loader image
Minggu, Juni 29, 2025
Lainnya
    Beranda Blog Halaman 20

    Paroki Kisaran

    Pelindung

    :

    Sakramen Mahakudus

    Buku Paroki

    :

    Sejak 1968. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Tanjung Balai

    Alamat

    :

    Jl. Hamka 6C, Kec. Kisaran Barat, Kab. Asahan – 21216

    Telp.

    :

    +62 81265302211

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    1.067 / 4.134 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    23

    01. Bangun Sari
    02. Bangun Silau
    03. Binjei Baru
    04. Desa Gajah
    05. Gunung Santi
    06. Hessa
    07. Kampung Baru
    08. Kampung Saragih
    09. Panggualan
    10. Pardomuan
    11. Pematang Pao
    12. Rawang II
    13. Rawang VII
    14. Sei Bejangkar
    15. Sei Lama
    16. Sei Mentaram
    17. Sei Sikasim
    18. Serdang II
    19. Silau Laut
    20. Silau Maraja
    21. Sionggang
    22. Sudi Makmur
    23. Tinjowan

    RP. Antonius Manik, O.Carm

    15.01.'73

    Parochus

    RP. Lukas Joko Prasetyo, O.Carm

    28.12.‘71

    Vikaris Parokial


    Jadwal Misa Paroki Kisaran

    Tahun Liturgi C/I 2024-2025
    Sumber: Sekretariat Paroki (22-11-2024)

    Misa Harian (Selasa, Rabu, Jumat, Sabtu) 18:00 WIB
    Misa Jumat Pertama 18:00 WIB
    Misa Hari Minggu 07:30 WIB
    Misa Malam Tahun Baru 19:30 WIB
    Misa Tahun Baru 09:00 WIB
    Misa Rabu Abu 17:30 WIB
    Kamis Putih & Sabtu Suci 19:00 WIB
    Jumat Agung 15:00 WIB
    Minggu Paskah & Hari Raya Natal 08:00 WIB
    Malam Natal / Vigili Natal 18:30 WIB
    *Jadwal misa bisa berubah sewaktu-waktu, silahkan dihubungi kontak sekretariat paroki yang bersangkutan, terima kasih.

    Sejarah Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran

    Sejarah Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran (klik untuk membaca)

    1. Berawal di Kompleks HAPAM UNI ROYAL USP 1957
    Masuknya iman Katolik di Kisaran bermula dari kompleks HAPAM Uni Royal USP tahun 1957, perusahaan perkebunan karet milik Belanda. Untuk pelayanan rohani karyawan yang beragama Katolik, oleh perusahaan disediakan, salah satu ruangan menjadi gereja, dengan nama Santo Matias. Gereja ini juga terbuka untuk orang Katolik yang tinggal dekat kompleks tersebut. Misa diberikan oleh pastor dari Paroki Tanjung Balai sekali atau dua kali sebulan. Para pastor tsb: P. Arthur Jansen OFM Cap, P. Ezecchiel Vergest OFM Cap dan P. L. Renders OFM Cap.

    Untuk memperlancar pelayanan rohani umat dibentuklah Dewan Gereja yaitu:
    M.J. Tampubolon, S.T.K. Silitonga dan Chan Kimpoi (bendahara), B. Eduard Sinaga dan P.V. Rumahorbo. Setiap hari minggu gereja sudah dibuka dengan 2 x ibadat sabda dan 2 x perayaan misa tiap bulan.

    2. Persiapan Menuju Paroki (1966 sd 1968)
    Pertumbuhan orang Katolik bertambah secara sporadis di Kisaran. Karena itu supaya letak gereja strategis bagi umat Katolik yang sudah mulai bermukim di Kisaran, P. Ezecchiel Vergest OFM Cap pada tahun 1966, memindahkan gereja dari kompleks HAPAM ke Jl. dr. Mansur. Pada tahun 1967, P. Dewirt OFM Cap dan P. Pennock OFM Cap juga berhasil membeli tanah di Jl Hamka, Kisaran. Sementara pembangunan gereja berlangsung ibadat dilakukan di kapel Susteran Gita Surya KSFL, yang juga baru dibeli keluarga Tionghoa. Dewan Gereja disempurnakan yaitu: Vorhanger: B. Eduar Sinaga; Ketua Pembangunan: M.J. Tampubolon, Wakil Ketua : P.V. Rumahorbo; Bendahara: Chan Kimpoi dan Robert Chew.

    Menjelang pembentukan paroki baru, Pastor Pennock melaksanakan pemindahan adminsitrasi dari Paroki Tanjung Balai ke Kisaran. Pada tahun 1968, nama gereja yaitu stasi Santo Mathias berubah status menjadi paroki dengan nama Paroki Sakramen Mahakudus, dan diresmikan oleh Mgr. Van der Hurk. Waktu itu ada 19 stasi.

    Pada tahun 1968 P. H. Pennock bersama P. J.H, de Witt dan P. Antonius Siregar membenahi paroki dengan membentuk Dewan Gereja yang terdiri atas: B. Eduard Sinaga, M. Tampubolon, P.V. Rumahorbo dan Robert Chew (bendahara). Sesudah itu P. Pennock pindah dan digantikan oleh P. Dewitt yang dibantu oleh P. Anton Siregar. Kemudian P. Jenisken menggantikan P. Dewitt sampai tahun 1970.

    3. Pesta Temu Pisah Uskup Lama dengan Uskup yang Baru
    Pada hari Minggu, 27 Juni 1976 dilaksanakan pesta perpisahan dengan Mgr. Ferrerius van den Hurk yang telah bertugas selama 21 tahun dan akan mengakhiri tugasnya di KAM dan penyambutan Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara OFM Cap yang menjadi uskup yang baru di KAM.

    4. CU Sehati
    Pada tahun 1976, Bpk Micael Manik dan JB Sirait diutus utuk mengikuti pelatihan CU oleh Pansosek KAM. Pada bulan Juli 1976 terbentuklah CU Sehati dengan kepengurusan: Ketua: M.Y. Tampubolon, Bendahara: P.V. Rumahorbo, Sekretaris: B.E. Sinaga, Anggota: Michael Manik, Djaidin B. Sirait, M. Simamora, Robert Chew dan M. Sinambela. Sesudah Pastor Rompa pindah tugas, CU Sehati tidak begitu berkembang. Pada tahun 1985 nama “CU Sehati” diganti menjadi “CU Sehat” dengan tujuan supaya lebih berkembang. Tetapi tidak tahu persisnya, “CU Sehat” ini akhirnya gulung tikar. Apalagi setelah kepindahan Pastor Rompa para pastor yang bertugas di Kisaran silih berganti dengan cepat.

    5.Rapat Paripurna

    5.1. Tanggal 1 sd 3 Juli 1978:
    Pada tanggal 1-3 Juli 1978 Pastor H. Rompa OFM Cap melaksanakan Sermon Bolon. Sermon Bolon ini membicarakan Hasil Rapat Keuskupan KAM, 15 sd 18 Agt 1977 tentang peran serta awam di KAM. Jumlah peserta sermon bolon ini 29 orang dari stasi-stasi: Kisaran, Batu V, Desa Gajah, Sei Sikasim, Kampung Baru, Sudi Makmur, Sei Mentaram, Kampung Saragih, Pematang Pao, Rawang Pasar VI, Sei Lama, Pardomuan, Silau Laut, Gunung Santi, Rawang II, Bangun Sari, Serdang II, Tinjoan.

    5.2. Tanggal 12 sd 14 Mei 1984:
    Pada tgl 12 sd 14 Mei 1984 diadakan Sermon Bolon di Kisaran dengan peserta 30 orang, stasi-stasi yang hadir ialah: Kisaran, Desa Gajah, Sei Sikasim, Kampung Baru, Sei Mentaram, Sudi Makmur, Kampung Saragih, Pardomuan, Gunung Santi, Tinjoan, Kampung Baru, Sei Mentaram, Sei Sikasim, Pardomuan, Sei Lama, Silau Laut, Rawang II, Bangun Sari, Rawang VII, Serdang II, Pasir Mandoge.

    5.3. Tanggal 10 sd 11 Januari 1987:
    Pada tanggal 10 sd 11 Januari 1987 Pastor Timotius M. Sinaga OFM Cap mengadakan rapat pleno paroki, bertempat di kompleks Pastoran Kisaran. Adapun materi dari acara ini ialah: 1) Evaluasi dari ketentuan-kententuan Dewan Wilayah Daslab, 2) Pembentukan Dewan Paroki Kisaran. Untuk pertama kali, pada tahun 1987 inilah dibentuk Dewan Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran. Adapun pengurus Dewan Paroki yang terbentuk adalah sebagai berikut:
    DEWAN PAROKI PERIODE 11 Januari 1987 sd 15 Maret 1990 (SK KAM, No. 107/H/KA/1987):
    Ketua Umum : P. Timotheus Sinaga
    Wakil Ketua Umum : Br. Konstan Kudadiri
    Ketua : Jaludin Vincentius Samosir
    Sekretaris : Parsaoran L. Simbolon, BA
    Bendahara : Antonius Pintar Tarigan
    Pembantu umum : Abdul Manaf Silitonga, Tonggo Panjaitan, Simamora, Omsi Simanjuntak, Kasan Yuventius Silalahi
    Ketua-ketua Rayon
    1. Kisaran : Karem Silalahi (Gereja Paroki Kisaran, Hessa, Silaumaraja, Tinjoan, Sei Lama)
    2. Pasir Mandoge : Asal Situmorang (Huta Kelapa, Emplasmen Mandoge, Sei Kopas, Simp. Parbatuan, Bangun Silau)
    3. Sordang Bolon : Paimo Simbolon (Kampung Saragi, Panggualan, Parlangkitangan, Sudi Makmur)
    4. Rawang Pasar II : Tonggo Panjaitan (Rawang VII, Rawang II, Serdang II, Silau Laut, Bangun Sari)
    5. Desa Gajah : Barnabas Pandiangan (Desa Gajah, Kampung Baru, Sei Sikasim, Sei Mentaram, Sei Bejangkar, Pematang Pao, Gunung Santi, Pardomuan)

    6. Pergantian Penggembalaan dari OFM Kapusin kepada Saverian:
    Sesudah Br. Konstantin OFM Cap pindah dari paroki Kisaran, dimana sebelumnya Pastor Timotius Sinaga sudah lebih dahlu pindah, maka sekitar Oktober sd Desember 1987 terjadilah pergantian pelayanan dari OFM Capusin kepada Saverian. Pastor yang melayani ialah Pastor Jeremia SX dan Pastor Varalta SX.

    7. Perpindahan Stasi
    Pada tanggal 3 April 1989, dengan surat keputusan No. 224/H/KA/1989, Bapa Uskup Agung Medan menyetujui pemindahan 3 stasi di wilayah Mandoge (Emplasmen Mandoge, Huta Kelapa dan Sei Kopas) ke wilayah Tanah Jawa, Paroki Santo Laurentius Pematangsiantar. Karena stasi-stasi tersebut lebih dekat ke wilayah Tanah Jawa.

    8. Penyambutan Paus Yohanes Paulus II
    Pada tanggal 15 Agustus 1989 Panitia Penyambutan Sri Paus, yaitu ketua: J.V. Samosir, sekretaris: P.L. Simbolon dan bendahara M. Sihombing membuat surat edaran perihal peserta, biaya dan keberangkatan ke Medan, hari Jumat 13 Oktober 2089.

    9. Dewan Paroki Periode 1990 – 1993:
    Karena masa periode Dewan Paroki 1983-1990 sudah selesai maka Pastor Angelo Geremia SX, melaksanakan periodesasi pengurus Dewan Paroki sebagai berikut, Surat Keputusan KAM No. 391/H/KA/1990, tgl 16 Mei 1990): Pengurus Dewan Paroki Harian Ketua Umum : P. Angelo Geremia SX Wakil Ketua Umum : P. Varalta SX Ketua : Kleopas Marinus Manalu Sekretaris : Parsaoran L. Simbolon, BA Wakil sekretaris : Maruba Rumapea Bendahara : Manerep Sihombing Pembantu umum : Sr. Antonetta KSFL, Budin Abdon Sinaga, Karem Silalahi, Salim Aliman Manurung, Malinton Purba Ketua-ketua Rayon Sordang Bolon : Paimo Simbolon Kisaran : Karem Silalahi Rawang Pasar II : Tonggo Panjaitan Desa Gajah : Robertus Manurung

    10. Pesta Perak Paroki Kisaran
    Pada tahun 1993, Paroki Kisaran genap berumur 25 tahun, tepatnya dirayakan pada 17 Oktober 1993. Dari buku “Daftar Hadir Rapat Dewan Paroki” Ada 3 kali rapat untuk merencanakan pesta perak ini, yaitu pada tanggal 5 Oktober 1993, dihadiri 29 orang, pada tanggal 7 Oktober 1993, dan tanggal 10 Oktober 1993. Namun pada waktu, panitia belum bisa menyelesaikan sejarah gereja Paroki Kisaran karena satu dan lain hal.

    11. Dewan Paroki Periode 1993 sd 1996: SK KAM tertanggal 17 Oktober 1993, No.663/GP/KA/1993:
    Pengurus Dewan Paroki Harian
    Ketua Umum : P. G. Veralta SX
    Ketua : Desmon Simbolon
    Wakil Ketua : Aloysius Manurung
    Sekretaris : Budi Abdon Sinaga
    Wakil sekretaris : Esron Simangunsong
    Bendahara : Monang Henri Sitinjak
    Wakil Bendahara : Manerep Sihombing
    Anggota : Paian Simamora, Pahala Siagian, Michael Manik
    Rayon Desa Gajah : Maralim B. Lumban Raja
    Rayon Rawang : Alfaret Situmorang
    Rayon Serdang Bolon : Elmon Situmorang
    Rayon Kisaran : Karem Silalahi

    12. Periode Pelayanan Tarekat Ordo Karmel:
    Pada hari Minggu, 4 Juli 1999, Keuskupan Agung Medan menyerahkan Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran dari Tarekat Saverian kepada tarekat Ordo Karmel, dengan surat “Berita Acara Penugasan Pelayanan Pastoral Paroki Kisaran Keuskupan Agung Medan, No. 253/GP/KA/1999” dengan Pastor Ignatius Joko Purnomo O.Carm sebagai Pastor Paroki dan Bpk Mikael Manik sebagai Ketua Dewan Paroki Harian.

    Untuk menggeliatkan hidup beriman, pada masa ini Dewan Paroki yang sudah diaktifkan kembali, administrasi sekretariat paroki dibenahi. Demikian pula untuk memperlancar pelayanan Paroki dibagi dalam 5 wilayah pelayanan, yaitu:
    1. Rayon Stasi Induk/Kisaran Kota: 10 lingkungan (1. Sentang, 2. Mutiara, 3. Lestari, 4. Kisaran Barat, 5. Kisaran Baru, 6. Kisaran Kota, 7.Gambir Baru, 8. Sidorejo I, 9. Sidorejo II, dan 10. Bunut)
    2. Rayon Kisaran Luar Kota: 1. Sei Lama, 2. Hessa, 3. Sionggang, 4. Bangun Silau, 5. Silau Maraja
    3. Rayon Serdang Bolon: 1. Panggualan, 2. Sudi Makmur, 3. Parlangkitangan, 4. Kampung Saragih.
    4. Rayon Rawang: 1. Rawang Pasar II, 2. Rawang Pasar VII, 3. Bangun Sari, 4. Silau Laut, 5. Serdang II.
     5. Rayon Desa Gajah: 1. Desa Gajah, 2. Tinjowan, 3. Sei Bejangkar, 4. Pardomuan, 5. Gunung Santi, 6. Kampung Baru, 7. Sei Sikasim, 8. Pematang Pao, 9. Pematang Nibung, 10. Sei Mentaram.

    Sesudah Pastor Ignatius Joko Purnomo O.Carm pindah ke Sidikalang, beliau digantikan Pastor Damianus Parngadi O.Carm. Pada masa ini stasi Pematang Nibung ditutup, karena tidak ada lagi umat yang beribadat setiap hari Minggunya.

    Data Paroki Sakramen Mahakudus

    1. Letak Geografis Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran
    Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran berada di Kota Kisaran yang merupakan ibukota Kabupaten Asahan. Kab Asahan terletak 2o-3o Lintang Utara serta 99o– 100o Bujur Timur pada rentang ketinggian 0-1000 meter di atas permukaan laut. Kabupaten ini disebut Assaban pada masa penjajahan Belanda. Sebelumnya, kabupaten ini beribukota di Tanjung Balai. Tetapi pada 16 Februari 1963 dipindahkan ke Kisaran berdasarkan keputusan DPRD-GR Tingkat II No. 3/DPRD-GR/1963.
    Wilayah pelayanan Paroki Kisaran mencakup 3 kabupaten:
    1. Kab. Asahan terdiri atas 15 gereja: 1 gereja paroki; dan 14 gereja stasi yaitu:
    • Sei Lama
    • Hessa
    • Sionggang
    • Bangun Silau
    • Silau Maraja
    • Bangun Sari
    • Silau Laut
    • Rawang VII
    • Rawang II
    • Serdang II
    • Desa Gajah
    • Sei Sikasim
    • Kampung Baru
    • Kampung Saragi
    2. Kab. Batu Bara terdiri atas 6 gereja stasi:
    • Pardomuan
    • Sei Bejangkar
    • Binje Baru
    • Gunung Santi
    • Pematang Pao
    • Sei Mentaram.
    3. Kab Simalungun terdiri atas 3 gereja stasi:
    1. Tinjoan
    2. Panggualan
    3. Sudi Makmur.
    Paroki Kisaran adalah bahagian dari Dekenat St. Mateus Rasul, Aek Kanopan.

    2. Statistik Paroki Sakramen Mahakudus
    Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran terdiri atas 24 gereja (1 gereja paroki dan 23 gereja stasi). Gereja Paroki terdiri atas 13 lingkungan dari 3 wilayah.

    2.1. Nama-nama stasi wilayah Paroki Kisaran

    1. RAYON LUAR KOTA

    1

    Stasi St. Simon Stock - Bangun Silau

    2

    Stasi St. Maria Ratu Damai - Sionggang

    3

    Stasi Gembala Yang Baik – Hessa

    4

    Stasi St. Teresia - Sei Lama

    5

    Stasi St. Rafael - Silau Maraja

    2. RAYON PARDOMUAN

    1

    Stasi St. Yohanes Pembaptis - Binjei Baru

    2

    Stasi Bt. Titus Brandsma - Gunung Santi

    3

    Stasi St. Fransiskus – Pardomuan

    4

    Stasi St. Yosep - Sei Bejangkar

    5

    Stasi Maria Pertolongan Abadi - Tinjowan

    3. RAYON GUNUNG

    1

    Stasi St. Mikael -Kampung Saragih

    2

    Stasi St. Yosep – Panggualan

    3

    Stasi Maria Bunda Karmel - Sudi Makmur

    4. RAYON DESA GAJAH

    1

    Stasi St. Maria - Desa Gajah

    2

    Stasi St. Maria Terangkat ke Surga - Kampung Baru

    3

    Stasi St. Albertus - Pematang Pao

    4

    Stasi St. Maria - Sei Mentaram

    5

    Stasi St.  Lukas - Sei Sikasim

    5. RAYON RAWANG

    1

    Stasi St. Yakobus - Bangun Sari

    2

    Stasi St. Edith Stein - Rawang II

    3

    Stasi St. Yosep - Rawang VII

    4

    Stasi Keluarga Kudus - Serdang II

    5

    Stasi St. Angelica - Silau Laut

    2.2. Nama-nama Lingkungan di Gereja Paroki Kisaran

    WILAYAH I

    1

    Lingk. St. Yohanes – Kisaran Barat

    2

    Lingk. St. Thomas – Kisaran Baru

    3

    Lingk. St. Andreas – Bunut

    WILAYAH II

    1

    Lingk. St. Markus – Kisaran Kota

    2

    Lingk. St. Yosep – Lestari Selatan

    3

    Lingk. St. Maria – Lestari Utara

    WILAYAH III

    1

    Lingk. St. Petrus – Mutiara

    2

    Lingk. St. Jakobus – Sentang

    3

    Lingk. St. Teresia – Kisaran Naga

    WILAYAH IV

    1

    Lingk. St. Matius – Gambir Baru

    2

    Lingk. St. Lukas – Sidorejo II

    3

    Lingk. St. Tadeus – Sidorejo I

    4

    Lingk. St. Paulus – Karang Anyer

    2.3. Statistik Paroki Kisaran Tahun 2020:
    Menurut data statistik yang sudah diinput ke dalam Basis Integrasi Data Umat (BIDUK) tahun 2020, jumlah KK seluruh umat Paroki Kisaran 953 KK dengan jumlah jiwa 3.749. Di Kota Kisaran sendiri ada 331 KK dan 1.219 jiwa.

    Para Pastor yang Berkarya di Paroki Kisaran :

    No

    Nama

    Tahun

    1

    Tevergeet OFM Cap

    1965

    2

    Lucas Renders OFM Cap

    1965

    3

    Meinrad Manser OFM Cap

    1965

    4

    Linus Fah OFM Cap

    1967

    5

    Remigius Pennock OFM Cap

    1967

    6

    Guido Situmorang OFM Cap

    1967

    7

    Raymundus Ferdinan OFM Cap

    1967

    8

    Dionisius Schoenmarkers OFM Cap

    1967

    9

    H. Dewirt OFM Cap

    1967

    10

    Antonius Siregar OFM Cap

    1970

    11

    Hubert Tamba OFM Cap

    1970

    12

    Marcellinus Manalu OFM Cap

    1970

    13

    Fredericus Kasmono P. O.Carm

    1971

    14

    Terentius Schepens OFM Cap

    1971

    15

    Bavo Westgeest OFM Cap

    1972

    16

    Beatus Jennisken OFM Cap

    1972

    17

    Clarus Sihotang OFM Cap

    1972

    18

    Arie Van Diemen OFM Cap

    1974

    19

    H. Rompa OFM Cap

    1975

    20

    Bernardus Binid OFM Cap

    1975

    21

    Rafael OFM Cap

    1977

    22

    Anicetus OFM Cap

    1976

    23

    Rafael OFM Cap

    1977

    24

    Timotius M. Sinaga OFM Cap

    1984-1986

    25

    Br. Konstan Kudadiri OFM Cap

    1984-1987

    26

    Angelo Gereima SX

    1988-1994

    27

    Guliano Varalta SX

    1988-1999

    28

    Kornelius Uli Raja Simarmata Pr

    1999

    29

    Marianus Manullang OFM Cap

    1991

    30

    Ignatius L. Joko Purnomo O.Carm

    1999-2002

    31

    Damianus Christanto Parngadi O.Carm

    2002-2003

    32

    M. Gunawan Wibisono O.Carm

    2003-2006

    33

    Robert Pius Manik O.Carm

    2004-2008

    34

    Pascalis Tumarno O.Carm

    2007-2008

    35

    Vincentius Markus Mbiru O.Carm

    2007-2011

    36

    Karel Gregorius N. Tola O.Carm

    2008-2011

    37

    Paulus Redemptus Triyuwono O.Carm

    2011-2016

    38

    Yohanes Kartolo Malau O.Carm

    2012-2014

    39

    Yustinus Sumaryono O.Carm

    2014-2017

    40

    Danrisman Sitanggang O.Carm

    2016-

    41

    Yohanes Bello Patty O.Carm

    2018-2019

    42

    Yohanes Don Bosco O.Carm

    2019 - 2021


    Dewan Paroki Periode 1999 - 2021

    13.1. DEWAN PAROKI PERIODE 1999 sd 2002 (SK KAM No. 191/GP/2000, tertanggal 9 Mei 2000):
    I.DEWAN PAROKI HARIAN
    Ketua Umum : P. Ignatius Joko Purnomo O.Carm
    Ketua I : Sabar Manik
    Wakil Ketua I : Damianus Siboro
    Wakil Ketua II : Hotman Hamonangan Saragih
    Sekretaris : Ericson Purba
    Wakil Sekretaris : Alfrida H. Silitonga
    Bendahara : Sr. Silveria Sidabutar KSFL
    Wakil Bendahara : Manerep Sihombing
    Anggota : 1. M.L. Samosir, 2. Johanes P. Matondang, 3. Alfred Sitohang, 4. Katarina Sinaga, 5. L. br Manurung

    II.DEWAN PAROKI PRESIDIUM
    1.Semua Anggota Dewan Paroki Harian
    2.Ketua-ketua Stasi
    3.Ketua-ketua Seksi:
    1. Seksi Liturgi : Pelman Manalu
    2. Seksi Katekese : Mikael Manik
    3. Seksi Sosial : Andreas
    4. Seksi Kewanitaan : Roslina Simamora
    5. Seksi Humas : Benyamin Sihotang 
    6. Seksi Mudika : Pendenaker Simanjuntak

    III.DEWAN PAROKI PARIPURNA
    1. Semua pengurus dan anggota DPH
    2. Ketua, Sekretaris dan Bendahara Wilayah Dewan Stasi
    3. Sekretaris dari seksi-seksi dalam Dewan Paroki Presidium

    13.2. DEWAN PAROKI PERIODE 2002 sd 2005 (2 Okt 2002 sd. 2 Juli 2005) KAM No. 663/GP/KA/2002:
    Ketua Umum : RP Damianus Parngadi O.Carm (2002-2003)
                              RP Martinus Gunawan O.Carm (2003-2004)
    Ketua : Sabar Manik
    Wakil Ketua I : Djaidin Benediktus Sirait
    Wakil Ketua II : Drs. Damianus Siboro
    Sekretaris : Erikson Purba
    Wakil Sekretaris : Afida Hasna Silitonga
    Bendahara : Sr. Silveria Sidabutar KSFL
    Anggota : Menanti Lumbangaol, Rosalina Simamora

    13.2.1. Carmel Cup VI di Paroki Kisaran
    Pada tahun 2003, perhelatan kaum muda separoki Karmel dilaksanakan di Kisaran. Pertemuan itu dihadiri oleh Paroki Sidikalang, Tigalingga, Parongil, Sumbul, Pasar Merah Medan dan Perdagangan. Pada bulan September 2003, Pastor Damian P. O.Carm berpindah ke Paroki Perdagangan dan digantikan oleh Pastor Martinus Gunawan O.Carm dari Paroki Parongil. Pada masa ini Stasi Parlangkitangan ditutup karena umat di tempat tersebut sudah hampir tidak ada, sudah tidak aktif.

    13.3. DEWAN PAROKI PERIODE 2005-2008 (KAM No. 579/GP/KA/2005):
    Ketua Umum : RP Martinus Gunawan Wibisono O.Carm (2005-2006)
                              RP Pascalis Tumarno O.Carm (2006-2008)
    Wakil Ketua Umum : RP. Robert Pius Manik O.Carm
    Ketua : Jaidin Benediktus Sirait
    Wakil Ketua : Makdin Damanik
    Sekretaris : Sabam Martua Nainggolan
    Wakil Sekretaris : Yosef Sariaman Situmorang
    Bendahara : Sr. Katarina KSFL
    Wakil Bendahara : Agnes Monika Samosir
    Koordinator Lingkungan : Saut Simamora
    Anggota : Katarina Mego, Damianus Siboro

    13.4. DEWAN PAROKI PERIODE 2008-2011 (KAM No. 783/GP/KA/2008):
    Ketua Umum : RP G.N. Karel Tola O.Carm (2008-2011)
                              RP F. Borta Rumapea O.Carm (2011)
    Wakil Ketua Umum : RP. Vincentius Mbiru O.Carm
    Ketua : Jaidin Benediktus Sirait
    Wakil Ketua : Damianus Siboro
    Sekretaris : H.H. Saragih, S.Pd
    Wakil Sekretaris : R. br Matondang
    Bendahara : Sr. Patricia KSFL

    13.5. DEWAN PASTORAL PAROKI PERIODE 2012-2017 (KAM 80/PAR/KIS/KA/XII/12):
    Ketua : RP Paulus R. Triyuwono O.Carm (2012-2016)
    RP. Danrisman Sitanggang (2016-2017)
    Wakil Ketua : RP. Yohanes Rudy Kartolo Malau O.Carm
    Pelaksana 1 : Damianus Siboro
    Pelaksana 2 : Hotman Hamonangan Saragih, S.Pd
    Sekretaris 1 : Asterius Sipangkar, S.Pd
    Sekretaris 2 : Drs. Manosor Simanullang
    Bendahara 1 : Sr. Martika Lumbansiantar KSFL
    Bendahara 2 : Royanna Gultom
    Anggota DPP : Drs. J.B. Sirait, Tillo Simanjuntak, Bel Josep Bangun, Nempel Tarigan

    13.6. DEWAN PASTORAL PAROKI 2017-2022 (KAM 273/PAR/KIS/KA/VI/17):
    Ketua : RP Danrisman Sitanggang O.Carm
    Wakil Ketua : RP. Yustinus Sumaryono O.Carm
    Pelaksana 1 : Hotman Sitanggang
    Pelaksana 2 : Drs. Damianus Siboro
    Pelaksana 3 : Sabam Nainggolan
    Sekretaris 1 : Amson Situmorang, S.Kom
    Sekretaris 2 : Ridonsen Turnip
    Bendahara 1 : Nevada Manik
    Bendahara 2 : Sr. Rita Saragih KSFL
    Anggota DPP : Drs. Manosor Manullang, Nempel Tarigan, Drs. J.B. Sirait, Asterius Sipangkar, S.Pd, Manimpan L. Samosir, Hardo Simanjuntak, Philipus Manalu, Andus Pakpahan, Pardomuan Situmorang, Wasinton Sijabat

    13.7. DEWAN PASTORAL PAROKI 2017-2022 (No. 607/PAR/KIS/KA/XII/2021):
    Ketua : RP Danrisman Sitanggang O.Carm
    Wakil Ketua : RP Lukas Jokoprasetya O.Carm
    Pelaksana 1 : Sabam Malatua Nainggolan
    Pelaksana 2 : Nempel Tarigan
    Pelaksana 3 : Damianus Siboro
    Sekretaris 1 : Japar Siregar
    Sekretaris 2 : Imelda Mandalahi
    Bendahara 1 : Irama Manalu
    Bendahara 2 : Nevada Manik
    Anggota DPP : Hotman Hamonangan Sitanggang, Philipus Manalu, J.B. Sirait, Hardo Simanjuntak, Amson A. Situmorang, Manosor Manullang, Rajes Agustinus Turnip

    Karya Pendidikan & Asrama dan lain-lain

    1. Yayasan Santa Lusia Pematangsiantar: TK Panti Budaya, milik Kongregasi KSFL

    2. Yayasan Santo Yosep Medan:
    1) SD Panti Budaya, berdiri tahun 1972, milik KAM, awalnya dikelola Yayasan Darma Sejati perwakilan Kisaran, sekarang Yayasan Santo Yosep Medan, di Jln Hamka
    2) SMP Panti Budaya, berdiri tahun 1982, milik KAM, awalnya dikelola Yayasan Darma Sejati perwakilan Kisaran, sekarang Yayasan Santo Yosep Medan, di Jl Hamka
    3) SMA Panti Budaya, berdiri, 14 Maret 1987, N.S.S: 304078002013, milik KAM, awalnya dikekola Yayasan Darma Sejati perwakilan Kisaran, sekarang Yayasan Santo Yosep Medan, di Jl Durian No. 24, Pangkal Titi Kisaran, Kec. Kisaran Timur

    3. Yayasan Pendidikan Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran,
    Akta Notaris No. 02, tgl 16 September 2019 notaris Fedy Ridho, SH, MKN; Pengesahan Badan Hukum dari Keputusan Meneteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI, No. AHU-0013236.AH.01.04.Tahun 2019, tgl 16 September 2019.
    1) KB Santa Maria, Ijin operasional Dinas & Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, No. 503/IPSP-NF/DPMPPTSP/0010/VIII/2020, tertanggal 27 Agustus 2020, di stasi Serdang II.
    2) KB Santa Agelica, Ijin operasional Dinas & Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, No. 503/IPSP-NF/DPMPPTSP/0011/VIII/2020, tertanggal 27 Agustus 2020, di stasi Silau Laut

    4. Karya Asrama
    1. Asrama Santo Antonius, milik Yayasan Santo Yosep Medan, di Jl. Durian No. 24, Kec. Kisaran Timur
    2. Asrama KSFL, milik Kongregasi KSFL, Jl. Hamka

    CU Paroki Sakramen Mahakudus Kisaran
    Walaupun di Paroi Kisaran pernah berdiri CU dan gulung tikar, Pastor Varalta SX kembali mendirikan CU dengan nama CU Paroki Sakramen Mahakudus pada tanggal 15 November 1995. Kantor CU Sakramen Mahakudus ini berada di satu kamar di lantai 2 pastoran. Pada bulan Maret 1996 CU ini bergabung dengan BK3D Pematangsiantar. Dalam perjalanan waktu nama CU Paroki Sakramen Mahakudus berganti menjadi CU Harapan Jaya. Pengurus CU pada awalnya ialah: Penasehat: Pastor V.G. Paralta SX, Ketua: Drs. Michael Manik, Sekretaris: Sabar Manik, Bendahara: Desmon Simbolon S.Pd. Sampai dengan tahun 2007, anggota CU ini hanya umat Katolik di Paroki Kisaran. Karena kurang berkembang sejak tahun 2005 anggota terbuka pada masyarakat.

    Pada sermon bolon 2005, dalam laporan materi rapat dilaporkan bahwa CU harus mendapat perhatian supaya dapat berkembang. Maka Pastor Gunawan Wibisono O.Carm melakukan perbaikan sehingga di RAT tahun 2006 dilakukanlah periodesasi pengurus sbb.: Penasehat: Pastor Paroki (ex-officio) Pastor Gunawan Wibisono O.Carm, Ketua: Desmon Simbolon, Sekretaris: Sabam M. Nainggolan, Bendahara: Jonri Naibaho. Untuk memudahkan mobilitas CU ini, maka dibelilah satu gedung di Jl. Panglima Polem No 1, Kisaran pada tahun 2006. CU Harapan Jaya menjadi satu bentuk kepedulian Gereja terhadap ekonomi umat dan masyarakat. Karena itu di setiap stasi di Paroki Kisaran harus masuk menjadi kolektor.

    Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Kab. Asahan
    SK Bupati Asahan No. 227 Bag Kesra Tahun 2018, Tentang Penetapan Kepengurusan Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Kab. Asahan, Masa Bakti Tahun 2018 sd 2013, pengurusnya sbb.: Ketua Umum: Ir. Hardo Simanjutak, M.Si, Ketua I: Japar Siregar, S.I.P, Ketua II: Hotman Hamonangan Sitanggang, S.Pd, M.Si, Ketua III: Marihot Situmorang; Sekretaris Umum: Sabam Malatua Nainggolan, S.Pd, M.Si, Sekretaris I: Lusia Saragih, S.Ag, Sekretaris II: Manosor Manullang, S.Pd, M. Si, Sekretaris III: Amson Situmorang, SE; Bendahara Umum: Manimpan Liberius Samosir, SE, Bendahara I: Sitor Situmorang, Bendahara II: Agnes Samosir, S.Pd.

    Para Pastor, Bruder, Frater dari Paroki Kisaran
    1. Para Pastor/Bruder, Frater dari Paroki Kisaran
     1) RD Fidelis Siagian Pr, dari Stasi Serdang II 
     2) RP Bavo Samosir, Kisaran
     3) RP Ivansius Siallagan OFMCap
     4) RD Fernandus Saragih
     5) RD John Paul Siboro
     6) Fr. Hendra Simbolon O.Carm

    2. Para Suster dari Paroki Kisaran
    2.1. Tarekat KYM
     1) Sr. M. Miryam Sinaga KYM
     2) Sr. Kiramona Manurung KYM, Panggulan
     3) Sr. M. Kristopora Simamora KYM, Hessa

    2.2. Tarekat KSFL
    1. Sr. Marantika KSFL, Kampung Baru
    2. Sr. Redempta Simbolon KSFl, Kampung baru
    3. Sr. Dahlia Sinambela KSFL, Kisaran
    4. Sr. M. Myriam Sinaga KYM
    5. Sr. Grecelin KSFL
    6. Sr. Giasinta Ginting KSFL

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Cinta Damai

    Pelindung

    :

    Santo Petrus Rasul

    Buku Paroki

    :

    Sejak 21 Agustus 2018. Sebelumnya beregabung dengan Paroki St. Joseph, Tebing Tinggi dan Paroki Kristus Raja, Perdagangan.

    Alamat

    :

    Jl. Pematang Panjang, Cinta Damai, Kec. Air Putih, Kab. Batubara - 21256

    Telp/WA

    :

    0812-6288-7338

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    1.815 KK / 7.136 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    22

    1. Batu Tohap
    2. Cahaya Pardomuan
    3. Cinta Maju
    4. Gunung Rante
    5. Indrapura
    6. Kampung Kelapa
    7. Kuala Indah
    8. Laut Tador
    9. Lima Puluh
    10. Pakam Raya
    11. Pandomayu
    12. Panurunan
    13. Pematang Jering
    14. Pematang Tengah
    15. Sei Deras
    16. Sei rakyat
    17. Simondong
    18. Simpang Dolok
    19. Suka Mulia
    20. Suka Raja
    21. Suka Ramai
    22. Tanjung Muda
    RP. Mathias Mangapul Simarmata, O.Carm
    17.03.‘76
    Parochus
    RP. Mandius Matius Siringoringo, O.Carm
    04.08.'66
    Vikaris Parokial
     

    Sejarah Paroki St. Petrus Rasul Cinta Damai

    A. Sejarah Berdirinya (klik untuk membaca)

    Gereja katolik Stasi Santo Petrus Cinta damai berada di wilayah Kabupaten Asahan Kecamatan Air Putih berdiri pada tahun 1950 yang dipimpin oleh Vooranger Bapak. J.Situmorang (Alm) dengan jumlah Umat 98 KK stasi ini masih bergabung dengan Paroki Tebing Tinggi. Melihat perkembangan umat yang semakin pesat di Desa Gambus nama dulu sekarang Desa Pematang Panjang Cinta damai, maka pada Tahun 1960 Stasi ini memekarkan Stasi Suka Mulia jumlah umat sekarang 90 KK jarak jauh dari stasi induk 5 Km dan Stasi Sukaramai dengan jumlah umat sekarang 80 KK jarak jauh dari stasi Induk 4 Km.

    Setelah memekarkan kedua stasi maka pada tahun 1970 bersamaan dengan Pemekaran kedua Stasi tersebut dan pada saat itu jugalah pergantian Paroki dari Paroki Tebing Tinggi menjadi Paroki Kristus Raja Perdagangan pada tahun 1970 yang berada di wilayah Simalungun. Mengingat Pertambahan Umat yang sangat pesat maka pada tahun 1985 Gereja Katolik Stasi Santo Petrus dapat memekarkan Stasi di kampung Kelapa Umat nya 139 KK yang berada di Desa Pematang Panjang jarak dengan jarak jauh 2 Km dari stasi induk.

    Tahun 2007, Pemekaran Kabupaten Batubara dari Kabupaten Asahan, Pemekaran Kabupaten Batu Bara ada 7 di Kecamatan dengan jumlah Penduduk seluruh 396, 470 Jiwa 121 Desa , sekarang sudah dimekarkan menjadi 12 Kecamatan dengan 153 Desa. Maka penting kirannya Gereja mempertimbangkan hal ini dalam kaitan urusan administrasi gereja dan Pemerintahan sehingga perlu mendirikan Gereja Paroki diwilayah Kabupaten Batubara.

    Pada Maret 2018 diadakan Pertemuan pun bersama Vikep Pastor Mikael Manurung, OFM Cap. Utusan dari KAM Pastor Borta Rumapea,O.Carm, Pastor Mathias Mangapul Simarmata O.Carm Pastor Pastor Donatus Manalu, OSC. Pastor Santo Yosep Tebing tinggi dan Pastor Danrisman Sitanggang, O.Carm dari Paroki Paroki Maha Kudus Kisaran serta. Dari pertemuan inilah mengembang usulan berlanjut hingga pemaparan Profil Kabupaten Batu Bara sampai awal Pengajuan Pemekaran Paroki di kabupaten batu bara di PPU Pematang Siantar pada Rapat Dewan Pastor Keuskupan Agung Medan.

    Pada Mei 2019 diadakan peletakan Batu pertama oleh MGR. Kornelius Sipayung OFM. Cap, yang dihadiri oleh Bapak Bupati Batubara. Sekaligus dalam acara ini diadakan Paskah bersama umat separoki Cinta Damai. Maka pembangunan dapat dilanjutkan pada 16 Maret 2020. Sejak dimulainya pembangunan ini ada pengumuman resmi dari Keuskupan Agung Medan untuk menghentikan sementara kegiatan hidup menggereja karena Pandemi Covid-19 yang melanda Dunia yang terus berlangsung hingga akhir 2021. Sehingga membuat terhambatnya program peresmian Gedung Pastoran dan Sekretariat Paroki.

    Peresmian Paroki baru bisa terlaksana pada tanggal 30 Januari 2022 oleh Uskup Agung Medan. Dalam peresmian ini sekaligus ditetapkan Kuasi Paroki St. Petrus Cinta Damai menjadi Paroki St. Petrus Cinta Damai. Dalam Peresmian ini disekaligus Pemberkatan Gedung Pastoran, Gereja Paroki yang sudah direnovasi total, Gua Maria, Sumber air Suci Gua Maria.

    B. Keadaan Letak Geografis

    Santo Petrus menjadi pilihan paroki ini untuk menjadi pelindungnya. Maka jadilah nama paroki ini disebut Paroki Santo Petrus Cinta Damai. Paroki ini terdiri dari 23 Stasi yang tergabung dalam 4 Rayon yaitu :
    1. Rayon Pakam Raya ( 8 Stasi )
    2. Rayon Indrapura ( 4 Stasi )
    3. Rayon Cinta Damai ( 6 Stasi )
    4. Rayon  Lima Puluh ( 5 Stasi )

    Keempat  rayon atau 23 stasi tersebut tersebar di 1 Kabupaten dan satu Kota, Kabupaten Batubara. Kalau diperhatikan batas-batas Paroki Santo Petrus Cinta Damai adalah sebagai berikut :

    · Sebelah Utara : Berbatas dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

    · Sebelah Timur : Berbatas dengan Pantai Perupuk/ Tanjung Bunga atau Pulau sala nama

    · Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kabupaten Asahan

    · Sebelah Barat : Berbatas Kabupaten Simalungun.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Dolok Sanggul

    Pelindung

    :

    Santo Fidelis

    Buku Paroki

    :

    Sejak 1951. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Balige/Lintongnihuta.

    Alamat

    :

    Jl. Merdeka 47, Kel. Pasar Dolok Sanggul, Kec. Dolok Sanggul, Kab. Humbang Hasundutan - 22457

    Telp/WA

    :

    0821-6233-1294

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    2.807 KK/ 12.386 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    27

    01. Bonan Dolok
    04. Huta Paung
    07. Marbun
    10. Pansur Batu
    13. Parsaoran
    16. Saitnihuta
    19. Sibuluan
    22. Simamora
    25. Sipituhuta
    02. Buhit
    05. Huta Raja
    08. Matiti
    11. Parbotihan
    14. Pollung
    17. Sampetua
    20. Sihikkit
    23. Simarigung
    26. Sitapongan
    03. Huta Julu
    06. Janji
    09. Onan Ganjang
    12. Pardomuan Nauli
    15. Riaria
    18. Siatas
    21. Simangulampe
    24. Sionggang
    27. Tipang

    RP. Mansuetus Dominikus Demon, SVD

    13.04.'77

    Parochus

    RP. Yanuarius Fransiskus Berek, SVD

    12.01.'88

    Vikep Dolok Sanggul & Pangururan

    Sejarah Paroki St. Fidelis Dolok Sanggul

    Pendahuluan (klik untuk membaca)

    Sejarah berdirinya paroki Santo Fidelis Doloksanggul tidak terlepas dari para misionaris terahulu dari Eropa yakni saudara-saudara Kapusin. Pada Tahun 1934, setelah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda resmi mengizinkan misionaris Katolik bekerja di wilayah Tapanuli, maka misi Katolik mulai bergerak ke berbagai tempat di tanah Batak. Pertama-tama para misionaris menetap di Balige. Dari Balige mereka mulai mengunjungi dan mendirikan stasi-stasi, termasuk Doloksanggul. Seorang misionaris yang pertama kali mengunjungi Doloksanggul dan sekitarnya adalah RP. Sybrandus van Rossum, OFMCap. Ia berjumpa dengan orang-orang yang umumnya sudah menjadi protestan. Dari perjumpaan itu tumbuh dalam hati orang-orang Doloksanggul keinginan untuk menjadi Katolik. Maka beberapa saat kemudian, Doloksanggul menjadi stasi ketiga, setelah Lintongnihuta dan Hutaraja di wilayah ini.

    Pada 1942-1945, dimana Indonesia berada di bawah penjajahan Jepang, semua Imam, Bruder, dan Suster asal Belanda di bawah ke pengasingan. Mereka meninggalkan umat Katolik yang masih sangat muda. Pada masa itu, para katekis dan pemimpin umatlah yang menjadi pengajar dan penjaga iman umat.

    Pada tahun 1950, para imam yang berkarya di wilayah Tapanuli dibebaskan dari pengasingan. Mereka bertemu kembali dengan komunitas katolik yang jumlahnya semakin berkurang. Di samping itu, ucapan terima kasih atas kegiatan yang dilakukan para katekis dan para pemuka umat layak mendapat apresiasi. Sebab dalam kurun waktu tanpa imam, mereka tetap setia mengajar dan mendampingi umat.

    Masa-masa setelah pengasingan itulah Doloksanggul mulai sering mendapat kunjungan dari para misionaris. Pastor Van Strallen bahkan mulai menetap di Doloksanggul. Ia mengajar dan menguatkan iman umat Katolik yang masih bertahan selama masa perang dan membaptis mereka yang mau menjadi Katolik.

    Pada tahun 1951 Paroki St. Fidelis Doloksanggul berdiri. Paroki asalnya adalah Paroki Lintongnihuta. Imam yang melayani paroki ini sejak awal adalah saudara-saudara Fransiskan dari OFMCap yakni RP. Van Strallen, OFMCap. Beberapa saat kemudian para imam makin bertambah dengan hadirnya RP. Adjut Mathis, OFMCap, RP. Meinrad Manser, OFMCap, dan RP. Joshua Steiner, OFMCap.

    Kehadiran banyak imam ini membawa perubahan yang baik, yang nampak dalam penambahan jumlah stasi dan umat. Kesaksian hidup mereka menarik minat banyak orang untuk menjadi Katolik. Karena itu mereka sering kali dikunjungi oleh orang-orang dari pelbagai kampung untuk meminta para misonaris mendirikan gereja di kampung mereka masing-masing. Hasilnya, lebih dari 30 gereja stasi dibangun di banyak kampung. Tidak lama kemudian para suster dari kongregasi KSFL datang dan membuka rumah komunitas di Doloksanggul dan memulai pelayanan mereka di bidang pendidikan dan kesehatan (poliklinik). Hal ini membuat misi semakin mudah menyebar.

    Seiring dengan perjalanan waktu, para misionaris perintis semakin tua. Namun karya mereka telah berbuah yang tampak dalam diri imam-imam pribumi yang sudah mulai ada dan berkembang. Pelayanan terhadap umat pun perlahan-lahan mulai digantikan oleh imam-imam pribumi yakni imam Kapusin kelahiran tanah Batak.

    Adapun para pastor Kapusin yang pernah berkarya di paroki Santo Fidelis Dolok Sanggul yakni:

    • P. Brandus Van Rossum
    • P. Pruopius Handgraaf
    • P. Ludas Renders
    • P. Oskar Neuyten
    • P. Wendelinus Willems
    • P. Marianus V. D Acker
    • P. Werenfridus Joosen
    • P. Asterius V. Reen
    • P. Raymundus Rompa
    • P. J. J. Van Rossem
    • P. Nilus Wiegmans
    • P. Ansfridus Liefrink
    • P. Stephanus Krol
    • P. Remigius Pennock
    • P. Leontius V. D Henvel
    • P. Donatus Boss
    • P. Terentius Scepens
    • P. Guido De Vet
    • P. Wiro
    • P. Diego V. D. Biggeleaar
    • P. Jsaias Krol
    • P. Aloysius Wijnen
    • P. Djowensis
    • P. Rochus Roessens
    • P. Jidefonsus Van Straalen
    • P. Isidorus Woolembang
    • P. Hinarius
    • P. Jsidorus Woestenberg
    • P. Adjut Mathis
    • P. Ferdinand Manser
    • P. Ferdinand Manser
    • P. Meinrad Manser
    • P. Repert
    • P. Yosue
    • P. Michael Hutabarat
    • P. Alfonss, 
    • P. Anthonius Brevoot
    • P. Albertus Pandiangan
    • P. Thomas Heuvel
    • P. Antonius Siregar
    • P. Richard Sinaga. 
    • P. Yosep Rajagukguk
    • P. Petrus Sianipar
    • P. Emmanuel Sembiring
    • P. Arnold B. Sinaga
    • P. Aloysius Uran
    • P. Octavianus Situngkir
    • P. Nestor Manalu

    Paroki Santo Fidelis Doloksanggul dilayani oleh para imam Kapusin sampai pertengahan tahun 1995.

    Estafet Penggembalaan dari Kapusin ke SVD

    Pada tanggal 30 Juli 1995 Paroki Santo Fidelis Doloksanggul yang terus berkembang ini diserahkan kepada pelayanan Para Imam, Bruder Misionaris Serikat Sabda Allah (SVD). Peralihan ini terjadi pada masa kepemimpinan Mgr. Pius A. G. Datubara, OFMCap, sebagai Uskup Keuskupan Agung Medan. RP. Remigius Sene, SVD (sebagai pastor paroki), RP. Yosef Jaga Dawan, SVD dan RP. Yosef Buku Bala, SVD adalah orang-orang pertama dari Serikat Sabda Allah (SVD) yang berkarya di Paroki St. Fidelis Doloksanggul. Sebelum berkarya mereka juga mengikuti kursus bahasa Batak Toba di Pulau Samosir. Setelah belajar bahasa mereka mulai melayani umat secara penuh.

    Meneruskan karya saudara-kaudara Kapusin, para imam dan biarawan SVD tidak hanya fokus pada pelayanan sakramental, tetapi mereka memanfaatkan aula yang telah ada untuk kegiatan retret umat dan pelatihan-pelatihan. Karya kategorial lainnya pun digalakkan yaitu pembentukan kelompok-kelompok tani. Pastor Yosef Jaga Dawan, menjadi penyuluh pertanian secara alamiah. Ia mengunjungi umat dari kebun ke kebun untuk mendengar keluh kesah mereka sebagai petani dan ia juga memberi arahan tentang pertanian. Kelompok-kelompok tani yang dibentuk ini juga berkumpul bersama untuk berdoa dan sharing kitab suci serta sharing pengalaman bertani.

    Seiring perjalanan waktu para imam dan biarawan SVD silih berganti datang untuk melayani umat di paroki ini. Para imam yang pernah berkarya di paroki ini, selain ketiga imam pertama itu adalah

    • RP. Joko Wayan, SVD
    • RP. Kris Kia Anen, SVD
    • RP. Esra Susanto, SVD
    • RP. Yosef Waryadi, SVD
    • RP. Flavianus Levi Lidi, SVD
    • RP. Gabriel Madja, SVD
    • RP. Mansuetus Dominikus Demon, SVD
    • RP. Gregorius Sasar Harapan, SVD
    • RP. Levi Mateus Supriyadi, SVD
    • RP. Siprianus Wagung, SVD.

    Sampai tahun 2022 paroki St. Fidelis Dolok Sanggul dilayani oleh RP. Mansuetus Dominikus Demon, SVD sebagai parochus dan dan RP. Yanuarius Fransiskus Berek, SVD sebagai Vikaris parokial.

    Paroki St. Fidelis Doloksanggul memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
    Utara : Desa Hutagalung Kec. Harian-Samosir;
    Barat : Desa Pancuragatan dan Simataniari Kec. Parlilitan
    Timur : Desa Silaban dan Hutasoit Kec. Lintongnihuta
    Selatan : Desa Sihopong dan Hutatua, Kec. Parmonangan-Taput.

    Wilayah pelayanan paroki St. Fidelis Doloksanggul meliputi lima kecamatan (lima rayon), yang terdiri dari 27 stasi dan 98 lingkungan dengan jumlah umat sampai September 2022 sebanyak 12.207 jiwa dan 2.780 KK.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Delitua

    Pelindung : Santo Yosep
    Buku Paroki : Sejak tahun 1968. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Katedral Medan.
    Alamat : Jl. Sibiru-biru No. 1, Lk. V, RT 002, RW 003, Delitua - 20355
    HP / WA : 0852-6279-7708
    Email : [email protected]
    Jumlah Umat : 5.526 KK / 19.442 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)
    Jumlah Stasi : 38
    1. St Lusia - Ajibaho 20.Namo Serit
    2. St Lukas - Bangun Jati 21.Negara
    3. Batu Mbelin 22.Pasar III Namo Rambe
    4. Besamat 23.Penen
    5. Bintang Meriah 24.Periaria
    6. Biru-biru 25.Pernangen
    7. Cinta Adil 26.Pertumbuken
    8. Cinta Dame 27.Rambai
    9. Fasani Siguci 28.Rampah
    10. Juma Tombak 29.Rumah Gerat
    11.Kampung Dalam 30.Salang Tungir
    12.Lau Buluh 31.Sarilaba
    13.Lau Rakit 32.Simp. Namo Pinang
    14.Lau Rempak 33.Simpang Ranting
    15.Mbaruai 34.Sinar Kemenangan
    16.Mardinding 35.Talun Kenas
    17.Namo Pinang 36.Tangkahen
    18.Namo Rambe 37.Tembengen
    19.Namo Puli 38.Ujung Beringin
    Parochus RP. Simon Kemit OFMConv 23.12.'71
    Vikaris Parokial RP. Antonius Jani Anwar Barus OFMConv 24.07.'88
    Vikaris Parokial RP. Jose Alexander Fatu Nitsae OFMConv 24.04.'79

    Sejarah Paroki St. Yosep Delitua

    A. Sejarah Pendirian & Pengembangan (klik untuk membaca)

    Pada sekitar tahun 1964 Mgr. Ferrerius van den Hurk berkeinginan untuk mengembangkan pewartaan iman Katolik di sekitar pinggiran kota Medan, khususnya ke arah Delitua. Untuk mewujudkan harapan tersebut beliau mengutus P. Johanes Maksimus Brans OMCap yang bertugas di Paroki St. Antonius dari Padua Jalan Hayam Wuruk Medan dan P. Elpidius van Duynhoven OFMCap yang saat itu bertugas di Paroki St. Perawan Maria Tak Bernoda Jalan Pemuda Medan untuk mengobservasi daerah Delitua. Pada saat itu di Delitua sekitarnya telah ada agama Kristen dan Islam. Banyak suku Batak Karo sudah menganut agama Kristen Protestan, seperti Gereja Batak Kristen Protestan (GBKP). Agama Islam pada umunya dianut oleh suku Jawa dan Melayu. Selain itu masih banyak anggota masyarakat yang belum menganut agama. Di antara itu semua, belum ada seorangpun yang beragama Katolik.

    Pada tahun 1966 Mgr. Ferrerius van den Hurk menugaskan P. Diego van de Biggelaar OFMCap untuk melanjutkan misi yang telah dimulai tahun 1964, dibantu oleh P. Lukas Renders OFMCap. Mereka berdua berusaha memperkenalkan dan menanamkan iman Katolik serta melayani umat yang mulai tumbuh.

    Pada tahun 1967, Mgr. Ferrerius van den Hurk sebagai Uskup Agung Medan mengundang Ordo Saudara Dina Konventual (Ordo Fratrum Minorum Conventualium, OFMConv) untuk berkarya di Keuskupan Agung Medan ini. Minister General Saudara Dina Konventual menerima baik undangan ini, maka diutuslah P. Adeodatus Laibahas OFMConv. dan Br. Willy Brodus OFMConv untuk memulai karyanya di Keuskupan Agung Medan. Mereka berdua terlebih dahulu ditempatkan di Pangururan untuk mempelajari bahasa dan budaya. Namun dalam masa persiapan itu P. Adeodatus Laibahas OFMConv meninggal dunia karena tenggelam di Danau Toba. Setelah peristiwa itu Br. Willy Brodus kembali ke paroki St. Perawan Maria Tak Bernoda Jalan Pemuda Medan dan untuk sementara waktu berkarya di sana.

    Dalam situasi yang demikian, Uskup Agung Medan kembali meminta kepada Minister General OFMConv untuk melanjutkan karya yang sudah dimulai di Keuskupan Agung Medan. Menjawab permintaan uskup tersebut diutuslah tiga imam Fransiskan Konventual dari Italia, yaitu P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Ferdinando Severi OFMConv, yang berasal dari Provinsi Bologna dan P. Antonio Murru OFMConv., dari Provinsi Sardegna. Mereka bertiga tiba di Medan pada tanggal 6 April 1968 dan ditempatkan di Delitua. Karena pastoran belum tersedia maka untuk sementara waktu mereka tinggal di salah satu ruangan Rumah Sakit Sembiring milik Keluarga Serta Laurentius Sembiring. Dari tempat itulah mereka memulai karya menaburkan dan menanamkan Sabda Allah. Pada tahun yang sama tepatnya pada tanggal 31 Oktober 1968 ketiganya secara resmi memulai karya pelayanan di wilayah Delitua.

    Seiring proses pewartaan Sabda Allah, pada tanggal 27 Januari 1969 keluar izin dari pemerintah untuk membangun gereja dan pastoran. Maka dimulailah proses pembangunan gereja dan pastoran yang diarsiteki oleh Br. Meinard van der Made OFMCap dan selesai pada tahun 1970. Pada tanggal 26 April 1970 gedung gereja dan pastoran tersebut diberkati oleh Uskup Agung Medan Mgr. Ferrerius A. H. van den Hurk OFMCap dengan nama pelindung St. Yosep.

    Untuk membantu karya kerasulan di paroki yang baru ini, tahun 1971 Kongregasi FSE memulai karya pelayanan mereka di Delitua. Mereka berkarya membantu paroki dan kerasulan kategorial yaitu Asrama dan Panti Asuhan.

    Melihat begitu berkembang dan pesatnya pertumbuhan umat di Paroki Delitua, maka pada tahun 2002 atas inisiatif P. Antonio Murru OFMConv., yang kala itu menjadi Pastor Paroki Delitua membangun gereja paroki yang lebih besar dan luas karena gedung gereja yang lama tidak memadai lagi untuk umat beribadat. Bentuk dan ciri khas gereja yang dibangun ini terinspirasi dari bentuk gereja SS. Trinita di Saccargia, P. Sardegna, Italia. Dengan usaha kerja keras para pastor dan umat, serta dibantu oleh rombongan tukang dari Rumah Sakit Sembiring akhirnya gedung gereja ini selesai dibangun pada tahun 2004 dan ditahbiskan oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Pius Datubara OFMCap pada tanggal 18 Maret 2005.

    Dalam kurun waktu 43 tahun (1968-2011) Paroki St. Yosep Delitua yang sudah memiliki 62 stasi dan 8 rayon yang tersebar di 8 kecamatan di bagian dataran tinggi Kabupaten Deli Serdang. Pada Agustus 2011 Uskup Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap memekarkan Paroki St. Yosep Delitua dengan membuka Kuasi Paroki St. Katarina Tigajuhar, Kecamatan STM Hulu yang terdiri dari 15 Stasi. Hingga saat ini Paroki St. Yosep Delitua terdiri dari 1 gereja paroki, 46 stasi dan 109 lingkungan.

    B. Wilayah Pelayanan, Pemekaran & Penggembalaan

    Wilayah Pelayanan
    Wilayah pelayanan Paroki St. Yosep Delitua berada di 7 Kecamatan bagian dataran tinggi Kabupaten Deli Serdang. Rayon Negara dan Rayon Talun Kenas berada di Kecamatan STM. Hilir dan beberapa stasi Kec. Patumbak. Rayon Tanjung Morawa berada di Kec. Tanjung Morawa dan ada 1 stasi berada di wilayah kota Medan, yakni stasi Bangun Mulia. Rayon Delitua berada di Kelurahan Delitua, Rayon Birubiru berada di Kec. Birubiru, dan Rayon Namorambe berada di Kec. Namorambe. Pusat paroki berada di Delitua. Delitua secara teritorial mungkin tidak berada di titik sentral, tetapi secara historis menjadi sentral karena sudah sejak lama menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk bagian dataran tinggi. Hingga sekarang pasar pekan hari Kamis di Delitua masih hidup. Kadang-kadang aktivitas umat dari pedalaman sering dibarengi dengan aktivitas berbelanja ke pekan. Beberapa stasi relatif sulit dijangkau karena kondisi infrastruktur jalan yang belum baik, seperti beberapa stasi di rayon Penen (Mardinding, Pernangenan, dan Rambe) dan rayon Negara (Juma Tombak dan Lau Rempak).

    Pemekaran Paroki

    Dalam kurun waktu 43 tahun (1968-2011) Paroki St. Yosep Delitua yang sudah memiliki 62 stasi dan 8 rayon yang tersebar di 8 kecamatan yakni Kec. Bangun Purba, Kecamatan STM. Hilir, Kecamatan STM. Hulu Kec. Patumbak, Kec. Tanjung Morawa, Kelurahan Delitua, Kec. Birubiru, Kec. Namorambe. Untuk memaksimalkan pelayanan reksa pastoral maka pada Agustus 2011 Uskup Agung Medan Mgr. Anicetus AB. Sinaga OFMCap memekarkan Paroki St. Yosep Delitua dengan membuka Kuasi Paroki St. Katarina Tigajuhar, Kecamatan STM Hulu yang terdiri dari 15 Stasi. Kemudian salah satu stasi dari Rayon Tanjung Morawa yakni Stasi St. Petrus Batang Kuis bergabung ke Paroki St. Petrus Batang Kuis.

    Pergantian Penggembalaan

    Sejak tahun 1968 Paroki St. Yosep Delitua telah mengalami banyak pergantian penggembalaan. Berikut adalah periode para pastor paroki dan rekan-rekannya:

     

    • 1968 – 1970: P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv, P. Ferdinando Severi OFMConv

    • 1970 – 1973: P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv, P. Ferdinando Severi OFMConv

    • 1973 – 1975: P. Carmelo Comina OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv.

    • 1975 – 1978: P. Salvatore Sabatho OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv.

    • 1978 – 1982: P. Salvatore Sabatho OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Carmelo Comina OFMConv.

    • 1982 – 1985: P. Salvatore Sabatho OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv, P. Carmelo Comina OFMConv, P. Corrado Casadei OFMConv.

    • 1985 – 1988: P. Salvatore Sabatho OFMConv, P. Corrado Casadei OFMConv, P. Carmelo Comina OFMConv.

    • 1988 – 1991: P. Antonio Razzoli OFMConv, P. Corrado Casadei OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv.

    • 1991 – 1994: P. Antonio Razzoli OFMConv, P. Tarcisio Centis OFMConv, P. Simson Sitepu OFMConv.

    • 1994 – 1997: P. Antonio Murru OFMConv, P. Tarcisio Centis OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv

    • 1997-2002: P. John Paul Tarigan OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv

    • 2002-2005: P. Fransiskus Mardan Ginting OFMConv, P. Fransiskus Rencana Sinulingga OFMConv, P. Antonio Murru OFMConv, P. Giuseppe Brentazzoli OFMConv

    • 2005-2009: P. Andreas Elpian Gurusinga OFMConv, P. Benediktus Mario Lumbangaol OFMConv, P. Cornelius Ady Parditya OFMConv.

    • 2009-2012: P. Antonius Siswido Swy OFMConv, P. Eligius Benny Bernardi OFMConv.

    • 2012-2017: P. Yohannes Eduardus Padiyana OFMConv, P. Fransiskus Radiaman Purba OFMConv.

    • 2017 – 2021: P. Simon Kemit OFMConv, P. Andreas Budiyanto OFMConv, P. Anastasius Thomas Tamal OFMConv, P. Silverius Hutauruk OFMConv.

    • 2021 – sekarang: P. Paskalis Surbakti OFMConv, P. Fransiskus Radiaman Purba OFMConv, P. Richardus Natun OFMConv.

    C. Jumlah & Profil Stasi

    Paroki St. Yosef Delitua memiliki 1 gereja paroki, 46 stasi dan 109 lingkungan yang berada di 7 rayon. Berikut nama-nama stasi dan profilnya:

      1. Rayon Delitua
        Rayon Delitua adalah kumpulan 15 lingkungan di gereja paroki St. Yosep Delitua. Ke-15 lingkungan tersebut adalah: St. Maria, St. Yosef, St. Fransiskus Xaverius, St. Antonius, St. Bonaventura, St. Fransiskus Assisi, St. Maximilianus Kolbe, St. Petrus, St. Lusia, St. Paulus, St. Thomas Aquinas, St. Markus Penginjil, St. Mikael, St. Rafael, St. Agustinus.

      2. Rayon Namorambe
        Rayon Namorambe terdiri dari 7 stasi yang berada di Kecamatan Namorambe. Ke-7 stasi itu adalah:
        1) Stasi St. Maria Namorambe
        Stasi St. Maria Namorambe didirikan pada tahun 1963 oleh P. Diego v.d. Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat di stasi ini adalah 193 kepala keluarga, 585 jiwa.
        2) Stasi St. Fransiskus Xaverius NamorambeStasi St. Fransiskus Xaverius Pasar 3 Namorambe didirikan pada tahun 1967 oleh P. Diego v.d. Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 333 kepala keluarga, 1.256 jiwa.
        3) Stasi St. Petrus Tangkahan
        Stasi St. Petrus Tangkahan didirikan pada 2002 oleh Andreas Gurusinga OFMConv Jumlah umat 67 kepala keluarga, 197 jiwa.
        4) Stasi St. Rita Namo Pinang
        Stasi St. Rita Namo Pinang didirikan pada tahun 1969 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 140 kepala keluarga, 489 jiwa.
        5) Stasi St. Daniel Batu Mbelin
        Stasi St. Daniel Batu Mbelin didirikan pada tahun 1971 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 61 kepala keluarga, 207 jiwa.
        6) Stasi St. Yosef Salang Tungir
        Stasi St. Yosef Salang Tungir didirikan pada tahun 1965 oleh P. Diego v.d. Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 32 kepala keluarga, 116 jiwa.
        7) Stasi St. Bernardus Rampah
        Stasi St. Bernardus Rampah didirikan pada tahun 1969 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 109 kepala keluarga, 351 jiwa.

     

      1. Rayon Birubiru

    1) Stasi St. Fransiskus Assisi Birubiru 
    Stasi St. Fransiskus Assisi Birubiru didirikan pada tahun 1968 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 150 kepala keluarga, 519 jiwa.
    2) Stasi St. Yusuf Rumah Great 
    Stasi St. Yusuf Rumah Gerat didirikan pada tahun 2006 oleh P. Andreas Gurusinga, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 67 kepala keluarga, 246 jiwa.
    3) Stasi St. Penebus Pertumbuken
    Stasi St. Penebus Pertumbuken didirikan pada tahun 1989 oleh P. Antonio Razzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 64 kepala keluarga, 225 jiwa.
    4) Stasi St. Kosmas dan Damianus Sarilaba
    Stasi St. Kosmas dan Damianus Sarilaba didirikan pada tahun 1988 oleh P. Salvatore Sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 73 kepala keluarga, 232 jiwa.
    5) Stasi St. Suci Ujung Beringin 
    Stasi St. Suci Ujung Beringin didirikan pada tahun 1970 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 68 kepala keluarga, 217 jiwa.
    6) Stasi St. Vitalis Mbaruai 
    Stasi St.Vitalis Mbaruai didirikan pada tahun 1978 oleh P. Salvatore Sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 107 kepala keluarga, 388 jiwa.
    7) Stasi St. Maria Simpang Ranting
    Stasi St. Maria Simpang Ranting didirikan pada tahun 1970 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 64 kepala keluarga, 215 jiwa.
    8) Stasi Keluarga Kudus Cinta Adil
    Stasi Keluarga Kudus Cinta Adil didirikan pada tahun 1968 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 117 kepala keluarga, 408 jiwa. 
    9) Stasi St. Yohanes Bosco Simpang Namo Pinang
    Stasi St. Yohanes Bosco Simpang Namo Pinang didirikan pada tahun 1985 oleh P. Salvatore Sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 51 kepala keluarga, 183 jiwa.
    10) Stasi St. Lusia Ajibaho
    Stasi St. Lusia Ajibaho didirikan pada tahun 1989 oleh P. Antonio Razzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 67 kepala keluarga, 205 jiwa.

      1. Rayon Talun Kenas

    1) Stasi St. Klara Talun Kenas
    Stasi St. Klara Talun Kenas didirikan pada tahuj 1968 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 233 kepala keluarga, 824 jiwa.
    2) Stasi St. Antonius Padua Besamat
    Stasi St. Antonius Padua Besamat didirikan pada tahun 1984 oleh P. Salvatore Sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 72 kepala keluarga, 224 jiwa.
    3) Stasi St. Elisabet Kampung Dalam 
    Stasi St. Elisabet Kampung Dalam didirikan pada tahun 1985 oleh P. Salvatore sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 50 kepala keluarga, 188 jiwa.
    4) Stasi St. Mikael Lau Buluh
    Stasi St. Mikael Lau Buluh didirikan pada tahun 1989 oleh P. Antonio Razzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 35 kepala keluarga, 121 jiwa.
    5) Stasi St. Fransiskus Assisi Bintang Meriah
    Stasi St. Fransiskus Assisi Bintang Meriah didirikan pada tahun 1967 oleh P. Diego v.d Biggelaar OFMCap. Jumlah umat sebanyak 122 kepala keluarga, 441 jiwa.
    6) Stasi St. Tarsisius Namo Puli  
    Stasi St. Tarsisius Namo Puli didirikan pada tahun 1970 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 173 kepala keluarga, 590 jiwa.
    7) Stasi St. Fransiskus Antonius Fasani Siguci
    Stasi St. Fransiskus Antonius Fasani Siguci didirikan pada tahun 1975 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 65 kepala keluarga, 216 jiwa.
    8) Stasi Kristus Raja Namo Serit
    Stasi Kristus Raja Namo Serit didirikan pada tahun 1975 oleh P. Giuseppe Brentazzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 62 kepala keluarga, 216 jiwa.
    9) Stasi Hati Kudus Yesus Cinta Damai
    Stasi Hati Kudus Yesus Cinta Damai didirikan pada tahun 1969 oleh P. Giuseppe Brentazzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 85 kepala keluarga, 286 jiwa.

      1. Rayon Negara 

    1) Stasi Hati Kudus Yesus Negara 
    Stasi Hati Kudus Yesus Negara didirikan pada tahun 1966 oleh P. Diego v.d. Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 116 kepala keluarga, 405 jiwa.
    2) Stasi St. Rita Sinar Kemenangen
    Stasi St. Rita Sinar Kemenangen didirikan pada tahun 1979 oleh P. Giuseppe Brentazzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 17 kepala keluarga, 63 jiwa.
    3) Stasi St. Lukas Bangun Jati
    Stasi St. Lukas Bangun Jati didirikan pada tahun 1963 oleh P. Lukas Renders, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 35 kepala keluarga, 135 jiwa.
    4) Stasi St. Yohanes Baptista Juma Tombak
    Stasi St. Yohanes Baptista Juma Tombak didirikan pada tahun 1972 oleh P. Lukas Renders, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 45 kepala keluarga, 143 jiwa.
    5) Stasi St. Bonaventura Lau Rempak
    Stasi St. Bonaventura Lau Rempak didirikan pada tahun 1970 oleh P. Antonio Murru, OFMconv. Jumlah umat sebanyak 47 kepala keluarga, 168 jiwa.

      1. Rayon Tanjung Morawa

    1) Stasi St. Maria Fatima Tanjung Morawa
    Stasi St. Maria Fatima Tanjung Morawa didirikan pada tahun 1965 oleh P. Diego v.d Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 198 kepala keluarga, 782 jiwa.
    2) Stasi St. Antonius Padua Bangun Mulia
    Stasi St. Antonius Padua Bangun Mulia didirikan pada tahun 1966 oleh P. Diego v.d Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 152 kepala keluarga, 550 jiwa.
    3) Stasi St. Theresia Avila Sigara-gara
    Stasi St. Theresia Avila Sigara-gara didirikan pada tahun 1966 oleh P. Diego v.d Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 287 kepala keluarga, 1090 jiwa.
    4) Stasi Salib Suci Bangun Setia Psr.1
    Stasi Salib Suci Bangun Setia Psr. 1 didirikan pada tahun 1976 oleh P. Giuseppe Brentazzoli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 44 kepala keluarga, 153 jiwa.
    5) Stasi St. Maria Immakulata Bangun Setia Psr.3
    Stasi St. Maria Immakulata Bangun Setia Psr. 3 didirikan pada tahun 1968 oleh P. Diego v.d Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 104 kepala keluarga, 342 jiwa.
    6) Stasi St. Paulus Ujung Serdang
    Stasi St. Paulus Ujung Serdang didirikan pada tahun 1967 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 162 kepala keluarga, 588 jiwa.
    7) Stasi St. Maria Asumpta Undian
    Stasi St. Maria Asumpta Undian didirikan pada tahun 1966 oleh P. Diego v.d Biggelaar, OFMCap. Jumlah umat sebanyak 154 kepala keluarga, 633 jiwa.
    8) Stasi Para Malaikat Bangun Rejo
    Stasi Para Malaikat Bangun Rejo didirikan pada tahun 1975 oleh P. Giuseppe Brentazolli, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 53 kepala keluarga, 212 jiwa.

      1. Rayon Penen

    1) Stasi St. Maria Penen
    Stasi St. Maria Penen didirikan pada tahun 1968 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 166 kepala keluarga, 592 jiwa.
    2) Stasi St. Lusia Tembengen
    Stasi St. Lusia Tembengen didirikan pada tahun 1969 oleh P. Antonio Murru, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 67 kepala keluarga, 223 jiwa.
    3) Stasi St. Paulus Rambe
    Stasi St. Paulus Rambe didirikan pada tahun 1983 oleh P. Carmelo Comina, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 35 kepala keluarga, 133 jiwa.
    4) Stasi St. Yosep Kupertino Periaria
    Stasi St. Yosep Kupertino Periaria didirikan pada tahun 1975 oleh P. Salvatore Sabato, OFMConv. Jumlah umat sebanyak 80 kepala keluarga, 279 jiwa.
    5) Stasi St. Mikael Pernangenen
    Stasi St. Mikael Pernangenen didirikan pada tahun 1977 oleh P. Salvatore Sabato OFMConv. Jumlah umat sebanyak 45 kepala keluarga, 167 jiwa.
    6) Stasi St. Yohanes Lau Rakit
    Stasi St. Yohanes Lau Rakit didirikan pada tahun 1990 oleh P. Antonio Razzoli OFMConv. Jumlah umat sebanyak 77 kepala keluarga, 241 jiwa.
    7) Stasi St. Pius X Mardinding
    Stasi St. Pius X Mardinding didirikan pada tahun 1978 oleh P. Carmelo Comina OFMConv. Jumlah umat sebanyak 27 kepala keluarga, 98 jiwa.


    D. Komunitas Religius

    Ada 4 komunitas religius di wilayah Paroki Delitua, yakni:

      1. Komunitas Ordo Saudara Dina Konventual Provinsi Indonesia
        Komunitas ini menjadi tempat tinggal para pastor yang melayani Paroki Delitua. Selain komunitas, kuria provinsialat juga juga berada di kompleks yang sama. Di bagian belakang kompleks ada komunitas postulan Konventual. Selain tugas pastoral paroki, beberapa saudara Konventual ditugaskan untuk memimpin ordo provinsi Indonesia, berkarya dalam pendampingan postulan Konventual, beberapa ditugaskan sebagai dosen di Sekolah Tinggi Pastoral St. Bonaventura KAM Delitua.

      2. Komunitas Suster Fransiskan St. Elisabeth (FSE) Delitua
        Kompleks FSE ini berdampingangan dengan kompleks Persaudaraan Konventual. Di dalam kompleks FSE ini ada komunitas Suster FSE, novisiat FSE, Panti Asuhan St. Angela. Mereka berkarya untuk mendampingi calon-calon suster, pendampingan para penghuni panti asuhan, terlibat dalam karya pastoral di paroki, mengelola Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) St. Fransiskus Assisi.

     

      1. Komunitas Suster-Suster Putri Karmel Talun Kenas
        Komunitas ini bernama Pertapaan Putri Karmel. Berada di Talun Kenas Kecamatan Senembah Tanjung Muda (STM) Hilir. Hadir di Talun Kenas sejak 5 September 2007. Suster-suster ini bersama Komunitas Carmelitae Sancti Eliae (CSE) berkarya dalam bidang pusat pembinaan spiritual bagi para calon mereka, pelayanan umum kepada umat dalam bentuk retret, rekoleksi, pendalaman iman, kursus Kitab Suci, pelayanan doa dan penyembuhan. Selain itu mereka terlibat sebagai pendamping Kelompok Kategorial Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) di paroki St. Fransiskus Assisi Padang Bulan, Paroki St. Antonius Padua Hayam Wuruk, Paroki St. Maria Tanjung Slamat, Paroki St. Fransiskus Assisi Berastagi, Paroki Santa Perawan Maria Kabanjahe, dan Paroki Santo Petrus dan Paulus Kabanjahe.

     

      1. Komunitas Carmelitae Sancti Eliae (CSE) Talun Kenas
        Komunitas ini berada satu lokasi dengan para Suster Putri Karmel. Karya pelayanan mereka berpadu dengan pelayanan Suster Putri Karmel. Komunitas ini dihuni oleh seorang imam dan seorang frater.

     

    1. Komunitas Pendidikan di Wilayah Teritorial Paroki
      Ada beberapa sekolah Katolik di wilayah paroki St. Yosep Delitua, mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK) hingga perguruan tinggi. PAUD St. Fransiskus Assisi dikelola oleh Suster FSE. Yayasan Betlehem Bandar Baru memiliki 1 sekolah Taman Kanak-Kanak di Namorambe dan 2 tingkat SD di Namorambe dan Batu Mbelin. Sekolah-sekolah lainnya dikelola oleh yayasan keuskupan, seperti SMP-SMA Deli Murni Delitua, SMP-SMA St. Antonius Bangun Mulia, SD-SMP St. Maria Penen, dan SD RK Namopuli. Selain itu di paroki ini ada Sekolah Tinggi Pastoral St. Bonaventura di Delitua yang dikelola oleh Yayasan Budi Murni.

     

    E. Kekhasan Paroki

     

    • Konteks Teritorial

    Wilayah pelayanan Paroki St. Yosep Delitua berada di 7 Kecamatan bagian dataran tinggi Kabupaten Deli Serdang. Rayon Negara dan Rayon Talun Kenas berada di Kecamatan STM. Hilir dan beberapa stasi Kec. Patumbak. Rayon Tanjung Morawa berada di Kec. Tanjung Morawa dan ada 1 stasi berada di wilayah kota Medan, yakni stasi Bangun Mulia. Rayon Delitua berada di Kelurahan Delitua, Rayon Biru berada di Kec. Birubiru, dan Rayon Namorambe berada di Kec. Namorambe. Pusat paroki berada di Delitua. Delitua secara teritorial mungkin tidak berada di titik sentral, tetapi secara historis menjadi sentral karena sudah sejak lama menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk bagian dataran tinggi. Hingga sekarang pasar pekan hari Kamis di Delitua masih hidup. Kadang-kadang aktivitas umat dari pedalaman sering dibarengi dengan aktivitas berbelanja ke pekan.

    Beberapa stasi relatif sulit dijangkau karena kondisi infrastruktur jalan yang belum baik, seperti beberapa stasi di rayon Penen (Mardinding, Pernangenan, dan Rambe) dan rayon Negara (Juma Tombak dan Lau Rempak). Sebagai bagian dataran tinggi Deliserdang, wilayah paroki Delitua umumnya berbukit. Ada beberapa sungai besar yang melintasi wilayah paroki Delitua, antara lain Sungai Deli, Sungai Belumai, dan Sungai Seruai di mana sekarang sedang dibangun bendungan Lau Simemei yang berkapasitas tampung 21,07 juta meter kubik. Potensi alam ini bisa berdampak positif bagi umat secara ekonomi. Tetapi bisa juga berdampak negatif dalam bentuk bencana banjir. Dalam sepuluh tuhun terakhir ini beberapa umat Katolik terdampak banjir bandang. Dampaknya ialah kerusakan rumah dan bahkan korban nyawa. Banyaknya proyek galian C di hulu sungai berdampak negatif pada lingkungan dan kehidupan banyak orang.

     

    • Konteks Kategorial

    Kalau diurutkan berdasarkan jumlah populasi maka dapat dikategorikan bahwa mayoritas umat di Paroki St. Yosep Delitua berprofesi sebagai petani. Sebagian besar wilayah paroki Delitua adalah daerah (bekas) perkebunan dan pertanian rakyat. Atas dasar itu paroki memberi perhatian pada kaum petani dengan membentuk kelompok tani dan penguatan pada seksi Pengembangan Sosial Ekonomi. Pada urutan kedua ada ASN dan pegawai swasta (guru dan pekerja kantor), disusul oleh buruh. Wilayah paroki yang berbatas dengan kota Medan seperti Tanjung Morawa, Patumbak, Namorambe adalah tempat dimana banyak ditemukan pabrik. Pabrik tersebut adalah tempat di mana banyak umat Katolik paroki Delitua bekerja. Kelompok umat yang kemudian adalah pedagang dan pemilik usaha.

    Menurut data BIDUK mayoritas tingkat pendidikan umat di paroki ini adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) (42%), diploma dan sarjana (15,68%). Beberapa bahkan ada yang pendidikannya sudah setingkat S2 (0,48%). Selain itu masih ada juga umat yang tingkat pendidikannya hanya tamat SMP (15,52%), bahkan ada yang hanya tamat SD (19,56%). Dengan demikian boleh dikatakan bahwa mayoritas (57,68%) SDM umat di paroki ini berpendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi.

     

    • Konteks Sosial Kemasyarakatan

    Umat paroki St. Yosep Delitua sangat majemuk. Mayoritas umat Katolik paroki ini adalah Batak Karo. Karena itu, kebanyakan stasi masih menggunakan bahasa Karo dalam peribadatan (68,1%), 15 stasi yang berdekatan dengan kota Medan dan stasi-stasi yang sudah mengalami banyak pembauran etnis menggunakan bahasa Indonesia dalam ibadat (31,91%). Setelah itu populasi yang menonjol adalah suku Batak Toba, Simalungun, Pakpak, Angkola. Di beberapa stasi populasi Jawa, Flores, dan Tionghoa. Satu stasi di Rayon Negara, St. Rita Sinar Kemenangan, masih menggunakan bahasa Batak Toba dalam peribadatan.
    Dari komposisi agama, Paroki St. Yosef Delitua berada di antara agama-agama lain atau denominasi Kristen lain. Pada umumnya agama lain itu terdiri dari Islam, dan sedikit Buddha. Terdapat banyak gereja-gereja subdenominasi Kristen lain, seperti HKBP, GKPS, GBKP, GKPA, GKPI, HKI, Pentakosta, GBI, Advent, GKII, dan banyak lagi yang lain. Umat Katolik berbaur dengan masyarakat dari Gereja dan agama lain dengan harmonis. Sejauh ini tidak pernah terjadi konflik umat Katolik dengan umat dari agama maupun gereja lain.
    Beberapa umat Katolik membangun relasi yang baik dengan penganut agama lain maupun umat Kristen lain melalui Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Ada beberapa orang yang terlibat di FKUB.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Binjai

    Pelindung

    :

    Maria Bunda Pertolongan Abadi

    Buku Paroki

    :

    Sejak 1 Januari 1980. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Katedral Medan

    Alamat

    :

    Jl. Sukarno Hatta 178, Binjai – 201731

    Telp/WA

    :

    0821-6495-5865

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    1.731 KK / 6.104 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    28

    01. Air Tenang
    02. Bahorok
    03. Batu Katak
    04. Batu Mandi
    05. Belilir
    06. Buah Raja
    07. Bunga Tanjung
    08. Janji Matogu
    09. Kuala Sawit
    10. Kendit
    11. Kuta Parik
    12. Manggusta
    13. Namu Terasi
    14. Namu Ukur
    15. Nauli Selayang
    16. Pekan Sawah
    17. Percihen
    18. Rumah Galuh
    19. Sangga Pura
    20. Sapta Marga
    21. Sawit Hulu
    22. Sawit Seberang
    23. Stabat
    24. Simpang Empat
    25. Tanjung Langkat
    26. Telagah
    27. Tanjung Beringin
    28. Unit Perkebunan Langkat

    RP. Hironimus Radjutuga, OCD

    27.07.'72

    Parochus

    RP. Thedorus Goli Ruing OCD

    RP. Winfried Watu Nono, OCD

    05.07.‘79

    05.06.'85

    Vikaris Parokial

    Vikaris Parokial

    Sejarah Paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai

    A. Sejarah Awal (klik untuk membaca)

    Kota Binjai merupakan salah satu Kota di Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat, serta berada pada jalur transportasi utama yang menghubungkan Provinsi Sumatera Utara dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Di daerah yang hanya berjarak kurang lebih 22 Km dari Kota Medan inilah, tepatnya di Jalan Soekarno Hatta Km 21 Kelurahan Tanah Tinggi Binjai, terlihat berdiri dengan megahnya sebuah bangunan gereja bernama Gereja Katolik Maria Bunda Pertolongan Abadi (MBPA). Rumah tempat ibadat bagi umat Gereka Katolik tersebut dibangun di atas tanah berukuran 22 M x 60 M lengkap dengan menara loncengnya, dengan model bangunan permanen berlantai keramik.

    Tonggak awal berdirinya Paroki Binjai masih terdapat kesimpangsiuran. Dasar penentuan kapan berdirinya Paroki Binjai menjadi penting dalam menentukan berdirinya Paroki Binjai. Berikut fakta sejarah yang dapat digunakan sebagai pertimbangan penentuan kapan tonggak awal berdirinya Paroki Binjai.

    Sekitar tahun 1950-an, telah ada umat Katolik pendatang dari Tapanuli Utara yang bermukim di sekitar Kota Binjai dan Kabupaten Langkat. Sekitar tahun 1954-an, telah berkumpul dan melakukan peribadatan Katolik, kurang lebih 8 orang Kepala Keluarga (KK). Mereka berkumpul dan beribadah di rumah salah satu dari mereka. Pada awalnya, perkumpulan tersebut dilakukan tidak secara rutin namun sekali-sekali sesuai dengan acara atau undangan yang mereka buat. Pada masa ini, mereka sempat mengundang seorang Imam (Pastor Dieggo Biggelar OFM Cap) untuk mendampingi mereka dalam perkumpulan dan peribadatan. Namun karena perkumpulan dan peribadatan dilakukan tidak secara rutin dan tidak dianggap sebagai suatu kebutuhan maka pada masa itu, perkumpulan dan peribadatan sempat terhenti.

    Beberapa waktu setelah perkumpulan dan peribadatan terhenti, kerinduan berkumpul dan beribadat sesuai dengan iman mereka kembali muncul. Kerinduan tersebut mengarahkan mereka akan kesepakatan bersama memanggil Pastor Dieggo Biiggelar OFM Cap (lebih akrab dikenal sebagai Op. Bornok Simbolon) dan menjadikan beliau sebagai Pemimpin dan pembimbing mereka. Semenjak saat itu, perkumpulan dan peribadatan yang semula dilakukan hanya sesekali dan di rumah salah satu dari mereka, berubah menjadi rutin dan dilakukan secara bergantian dari satu rumah ke rumah yang lain. Perkumpulan dan peribadatan dengan model demikian, menarik bagi orang-orang di sekitar mereka sehingga tidak beberapa lama, perkumpulan mereka berkempang secara pesat.

    Selama setahun berjalannya waktu dengan model perkumpulan dan peribadatan yang rutin dan bergilir, perkumpulan umat katolik yang awalnya hanya 8 orang Kepala Keluarga (KK) meningkat menjadi 50 orang Kepala Keluarga (KK). Dengan perkembangan tersebut, rumah-rumah yang dikunjungi tidak mampu menampung seluruh dari mereka dalam perkumpulan dan peribadatan. Demi dapat menampung seluruh umat saat itu dalam perkumpulan dan peribadatan, mereka menyepakati untuk mencari areal pertapakan untuk pembangunan gereja.

    B. Masa Pembangunan

    Sekitar tahun 1955-an, salah satu dari mereka, merelakan tanah rumahnya untuk dibebaskan dan diganti rugi guna dijadikan pertapaan gereja. Lokasi tanah tersebut sangat strategis, tanah seluas 10 m x 60 m berada di Jalan Lintas Sumatera Utara Medan-Aceh Jl. Soekarno-Hatta Km 21. Pada Tahun 1959, mulai berdiri Gereja Katolik Binjai dengan nama pelindung Maria Immaculata yang diikuti dengan pendirian Gereja Katolik Paskalis Diski di Jalan Medan- Aceh Km 14,5. Pelayanan bagi umat pada masa ini, dilayani oleh para Pastor dari Paroki Katedral Medan.

    Seiring berjalannya waktu, perkembangan umat Katolik semakin bertumbuh. Di tahun-tahun awal setelah berdirinya Gereja Katolik Maria Immaculata Binjai (sekitar 1959 – 1970), beberapa Pastor dari Ordo Kapusin ikut serta dalam penggembalaan umat Katolik Binjai. Selanjutnya, sejak tahun 1970, sejumlah Pastor Missionaris dari Kanada seperti Pastor Magela PME, Pastor Josue Steidner OFMCap dan Pastor Gregori PME mulai menggembalakan dan memberikan pelayanan bagi Umat Binjai. Melalui penggembalaan para missionaris inilah, muncullah beberapa stasi yang berada di sekitar daerah Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai dan Kabupaten Langkat yang secara teritorial menjadi bagian penggembalaan Gereja Paroki Immaculata Binjai. Pada missionaris dari Kanada inilah yang memiliki andil besar dalam terbentukanya Paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai.

    Pada masa penggembalaan para misionaris Kanada, pada tahun 1978, di Jl. Soekarno-Hata, dibangunlah sekretariat paroki dan juga pastoran. Dilanjutkan, pada tahun 1979, dilakukan renovasi bangunan gereja dari semi permanen menjadi permanen. Setahun setelah itu, pada tahun 1980, lahan gereja diperluas hingga 22m x 60 m. Di tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 1 Januari 1980 diresmikanlah Binjai – Langkat sebagai Paroki Baru di bawah Keuskupan Agung Medan dengan nama pelindung Maria Bunda Pertolongan Abadi.

    Meskipun dari sejarah awal tonggak berdirinya Paroki Binjai pada sekitar tahun 1950-an, terdapat fakta sejarah bahwa berdasarkan Liber Baptis Katedral Medan, terdapat peristiwa pembaptisan atas warga Binjai yang berlangsung pada tahun 1927. Dari hal tersebut, bila dasar tonggak sejarah Paroki pada Baptisan awal, maka tonggak berdirinya paroki Binjai adalah pada tahun 1927.

    C. Masa Perkembangan

    Sejak tahun 1983 penggembalaan paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai diserahkan kepada imam diosesan Keuskupan Agung Semarang. Selama kurang lebih 40 tahun paroki MBPA Binjai digembalakan oleh imam-imam diosesan Keuskupan Agung Semarang, yang bekerja sama dengan imam diosesan Keuskupan Agung Medan hingga sampai perkembangan paroki pada saat ini.

    Pada tanggal 24 juni tahun 2022, penggembalaan paroki MBPA Binjai diserahkan kepada Biarawan Ordo Karmelit Tak berkasut (OCD). Uskup Agung Semarang secara resmi menarik seluruh imam diosesan KAS yang berkarya di KAM. Pada saat itu juga, Uskup Agung Medan Mgr. Kornelius Sipayung secara resmi memberikan penggembalaan Paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai kepada OCD. Adapun pastor yang melayani di paroki MBPA Binjai saat ini yaitu RP. Ibrahim Riberu, OCD sebagai pastor paroki dan RP. Theodorus Goli Ruing, OCD sebagai vikaris parokial.

    Perkembangan umat di paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dilihat dari pemekaran Paroki St. Paulus Pangkal Brandan pada tahun 2003 dan pemekaran kuasi paroki St. Paskalis Diski pada tahun 2018.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Rantauprapat

    Pelindung

    :

    Santo Petrus Rasul

    Buku Paroki

    :

    Sejak 15 Agustus 2015. Sebelumnya bergabung dengan Aek Nabara

    Alamat Pastoran

    :

    Pastoran Katolik, Jl. Pelita III, Kab. Labuhan Batu, Rantauprapat– 21413

    HP/WA

    :

    0822 7488 9542

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    555 KK / 2.328 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    8

    01. Aek Putat Nias
    04. Pondok Papan
    07. Sumber Mulyo
    02. Meilil Julu
    05. Sigambal
    08. Tapian Nauli
    03. Nahula Julu
    06. Suka Makmur
     

    RP. Nasarius Rumairi Marilalan, SX

    01.12.‘69

    Parochus

    RP. Adventus Ignatius Zalukhu, SX

    20.12.'74

    Vikaris Parokial


    Jadwal Misa Gereja Paroki Rantauprapat

    Sumber: Sekretariat Paroki (22-11-2024)

    Misa Harian (Selasa - Jumat) 06:00 WIB
    Misa Hari Sabtu / Malam Minggu 18.00 WIB (Ada misa bila anak sekolah/ asrama putra dan putri dalam masa bersekolah. Bila libur anak sekolah, misa di hari sabtu ditiadakan)
    Misa Hari Minggu 08:00 WIB 11:00 WIB (khusus jika ada Sakramen Baptis)
    Malam Natal / Vigili Natal 18:30 WIB (Paroki & Stasi)
    Hari Raya Natal 09:00 WIB (Paroki)
    Misa Malam Tahun Baru 20:00 WIB (Paroki) 19:00 WIB (Stasi)
    Misa Tahun Baru, Hari Minggu Paskah 08:00 WIB (Paroki) 09:00 WIB / 11:00 WIB (Stasi)
    Misa Rabu Abu 06:00 WIB & 17:00 WIB (Paroki) 17:00 WIB (Stasi)
    Kamis Putih & Sabtu Suci 18:00 WIB (Paroki & Stasi)
    Jumat Agung 15:00 WIB (Paroki & Stasi)
    *Jadwal misa bisa berubah sewaktu-waktu, silahkan dihubungi kontak sekretariat paroki yang bersangkutan, terima kasih.

    Sejarah Paroki St. Petrus Rasul - Rantauprapat

    Perjalanan Singkat Paroki (klik untuk membaca)

    Rantauprapat mengalami perkembangan pesat dengan adanya jalur transportasi darat yaitu jalan darat Lintas Timur dan jalur Kereta antara Medan dan Rantauprapat sangat lancar. Jalur Kereta api sudah ada sejak zaman Belanda, karena adanya perkebunan di sekitar Rantauprapat. Sedangkan jalur kereta api Rantauprapat - Dumai sedang dalam pekerjaan. Bahkan pemerintah juga sudah merencanakan pembangunan Bandar Udara di Aek Nabara.

    Karena perkembangan begitu pesat, Labuhan Batu dimekarkan menjadi 3 Kabupaten, dan Rantauprapat tetap menjadi ibukota Kabupaten Labuhanbatu Induk, dengan jumlah penduduk sekitar 494.178, (sensus penduduk tahun 2019). Dan penduduk kecamatan Rantauprapat Utara dan Selatan Sebanyak 167.874 jiwa.

    Adapun teritorial paroki St. Petrus Rasul, Rantauprapat, terletak di tiga Kabupaten berbeda, (2 Stasi terletak di Kabupaten Padang Lawas Utara, 1 stasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara), merupakan pemekaran dari Paroki St. Fransiskus Asisi, Aek Nabara. Paroki Rantauprapat bagian Selatan berbatasan dengan Paroki Aek Nabara, bagian Barat berbatasan dengan Paroki Padang Sidempuan, Keuskupan Sibolga, dan bagian Utara berbatasan dengan Paroki Aek Kanopan, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Labura.

    Pada tahun 2013, Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus Sinaga OFMCap mengeluarkan surat keputusan untuk menjadikan Stasi Rantauprapat, Paroki Aek Nabara menjadi Paroki baru. Maka, menanggapi SK Uskup Agung Medan itu, Pastor Paroki Aek Nabara, RP. Nasarius Rumairi M. SX, langsung membentuk panitia, untuk mengambil langkah-langkah konkret menuju pendirian Paroki Rantauprapat, di Keuskupan Agung Medan.

    Maka, diputuskan untuk membangun segera, kantor Paroki atau Pastoran, atau disebut dengan istilah Catholic Center, Rantauprapat, dengan persetujuan Uskup Agung Medan. Pada tanggal 2 Desember 2014, peletakan batu pertama yang dihadiri oleh Bupati Labuhan Batu, Bapak Tigor Panusunan Siregar dan Mgr. Emeritus Alfred G. Pius Datubara OFMCap, dan umat dari stasi-stasi terdekat serta dewan Pastoral Paroki Aek Nabara. Pada tanggal 15 Agustus 2015, SK pendirian Paroki Rantauprapat secara resmi dikeluarkan oleh Uskup Agung Medan. Dan, pada tanggal 8 Mei 2016 dilaksanakan pemberkatan Gedung Catholic Center, Rantauprapat oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap. Pemakaian istilah Catholic Center hanya untuk alasan teknis, supaya dikenal oleh masyarakat dan pemerintah setempat, dengan perbandingan dan kenyataan bahwa di setiap kabupaten di Sumatera Utara secara khusus dan Indonesia secara umum terdapat Islamic Center.

    Adapun Dewan Pastoral Paroki Rantauprapat dibentuk berdasarkan konsultasi dengan Vikjen KAM, pastor Paroki Aek Nabara, dan Dewan Paroki Aek Nabara. Maka, disepakati bahwa yang menjadi anggota Dewan Pastoral Paroki St. Petrus Rantauprapat adalah semua anggota dewan pastoral Paroki Aek Nabara yang berdomisili di Rantauprapat, dengan persetujuan dari masing-masing anggota DPP dan sekitarnya, ditambah dengan beberapa anggota baru, dari stasi-stasi dan lingkungan. Wilayah Paroki Rantauprapat adalah Rayon Rantauprapat yang masuk dalam Paroki Aek Nabara. Rayon Rantauprapat, yang kemudian menjadi Paroki Rantaurapat terdiri dari 8 stasi dan 11 lingkungan. 4 stasi yang umatnya adalah mayoritas dari etnis Nias, sedangkan stasi-stasi dan lingkungan lainnya berasal dari berbagai etnis.

    Setelah Paroki Rantauprapat diresmikan, maka Pastor Paroki Aek Nabara, P. Nasarius Rumairi menjabat sebagai administrator Paroki Rantauprapat, yang kemudian menjadi parokus pertama, sambil melanjutkan pembangunan Gua Maria dan rencana renovasi bangunan Gereja. Pada peresmian dan pemberkatan Gedung Catholic Center, Uskup Agung Medan, meminta kepada pastor paroki untuk membangun Gua Maria, demi meningkatkan devosi umat, serta memperbesar atau merenovasi gedung Gereja Paroki yang sudah ada tetapi belum bisa menampung semua umat Paroki. Pada bulan April 2018, Paroki Rantauprapat mempunyai pastor Paroki sendiri, dan dibantu oleh para pastor dari Aek Nabara.

    Sebelum paroki Aek Nabara berdiri pada tahun 1978, di Rantauprapat sudah ada kelompok umat yang menjadi cikal bakal Stasi Rantauprapat yang dilayani dari Aek Kanopan dan Tanjung Balai. Kelompok umat dari Etnis Jawa, Tionghoa, dan Batak, terbentuk pada tahun 1954. Pada tahun 1955, umat di Rantauprapat membeli sebidang tanah di Padang Matinggi, dan membangun Gereja pertama di Rantauprapat. Setahun kemudian, Gereja rampung dibangun dan diberkati oleh Vikaris Apostolik Medan (pada masa itu), Mgr. Mathias Leonardus Trudon Brans OFMCap, dengan jumlah umat 16 KK.

    Pada tahun 1965, jumlah umat sudah 20 KK, atau 80 jiwa dan pada tanggal 4 April 1965, diadakan perayaan/penerimaan Sakramen Krisma pertama. Pada tanggal 3 Februari 1980, gereja yang didirikan di Padang Matinggi terbakar. Adapun penyebab kebakaran tersebut tidak jelas diketahui, tetapi umat menduga bahwa kebakaran itu adalah ulah orang yang tidak beranggung jawab. Sejak saat itu, umat melakukan ibadat dari rumah ke rumah. Situasi ini, semakin menguatkan umat dan berkembang dalam jumlah serta kualitas iman. Umat kemudian mencari pertapakan tanah untuk membangun Gereja baru. Pembangunan gereja baru selesai pada tahun 1982, dan diberkati oleh Uskup Agung Medan, Mgr. A.G.Pius Datubara OFMCap pada 15 Mei 1982. Adapun daya tampung gereja itu adalah sekitar 200 orang.

    Sejak saat itu, jumlah umat Katolik makin berkembang. Bangunan Gereja yang baru diberkati tahun 1982, dirasa tidak memadai lagi. Para Suster KYM mulai membangun sekolah di Rantauprapat. Umat stasi Rantauprapat bersama dengan para pastor Misionaris Xaverian dari Paroki Aek Nabara memutuskan membangun gereja baru yang bisa menampung umat lebih banyak. Peletakan batu pertama dilaksanakan 1994, yang dipimpin Mgr. A.G. Pius Datubara OFMCap bersama dengan pastor paroki Aek Nabara. Pembangunan Gereja berjalan dengan lancar. Umat begitu antusias memberi sumbangan. Pembangunan gereja akhirnya rampung dan diberkati oleh Mgr. Pius Datubara OFMCap pada 18 Juni 1995.

    Pada tahun 2006, ketika perayaan 50 tahun berdirinya Stasi Rantauprapat, jumlah umat sudah 210 KK, atau sekitar 1000an jiwa. Dengan kehadiran Sekolah Bintang Timur dan Asrama Putri di Rantauprapat, sangat membantu dalam pewartaan iman. Para guru dan para suster KYM juga sangat aktif dalam perwartaan di lingkungan dan stasi-stasi.

    Pada tahun 2014, secara resmi berdiri lagi dua stasi, yaitu stasi Nahula Julu (Kabupaten Paluta, Padang Lawas Utara) dan Meilil Julu. Umat kedua stasi ini berasal dari Etnis Nias. Kunjungan dan pelayanan dilakukan oleh para pastor dari Aek Nabara. Pertambahan umat di kota Rantauprapat semakin meningkat dengan kehadiran para pegawai pemerintah atau perusahan-perusahaan perkebunan. Selain itu, adanya pemekaran kabupaten, Labuhan Batu menjadi tiga kabupaten, juga ikut mempengaruhi pertambahan jumlah umat di rantauprapat. Mereka (umat) yang tinggal di Medan, ada juga yang mulai menetap di Rantauprapat. Hal tersebut menjadi tanda-tanda positif mengenai perkembangan umat di Rantauprapat.

    Akhirnya, pada tahun 2014, Bapak Uskup, Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap, memutuskan dan mempersiapkan pendirian Paroki Rantauprapat. Dan, secara resmi, Paroki Rantaurapat berdiri pada tahun 2015. Paroki Santo Petrus Rasul Rantauprapat dilayani oleh Para pastor dari Serikat Misionaris Xaverian. Tanggal 13 Juli 1988 kongregasi KYM membuka komunitas Antonius van Erp di Rantau Parapat untuk mengelola TK, SD, SMP dan SMA Bintang Timur.

    DAFTAR STASI-STASI PAROKI RANTAUPRAPAT

    1. Stasi Santo Yosef Pekerja, Sigambal, berdiri tahun 1979. Bermula dari 18 keluarga dari HKBP datang dan meminta kepada Pastor untuk bergabung dengan Gereja Katolik. Pastor Marini SX saat itu pergi menemui pendeta dan menyampaikan masalah itu. Pendeta, menanggapi dengan mengatakan bahwa itu adalah kehendak mereka.
    2. Stasi Santa Maria diangkat ke Surga, Tapian Nauli Suka Ramai. Stasi ini merupakan pemekaran dari Stasi Santa Monika, Tanjung Harapan, Paroki Aek Nabara, yang berdiri tahun 1974.
    3. Stasi Santo Antonius Padua, Sumber Mulyo. Umat Katolik sudah hadir di sana pada tahun 1977, dan beribadat dari rumah ke rumah. Dan secara resmi, Gereja berdiri pada tahun 1981. Dan Gereja permanen diresmikan dan diberkati pada tahun 2000 oleh Vikjen KAM, Paulinus Simbolon. Stasi ini terletak di Kabupaten Labura.
    4. Stasi Santo Bonaventura, Pondok Papan, berdiri pada tahun 1995.
    5. Stasi Yohanes Pembaptis, Suka Makmur, berdiri pada tahun 1983.
    6. Stasi Santo FIlipus Neri, Melil Julu, berdiri 2014.
    7. Stasi Santo Tarsisius, Aek Putat Nias, berdiri pada tahun 1991.
    8. Santo Dionisius, Nahula Julu, berdiri tahun 2014.
    Stasi nomor 5-8, mayoritas umatnya dari etnis Nias.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Lintongnihuta

    Pelindung
    :
    Santo Koenrad Parzam
    Buku Paroki
    :
    Sejak 1 Juli 1937. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Balige
    Alamat
    :
    Jl. Sisimangaraja No.19, Onan Baru, Lintongnihuta - 22475
    Telp.
    :
    0823 6243 2219
    Email
    :
    [email protected]
    Jumlah Umat
    :
    371 KK / 1.616 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)
    Jumlah Stasi
    :
    1
    01. Nagasaribu
     
     
    RP. Krispianus Kia Anen, SVD
    05.09.’67
    Parochus
    RP. Korinus Budaya, SVD
    05.02.’83
    Vikaris Parokial

    Sejarah Paroki St. Koenrad Parzam Lintongnihuta

    Sejarah Paroki (klik untuk membuka)
    Tahun 1934, Gereja Katolik mengawali misinya di Tanah Batak, di daerah Balige. Tiga tahun kemudian para misonaris membawa warta keselamatan /Injil ke Pulau Samosir, wilayah Silindung dan Lintongnihuta.
    Tanggal 01 Juli 1937, P. Diego Van den Biggelaar, OFM. Cap, P. Radboud Wattereus, OFM. Cap, P. Marianus Van Den Acher, OFM.Cap, dan P. Oscar Nuitjen, OFM. Cap mengawali misi pekabaran injil di Lintongnihuta. Dan tanggal 01 Juli 1937 sebagai hari berdirinya Paroki St. Koenraad Parzham Lintongnihuta. Sekalipun demikian Paroki ini masih dilayani dari paroki Balige samapi tahun 1953.
    Sejak berdirinya, paroki sudah dua kali mengalami pemekaran, yakni Paroki St. Fidelis Dolok Sanggul dan Paroki St. Kristoforus Siborongborong. Sejak tahun 2013 Paroki ini terdiri dari dua stasi, stasi Lintongnihuta/pusat dan stasi St. Petrus Nagaseribu. Keadaan umat per-September 2020 berjumlah 363 kepala keluarga dengan jumlah 1.656 jiwa. (data BIDUK).
    Tahun 1979-2005 para gembala paroki berkomunitas di Paroki St. Fidelis Dolok Sanggul. Sekalipun demikian paroki ini tetap eksis sebagai paroki, memiliki Dewan Pastoral Paroki tersendiri. Tahun 2005 - 2013 gembala paroki menetap di Stasi Siborongborong. Sejak Siborongborong definitip menjadi paroki tahun 2013 Paroki St. Koenraad Parzham dan Paroki St. Kristoforus Siborongborong dilayani gembala/pastor yang sama.
    Tahun 2014, Paroki St. Koenraad Parzham Lintongnihuta, atas restu dari Yang Mulia Uskup Agung Medan membangun kantor paroki sendiri, sehingga pelayanan administrasi paroki menjadi lebih baik dan dilayani seorang sekretaris.
    Pastor yang Pernah Bertugas

    Tahun

    Nama

    1937 – 1953

    Dilayani oleh Pastor dari Paroki Balige:

    -          P. Diego Van den Biggelaar OFMCap

    -          P. Radboud Wattereus OFMCap

    -          P. Marianus Van Den Acher OFMCap

    -          P. Oscar Nuitjen OFMCap

    -          P. Oemans OFMCap

    1953 – 1955

    -          P. Diego Van den Biggelaar OFMCap

    -          P. Dionisius Schots Makers OFMCap

    1956 – 1964

    -          P. Ausfidus Lifrink OFMCap

    -          P. Isodorus Krol OFMCap

    1964 – 1967

    -          P. Asterius Van Reen OFMCap

    -          P. Isodorus Krol OFMCap

    1967 – 1978

    -          P. Nilus Wiegmans OFMCap

    -          P. Radboud Wattereus OFMCap

    -          P. Willbert De Wit OFMCap

    -          P. Johennes Weldkamp OFMCap

    -          P. Antonius Siregar OFMCap

    1979 – 1988

    -          P. Maurits Van Reen OFMCap

    -          P. Thomas Van Heuvel OFMCap

    1989 – 1993

    -          P. Antonius Siregar OFMCap

    -          P. Richard Sinaga OFMCap

    -          P. Ludovikus Siallagan OFMCap

    1993 – 1995

    -          P. Aloysius Uran OFMCap

    -          P. Petrus Sianipar OFMCap

    -          P. Arnold B. Sinaga OFMCap

    -          P. Oktavianus Situngkir OFMCap

    1995 – 1998

    -          P. Ezra Sussanto, SVD

    -          P. Ludovikus Joko, SVD

    1998 – 2000

    -          P. Josef Djaga Dawan, SVD

    -          P. Krispianus Kia Anen, SVD

    2000 - 2003

    -          P. Joseph Buku Bala, SVD

    -          P. Joseph Waryadi, SVD

    2003 – 2005

    -          P. Gabriel Madja, SVD

    -          P. Flavianus Levi Lidi, SVD

    2005 – 2012

    -          P. Flavianus Levi Lidi, SVD

    2013 – 2017

    -          P. Viktorianus Yanto Laung, SVD

    -          P. Yohanes Antonius Lelaona, SVD

    2017 – 2018

    -          P. Krispianus Kia Anen, SVD

    -          Bruder Nando, SVD

    2017 - sekarang

    -          P. Krispianus Kia Anen, SVD

    -          P. Yohanes W. Seran, SVD

    Daftar Stasi & Lingkungan

    No.

    Nama Pelindung Stasi dan Tanggal Pesta/Peringatan

    Nama Lingkungan

    Tanggal Pesta/ Peringatan Pelindung

    Tahun Berdiri

    1

    St. Koenread
    Parhzam Lintongnihuta

    (21 April)

    1. St. Arnoldus Yansen, Pasar Baru –Sibatubatu

    2.   St. Filipus, Pasar Baru – Parulohan

    3.  St. Petrus, Pasar Lama

    4. St. Stevanus, Pargaulan

    5. St. Fransiskus Asisi, Pargaulan

    6. St. Lusia, Hutatua - Simpang Tolu

    7.  St. Agustinus, Silaban

    8.St. Yosef, Hutagurgur

    9.St. Maria, Sosor Mual

    10.St. Paulus Siguriguri

    11.St. Yohanes, Sitapean

    12.St. Laurensius, Paranginan

    15 Januari

     

     

    03 Mei

     

    22 Februari

    26 Desember

     

    04 Oktober

     

    13 Desember

     

    28 Agustus

    19 Maret

    01 Desember

    29 Juni

    24 Juni

    10 Agustus

    1937

    2

    St. Petrus Nagaseribu
    (22 Februari)

    1. St. Petrus

    2. St. Maria

    22 Februari

    01 Januari

     

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

     

    Paroki Tanjung Balai

    Pelindung

    :

    Santo Mikael

    Buku Paroki

    :

    Sejak 1 Oktober 1947. Sebelumnya Rusak.

    Alamat

    :

    Jl. Gereja 12, Tanjung Balai - 21312

    Telp./WA

    :

    0623-92047 / 0813 1141 9075

    Email

    :

    [email protected] 

    Jumlah Umat

    :

    1.168 KK / 4.695 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    22

    1. Cinta Damai
    2. Desa Pertahanan
    3. Pasar Barat
    4. Pulau Gapuk
    5. Tangkahan Horas
    6. Tangkahan Mangga
    7. Tangkahan Mujari
    8. Tangkahan Brombang
    9. Tangkahan Limau
    10. Tanjung Leidong
    11.Teluk Pulai
    12. Teluk Katung
    13. Sei Kubung
    14. Sei Dua
    15. Sei Lebah Pasar VII
    16. Sei Lebah Pasar X
    17. Sungai Rebut
    18. Simpang Empat
    19. Silomlom
    20. Simandulang
    21. Sei Keramat
    22. Ulak Putar
     
     
         

    RP. Selestinus Panggara, CMF

    28.09.‘79

    Parochus

    RP. Nikolaus Ilan, CMF

    10.12.‘73

    Vikaris Parokial

    RP. Apolinaris Vinsensius Tarut, CMF

    12.09.'90

    Vikaris Parokial

    RP. Valentinus Genekoraya Kolin, CMF

    14.02.‘82

    Vikaris Parokial


    Jadwal Misa Paroki Tanjung Balai

    Tahun Liturgi C/I 2024-2025
    Sumber: Sekretariat Paroki (22-11-2024)

    Misa Harian dan Adorasi (Kamis) 18:00 WIB
    Misa Sabtu / Malam Minggu 18:00 WIB
    Misa Hari Minggu 08:30 WIB
    Misa Malam Tahun Baru 18:00 WIB
    Misa Tahun Baru 08:30 WIB
    Misa Rabu Abu & Sabtu Suci 18:00 WIB
    Kamis Putih 19:00 WIB
    Jumat Agung 15:00 WIB
    Minggu Paskah & Hari Raya Natal 08:30 WIB
    Malam Natal / Vigili Natal 19:00 WIB
    *Jadwal misa bisa berubah sewaktu-waktu, silahkan menghubungi kontak sekretariat paroki yang bersangkutan, terima kasih.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Balige

    Pelindung

    :

    Santo Yosef

    Buku Paroki

    :

    Sejak 1 Januari 1935. Sebelumnya bergabung dengan Sibolga

    Alamat

    :

    Jl. Tandang Buhit No. 1, Kab. Toba 22313

    Telp./HP/WA

    :

    0632 – 21192 / 0813 9674 4755

    Email

    :

    [email protected] 

    Jumlah Umat

    :

    1.912 KK / 7.700 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    28

    1. Tarabunga
    2. Tambunan
    3. Lumban Binanga
    4. Hutahaean
    5. Ujung Tanduk
    6. Matio
    7. Silaen
    8. Pintu Batu
    9. Sitorus
    10. Sibalingga
    11. Sianipar
    12. Huta Gurgur
    13. Natolutali
    14. Sigordang
    15. Sibide
    16. Amborgang
    17. Hulahuli
    18. Janji Matogu
    19. Lumban Manurung
    20. Lumban Sitorus
    21. Narumonda
    22. Pangasean
    23. Pardomuan
    24. Paritohan
    25. Sibuntuon
    26. Sigaol
    27. Sihubakhubak
    28. Siregar
     
     

    RP. Cypriano Barasa OFMCap

    23.02.'76

    Parochus

    RP. Hotraja Purba OFMCap

    22.04.’88

    Vikaris Parokial

         

    Sejarah Paroki St. Yosef | Balige

    I. Titik Awal Misi hingga Dekade 50-an (klik untuk membaca)
    1.1 Titik Awal Misi di Balige

    Deretan Bukit Barisan berdiri di sekeliling lembah hijau yang luas. Sebuah danau terbentang kebiruan terbentang di depannya. Kedua bentang alam ini membentuk Kawasan Danau Toba. Bentang alam yang telah melestarikan kehidupan orang-orang yang tinggal di dalamnya diturunkan dalam tradisi unik selama berabad-abad. Batak Toba adalah salah satu sub-etnis yang mendiami kawasan Danau Toba. Salah satu pusat kebudayaan masyarakat Batak Toba adalah Balige.

    Sejarah berdirinya paroki St. Yosef Balige pada hakikatnya adalah sejarah masuknya agama Katolik ke Tanah Batak itu sendiri. Sejarah ini dimulai pada 12 Agustus 1933, ketika Prefektur Apostolik di Medan (1921 – 1954), Mgr. Mathias Brans, OFM Cap berhasil mendapatkan izin untuk melakukan misi Katolik ke Tanah Batak (Batak Landen) dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Dengan demikian, terbukalah pintu misi Katolik di Tanah Batak yang sebelumnya terhalang oleh kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang melarang praktik zending ganda . Pada tanggal 8 Februari 1934, Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengutus seorang pastor untuk menetap di Balige. Pastor ini adalah Pastor Sybrandus van Rossum, seorang imam Kapusin berusia 30 tahun. Ketika Sybrandus van Rossum tiba di Balige pada tanggal 5 Desember 1934, Tanah Batak resmi menjadi daerah misi Katolik. Hari itu menandai titik awal keberadaan Gereja Katolik di Balige.

    Pastor Sybrandus van Rossum memilih Balige sebagai pos misi karena dua alasan. Alasan pertama adalah karena lokasi geografis yang merupakan pusat dan memiliki penduduk yang lebih padat dibandingkan daerah lain di Tanah Batak. Kedua, Nommensen telah memilih Tarutung sebagai pusat zending, sehingga Balige tetap membuka peluang bagi karya misionaris Katolik. Dengan keluwesan dan keterbukaannya dalam berkomunikasi, Sybrandus van Rossum mudah dan cepat untuk berhubungan dengan banyak orang.

    Memang, sejak awal Mgr. Brans telah berpesan kepada van Rossum untuk menjalin kontak dengan sebanyak mungkin orang, baik siang maupun malam.

    Perjumpaan Sybrandus van Rossum dengan masyarakat sekitar di tepi Danau Toba merupakan perjumpaan yang secara jenaka terekam dalam berbagai naskah, di mana dua orang nelayan yang sedang berlayar di danau itu terkejut melihat sosok orang asing menyapa mereka di tengah danau malam hari itu. Ternyata pertemuan itu sungguh bersejarah, karena dua nelayan itu, satu Protestan dan lainnya Parmalim, menjadi simbol pertemuan antara seorang Katolik dan dua kelompok besar masyarakat Batak saat itu.

    Sejak malam itu ratusan hingga ribuan orang telah datang kepada Sybrandus van Rossum di gubuknya di tepi danau untuk bertanya, berdiskusi, atau meminta bantuannya karena mereka percaya para misionaris datang untuk membawa kemajuan bagi peradaban mereka.Setelah itu, banyak orang mulai tertarik padanya sehingga mereka berbondong-bondong dari desa-desa sekitar Balige untuk menemuinya. Tujuan utama kedatangan mereka adalah untuk meminta agar sekolah segera dibuka. Pastor Sybrandus van Rossum melihat lebih dalam permintaan mereka dengan mengirim orang lain ke desa untuk melihat situasi sebenarnya. Jika ada prospek yang menjanjikan, mereka mulai dibimbing untuk mempelajari katekismus Katolik di rumah. Jika pembelajaran berjalan lancar, akan diupayakan untuk mendirikan tempat berkumpul sederhana, yang nantinya dapat digunakan sebagai gedung sekolah sekaligus gereja.

    Melihat perkembangan misi yang menjanjikan di Tanah Batak, maka untuk memperkuat jumlah personel, kepala misi Kapusin mengirimkan Pastor Diego van den Bigelaar, OFM Cap untuk ditempatkan di Balige. Pada tanggal 8 Januari 1935, Diego van den Bigelaar tiba dari Belanda ke Belawan.

    Pada tanggal 12 Januari 1935, Sybrandus van Rossum membaptis satu orang di Sigompulon Pahae , pada tanggal 10 Februari 1935 satu orang di Hutabarat, Tarutung dan satu orang di Lumbanpea Balige. Sementara itu, pada 27 Februari 1935, sekitar 50 orang datang secara rutin ke gereja. Tempat peribadatan di Tambunan Lumbanpea dilaksanakan di rumah salah satu anggota, yakni Ompu Hobul Tambunan. Sedangkan tempat peribadatan di Balige adalah Rumah Pertukangan Toba yang berada di tepi Danau Toba—yaitu rumah yang disewa oleh Pastor Sybrandus van Rossun.

    Baptisan massal pertama di Balige berlangsung pada tanggal 16 Mei 1935 di Lumbanpea Tambunan Balige, total 26 orang yang dibaptis. Setelah setengah tahun, tercatat ada sekitar 600 orangyang dibaptis di Balige dan ada sekitar 3200 katekumen. Yang dipermandikan kebanyakan anak-anak. Hal ini terjadi karena ada kebijakan misi yang mengharuskan orang dewasa untuk belajar lebih lama, sehingga anak-anak mereka dibaptis terlebih dahulu.

    Keinginan menjadi anggota Gereja Katolik tidak hanya datang dari desa-desa sekitar Balige tetapi juga dari masyarakat yang tinggal di Samosir, Humbang Hasundutan dan Silindung. Mereka memohon kepada pastor untuk datang ke sana juga. Atas permintaan tersebut, pada pertengahan Mei 1935, van Rossum untuk pertama kalinya menyeberang ke Pulau Samosir dan membuka stasi, yang dalam bahasa Batak Toba disebut huria pagaran.

    Menurut catatan Vikaris Apostolik Medan, pada Juli 1935, delapan stasi telah berdiri di sekitaran Balige. Kedelapan stasi tersebut adalah: 1. Stasi Tambunan, 2. Stasi Pintu Batu, 3. Stasi Lumban Manurung, 4. Stasi Lumban Sitorus, 5. Stasi Sibuntuon—lima stasi ini masih aktif sampai sekarang, dan tiga lagi sudah tutup, yaitu 1. Stasi Sitoluama, 2. Stasi Hauanatas, 3. Stasi Pardinggaran. Pada akhir tahun 1935, ada 3 imam yang menetap di Balige, antaralain: Pastor Sybrandus van Rossum OFM Cap, Pastor Diego van de Bigelaar OFM Cap dan Pastor Procopius Handgraaf OFM Cap.

    Pada tanggal 29 Oktober 1935, Misi Katolik membeli sebidang tanah milik Marinus Simanjuntak yang berada di pinggir jalan raya menuju Tarutung (sekarang Jalan Lintas Sumatera) yang di atasnya terdapat gedung bioskop, rumah dan gudang beras yang besar. Kemudian, gedung itu direnovasi menjadi gereja, pastoran dan sekolah . Tanah dan bangunan ini diberkati dan diresmikan oleh Mgr. Mathias Brans, OFM Cap pada tahun 1936 dengan nama pelindung St. Yosef.

    Melihat semakin bertambahnya jumlah anggota gereja Katolik di Tanah Batak, khususnya di daerah Samosir, pada tanggal 27 Januari 1936 Mgr. Brans menugaskan Pastor Diego van de Bigelaar sebagai imam yang khusus melayani di daerah Samosir. Sejak itu, ia mengintensifkan kunjungannya ke orang-orang di Samosir dan mulai tinggal di sana. Pada tanggal 15 April 1936, Bruder Archarius Rentinck, OFM Cap tiba di Belawan dan langsung ditempatkan di Balige sebagai tenaga ahli konstruksi untuk menangani semua gedung misi di Tanah Batak. Kemudian, ia segera mendirikan pusat pertukangan di tepi Danau Toba.

    Pada akhir November 1936, lima imam tiba di Belawan sebagai misionaris baru. Tiga di antaranya ditempatkan di Balige, yaitu: Pastor Dagobertus Sinnema OFM Cap, Pastor Lukas Randers OFM Cap dan Pastor Oscar Nuijten OFM Cap. Dalam laporan akhir tahun 1936, tercatat ada 5 imam dan 1 bruder yang tinggal di Pastoran Balige dan 37 lokasi huria pagaran, yang juga terletak di wilayah Lintongnihuta, Doloksanggul dan Tarutung.

    Dalam perkembangan selanjutnya, pada tanggal 8 Oktober 1937 dibukalah Paroki Sibuntuon Bagasan dan Pastor Sybrandus van Rossum ditugaskan untuk melayani paroki tersebut. Dengan demikian, tugasnya di Balige digantikan oleh Pastor Marinus Spanjers OFM Cap.

    1.2 Pendudukan Jepang Hingga Awal Kemerdekaan

    Misi Katolik tentu dipengaruhi oleh situasi politik. Pada tahun 1942, pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang. Ketika kekuasaan diambil alih oleh Jepang, orang-orang Belanda yang masih berada di Indonesia ditawan oleh tentara Jepang, termasuk juga para pastor yang bermarkas di Tanah Batak.

    Karena semua orang Belanda akan diasingkan, para misionaris mulai berpikir tentang bagaimana melayani orang-orang ketika mereka diasingkan. Pada suatu kesempatan, mereka mengadakan pertemuan untuk menunjuk sejumlah katekis, pemimpin jemaat selama misionaris berada di kamp-kamp tahanan Jepang. Langkah ini diambil karena umat Katolik pada waktu itu masih tergolong baru, bahkan sebagian besar masih katekumen.

    Untuk memudahkan koordinasi para katekis, atas usul Pastor Marinus van den Acker pada bulan Juli 1942 para katekis dikumpulkan di Balige untuk membentuk Badan Pimpinan Dewan Misi Darurat Katolik Wilayah Tapanuli. Badan ini bertujuan untuk membahas berbagai masalah yang terjadi di pelayanan, terutama masalah antar umat.

    Setelah badan ini terbentuk, Bonifacius Panggabaean diangkat sebagai ketua. Dalam pelayanan, katekis terkadang mengalami permasalahan dalam keorganisasian. Meskipun demikian, patut dibanggakan bahwa sebagian besar umat masih tetap semangat dan bertahan dalam kehidupan imannya, meskipun ada juga yang kurang semangat bahkan meninggalkan iman katoliknya. Beberapa katekis yang telah bertahun-tahun mengabdi dalam pelayanan bagi umat antara lain: Johannes Chrisostomus Calvin Tampubolon, JIA Situmorang, Bonifacius Panggabean, C Siagian, JM Samosir, R Pardede, J Sinaga, W Simangunsong dan S Silaban.

    Para katekis ini banyak mengambil alih tugas pelayanan imam seperti mengajar, membabtis, bahkan memberi pemberkatan perkawinan.

    Pada bulan Agustus 1945, tentara Jepang menyerah kepada pasukan Sekutu dan harus kembali ke tanah airnya. Tiga hari setelah Jepang menyerah, rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Orang Belanda yang menjadi tawanan Jepang dibebaskan termasuk para misionaris, tetapi tidak diizinkan untuk melayani umat. Sehingga katekis harus berusaha lebih keras dalam melayani umat.

    Karena misionaris sudah tidak diperbolehkan lagi melayani umat, Mgr. Brans mendatangkan seorang imam pribumi dari Keuskupan Agung Semarang yaitu Romo Stanislaus Sutapanitra SJ untuk mengabdi di Tanah Batak pada tahun 1948. Imam itu hanya bertugas selama 3,5 bulan di Tanah Batak karena ia kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat setempat. Kemudian pada bulan Agustus 1948, seorang imam baru didatangkan lagi, yaitu Agustinus Poedjahandaja, seorang imam diosesan dari Keuskupan Agung Semarang dan bertugas di Balige sampai Maret 1949.

    1.3 Babak Baru untuk Misi

    Selama tahun 1950-an situasi secara bertahap mulai membaik. Babak baru dalam sejarah misi sedang terjadi. Para misionaris mulai kembali bekerja secara teratur dan jumlah umat paroki terus bertambah. Peningkatan jumlah umat yang luar biasa itu bukan semata-mata karena pewartaan para imam, tetapi karena pewartaan umat sendiri.

    Melihat pesatnya perkembangan jumlah umat dan jarak antar stasi yang relatif jauh dari paroki, maka diusulkan untuk membuka sejumlah paroki baru. Usulan ini ditanggapi secara positif dan didukung penuh oleh Vikariat Apostolik. Maka pada tahun 1951 didirikan Paroki Doloksanggul yang merupakan anak dari Paroki Lintongnihuta dan Balige. Setahun kemudian, Paroki Parsoburan yang merupakan anak dari Paroki Balige didirikan . Pada tanggal 1 Agustus 1957, didirikanlah Paroki Tarutung yang juga merupakan anak dari Paroki Balige. Pendirian paroki-paroki baru ini berdampak besar pada pertumbuhan jumlah orang Batak yang memeluk agama Katolik karena pelayanannya semakin intensif.

    Dalam perkembangan selanjutnya, Paroki Sibuntuon Bagasan digabung kembali dengan Paroki Balige.

    Pada perkembangan selanjutnya sejumlah stasi yang telah didirikan, namun pada akhirnya harus dihentikan karena jumlah orang yang semakin berkurang. Pasalnya, sebagian besar penduduknya bermigrasi ke tempat lain atau berpindah agama. Sejumlah stasi yang akhirnya harus ditutup adalah Stasi Sitoluama, Stasi Pardinggaran, Stasi Haunatas, Stasi Barimbing, dan Stasi Meat.

    Selain pembukaan paroki baru, kehadiran tarekat hidup bakti—suster dan bruder—di paroki sangat mempengaruhi pelayanan iman umat. Suster-suster Kongregasi FCJM membuka komunitas di Balige pada tanggal 30 Mei 1938. Mulanya mereka mengadakan pelayanan kesehatan keliling dan membuka poliklinik di sekitar Balige. Kemudian pada tahun 1953, mereka mendirikan Sekolah Kejuruan Puteri (SKP).

    Frater CMM membuka komunitas di Balige sejak 31 Agustus 1950. Mereka mendirikan SMP Budi Dharma tahun 1950, Sekolah Keguruan (SGA) tahun 1953 dan SMA Bintang Timur Balige tahun 1956. Selain itu, para suster FCJM juga mengelola asrama putri dan para Frater SMM mengelola asrama putra. Asrama ini untuk menyediakan akomodasi bagi siswa sekolah tersebut yang tinggal jauh dari Balige.

    II. Masuknya Kongregasi FCJM & CMM
    2.1 Kongregasi FCJM

    Dalam rangka meningkatkan dukungan bagi misi di Balige, pada bulan Februari 1934 Mgr. Brans mengunjungi biara Suster FCJM di Tanjung Balai untuk meminta para Suster FCJM membuka karya misi di Balige. Karena permintaan tersebut sesuai dengan visi kongregasi “Menjadi Saksi Cinta Hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Maria”, maka pimpinan Suster FCJM menjawab kebutuhan Mgr. Brans.

    Pada tanggal 2 November 1936, Sr. M. Veronica Hartog dan Sr. M. Cypriana de Vogel tiba di Balige untuk memulai komunitas di Balige. Hal pertama yang mereka lakukan adalah belajar bahasa Batak. Selanjutnya mereka mencari rumah yang cocok untuk para suster. Pada tanggal 11 Desember 1937 Suster Magdala dan Sr. M. Cypriana ditugaskan untuk menjelajahi Balige. Pastor Spanyers membantu kedua Suster itu menemukan sebuah rumah. Tidak jauh dari pusat pasar Balige yaitu di Sangkarnihuta terdapat dua buah rumah batu yang indah yang saling berdekatan dengan taman luas yang bisa disewa. Maka pada awal tahun 1938 Muder M. Renata meminta Pastor Spayer untuk membuat kontrak dengan pemilik rumah sebelum 1 Mei 1938. Hal ini sesuai dengan kesepakatan bahwa para suster akan memulai pelayanannya di Balige pada tanggal 30 Mei 1938.

    Tanggal 30 Mei 1938 adalah hari dimulainya pemekaran komunitas dan karya FCJM di daerah misi di Tanah Batak. Di awal pekerjaannya, para suster membuat jadwal pelayanan kesehatan di sekitar Balige untuk menyembuhkan penyakit yang diderita banyak orang seperti disentri, malaria, cacing tambang, luka, dan kudis karena kebersihan yang kurang. Menggunakan fasilitas perawatan keliling, mereka mengunjungi stasi selama tiga hari dalam seminggu. Rata-rata jumlah pasien adalah 80-100 orang per kunjungan.

    Pada tahun 1942 Jepang menduduki Balige. Awalnya Jepang menginginkan rumah suster menjadi tempat tinggal mereka, tetapi berkat pengaruh keempat suster Jerman, rencana ini digagalkan. Oleh Jepang, rumah suster itu lantas ditunjuk sebagai lokasi rumah tawanan. Pastor van den Acker termasuk di antara mereka yang ditahan di rumah biarawati itu.Kesempatan ini menghibur para suster karena setiap hari mereka bisa menghadiri misa kudus.

    Tiga Imam dan seorang Bruder ditambah sembilan Suster ditahan di rumah Suster bersama dengan 50 orang Belanda lainnya. Pada bulan November 1942 semua suster Belanda harus ditahan di Medan dan meninggalkan Balige. Pada tahun 1943 rumah suster SCMM di Sibolga diduduki tentara Jepang, sehingga tiga suster SCMM bergabung dengan suster FCJM di Balige.

    Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, para suster yang ditawan oleh Jepang dibebaskan. Namun karena suasana berubah karena euforia kaum pribumi yang menikmati kemerdekaannya yang diwujudkan dalam sentimen anti asing, pada tanggal 20 Desember 1945, para suster di Balige menerima surat dari Pastor van den Acker yang menyarankan agar mereka segera meninggalkan Balige dan pergi ke Medan demi keselamatan.

    Pada tanggal 16 Mei 1951, dua suster perintis yang berani, Sr. M. Aleyda Bot dan Sr. M. Paauw datang lagi ke Balige untuk mempersiapkan diri dan memulai kembali pembenahan komunitas. Pada awal tahun ajaran 1951 di Komunitas Balige para suster dihadapkan pada kegiatan baru. Pada tahun 1953, SMP putri dibuka namun tidak dilanjutkan dan diganti dengan Sekolah Kepandaian Putri (SKP).

    Pada tanggal 15 Mei 1954, rumah suster dan pusat kesehatan dipindahkan dari Sangkarnihuta ke Pardede Onan (lokasi sekarang). Bangunan poliklinik lama kemudian digunakan untuk pelatihan postulan dan novis, sehingga jumlah suster bertambah. Pada tahun 1955 pembangunan rumah baru di Pardede Onan dimulai. Meski tidak semuanya selesai, namun pada 3 Juni 1956 diadakan pemindahan besar-besaran. 

    Sejak tahun 1989, karya pendidikan yang dikelola oleh para suster yang bertahan hingga saat ini adalah TK Assisi dan SD San Francesco. Para suster juga bekerja dalam pelayananlain: di poliklinik, di sekolah-sekolah yayasan keuskupan, dan di asrama putri St. Katarina untuk siswa sekolah menengah pertama dan atas. Selain itu, para suster juga aktif dalam bidang pastoral di paroki.

    2.2 Kongregasi CMM

    Pasca kemerdekaan, seiring dengan dimulainya babak baru misi di Balige, Mgr. Brans memandang perlu juga upaya memperkuat kerja misi pendidikan. Untuk itu, Mgr. Brans mengundang Kongregasi CMM untuk bekerja. Undangan ini mendapat respon positif dari Kongregasi CMM. Komunitas Frater CMM di Balige didirikan pada tanggal 31 Agustus 1950. Awalnya, hanya ada dua frater yang bekerja, yaitu: Frater Rudolf Ouddekken dan Frater Cyprianus de Beek, yang kemudian meninggal pada tanggal 23 September 1951.

    Kiprah CMM dimulai dengan mendirikan SMP, kemudian dilanjutkan dengan membuka SGA pada tahun 1952. Hingga tahun 1991, sekolah ini menghasilkan ratusan guru yang kemudian mengajar di sekolah dasar Katolik dan sekolah umum. Awalnya Frater tinggal di dekat gereja Katolik, dan pada tahun 1955 Frater pindah ke Soposurung, di mana gedung SMP dan SGA selesai dibangun.

    Di Soposurung, para frater mendapat rumah dari seorang dokter yang pernah bekerja di Balige sebelum Perang Dunia II, dan rumah ini masih dihuni para frater sampai saat ini. Saat mereka pertama kali pindah ke Soposurung waktu itu, jumlah frater ada enam orang. Dari tahun 1956 sampai 1970-an dibuka novisiat di Balige untuk calon frater dari Sumatera.

    Namun panggilan untuk wilayah Sumatera tidak terlalu berkembang, sehingga pada tahun 1970, novisiat Frater CMM Balige ditutup.

    Saat itu ada 4 frater Indonesia yang tinggal di Balige, yaitu Frater Fransiskus Simbolon, Frater Paulus Edja, Frater Albert Fau, dan Frater Martinus Waoma. Belakangan, Frater Fransiskus Simbolon dan Frater Martinus Waoma meninggalkan kongregasi. Frater Paul Edja dan Frater Albert Fau tetap berada di komunitas sampai meninggal.

    Karena jumlah frater di Sumatera sangat minim, sedangkan pekerjaan pendidikan, asrama, pembinaan kepemudaan, dan sebagainya membutuhkan banyak tenaga kerja, maka pada tahun 1982 tiga frater dari wilayah Maluku - Sulawesi diutus untuk membantu frater di Balige. Mereka adalah Frater Harold de Lange, Frater Pieter Janvan Lierop, dan Frater Herman Mandagi.

    Sampai saat ini Frater CMM masih berkarya di Paroki Santo Yosef Balige. Saudara-saudara bekerja di sekoalh (SMP dan SMA), asrama Budhi Dharma, SMA BTB, minishop dan pastoral. Biara Frater maish tetap di Soposurung dan saat ini ada 8 frater yang berada di komunitas Balige.

    III. Perkembangan Terkini
    3.1 Situasi Demografis 

    Pusat Paroki St. Yosef, Balige terletak di jantung Kota Balige yang sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Toba. Lokasi ini tepatnya di Jalan Tandang Buhit Nomor 1, Desa Pardede Onan, Kecamatan Balige. Bangunan gereja paroki menghadap ke Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) dan di belakang terdapat pastoran dan bersebelahan dengan biara Suster FCJM.

    Paroki St. Yosef, Balige terdiri dari satu gereja paroki dan 28 gereja stasi yang tersebar di wilayah Kabupaten Toba. Paroki ini terbagi menjadi 4 Rayon, yaitu: Rayon Balige yang terdiri dari 15 lingkungan, Rayon Laguboti terdiri dari 6 stasi, Rayon Porsea terdiri dari 13 stasi, dan Rayon Silaen terdiri dari 9 stasi.

    Pembagian rayon pada awalnya ditujukan ke wilayah kecamatan yang berkesempatan bertemu bersama di hari pekan (dalam bahasa Batak Toba disebut onan). Pada akhir pekan, pengurus gereja menjadwalkan sermon untuk setiap stasi di wilayah tertentu, misalnya onan Balige untuk kecamatan Balige dan Laguboti pada hari Jumat, onan Porsea untuk kecamatan Porsea dan Silaen pada hari Rabu.

    Seiring dengan pemekaran Kabupaten Toba, Rayon Laguboti saat ini meliputi Kecamatan Laguboti, Balige dan Tampahan. Rayon Porsea meliputi kecamatan Porsea, Bonatua Lunasi dan Parmaksian. Sedangkan Rayon Silaen masih hanya mencakup Kecamatan Silaen.

    Secara geografis, Paroki St. Yosef Balige berbatasan dengan Paroki St. Fidelis Parapat di sebelah Utara. Sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Paroki St. Christophorus Siborongborong. Sebelah Timur berbatasan dengan Paroki St. Yosef Parsoburan.

    Pada awal berdirinya paroki ini, umat Katolik sebagian besar memiliki mata pencaharian petani tradisional dalam masyarakat agraris. Semakin berkembangnya daerah, semakin banyak pula umat bermata pencaharian lain seperti pedagang, pegawai/guru, dan sebagai buruh pabrik sarung dan ulos (tenun).

    Kawasan Balige telah lama dikenal sebagai kawasan pendidikan yang berpusat di Soposurung. Hingga saat ini, perkembangan Balige sebagai pusat pendidikan masih terus berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan berdirinya berbagai sekolah di daerah tersebut, misalnya SMP, SMA/ SMK dan Perguruan Tinggi. Selain kota pendidikan, Kota Balige juga dikenal sebagai kota industri tenun (ulos/sarung).

    Dengan kondisi ekonomi seperti ini, banyak orang datang ke Balige untuk mengenyam pendidikan atau bekerja sebagai guru, pedagang atau pegawai swasta. Sementara itu, banyak putra dan putri asli Balige pergi ke luar daerah/ luar negeri untuk melanjutkan pendidikan dan mencari penghidupan yang lebih baik. Dengan kondisi tersebut, perkembangan umat Katolik di Balige kini lebih didominasi oleh pendatang, dan hal ini semakin didukung dengan pemekaran pemerintah Kabupaten Toba dengan Balige sebagai ibukotanya, sehingga saat ini masyarakat yang berstatus antara pegawai atau guru mulai berimbang dengan petani dan kemudian karyawan.

    Sesuai dengan konteks demografi, maka salah satu adalah mengakomodasi tradisi dan budaya lokal dalam kegiatan-kegiatan liturgi, contohnya menginkulturasi Pesta Gotilon dalam misa khusus untuk ucapan syukur atas panen. Selain itu bentuk inkulturasi budaya juga diungkapkan lewat pemakaian alat-alat musik dan tarian tradisional Batak dalam perayaan-perayaan ekaristi khusus seperti pada Pesta Kristus Raja dan ulang tahun paroki atau stasi.

    Sebagai bagian dari kegiatan pelayanan pastoral, sejak tahun 1981 Paroki Balige mendirikan Credit Union Harapan Baru (CU-HB) yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan ketahanan ekonomi umat paroki. Umat paroki didorong untuk menjadi anggota CU-HB yang merupakan lembaga keuangan mikro yang melayani peminjaman modal usaha bagi anggotanya.

    Akses terhadap modal usaha ini sangat penting bagi umat paroki, khususnya yang bermata pencaharian sebagai petani. Saat ini CU-HB telah berkembang dan memiliki anggota sebanyak 1.831 orang.

    3.1 Situasi Pastoral

    Saat ini, Paroki St. Yosef Balige masuk ke dalam wilayah Vikarat Episkopal Doloksanggul dengan Pastor Ambrosius Nainggolan, OFMCap sebagai Vikaris Episkopal. Reksa pastoral di Paroki St. Yosef Balige sejak berdiri sampai sekarang dilakukan oleh para imam Ordo Saudara Dina Kapusin (OFMCap). Saat ini Pastor Paroki adalah Pastor Monaldus Banjarnahor, OFMCap. Adapun imam-imam yang pernah mengabdi di Paroki St. Yoseph Balige secara Kronologis adalah sebagai berikut (semuanya dari ordo Kapusin kecuali disebutkan lain):

    1934 – 1946

    P. Sybrandus van Rossum
    P. Diego van den Biggelaar
    P. Procopius Handgraaf
    P. Marianus van den Acker
    P. Oscar Nuyten
    P. Lucas Raenders
    P. Anacletus Snyders
    P. Radboud Waterius

    P. Marians Spanipers
    P. Werenfridus Joosen
    P. Panduamus Kromeer
    P. Bernard van den Laar
    P. Jenniskers
    P. Ubaldus Esser
    P. Ausfriden Liefri

    1946 – 1970

    P. Pudjahandoyo (Pr-KAS)
    P. Sutapanitra (SJ)
    P. Beatus Jennikers
    P. Marianus van den Acker
    P. Oktavianus van den Klaar
    P. Nilus Weigmans
    P. Isodorus Woestenberg
    P. Godhard Liebreks

    P. Rocklus Rensens
    P. Isaias Krool
    P. Theodorus van Eyk
    P. Pancratius van Mechelen
    P. Straalen
    P. Remigius Bleijs
    P. Pius Datubara
    P. Wiro van Diemen

    1970 – 1980

    P. Asterius van Reen
    P. Johannes Simamora
    P. Elias Sembiring
    P. Hubertus Tamba

    P. Krool
    P. Leo Sipahutar
    P. Alfonsus Simatupang
    P. Thadeus

    1980 – 1999

    P. Dominikus Situmorang
    P. Justinus Tinambunan
    P. Anselmus Sihaloho
    P. Honorius Sihaloho
    P. Gabriel L. Tobing
    P. Asterius van Reen

    P. Bonifasius Simanullang
    P. Samuel Oton Sidin
    P. Marcelinus Manalu
    P. Carolus Sembiring
    P. Albinus Ginting
    P. Crispinus Silalahi

    2000 – 2002

    P.Thomas Sinabariba
    P. Hyginus Silaen

    P. Hugolinus Malau
    P. Fridolinus Simanjorang

    2000 – 2002

    P.Thomas Sinabariba
    P. Hyginus Silaen

    P. Hugolinus Malau
    P. Fridolinus Simanjorang

    2002 – 2004

    P. Markus Manurung
    P. Yosafat Ivo Sinaga

    P. Damianus Gultom

    2004 – 2006

    P. Louis Uran
    P. Yosafat Ivo Sinaga

    P. Damianus Gultom

    2006 – 2007

    P. Yosafat Ivo Sinaga
    P. Damianus Gultom

    P. Liberius Sihombing

    2007 – 2012

    P. Angelo Purba
    P. Arie van Diemen

    P. Ivan Siallagan
    P. Fransiskus Manullang

    2012 – 2018

    P. Leopold Purba
    P. Romualdus Limbong

    P. Eno Samosir
    P. Petrus Sinaga

    2018

    P. Ambrosius Nainggolan

    P. Petrus Sinaga

    2019 - 2022

    P. Monaldus Banjarnahor
    P. Petrus Sinaga

    P. Hotraja Purba

    3.1 Tata Kelola Administratif

    Sejak berdirinya Gereja Katolik Santo Yosef Balige, pencatatan administrasi secara konsisten dilakukan untuk kelengkapan pendataan. Catatan terdiri dari Pembaptisan, Penguatan, Komuni Pertama, Pernikahan, Pengurapan Orang Sakit, dan Kematian. Hal ini terlihat dari ketersediaan arsip pada saat dibutuhkan oleh pengurus paroki dan stasi jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

    Di bagian Liber Baptis, pendaftaran dimulai dari tahun 1935 hingga sekarang, pada tahun 2022. Hingga tahun 2022, paroki ini memiliki 12 Liber Baptist dengan rincian sebagai berikut: Liber Baptist I (1935-1940), Liber Baptist II (1940-1946), Liber Baptist Baptis III (1947-1966), Liber Baptist IV (1966-1980), Liber Baptist Va (1981-1986), Liber Baptist Vb (1986-1993), Liber Baptist Vc (1993-1995), Liber Baptist VI (1995- 2002), Liber Baptist VII (2002-2007), Liber Baptist VIII (2007-2014), Liber Baptist IX (2014-2020), Liber Baptist X (2020 hingga sekarang).

    Buku-buku baptisan ada dan konsisten dalam penomoran dan penulisan buku. Namun buku-buku lama masih menggunakan ejaan lama. Sedangkan yang baru telah ditulis sesuai dengan standar ejaan Indonesia (EYD) saat ini. Saat ini, pencatatan komputerisasi sedang berlangsung. Selanjutnya, buku baptisan, komuni pertama, krisma, pernikahan dan buku kematian harus berhubungan satu sama lain. Basis data untuk tiap buku sudah tertata dengan baik, namun perlu konsistensi dalam pencatatan. Catatan bahwa di semua stasi masih belum ada buku pencatatan baptis.

    Buku Sakramen Perkawinan tercatat dalam 6 bagian, antara lain: Buku Sakramen Perkawinan I (1935-1972), Buku Sakramen Perkawinan II (1972-1984), Buku Sakramen Perkawinan III (1984-2002), Buku Sakramen Perkawinan IV (2002-2012). 2011), Buku Sakramen Perkawinan V (2011-2018), Buku Sakramen Perkawinan VI (2018 sampai sekarang). Dari data tersebut, penerimaan Sakramen Perkawinan terbanyak dilaksanakan pada tahun 2007 sebanyak 112 pasangan.

    Berkas penyelidikan Kanonik berasal dari tahun 1948 hingga hari ini. Hal-hal yang berkaitan dengan berkas ini belum sepenuhnya tuntas, terutama pada awal berdirinya paroki ini dan baru selesai dalam 20 tahun terakhir. File ini tersimpan dengan baik dan rapi.

    Pada bagian pencatatan Buku Penguatan, paroki telah mencatat secara rinci dari tahun 1935 sampai sekarang. Hal ini tertuang dalam beberapa bagian Buku Krisma, antara lain: Buku Krisma I dan IA (1935-1983), Buku Krisma II (1993-2018), Buku Krisma III (2018 - sekarang). Di dalam buku itu terlihat jelas jumlah orang yang menerima Sakramen Penguatan dari tahun ke tahun. Antara tahun 1984 dan 1992, tidak ada penerimaan Sakramen Penguatan di paroki.

    Proses pencatatan orang yang menerima Komuni Pertama di paroki baru ada sejak tahun 2000. Sebelumnya, tidak ada data orang yang menerima Komuni Pertama. Dengan demikian, diharapkan lebih banyak perhatian diberikan pada pencatatan di masa depan.

    Secara keseluruhan, buku untuk pencatatan Komuni Pertama dalam kondisi baik dan pada umumnya memperlihatkan konsistensi penulisan dan penomoran. Meski demikian, masih terdapat ketidakkonsistenan dalam pencatatan di sebagian kecilnya.

    3.2 Statistik Umat

    Saat ini pengumpulan data statistik lengkap sedang berlangsung. Pengelolaan data dilakukan dalam sebuah database yang disebut Basis Integrasi Data Umat Keuskupan (BIDUK). Untuk sementara, database ini berisi entri dari 7.489 jiwa umat paroki. Rentang usia umat yang tercatat di database tersebut berkisar antara 0 hingga 104 tahun dengan rata-rata usia umat adalah 30,5 tahun. Mayoritas terbesar (~95%) umat paroki mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah atas (SMA/SMK). Profesi yang banyak ditekuni masyarakat umumnya adalah petani tradisional, pengusaha/pedagang, guru, dan pegawai negeri. Sejumlah kecil lainnya bekerja sebagai karyawan di bisnis swasta. Masih banyaknya data yang belum terisi lengkap dalam formulir BIDUK membuat sulitnya memperoleh statistik deskriptif holistik pada profil umat. Namun dewan paroki masih terus melakukan pengisian data untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai data umat paroki.

    Video Profil :

    Lokasi Paroki :

    Paroki Aek Nabara

    Pelindung

    :

    Santo Fransiskus Asisi

    Buku Paroki

    :

    Sejak November 1978. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Aek Kanopan/Kisaran

    Alamat

    :

    Pastoran Katolik, Jl. Ampera No. 1, Labuhan Batu, Aek Nabara – 21462

    Telp/WA

    :

    0811-6152-178

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    1.139 KK / 4.820 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    27

         
    1. Alur Naga
    2. Bunut
    3. Kampung Beringin
    4. Kpg. Jawa Pasar
    5. Kpg. Jawa Seberang
    6. Kampung Kristen
    7. Kampung Padang
    8. Kampung Pelita
    9. Negeri Lama
    10. Pangkatan
    11. Parsaoran Sennah
    12. Sei Abal
    13. Sei Bunga
    14. Sei Daun
    15. Sei Keluang
    16. Sei Parapat
    17. Sei Keramat Hulu
    18. Sei Pelancang
    19. Sei Tarolat
    20. Sei Tampang
    21. Selat Cina
    22. Sijambu Kanan
    23. Simpang 45
    24. Sipege
    25. Tanjung Harapan
    26. Tanjung Marulak
    27. Tgk. Pasir Seberang
         

    RP. Yonas Sandra Mallisa, SX

    22.01.‘83

    Parochus

    RP. Guillermo Arias, SX

    22.03.‘66

    Vikaris Parokial


    Jadwal Misa Paroki Aek Nabara

    Tahun Liturgi C/I 2024-2025
    Sumber: Sekretariat Paroki (22-11-2024)

    Misa Harian (Senin-Sabtu) 18:00 WIB
    Jumat Pertama 18:00 WIB
    Hari Minggu 07:00 WIB 11:00 WIB
    Malam Tahun Baru Paroki & Stasi 19:00 WIB
    Tahun Baru Paroki 09:00 WIB
    Stasi 10:00 WIB
    Misa Rabu Abu Paroki 07:00 WIB
    Stasi 10:00 WIB
    Misa Kamis Putih 18:00 WIB
    Jumat Agung 14:00 WIB
    Sabtu Suci & Malam Natal Paroki 18:00 WIB
    Stasi 19:00 WIB
    Hari Minggu Paskah & Hari Raya Natal Paroki 08:00 WIB
    Stasi 10:00 WIB/ 11:00 WIB
    *Jadwal misa bisa berubah sewaktu-waktu, silahkan dihubungi kontak sekretariat paroki yang bersangkutan, terima kasih.

    Sejarah Paroki St. Fransiskus Asisi, Aek Nabara

    Perjalanan Sejarah Paroki Aek Nabara (klik untuk membaca)

    Sekitar tahun 1932, umat Katolik sudah ada di wilayah Wingfoot. Hal itu nyata dengan keberadaan Bapak Petrus Nainggolan bersama beberapa keluarga yang sudah mengadakan Ibadat di rumah-rumah keluarga. Kemudian, Pastor Misionaris dari Tanjung Balai datang untuk mencari umat dan mewartakan Injil kepada mereka. Namun, karena jarak yang sangat jauh dan kondisi jalan yang sangat parah membuat pelayanan dari misionaris menjadi kurang maksimal. Ketika itu pelayanan sakramen-sakramen sangat jarang. Untuk menjamin kebaktian di Wingfoot, maka Pastor menetapkan beberapa umat untuk memimpin Ibadat. Situasi bangsa Indonesia pun masih berada dalam tekanan penjajah. Baru kemudian sekitar tahun 1950-an umat Katolik dapat merayakan ibadat Sabda Hari Minggu dan perayaan Ekaristi di Wisma Perkebunan Good Year PTP III (Perusahaan Terbatas Perseorangan) Wingfoot. Pada waktu itu umat Katolik belum juga memiliki gedung gereja. Jumlah keluarga-keluarga yang berhimpun diperkirakan ±32 keluarga. Di antara umat yang sudah ada pada waktu itu, termasuk Dr. Robinson dan Dr. Seto, keduanya berkebangsaan Amerika yang menjadi anggota Gereja Katolik PTP III.

    Selain dari Tanjung Balai, imam yang melayani sakramen-sakramen pada waktu itu datang dari Parapat; di antaranya ialah Pastor Pius Datubara, OFMCap yang kemudian menjadi Mgr. Pius Datubara, OfmCap. Pastor Pius bersama para Frater Kapusin datang untuk melayani umat di PTP III Wingfoot. Pada saat jadwal kunjungannya, mereka menginap di rumah umat. Dari situ mereka pergi ke stasi-stasi untuk merayakan Ekaristi dan pembinaan umat. Para pastor dari Tanjung Balai yang pernah melakukan pelayanan sakramen dan kunjungan pastoral ialah Pastor Arie Van Diemen, OFMCap, Pastor Meinrad Manser, OFMCap, P. Scheven, OfmCap; dan P. Beatus Jenniskens, OFMCap yang lama berkarya di Aek Kanopan.

    Upaya untuk memandirikan umat sangat tampak melalui pencarian tanah untuk pendirian gedung gereja. Sekitar tahun 1960-an diperoleh sebidang tanah di Jl. Rantau. Di lokasi ini didirikanlah gereja yang sangat sederhana/darurat. Vorhangernya ialah bapak Emanuel Pangaribuan yang akhirnya pindah ke gereja Protestan dengan alasan tertentu. Ketika gereja berada di tempat ini, umat digembalakan oleh pastor dari Paroki St. Mikael Tanjung Balai-Asahan, Kisaran, dan kemudian Aek Kanopan. Di antaranya pastor yang pernah berkarya adalah P. Remigius Pennoch, OFMCap, P. Schepens, OfmCap, P. Luigi Magnasco, SX, P. Francesco Marini, SX dan P. Arie Van Diemen, OFMCap. Setelah gereja berdomisili di Jl. Rantau tidak dapat diketahui dengan pasti berapa jumlah umat atau keluarga Katolik yang bertambah; yang pasti umat bukanlah bertambah tetapi semakin berkurang dan berjumlah hanya ±12 keluarga.

    Ketidakamanan negara pada waktu itu sangat mempengaruhi keberadaan gereja. Penyebab utama berkurangnya jumlah umat adalah Gerakan 30S-PKI dan Zending Protestan yang sudah datang lebih dahulu sebelum Katolik. Para Pendeta dari Parapat sedang gencar ke kampung-kampung termasuk ke Wingfoot untuk mengajak orang masuk ke agama Protestan. Sedangkan pada waktu itu, kunjungan para pastor sangat jarang sekali. Sehingga dalam situasi seperti ini, antara tuntutan masyarakat, hidup beragama dan kunjungan pastor yang jarang, membuat beberapa umat Katolik akhirnya pindah ke gereja Protestan sebab anaknya harus dibaptis atau karena pernikahan.

    Sekitar tahun 1970-an, umat memohon kepada pihak Perkebunan agar membantu Gereja Katolik untuk memiliki sebidang tanah agar dapat mendirikan bangunan gereja yang permanen. Namun permohonan mereka pada waktu itu tidak dikabulkan. Baru dua tahun kemudian, setelah Pak Sudrajat yang adalah Inspektorat di Aek Kanopan pindah ke Aek Nabara menjadi ADM perkebunan, memberikan izin pendirian Gereja Katolik di tanah Jl. Ampera-Aek Nabara. Di sini dibangunlah gereja permanen. Ketika gereja berada di Jl. Ampera sekitar tahun 1973, reksa pastoral gereja ini ditanggungjawabi oleh Pastor dari Paroki St. Pius X Aek Kanopan.

    Pada tanggal 1 Mei 1975, Paroki Aek Kanopan dibuka secara resmi dengan dengan bangunan Pastoran yang sangat sederhana di kota itu, dan pelayanan pastoral meliputi daerah Aek Kanopan dan Aek Nabara dengan semua stasi-stasinya yang sudah dibuka. Penting diperhatikan bahwa, sejak waktu itu sudah ditentukan, batas-batas wilayah pelayanan Paroki Aek Nabara, dan meskipun pelayanan pastoral masih berasal dari Paroki Aek Kanopan, namun sudah mulai diisi 2 Buku Permandian dan 2 Buku Perkawinan, satu untuk Paroki Aek Kanopan dan satu lagi untuk Paroki Aek Nabara. Hal ini dibuat karena sudah ada rencana yang jelas dari Uskup untuk membuka Paroki Aek Nabara sesegera mungkin, dan tinggal menunggu Pastor-Pastor dari Serikat Xaverian (SX) yang sudah berjanji akan datang berkarya di Keuskupan Agung Medan.

    Pastor yang pertama yang ditugaskan di Keuskupan Agung Medan adalah P. Luigi Magnasco, SX yang mulai belajar Bahasa Batak Toba di Palipi pada tahun 1976. Dan pada tahun itu, P. Germano Framarin, SX juga telah dipindahkan dari Keuskupan Padang ke Keuskupan Agung Medan dan akan berkarya disitu sesudah kembali dari cuti di Italia. Maka sebelum berangkat cuti ke Italia, P. Germano bersama dengan seorang Pastor SX lain berkunjung ke Palipi pada bulan Agustus 1976. Mereka berjumpa dengan P. Luigi Magnasco yang sedang belajar bahasa Batak; kemudian mereka pergi bersama melihat Daerah Labuhan Batu yang kemudian akan menjadi tempat karya mereka di tahun berikut. Pada waktu itu yang bertugas di Aek Kanopan hanya P. Beatus Jenniskens, OFMCap dan P. Arie Van Diemen, OFMCap. Karya pastoral pada waktu itu sangat berat karena harus menjalani seluruh Labuhan Batu dengan Stasi yang sangat jauh, sampai 160 km dari Aek Kanopan. Setelah belajar bahasa Batak Toba di Palipi (1977) selama sekitar 6 bulan di Palipi, P. Germano mulai bertugas sejak Maret 1978 bersama Pastor-Pastor Kapusin di Paroki Aek Kanopan. Sementara itu, Pastor Francesco Marini SX yang juga telah ditugaskan dan telah belajar Bahasa Toba di Onan Runggu akan mendampingi P. Luigi Magnasco dalam pelayanan pastoral di Paroki Aek Nabara. Dan pada waktu itu, telah dibangun gedung pastoran disamping gereja untuk menyambut kedatangan kedua misionaris yang akan bertugas di Paroki Aek Nabara.

    Ketika itu, Keuskupan sedang memikirkan bahwa di daerah Labuhan Batu mesti ada satu Paroki administratif untuk melayani beberapa stasi yang ada di sekitarnya. Ada tiga stasi yang dipertimbangkan bisa menjadi Paroki, yakni: stasi Bomban Bidang (sekarang menjadi Kampung Beringin), Ranto Prapat dan Aek Nabara. Dari ketiga stasi itu, akhirnya Aek Nabara ditentukan dan diresmikan menjadi Paroki pada tanggal 4 Oktober 1978 oleh Mgr. AG. Pius Datubara, dengan nama Pelindung St. Fransiskus Assisi karena letak Aek Nabara lebih strategis bila ditinjau dari berbagai bidang. Pada saat itu yang menjadi Vorhanger adalah Bapak Situmorang. Gedung gereja tersebut dibangun bertahap hingga selesai. Sejak awal, pelayanan pastoral bisa dikatakan “unik” juga karena dilayani oleh 2 pastor SX dan 3 suster Kongregasi Suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik (KYM) yang membentuk satu komunitas demi memaksimalkan pelayanan pastoral yang efektif. Kehadiran para suster KYM di Paroki ini terjadi atas permintaan P. Germano yang pada tanggal 3 Mei 1978 datang ke rumah induk KYM di Jalan Sibolga Siantar untuk meminta kepada Kongregasi KYM agar mengutus suster untuk berkarya di bidang pastoral. Dan pada waktu itu, atas persetujuan Kongregasi akhirnya diutus 3 suster pertama yakni Sr. Regina Nainggolan, KYM, Sr. Flora Situmorang, KYM (alm) , dan Sr. Angela Sinaga, KYM (alm).

    Pada awalnya para Pastor tinggal di pastoran dan para Suster tinggal di sebuah rumah yang disewakan dekat pastoran sambil menunggu didirikan Susteran di tanah Gereja. Seiring perjalanan waktu, Paroki muda ini mulai berkembang dalam pertambahan jumlah umat. Karena itu para Pastor dan Suster mulai merencanakan kegiatan-kegiatan untuk anak-anak, muda-mudi Katolik dan ibu-ibu serta menjalankan bersama pelayanan pastoral dengan kunjungan ke Stasi-Stasi, pembinaan Pengurus melalui kursus-kursus dan Sermon, serta mengusahakan perkembangan sosial ekonomi umat melalui CU Paroki Aek Nabara. Selain itu melihat situasi umat yang merindukan system pendidikan Katolik untuk anak-anaknya, maka pada tahun 1978 bertempat di Mombang Bidang (Kampung Beringin) dibangun juga sekolah menengah tingkat pertama yang dikenal dengan SMP Bintang Kejora. Dan hingga saat ini sekolah tersebut tetap berdiri. Paroki ini juga dilayani oleh para frater Xaverian dan juga Diosesan yang menjalani masa orientasi pastoral, masa persiapan tahbisan Diakon dan Imamat atau masa live-in seperti Frater Martinus Situmorang, OFMCap. yang kelak menjadi Uskup Padang pernah menjalani live-in di stasi Alur Naga.

    Komunitas seperti ini masih berlanjut sampai sekarang dan umat pun tetap senang dilayani oleh komunitas pastoral seperti ini. Dan lewat pelayanan dan kesaksian hidup para pastor dan suster maka munculah benih-benih panggilan baik sebagai Pastor maupun Suster, sehingga pada tahun 2016 Pastor Xaverian pertama putra Paroki Aek Nabara, yaitu P. Hotman Sitanggang, SX menerima tahbisan Imamatnya pada tanggal 30 Agustus 2016 di Aek Nabara. Sebelumnya telah ada lebih dahulu yang ditahbiskan menjadi imam, seperti P. Monang Sijabat, O.Carm, dari stasi Tanjung Harapan dan P. Oscar Sinaga, OFMCap. yang berasal dari stasi Kampung Jawa Pasar.

    Pada saat pendiriannya, Paroki St. Fransiskus Assisi-Aek Nabara mempunyai 35 stasi. Sejak resmi menjadi Paroki sampai sekarang, reksa pastoral Paroki Aek Nabara dipercayakan kepada para Imam Misionaris Xaverian dan dibantu oleh suster-suster dari Kongregasi KYM. Pastor yang pernah menggembalakan umat di Paroki St. Fransiskus Assisi-Aek Nabara adalah: Tahun 1978-1984: P. Luigi Magnasco, SX (Pastor Paroki), P. Giovanni Ferrari, SX, P. Francesco Marini, SX; dan Br. Mario Passuello, SX; tahun 1984-1996: P. Germano Framarin, SX (Pastor Paroki), P. Giuseppe Pierantoni, SX, P. Giuliano Varalta, SX, P. Sandro Peccati, SX; tahun 1996-2004: P. Salvador Perusquia Feregrino, SX (Pastor Paroki); tahun 2004-2007: P. Yulius Tangke Bandaso, SX; tahun 2007-2013: P. Enrique Sanchez Vazquez, SX (Pastor Paroki), P. Andreas Sutiyo, SX, P. Robledo Sanchez, SX; tahun 2013-2018: P. Nasarius Rumairi Marilalan, SX (Pastor Paroki), P. La Nike Joanes, SX, P. Yohanes Leonardus Suharno, SX, P. Valentin Shukuru Bihaira, SX (Pastor Paroki: 2018-Maret 2020); dan P. Hebry Vicidius Walian, SX (2016-...).

    Sejak tanggal 29 Maret 2020 sampai dengan penulisan sejarah ini, Paroki Aek Nabara dilayani oleh P. Hebry Vicidius Walian, SX sebagai Pastor Paroki. Selain itu, sejak tahun 2014, ada juga Imam Diosesan KAM yang turut membantu Paroki ini dalam pelayanan sakramen-sakramen yakni RD. Merdin Sitanggang, sekaligus penanggungjawab Kebun Kelapa Sawit milik Keuskupan Agung Medan di Riau. Kemudian, dalam Surat Keputusan Uskup KAM 01 Juli 2021 telah ditugaskan P. Yonas Sandra Malissa, SX sebagai tenaga pastoral untuk Paroki Aek Nabara.

    Sejak menjadi paroki, jumlah stasi beberapa kali mengalami pertambahan. Dari 35, 42 dan 50 Stasi. Demi peningkatan pelayanan, tanggal 15 Agustus 2015 Keuskupan Agung Medan memekarkan Paroki Aek Nabara dan mendirikan Paroki Santo Petrus Rasul Rantau Prapat yang mengambil 9 Stasi dari Aek Nabara. Sejak saat itu, Paroki Aek Nabara memiliki 41 Stasi dan 8 Lingkungan, yakni 1.524 keluarga atau ± 6.811 jiwa. Hingga sekarang di tahun 2021, jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah 1541 dengan jumlah jiwa 6747 orang. Tanggal 09 Oktober 2022 Paroki St. Fransisikus Assisi Aek nabara kembali memekarkan wilayah kabupaten Labuhan Batu selatan sebagai kuasi paroki St. Yosef Kota Pinang sebanyak 491 KK.

    Di Paroki Aek Nabara ada Kapel biara Betania dan Goa Maria sebagai tempat umat untuk berdevosi.

    Pada tahun 2018, ada permohonan dari orang-orang Katolik pekerja kebun di perkebunan Torganda kepada DPPH agar mereka juga mendapatkan pelayanan secara Gereja Katolik. Maka, Pastor paroki bersama dengan DPPH membahas dan menanggapi permohonan mereka dengan mengadakan kunjungan beberapa kali ke Torganda di mana umat tersebut melakukan ibadat pada salah satu kelas di kompleks sekolah milik perkebunan. Kemudian pada tahun 2019, mereka dijadikan salah satu lingkungan dari Stasi Cikampak yang jarak di antara keduanya cukup jauh lebih kurang 28 km melalui jalan perkebunan. Mereka tetap memperoleh bimbingan hingga pada bulan Juni 2021 mereka mulai dipersiapkan untuk menjadi calon Stasi.

    Di Paroki St. Fransiskus Assisi-Aek Nabara, kegiatan dan pelayanan pastoral cukup beraneka ragam. Kegiatan di bidang rohani antara lain: Paskah Rayon, Festival (Punguan Inang Katolik (PIK) se-Paroki, Festival (Punguan Amang Katolik (PAK) se-Paroki, Natal Anak Sekolah Minggu Katolik (ASMIKA) se-Paroki, Natal Orang Muda Katolik (OMK) se-Rayon, Pesta Pelindung Paroki, Kursus/Seminar dan Rekoleksi/Retret Pembinaan umat dan Pengurus Gereja, Sermon Rayon, Rapat Presidium, Rapat Dewan Pastoral Paroki (DPP); dan Sermon Bolon. Di bidang sosial ekonomi antara lain: Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) dan Credit Union (CU) Paroki. Di bidang pendidikan yaitu Sekolah SMP Bintang Kejora. Bidang-bidang kegiatan tersebut diupayakan dan dimaksudkan untuk membina, menghidupkan, mengungkapkan; dan mengekspresikan iman dan kesaksian umat di dalam keluarga, gereja serta dalam masyarakat.

    Kunjungan Uskup ke paroki Aek Nabara pertama kali pada tanggal 4 Oktober 1978 oleh Mgr. A.G. Pius Datubara untuk Peresmian Gereja Paroki. Tangal 21 Agustus 2016 adalah kunjungan terakhir untuk meresmikan gedung gereja stasi Aek Batu sekaligus Penerimaan Sakramen Penguatan oleh Bapa Uskup Mgr. A.G. Pius Datubara, OFMCap. Tanggal 29 Agustus Mgr. A.G. Pius Datubara dan Mgr. Anicetus B. Sinaga hadir untuk tahbisan 3 imam Serikat Xaverian.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :