Pelindung |
: |
Santo Petrus dan Paulus |
||
Buku Paroki |
: |
Sejak tahun 1968. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Jl. Sibolga Pematang Siantar |
||
Alamat |
: |
Jl. Asahan Km. 5 No. 238, Nagori Pantoan Maju, Kec. Siantar, Kab. Simalungun, Pematang Siantar – 21151 |
||
Telp. |
: |
0852 7097 9007 |
||
|
: |
parokibatulima@gmail.com |
||
Jumlah Umat |
: |
1.467 KK / 5.732 jiwa | ||
Jumlah Stasi |
: |
18 |
||
01. Bah Jambi04. Laras07. Naga Raja10. Perumnas13. Serbelawan16. Sosor Samosir |
02. Bah Gunung05. Laras Dua08. Nagur Usang11. Rambung Merah14. Silau Malela17. Sordang Raya |
03. Bintang Mariah06. Naga Jaya09. Pardamean12. Semangat Baris15. Sinaksak18. Timuran |
||
RP. Theodorus Sitinjak OFMCap |
25.06.'63 |
Parochus |
RP. Leopold Purba OFMCap |
06.04.'68 |
Vikaris Parokial |
|
Sejarah Paroki St. Petrus & Paulus - Jl. Asahan, Pematang Siantar
Perjalanan Paroki SPP Siantar (klik untuk membaca)
1. Letak Geografis
2. Keadaan Umat
1. Letak Geografis
Paroki St. Petrus dan Paulus memiliki tiga wilayah pelayanan yakni Kota Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Serdang Bedagai. Di Kabupaten Simalungun ada 18 stasi, Serdang Bedagai satu stasi dan di kota Pematangsiantar satu stasi.
2. Keadaan Umat
Umat paroki St. Petrus dan Paulus pada umumnya terdiri dari beragam suku, adat dan bahasa, yaitu Simalungun, Toba, Karo, Pakpak, Nias, Flores, Toraja, Jawa, Tionghoa dan suku lainnya. Keberagaman tersebut merupakan kekayaan paroki ini. Pada saat beribadat ada delapan stasi memakai bahasa Indonesia dan 12 stasi memakai bahasa Batak Toba.
Seiring dengan perjalanan waktu, umat Paroki St. Petrus dan Paulus mengalami perkembangan dan pertambahan yang amat pesat. Paroki ini berjumlah 20 Stasi, yang dibagi dalam lima rayon, yakni; Rayon I (Stasi St. Petrus dan Paulus, Termin), Rayon II ada lima stasi (St. Markus, Sinaksak; St. Elisabeth, Nagur Usang; St. Maria, Bintang Mariah; St. Fransiskus Asisi, Sordang Raya; St. Maria, Nagaraja), Rayon III ada empat stasi (St. Yosep, Serbelawan; St. Yosep, Naga Jaya; St. Thomas, Bah Gunung; St. Maria, Laras), Rayon IV ada enam stasi (St. Perawan Maria, Perumnas; St. Yosep Laras II; St. Maria, Silau Malela; St. Benediktus, Bah Jambi; St. Paulus, Timuran; St. Maria, Sosor Samosir) dan Rayon V, empat Stasi (St. Yosep, Batu Lima; St. Elisabeth, Pardamean; St. Ambrosius, Semangat Baris; St. Yosep, Rambung Merah).
3. Perjalanan Paroki St. Petrus dan Paulus
Paroki yang pertama hadir di kota Pematangsiantar, adalah Paroki St. Laurentius Brindisi Jl. Sibolga. Paroki St.Petrus dan Paulus mekar dari Paroki St. Laurentius Jl. Sibolga.
Tahun 1967, Seminari Tinggi di Jalan Medan didirikan. Pada tahun 1968, didirikan juga satu gereja baru di Jalan Medan Pematangsiantar. Para pastor dari Seminari ini melayani beberapa stasi di sekitarnya seperti Stasi Bah Gunung, Stasi Nagajaya, Stasi Serbelawan, Stasi Nagaraja, Stasi Bintang Mariah, Stasi Martoba, Stasi Rambung Merah dan Stasi Batulima. Gereja baru ini, walaupun secara administratif tidak menjadi paroki, tetapi de facto dalam pelayanan sudah berbentuk paroki, yang dinamai Paroki Pastor Bonus. Dan ini menjadi titik awal berdirinya Paroki St. Petrus dan Paulus. Paroki ini langsung dipimpin oleh Rektor Seminari Tinggi, RP. Gonzalvus Snijders, OFMCap. Awalnya paroki ini terdiri dari sembilan stasi dengan jumlah umat kurang lebih 535 keluarga yang terdiri dari berbagai jenis profesi seperti pegawai negeri, ABRI, buruh dan petani. Kurang lebih 20 tahun, paroki ini selalu dipimpin oleh rektor Seminari Tinggi Jl. Medan, antara lain RP. Gonzalvus Snijders, OFMCap, RP. Ferdinand Knoops, OFMCap, RP. Martinus Situmorang, OFMCap. RP. Elias Sembiring, OFMCap.
Jumlah umat dari tahun ke tahun semakin bertambah. Stasi juga semakin bertambah, khususnya di pinggiran kota Pematangsiantar. Maka, pada tahun 1987 diadakanlah restrukturisasi paroki di Pematangsiantar. Hasil dari restrukturisasi itu ialah 12 stasi yang sebelumnya masuk ke paroki St. Laurentius Brindisi Jl. Sibolga menjadi wilayah pelayanan paroki ini. Dan pada waktu itu pula, nama Paroki Pastor Bonus Jl. Medan menjadi Paroki St. Petrus dan Paulus Jl. Medan. Dengan adanya restrukturisasi tersebut, jumlah stasi paroki ini menjadi 21 stasi: Termin (Pusat Paroki), Jl. Medan, Sinaksak-Baringin, Bintang Mariah, Sordang Raya (sebelumnya Mariah Nagur), Nagur Usang, Naga Raja, Serbelawan, Laras, Bah Gunung, Naga Jaya (sebelumnya Bandar Betsy), Rambung Merah, Batulima, Pardamean, Perumnas, Laras II, Silau Malela, Bah Jambi, Sosor Samosir, Timuran dan Semangat Baris.
Walaupun Termin sebagai pusat paroki, namun keberadaan kantor paroki masih tetap di Jl. Medan, karena di Termin belum ada pastoran dan belum ada pastor yang tinggal secara menetap di sana. Akan tetapi, pada waktu RP. Isidorus Lambertus Woestenberg, OFMCap sebagai pastor paroki, pernah tinggal menetap di Termin dengan menyewa rumah J. Manurung demi mempermudah pelayanan, namun hal ini tidak bertahan lama.
Pada tahun 1997, RP. Hubertus Tamba, OFMCap menjadi pastor paroki. Ia bersama dewan pastoral paroki mewacanakan pembagian wilayah pelayanan yakni: wilayah Sinaksak (Sinaksak, Bintang Mariah, Sordang Raya, Naga Raja, Nagur Usang, Serbelawan, Laras, Bah Gunung, dan Naga Jaya), wilayah Jl. Medan (tersendiri) dan wilayah Batu Lima (Termin, Batulima, Rambung Merah, Pardamean, Laras II, Perumnas, Silau Malela, Timuran, Semangat Baris, dan Sosor Samosir).
Pada tahun 2000, RP. Joseph Rajagukguk, OFMCap memindahkan Kantor Paroki dari Jl. Medan ke Termin. Namun pastor paroki masih tetap tinggal di Biara Kapusin Jl. Medan. Tahun 2003, segala arsip dan dokumen paroki resmi dipindahkan ke Termin. Pernah dijajaki untuk membeli tanah di belakang gereja untuk mendirikan pastoran, namun tidak jadi, karena terlalu banyak kesulitan.
Pada tahun 2005, paroki ini dimekarkan menjadi dua paroki yakni Paroki St. Petrus dan Paulus dan Paroki St. Fransiskus Asisi, Jl. Medan. Maka, jumlah stasi di paroki St. Petrus dan Paulus menjadi 20 stasi. Pastor Paroki pada saat itu adalah RP. Markus Manurung, OFMCap. Dalam masa kepemimpinannya, sebagai pastor paroki, dibuatlah master plan paroki, yakni meneruskan salah satu rencana yang pernah diputuskan tahun 1997 tentang pusat paroki di Jalan Asahan-Batulima.
Dengan segala kerja dan usaha keras, maka 16 September 2007 dilaksanakan peletakan batu pertama gereja paroki/ gereja induk oleh Uskup Koajutor Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap. Pembangunan gereja paroki ini berlangsung dua tahun. Pada 05 Juli 2009, Gereja Paroki diberkati oleh Mgr. A.G. Pius Datubara, OFMCap.
Rabu, 8 Agustus 2012 Eks gereja lama dialihfungsikan menjadi rumah pastoran Batulima. Komunitas pastoran baru ini ditempati oleh 3 orang pastor, yaitu RP. Raymond Simanjorang, OFMCap (Pastor Paroki), RP. Yovinus Sibagariang, OFMCap (pastor rekan) dan RP. Elio Sihombing, OFMCap (anggota komunitas yang bertugas di Komisi Liturgi KAM).
Tahun 2009 – 2013 Pastor Paroki dijabat oleh RP.Raymond Simanjorang, OFMCap. Pastor Raymond mengalami sakit secara tiba-tiba sehingga pelayanan pastoral ditanggung-jawabi oleh RP. Emmanuel Sembiring, OFMCap. (Desember 2012-Februari 2013) selaku administrator. Kemudian dilanjutkan oleh RP. Michael Manurung, OFMCap. (Februari 2013-Agustus 2013) yang adalah Vikep.St. Paulus Rasul, menjadi Administrator Paroki.
Pada tanggal 1 September 2013 diadakan serah terima Pastor Paroki dari RP.Michael Manurung, OFMCap. kepada RP.Fridolinus Simanjorang, OFMCap sebagai Pastor Paroki definitif. Pada masa ini mulai dipikirkan secara matang dan intensif pembangunan pastoran dan kantor paroki. Peletakan batu pertama Pastoran dan Kantor Paroki dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2014 dan diberkati tanggal 5 Desember 2015 oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap.
Tokoh Pelindung Paroki : St. Petrus dan Paulus
RP. Sybrandus van Rossum, OFMCap
Pastor yang Pernah Berkomunitas di Pastoran Paroki St. Petrus & Paulus
Para Pastor/ Biarawan
Para Biarawati