastor Paroki
9. RD. Iwan S. Lumban Gaol tahun 2017 – 2019 Pastor Rekan
10. RD. Limson Manalu tahun 2018 - skrg Pastor Rekan
Nama pelindung paroki pertama kali di usulkan oleh Pastor Leo Josten dengan melihat sejarah perkembangan berdirinya Paroki yang baru dimana banyak sekali perdebatan dan tangtangan yang terjadi begitu juga dengan wilayah paroki yang umatnya bercampur dari berbagai suku. Demikian dikutip dari Alkitab Surat Paulus kepada jemaat di Galatia 2 : 1- 21; dimana Rasul Petrus dipercayakan oleh Allah untuk menjadi rasul dan memberitakan injil kepada orang-orang Yahudi sedangkan Rasul Paulus dipercayakan oleh Allah untuk menjadi rasul dan memberitakan injil kepada orang-orang non Yahudi.
Ada 2 kelompok yang berbeda, demikian juga awalnya perkembangan berdirinya Paroki yang baru ada beberapa kelompok yang berbeda serta di wilayah Gereja Katolik yang baru ada beberapa suku yang berbeda sehingga diharapkan dengan nama pelindung St. Petrus Dan St. Paulus kelompok-kelompok yang berbeda tersebut dapat bersatu dan saling bekerja sama saling bahu-membahu dalam Gereja Katolik untuk mengembangkan iman katolik di kalangan umat.