Pelindung |
: |
Santo Damian |
Buku Paroki |
: |
Sejak 18 Oktober 2013. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Lawe Desky dan Tiga Binanga |
Alamat |
: |
Jl. Renun No. 175 Gg. Wed-Pastoran Pondok, Kec. Lau Baleng, Kab. Karo, Tanah Karo - 22164 |
Telp. |
: |
0821 6544 2922 |
|
: |
|
Jumlah Umat |
: |
1.283 KK/ 4.183 jiwa (data Biduk per 05/02/2024) |
Jumlah Stasi |
: |
22 |
01. Alur Subur04. Genting07. Kinangkong10. Lau Peranggunen13. Lau Timah16. Mardingding19. Pasir Tengah22. Siodang-odang |
02. Buluh Pancur05. Gunung Pamah08. Lau Mulgap11. Lau Peske14. Lingga Muda17. Mbal-mbal Petarum20. Pintu Angin |
03. Durian Rugun06. Huta Ginjang09. Lau Njuhar12. Lau Renun15. Mangan Molih18. Pasir Mbelang21. Simpang Banjar |
RP. Paulus Budi Yunianto. SS.CC |
27.06.'80 |
Parochus |
RP. Benny Kosasih, SS.CC |
01.10.'71 |
Vikaris Parokial |
Sejarah Paroki Santo Damian Lau Baleng
Panggilan menjadi umat katolik merupakan sebuah sapaan dan tawaran Tuhan yang bersifat personal dan bebas bagi setiap umat manusia. Tumbuhnya benih iman di Lau Baleng bermula dari keterbukaan hati Bapak Bolong Maha untuk mengenal Kristus yang muncul saat dia menjadi tahanan penjara pada zaman Belanda. Ketika di dalam penjara, beliau berjumpa dan berbagi pengalaman dengan umat katolik dari Belanda yang ditahan waktu itu. Setelah keluar dari penjara (1949), beliau melanjutkan tugasnya sebagai kepala desa Lau Baleng. Rumahnya tidak hanya lagi menjadi pusat urusan administrasi pemerintahan tetapi juga terbuka bagi kunjungan pastor untuk mewartakan iman bagi warga sekitar yang saat itu masih beragama asli (agama pemena).
Pada tahun 1953, Bpk Bolong Maha sekeluarga dan umat bersedia dibaptis menjadi Katolik. Kelompok ini menjadi komunitas awal tumbuh dan berkembangnya iman katolik di Lau Baleng. Awalnya semua kegiatan doa dilaksanakan di rumah bapak Bolong Maha. Namun dalam perkembangan waktu ketika jumlah umat semakin bertambah maka kegiatan gereja berpindah ke sebuah gedung sederhana di Kampung Baru. Selain berdoa bersama, para pengurus pun bergiat mengunjungi umat dari rumah ke rumah. Kunjungan keluarga menumbuhkan semangat kekeluargaan dan persaudaraan sebagai umat katolik. Iman umat semakin berkembang dan banyak warga tertarik menjadi Katolik. Pada tahun 1960an, kegiatan gereja dipindahkan ke daerah Jalan Renun Lau Baleng. Para pengurus gereja bersama umat membangun sebuah gedung setengah tembok di atas lahan yang sebelumnya menjadi lapangan terbang Belanda. Gedung gereja diresmikan oleh Mgr Batubara (2012) dan seluruh pelayanan pastoral dari Paroki Lawe Desky. Sejarah Kuasi Paroki St Damian Lau Baleng.
Sebelum menjadi kuasi paroki, beberapa stasi Lau Baleng bergabung dengan paroki Lawedesky dan Tiga Binanga. Luasnya wilayah pastoral menumbuhkan sebuah refleksi baru atas tenaga pastoral bagi para pastor yang berkarya di kedua paroki tersebut. Pada tahun 2013 mulai ada penjajakan untuk melihat kemungkinan terbentuknya kuasi paroki yang baru. Keuskupan mempercayakannya kepada kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tersuci Maria (SS.CC). Kongregasi SSCC pun menanggapi undangan tersebut dengan mengirimkan Pst. Tangkas Dame Simatupang, SSCC untuk melakukan penjajakan awal.
Sejak 18 Oktober 2013 nama kuasi paroki Lau Baleng tercatat di buku Paroki Keuskupan Agung Medan dengan nama pelindung St Damian. Nama pelindung ini dipilih dari nama santo dari salah satu anggota kongregasi SSCC. Selama hidupnya, St. Damian menjadi misionaris bagi para penderita Kusta di Molokai, Kalaupapa-Hawai. Dia adalah seorang misionaris sejati yang memberikan diri dalam pelayan secara tulus dan total sampai akhir hidupnya bagi para penderita kusta. Semoga semangat misionaris St. Damian juga menjiwai dan melandasi pelayanan di kuasi paroki yang baru.
Secara administrasi pemerintahan, wilayah kuasi paroki St Damian melingkupi 2 kabupaten yaitu kabupaten Karo dan Kabupaten Dairi. Sebelah utara berbatasan dengan Langkat dan Deli Serdang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun dan sebelah Barat berbatasan dengan Aceh Tenggara. Dalam lingkup wilayah paroki, sebelah Timur berbatasan dengan Paroki Tiga Binanga dan sebelah Barat berbatasan dengan paroki Lawedesky. Secara morfologis, wilayah kuasi paroki St Damian Lau Baleng berada di dataran tinggi. Sebagian besar wilayah di Paroki ini berada di daerah pemukiman penduduk yang dapat dijangkau sepeda motor, mobil dan jalan kaki. Umumnya mata pencaharian masyarakat adalah berladang (berupa padi, jagung, coklat dan papaya), tenaga guru dan wiraswasta.
Gereja kuasi paroki St Damian Lau Baleng terletak di Jln Renun, Desa Lau Baleng, Kec. Lau Baleng, Tanah Karo. Letak gereja ini sangat strategis karena berada di pusat kecamatan dan di pinggir jalan raya yang menghubungkan Medan dan Kota Cane, Aceh Tenggara. Kuasi paroki ini membawahi 3 rayon (22 stasi dan 25 lingkungan). Kuasi paroki ini memiliki 1400 kepala keluarga dan 5344 jiwa umat. Umat di Kuasi Paroki ini terdiri dari Suku Batak Karo, Batak Toba, Nias dan Pak-Pak. Sejak berdiri telah dibentuk 4 presidium Legio Maria yang terdiri dari 3 presidium senior dan 1 presidium yunior.
Pada tanggal 4-5 Desember 2013, Kuasi Paroki St. Damian mengadakan Sermon Simbelin perdana di Gereja St. Damian Lau Baleng. Rapat paripurna ini diikuti oleh Pst. Baltasar Mili, SSCC, dan Pst Dame Simatupang, SSCC serta para anggota DPPH dan semua DPP, pengurus rayon, stasi dan lingkungan. Para peserta mengadakan diskusi berkaitan dengan peraturan-peraturan yang akan diterapkan di kuasi paroki St Damian. Keputusan-keputusan hasil sermon simbelin menjadi keputusan bersama untuk ditaati dan dijalankan di seluruh wilayah kuasi paroki yang meliputi 22 stasi. Pada 12 Januari 2014 diadakan misa pelantikan pengurus DPP Kuasi Paroki yang dipimpin oleh Pst. Ignasius Simbolon, OFM.Cap,Vikep St. Yakobus Rasul Kabanjahe. Ada tiga pastor SS.CC yang diutus untuk berkarya di kuasi paroki st Damian yaitu Pst Baltasar Mili, SSCC (pastor paroki), Pst. Antonius Suprapto, SSCC (pastor rekan) dan Pst. Tangkas Dame Simatupang, SSCC (pastor rekan).
Manajemen Kuasi Paroki dilaksanakan berdasarkan kebijakan Keuskupan Agung Medan dan dalam Sermon Simbelin yang dilaksanakan di Kuasi Paroki St. Damian. Pengelolaan manajemen Kuasi Paroki ini selalu ada dalam bingkai pedoman pelaksanaan keuskupan, yakni dalam lingkup Keuskupan Agung Medan. Pola manajerial di sini adalah pola yang melibatkan umat beriman untuk bersama-sama mengembangkan dan memberdayakan kehidupan menggereja yang sungguh berdaya guna, berdaya ubah dan berdaya sapa sesuai dengan semangat Injil dengan tetap ada dalam payung Arah Dasar Keuskupan Agung Medan.
Dewan paroki berfungsi sebagai wadah pelayanan dan koordinasi keterlibatan semua umat beriman di paroki dalam melaksanakan panggilan dan tugas perutusan Gereja. Dewan paroki berwenang mengambil keputusan reksa pastoral paroki dalam kesatuan dengan arah pastoral Keuskupan Agung Medan. Reksa pastoral adalah pemeliharaan dan pengembangan iman umat yang dijiwai oleh semangat Kristus Sang Gembala sesuai dengan situasi dan kondisi di kuasi paroki St. Damian Lau Baleng.
Keuangan paroki berasal dari Kolekte, Dana Mandiri, persembahan/intensi, dan dana APP, kolekte khusus yang dipersembahkan dengan tujuan tertentu berdasarkan kesepakatan bersama dengan dewan paroki dan persembahan-persembahan lainnya. Adapun beberapa prinsip yang selalu dipegang teguh dalam pengelolaan keuangan paroki antara lain: transparan dan akuntabel, mandiri dalam solidaritas dan subsidiaritas. Penanggung jawab pengelolaan keuangan adalah pastor paroki dan dewan paroki, dan untuk lingkungan-lingkungan dipercayakan pada koordinator lingkungan masing-masing. Pelaksana harian pengelola keuangan dilakukan oleh bendahara dewan paroki.
Saat ini kuasi paroki sudah memiliki kantor sekretariat yang sederhana. Di kantor sekretariat paroki tersimpan segala berkas yang berkaitan dengan aktivitas dari paroki. Jam kerja dari petugas sekretariat paroki adalah setiap hari kerja. (pukul 08.00-13.00). Hari Senin, Minggu dan hari libur petugas sekretariat mengambil waktu tersebut sebagai hari libur juga. Berkat usaha bersama umat itu telah membuahkan berkat istimewa bagi kuasi ini, tanggal 30 Juli 2018, Bapa Uskup Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap., mengangkat Kuasi Paroki ini menjadi paroki dengan SK: 344/PAR/LB/KA/VII/18.
Setelah menjadi paroki, secara perlahan umat mulai mengalami dan merasakan pelayaan pastoral yang semakin efektif dan efisien. Para pastor secara rutin membuat jadwal kunjungan pastoral dan mengevaluasinya setiap bulan. Penyusunan jadwal ini membantu para tim pastoral untuk mengunjungi semua stasi (umat). Kunjungan pastoral yang dilakukan menghantar umat untuk semakin mengenal iman katolik dan tergerak hati untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Ada dua tim yang senantiasa berperan aktif dalam membantu kunjungan pastoral yaitu tim katekese dan tim evangelisasi. Tim katekese berperan dalam mengajarkan iman kepada umat dan tim evangelisasi hadir di tengah umat untuk mendengarkan pergulatan hidup iman umat serta memberikan motivasi dan semangat bagi umat agar tetap setia dalam iman. Selain itu, tim pastores mengadakan kunjungan umat, terkadang ke rumah atau juga menjumpai umat di ladang.
Wilayah pastoral yang luas dan jauh membuat tim pastoral membagi skala prioritas kunjungan ke stasi-stasi. Stasi-stasi terdekat dapat dilayani setiap bulan, sekali dalam 4 bulan dan ada stasi jauh yang hanya dapat dikunjungi sekali dalam setahun. Ada dua stasi jauh yang hanya dapat dikunjungi setahun sekali yaitu Stasi Alur Subur dan Stasi si Odang-Odang. Ada 27 kepala keluarga katolik yang tinggal di kedua stasi tersebut. Kedua stasi tersebut terletak di kabupaten Dairi. Perjalanan menuju kedua stasi tersebut dapat ditempuh selama 7-8 jam dengan biaya yang cukup besar. Alat transportasi yang biasa digunakan ke stasi-stasi ini adalah mobil hardtop. Dalam kunjungan tersebut, tim pastoral langsung mengadakan pelayanan sakramental (baptis, perkawinan dan komuni pertama). Meskipun kunjungan pastoral ini membutuhkan tenaga dan biaya yang banyak, namun tim pastoral tetap melaksanakannya. Sebab kunjungan pastoral ini sangat dirindukan umat katolik yang tinggal di kedua stasi tersebut.
Ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam karya pastoral yaitu jarak antara stasi yang cukup jauh dengan medan yang menantang; pengetahuan umat tentang iman katolik yang masih rendah; perkawinan beda gereja; adat yang masih menjadi primadona bagi umat dibandingkan dengan gereja dan masih sedikit umat yang terlibat dalam hidup menggereja. Dalam menghadapi tantangan tersebut, tim pastoral membuat fokus pelayanan ke depan yaitu meningkatkan katekese untuk memperkaya dan memperdalam pengetahuan dan penghayatan iman umat; mendidik katekis-katekis awam yang mampu membantu pelayanan pastoral dan melakukan promosi panggilan agar muncul benih panggilan menjadi biarawan-biarawati dan imam.