Rabu, Desember 31, 2025
Lainnya
    Beranda blog Halaman 17

    Paroki Tanah Jawa

     

    Pelindung

    :

    Kristus Raja

    Buku Paroki

    :

    Sejak 3 Desember 1986. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Jl. Sibolga Pematang Siantar

    Alamat

    :

    Jl. Besar Huta Bayu Raja, Desa Tanjung Pasir, Kab Simalungun - 21181

    HP.

    :

    0822 7690 5738

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    1.284 KK / 5.020 jiwa (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    24

    01. Santo Yustinus Martir Aek Bontar
    02. Santa Anna Bagot Puloan
    03. Santo Yosef Balimbingan
    04. Santa Agnes Bosar Galugur
    05. Santo Atanasius Buntu Bayu
    06. Santo Markus Huluan Nauli
    07. Santo Nikolaus Huta Kalapa
    08. Santo Padre Pio Huta Padang
    09. Santo Petrus Jawa Tongah
    10. Santo Dominikus Karang Mulia
    11. Santo Thomas Rasul Maligas Tongah
    12. Santo Fransiskus Assisi Marjanji Asih
    13. Santo Bartolomeus Nagojor
    14. Santa Sesilia Pasir Mandoge
    15. Santa Theresia Pokan Baru
    16. Santo Lukas Pulo Bayu
    17. Santa Maria Diangkat Kesurga Rintis V
    18. Santo Benediktus Rondang
    19. Santo Mikael Sei Kopas
    20. Santo Ireneus Silobosar
    21. Santa Agatha Simp. Tonduhan
    22. Santa Klara Talun Karnas
    23. Santo Hieronimus Tangga Batu
    24. Santo Johannes Pardomuan Nauli

     

    RD. Parlindungan Sinaga

    23.03.'83

    Parochus

    RD. Martin Marbun

    04.07.’95

    Vikaris Parokial 

     
     
     

    Jadwal Misa

    Harian :

    -

    Jumat Pertama :

    Pukul 19.30 WIB

    Sabtu :

    -

    Hari Minggu :

    Pukul 08.00 WIB

    Sejarah Paroki

    Pada abad 19 yakni tahun 1912 saat Belanda menguasai Nusantara, para missionaris Kapusin diberi izin untuk melakukan misinya, di pulau Sumatera yakni menjadi tempat misi yang pertama di daerah Padang, dan tempat misi yang kedua adalah Medan. Misi katolik baru resmi terjadi, tahun 1928 di Sibolga, kemudian meluas ke daerah Pematangsiantar yakni Jl. Sibolga, sebagai pusat misi oleh P. Aurelius Kerkers.

    Perjalanan misi pun berjalan, hingga ke wilayah Simalungun. Tanah Jawa merupakan bagian dari Jl. Sibolga, dan tercatat sebagai salah satu stasi sejak 11 November 1934. Dalam kurun waktu tahun 1934 sampai tahun 1940 beberapa komunitas katolik sudah ditemukan, yakni Marjanji Asih, Bosar Galugur, Cinta Raja Tanah Jawa, Maligas Tongah, dan Buntu Turunan. Inilah yang menjadi stasi-stasi awal di Tanah Jawa.

    Seiring berjalannya waktu pada tahun 1986 terdapat 21 stasi yang disebut sebagai Pematangsiantar luar kota yakni Rintis V, Balimbingan, Tanah Jawa, Lumban Gorat, Nagojor, Pulo Bayu, Bosar Galugur, Pokan Baru, Jawa Tongah, Simpang Tonduhan, Buntu Turunan, Bagot Puloan, Silobosar, Rondang, Pardomuan Nauli, Huluan Nauli, Karang Mulia, Aek Bontar, Tangga Batu, Marjanji Asih, Maligas Tongah). Stasi-stasi inilah yang disebut dengan Rayon Tanah Jawa. P. Hyginus Silaen, memulai pelayanannya pada tanggal 01 Desember 1986, saat itu kantor belum ada, sehingga masih menggunakan pekarangan bebas, yang sudah dimiliki sejak tahun 1933, yang sekarang telah menjadi kompleks Gereja Paroki. 11 orang yang di babtis dari stasi Huluan Nauli, mengawali pencatatan Buku Babtis Pertama. Pada tahun 1989, berdasarkan SK Uskup Agung Medan No. 224/H/KA/1989, tentang Pemindahan stasi dari wilayah Kisaran, yakni stasi-stasi Emplasmen, Huta Kalapa, dan Sei Kopas, masuk ke wilayah Tanah Jawa.

    Pada masa penggembalaan P. Dominikus Situmorang, OFM.Cap, salah satu stasi di wilayah Paroki Perdagangan, yakni stasi St. Yohanes Tanjungan, pindah menjadi bagian pelayanan Paroki Kristus Raja Tanah Jawa. Hal ini dikarenakan, letaknya terlalu jauh dari paroki, sehingga pelayanan menjadi kurang efektif. ( Berdasarkan SK No. 246/65/KA/2005 ) Ada perayaan tahunan paroki, yang rutin dirayakan setiap tahunnya, yakni Pesta Kristus Raja. Selain sebagai perayaan penutupan tahun liturgi, Kristus Raja merupakan pelindung paroki yang dirayakan bersama umat, menunjukkan kesatuan iman, harapan, dan kasih, sebagai sesama umat di paroki Kristus Raja Tanah Jawa. Berbagai kegiatan-kegiatan lomba memeriah pesta tersebut. Dalam kurun waktu 25 tahun lamanya, pada tanggal 20 November 2011, rasa syukur ini diwujudkan dengan merayakan pesta perak paroki, tepatnya pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.

    Paroki Kristus Raja Tanah Jawa, sudah memiliki Pastoran, aula, wisma, dan gereja, meski pun dalam ukuran kecil. Pada waktu itu jugalah diadakan Peletakan Batu Pertama Gereja Paroki, yang dipimpin oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFM. Cap. Kemeriahan pesta semakin bertambah, dengan ditampilkannya berbagai kegiatan lomba, setelah perayaan ekaristi selesai. Seiring berjalannya pembangunan gereja paroki, pada tanggal 23 November 2014, pada hari raya Kristus Raja Semesta Alam, diadakan peletakan batu pertama Pastoran, yang dipimpin oleh Vikjen Pastor Emmanuel Sembiring. Berkat kekompakan umat dalam bergotong royong, dan keterbukaan memberi sumbangan, pembangunan gereja paroki dan pastoran dapat diselesaikan. Pada tanggal 28 Juni 2015, gereja paroki didedikasikan kepada Kristus Raja Semesta Alam oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga dan pemberkatan pastoran berlangsung pada waktu yang sama.

    Selama 86 tahun kapusin melayani di wilayah Paroki Kristus Raja Tanah Jawa, pada tanggal 30 Juni 2019, melalui Dekrit Uskup KAM No. 365/Par/PS.TJ/KA/VI/’19, tentang Pergantian Penggembalaan, dari Ordo Kapusin Provinsi Medan, kepada Imam Diosesan KAM, Uskup Agung Medan secara resmi menarik iurisdiksi penggembalaan dan sekaligus dilaksanakan Pelantikan Pastor Paroki baru. Pada saat itu Pastor Yosafat Ivo Sinaga, OFM. Cap. dan Pastor Sirillus Manalu, OFM. Cap, hadir dari Dewan Provinsial Ordo Kapusin Medan, Pastor Frans Borta Rumapea, O Carm, Kanselarium KAM dari pihak Keuskupan Agung Medan.

    Paroki Kristus Raja Tanah jawa, terletak 19 km dari kotamadya Pematang Siantar, dengan batas wilayah, di sebelah selatan berbatasan dengan paroki Jl. Sibolga Pematang Siantar, di sebelah utara berbatasan dengan paroki Perdagangan, di sebelah timur berbatasan dengan paroki Kisaran. Wilayah paroki, meliputi 2 kabupaten, dan 4 kecamatan, yakni kabupaten Asahan dan kabupaten Simalungun, kecamatan Tanah Jawa, kecamatan Huta Bayu Raja, kecamatan Hatonduhan, kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, dan kecamatan Pasir Mandoge. Dari data BIDUK tahun 2020, umat di paroki Kristus Raja Tanah Jawa, berjumlah 4630 orang, 1076 KK. Pada umumnya, mata pencaharian umat adalah bertani.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

     

    Paroki Pematang Siantar Jalan Medan

    0
    Pelindung
    :
    Santo Fransiskus Assisi
    Buku Paroki
    :
    Sejak 3 Desember 2004. Sebelumnya bergabung dengan Paroki  Jl. Asahan Pematang Siantar
    Alamat
    :
    Jl. Medan, Km. 5,6 RT 41/RW 15 Kec. Siantar Marihat, Pematang Siantar – 21101
    Telp.
    :
    0852 9610 063
    Email
    :
    [email protected]
    Jumlah Umat
    :
    423 KK / 1.642 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi
    :
    -
    RP. Karolus Sembiring OFMCap   
    06.06.’62
    Parochus

    Sejarah Paroki St. Fransiskus Asisi - Jl. Medan, Pematang Siantar

    Merindukan Rumah Tuhan
    Pada tahun 1960-an, sudah ada kerinduan besar dari umat Katolik yang berada di sekitar Pabrik Rami Jalan Medan, Pematangsiantar, untuk mempunyai gedung gereja. Saat itu umat Katolik di sekitar Jalan Medan masih terhitung sebagai umat Katolik Paroki St. Laurentius Brindisi Jl. Sibolga Pematangsiantar. Kerinduan untuk memiliki gedung gereja disampaikan oleh umat kepada RP Herman Rompa OFM Cap, Pastor Paroki Jl. Sibolga. Akan tetapi usulan tersebut belum dikabulkan oleh Pastor.
    Sejak November 1965 umat di Jl. Medan yang berada di wilayah Rami Atas mengadakan ibadat bersama di rumah Bapak Thomas Gultom. Umat melaksanakan ibadat dalam suasana takut karena pada masa itu situasi negara kurang aman, berkaitan dengan peristiwa G30S. Sesudah situasi negara semakin aman, sejak tahun 1966 tempat ibadat kemudian berpindah ke rumah Bapak B. Sinabariba. Di depan rumah itu mereka memasang papan nama “Gereja Katolik Rami” agar umat mengetahui dan datang untuk beribadat setiap hari Minggu di sana.
    Tahun 1966 merupakan tahun rahmat bagi umat di Jl. Medan. Mereka sangat senang atas adanya kunjungan Br. Ernest OFMCap. dan seorang suster Belanda yaitu Sr. Aurelia KYM. Kemudian RP. Idesbaldus Domen OFMCap, yang bertugas di Komisi Kepemudaan KAM, juga pernah datang dan merayakan ekaristi bersama mereka. Itulah perayaan Ekaristi pertama bagi umat Katolik Jl. Medan. Pada tahun itu juga untuk pertama kalinya umat Katolik Jl. Medan mengadakan perayaan natal bersama di Lingkungan Jl. Medan.
    Susunan pengurus gereja juga sudah ada pada tahun 1966: Bapak F. Situngkir (Ketua Dewan Gereja), B. Sinariba (Wakil Ketua), J. Siahaan (Sekretaris), E. Parapat (Bendahara) dan K. A. Situmorang (Voorhanger pertama), A.Z. Situmorang (sebagai Ketua Pemuda Katolik Jl. Medan).
    Pendirian Gereja dan Paroki
    Pendirian Gereja di Jl. Medan perlahan-lahan terwujud melalui kehadiran Ordo Kapusin di sekitar Jl. Medan. Pada tahun 1966 Ordo Kapusin memulai rencana untuk mendirikan Seminari Agung di Pematangsiantar. RP Gonzalvus Snijders OFMCap memilih sebuah lokasi yang dikenal sebagai “Bukit Panjang” di Jalan Medan sebagai tempat Seminari Agung yang baru. Sejak itu RP Gonzalvus rutin datang dari Parapat untuk meninjau pembangunan Seminari Agung sembari juga merayakan ekaristi bersama umat Katolik Jl. Medan. Umat turut berpartisipasi dalam pembangunan biara dengan rutin.
    Pada tahun 1967, gedung Biara Kapusin Jl. Medan selesai dibangun. Pastor memberi salah satu ruangan biara untuk dipergunakan oleh umat menjadi tempat ibadat sembari menunggu selesainya pembangunan Gereja Biara. Pada tahun 1968, gedung gereja biara selesai dibangun. Tempat peribadatan umat kemudian pindah ke gereja ini meskipun gereja sendiri belum diberkati. Sejalan dengan selesainya pembangunan gereja biara maka diputuskan oleh pimpinan Keuskupan Agung Medan bahwa gereja ini menjadi gereja Paroki yang memiliki 11 stasi. Gereja ini kemudian dikenal sebagai gereja Paroki Pastor Bonus. RP. Gonzalvus Snijders OFMCap bertugas sebagai pastor paroki pertama. Pemberkatan gereja baru terjadi pada 19 Maret 1970 oleh Mgr. A.H. van den Hurk OFMCap. Dalam perayaan itu dilaksanakan juga penerimaan Sakramen Krisma.
    Umat Katolik Jl. Medan pun kian berkembang dari waktu ke waktu terutama dengan keterlibatan para penghuni Biara Kapusin Jl. Medan melayani umat. Selain itu kehadiran para suster dari Kongregasi FCJM, KYM, SCMM, dan KSSY di wilayah paroki ini sungguh membantu perkembangan umat Katolik Jl. Medan. Demikian juga kehadiran SD RK7 yang dibangun tahun 1973 turut berperan mendukung pengembangan paroki ini.
    1.1 Berinduk pada Paroki St. Laurensius Brindisi Jl. Sibolga Pematangsiantar
    Mempunyai gedung gereja adalah suatu kerinduan besar di hati umat Katolik yang berada di sekitar Jalan Medan, Pematangsiantar, sejak tahun 1960-an. Saat itu umat Katolik di sekitar Jalan Medan merupakan satu lingkungan dari Paroki St. Laurentius Brindisi Jl. Sibolga Pematangsiantar. Kerinduan itu muncul karena jarak ke gereja di Jl. Sibolga cukup jauh. Oleh karena itu, umat Jl. Medan menyampaikan usulan mendirikan gereja di sekitar Jl. Medan kepada RP Godehardus Liebreks OFMCap di Paroki St. Laurensius Brindisi Jl. Sibolga. Akan tetapi usulan tersebut belum dikabulkan oleh Pastor.
    Sejak November 1965 umat di Jl. Medan mulai mengadakan ibadat lingkungan di rumah Bapak Thomas Gultom. Umat melaksanakan ibadat dalam suasana takut karena pada masa itu situasi negara kurang aman, berkaitan dengan peristiwa G30S. Sesudah situasi negara semakin aman, sejak tahun 1966 tempat ibadat kemudian berpindah ke rumah Bapak B. Sinabariba. Di depan rumah itu mereka memasang papan nama “Gereja Katolik Rami” sebagai pertanda bagi umat yang berada di Jl. Medan dan sekitarnya.
    Tahun 1966 merupakan tahun rahmat bagi umat di Jl. Medan atas kunjungan Br. Ernest OFMCap., dan seorang suster Belanda yaitu Sr. Aurelia KYM. Kemudian RP. Idesbaldus Domen OFMCap, yang bertugas di Komisi Kepemudaan KAM, juga pernah datang dan merayakan ekaristi bersama mereka. Itulah perayaan Ekaristi pertama bagi umat Katolik Jl. Medan. Pada tahun itu juga untuk pertama kalinya umat Katolik Jl. Medan mengadakan perayaan natal bersama di Lingkungan Jl. Medan.
    1.2 Mendirikan Gereja dan Paroki “Pastor Bonus”
    Niat untuk mendirikan Gereja di Jl. Medan perlahan-lahan terwujud melalui kehadiran Ordo Kapusin di sekitar Jl. Medan. Pada tahun 1966 Ordo Kapusin memulai rencana untuk mendirikan Seminari Agung di Pematangsiantar. RP Gonzalvus Snijders OFMCap memilih sebuah lokasi yang dikenal dengan nama “Bukit Panjang” di Jalan Medan sebagai tempat Seminari Agung yang baru. Sejak itu RP Gonzalvus rutin datang dari Parapat untuk meninjau pembangunan Seminari Agung sembari juga merayakan ekaristi bersama umat Katolik Jl. Medan. Umat turut berpartisipasi dalam pembangunan biara dengan ikut gotong royong dan berjaga di lokasi demi keamanan secara rutin.
    Pada tahun 1967, gedung Biara Kapusin Jl. Medan selesai dibangun. Pastor memberi salah satu ruangan biara untuk dipergunakan oleh umat menjadi tempat ibadat seraya menunggu selesainya pembangunan Gereja Biara. Pada tahun 1968, gedung gereja biara selesai dibangun. Tempat peribadatan umat kemudian pindah ke gereja ini meskipun gereja belum diberkati. Sejalan dengan selesainya pembangunan gereja biara maka diputuskan oleh pimpinan Keuskupan Agung Medan bahwa gereja ini menjadi gereja Paroki yang memiliki 11 stasi. Gereja ini kemudian dikenal sebagai gereja Paroki Pastor Bonus. RP. Gonzalvus Snijders OFMCap bertugas sebagai pastor paroki pertama. Pemberkatan gereja baru terjadi pada 19 Maret 1970 oleh Mgr. A.H. van den Hurk OFMCap. Dalam perayaan itu dilaksanakan juga penerimaan Sakramen Penguatan.
    Umat Katolik Jl. Medan pun kian berkembang dari waktu ke waktu terutama dengan keterlibatan para penghuni Biara Kapusin Jl. Medan melayani umat. Selain itu kehadiran para suster dari Kongregasi FCJM, KSSY, SCMM, dan KYM di wilayah paroki ini sungguh membantu perkembangan umat Katolik Jl. Medan. Demikian juga kehadiran SD RK7 yang dibangun tahun 1973 turut berperan mendukung pengembangan Paroki St. Fransiskus Assisi ini.
    1.3 Menjadi Paroki Mandiri: Paroki St. Fransiskus Assisi
    Dari waktu ke waktu Paroki Pastor Bonus semakin berkembang. Secara iuridis Paroki ini adalah otonom di bawah otoritas Uskup Agung Keuskupan Agung Medan, tetapi dalam pelayanannya Paroki ini selalu berkaitan dengan Ordo Kapusin dalam diri Badan Kerjasama Kapusin Indonesia (BKS Kapindo) yang mengelola pendidikan Kapusin di Seminari Tinggi atau Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi Jl. Medan. Kerjasama yang baik antara Keuskupan dan pihak Kapusin ini pantas disyukuri yang membuat perkembangan paroki ini tetap baik.
    Meskipun pelayanan di Paroki ini disadari baik dengan peran serta para Pastor dan frater Biara, disadari juga ada kekurangannya oleh umat. Peranan umat untuk mandiri tampaknya tidak optimal karena banyak hal karya pelayanan di gereja dikerjakan oleh para Frater. Selain itu umat juga sangat membutuhkan adanya ruangan di sekitar gereja yang dapat mereka pergunakan dalam karya pelayanan bagi umat.
    Oleh karena itu, sejak Oktober 1997 BKS Kapindo sudah mulai berpikir untuk meninjau status paroki Pastor Bonus menjadi paroki khusus (paroki tersendiri) atau gereja rektorat. Dengan demikian gedung paroki atau kantor paroki kiranya dibangun di luar kompleks biara. Pembicaraan ini dipicu oleh adanya usulan Paroki untuk membangun ruang Dewan Paroki di dalam kompleks Seminari Tinggi atau Biara Kapusin.
    Membangun ruang Dewan Paroki atau kantor paroki tersebut tampaknya kurang cocok lagi di lokasi gereja karena keterbatasan lahan. Maka pada Agustus 1998 BKS Kapusin mengusulkan supaya gereja Jl. Medan menjadi paroki tersendiri yang dilayani oleh para staf Rumah Pendidikan Kapusin. Sementara, kantor paroki untuk Paroki Siantar II (nama lebih umum kemudian untuk Pastor Bonus) diusulkan akan dipindahkan ke lokasi Gereja Katolik Stasi Termin, Pematangsiantar. Atas persetujuan Uskup Agung, pada tahun 1998 pusat dan kantor paroki dipindahkan dari Jalan Medan ke Gereja St. Petrus dan Paulus Termin, Pematangsiantar. Gereja Pastor Bonus ini menjadi satu stasi dari Paroki yang baru. Meskipun kantor paroki pindah ke Termin, tetapi Pastor Paroki masih tetap berdomisili di Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi.
    Ide untuk menjadikan Gereja Jl. Medan sebagai paroki tersendiri tetap hidup di hati umat meskipun kantor paroki telah pindah ke Termin. Secara prinsipil, pada tahun 1999, Uskup menyatakan persetujuannya bahwa gereja Jl. Medan sebagai paroki tersendiri; bahkan diberi peluang bahwa ide paroki mandiri itu dapat direalisasikan sejak 01 Januari 2000. Namun rencana itu belum segera diwujudkan karena Parokus Siantar II waktu itu, RP Yosef Rajagukguk OFMCap, masih perlu mempersiapkan hal-hal penting untuk merealisasikannya melalui rapat-rapat di Paroki. Sehingga, Gereja Pastor Bonus Jl. Medan masih tetap berstatus sebagai salah satu stasi dari Paroki St. Petrus dan Paulus Termin.
    Dari tahun 2002 hingga 2004 pembicaraan dalam rapat-rapat Paroki demikian juga dalam rapat-rapat BKS Kapusin Indonesia masih merumuskan ulang ide pembentukan gereja Jl. Medan menjadi paroki tersendiri. Hal itu dibicarakan juga bersama dengan Pastor Paroki Siantar II, RP Thomas Sinabariba OFMCap. Pembentukan paroki mandiri ini pun dibicarakan dengan lebih seksama bersama dengan umat dan pihak-pihak yang terkait di dalamnya, terutama Pastor Paroki, Dewan Paroki, Pengurus Stasi Jl. Medan dengan umat, dan pihak Biara Kapusin Jl. Medan.
    Maka, pada tahun 2004 sesudah pembicaraan para pimpinan Kapusin Indonesia (BKS Kapindo) dengan sejumlah umat, permohonan untuk menjadikan Gereja Katolik Jl. Medan sebagai satu paroki tersendiri disampaikan kepada Uskup Agung Medan. Paroki ini dimaksudkan untuk dikelola secara khusus oleh Ordo Kapusin. Kekhususan tersebut juga dimaksud bahwa paroki ini akan dijadikan sebagai lahan kerasulan para pastor dan frater yang tinggal di Biara Kapusin Jl Medan dengan melibatkan para anggota Lembaga Hidup Bakti yang berdomisili di wilayah Paroki. Secara resmi usulan ini dimohonkan kepada KAM seraya mengingat sejarah berdirinya gereja ini tidak terpisah dari berdirinya Biara Kapusin di Jl. Medan.
    Pihak Keuskupan menyambut baik permohonan itu dan dengan Surat Keputusan Uskup Agung Keuskupan Agung Medan, Mgr. A.G. Pius Dabutbara, OFMCap., dengan surat nomor 655/GP/KA/2004 tertanggal 03 Desember 2004, Gereja Katolik Jl. Medan diresmikan sebagai satu paroki dengan nama pelindung St. Fransiskus Assisi. Tugas pelayanan paroki ini dipercayakan Uskup Agung Medan kepada Ordo Kapusin/BKS Kapusin Indonesia. Hal itu sejalan dengan usulan dari BKS Kapusin dengan pertimbangan nilai historis bagi Ordo Kapusin, di satu sisi, dan nilai pedagogis dan pastoral bagi para Frater Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi Jl. Medan serta para Suster yang berdomisili di wilayah paroki, di sisi yang lain.
    Sejak Desember 2004 hingga Juli 2005 Paroki ini masih dalam masa transisi dan masih dipimpin oleh Parokus Paroki Siantar II, RP Thomas Sinabariba OFMCap., meskipun operasional paroki yang baru sudah mulai dijalankan sejak Februari 2005 oleh RP Bonifasius Simanullang OFMCap. Ini terjadi karena BKS Kapusin telah mengusulkan kepada Uskup bahwa RP Bonifasius Simanullang menjadi Pastor Paroki di Paroki yang baru. Pesta peresmian Paroki St. Fransiskus Assisi ini baru dilaksanakan di Gereja Paroki St. Fransiskus Assisi pada 3 Juli 2005.
    Penggembalaan reksa pastoral paroki ini dilaksanakan oleh RP Bonifasius Simanullang OFMCap pada periode tahun 2004 - 2009. Selanjutnya tugas penggembalaan dilanjutkan oleh RP Albinus Ginting OFMCap. pada periode tahun 2009-2012. Akan tetapi sebelum kedatangan P. Albinus, tugas pastoral paroki dilaksanakan untuk beberapa bulan oleh RP Yoseph Sinaga OFMCap (2009), yang ditugaskan sebagai administrator paroki. Sejak tahun 2012-2015 reksa pastoral paroki kemudian dilanjutkan oleh RP Fidelis Sabinus OFMCap. Sesudahnya, RP Henri Sihotang OFMCap. menjalankan karya pastoral pada periode tahun 2015-2018. Dan, sejak 01 Agustus 2018 (acara serah terima dan pergantian parokus dilaksanakan pada hari Minggu, 12 Agustus 2018) hingga laporan ini dibuat dan dilaporkan pada 14 Agustus 2022, tugas pastoral di paroki kita dilanjutkan oleh RP Christian L. Gaol OFMCap.
    Beberapa hal yang dikerjakan dalam masa pelayanan parokus periode terakhir ini adalah:
    1) Pembangunan/rehab:
    a) Gereja
    - memasang Salib San Damiano di Gereja atas usaha yang telah digagas oleh RP Henri Sihotang OFMCap,
    - membuat tempat arca Bunda Maria dan mengganti arca Bunda Maria di dalam gereja,
    - merehab talang gereja dan kaki lima di belakang gedung gereja.

    b) Pekuburan
    - melanjutkan pembangunan pekuburan untuk tingkat kedua,
    - penataan kaki lima di bagian dalam dan bagian luar pekuburan,
    - memperlebar jalan masuk ke lokasi pekuburan.

    2) Membenahi sekretariat/kantor Paroki.
    a) melaksanakan program data BIDUK Paroki KAM,
    b) melengkapi dan menata ruang arsip serta buku-buku serta arsip paroki.

    3) Mengembangkan karya pastoral.
    a) membentuk Tim Liturgi Paroki,
    b) mengembangkan pemekaran lingkungan (St. Antonius dan Padre Pio)
    c) Mengembangkan Legio Maria menjadi 2 presidium: LM Bejana Rohani dan LM Ratu Rosario (2019).

    4) Menyusun pedoman-pedoman praktis dalam rangka reksa pastoral paroki:
    a) P2-DPP Paroki
    b) P4-DPP Paroki,
    c) Pedoman DPL Paroki
    2. Letak dan Batas-batas Wilayah Paroki
    Paroki St. Fransiskus Assisi ini berada wilayah Kotamadya Pematangsiantar. Geraja Paroki berada di Jl. Medan KM 5,6 Kel. Sumber Jaya, Kec. Siantar Martoba, Kotamadya Pematangsiantar. Letak geografisnya berada di bentangan Jl. Medan dan kampung-kampung sekitar Jl. Medan dari Simpang Rambung Merah hingga jembatan menuju Sinaksak. Wilayah paroki ini meliputi bagian dari Kecamatan Siantar Martoba (Kota Madya Pematangsiantar) dan bagian dari Kecamatan Siantar (Kabupaten Simalungun).
    Dalam lingkup pembagian wilayah vikariat KAM, Paroki St. Fransiskus Assisi berada di wilayah Vikariat St. Paulus Rasul. Paroki ini bertetangga dengan Paroki St. Petrus dan Paulus (arah kota: Stasi Rambung Merah dan Stasi Termin; dan arah Medan: Stasi Baringin), serta Paroki St. Yosef Jl. Bali (khususnya Stasi Martoba).
    3. Jumlah Lingkungan
    Awal tahun 2005 jumlah Lingkungan di Paroki ini ada 13 Lingkungan. Seiring dengan berjalannya waktu jumlah umat terus bertambah maka lingkungan pun kemudian dimekarkan. Maka dari tahun 2005 hingga 2018 jumlah lingkungan menjadi 15. Pada Agustus 2018 ketika terjadi pergantian parokus, paroki ini masih 15 lingkungan. Kemudian sejak tahun 2020 jumlah lingkungan sudah menjadi 17 lingkungan. Lingkungan yang baru dimekarkan tahun 2020 yaitu Lingkungan St. Padre Pio (pemekaran dari Lingk. Angelus ) dan St. Antonius (pemekaran dari Lingk. Yoakim). Pemekaran tersebut telah dibicarakan dalam rapat Paripurna 2019 dan direalisasikan pada bulan Februari (Lingk. Padre Pio) dan Maret 2020 (Lingk. Antonius).

    NO

    LINGKUNGAN

    THN BERDIRI

    PESTA PELINDUNG

    1

    Santo Angelus

    2005

    05 Mei

    2

    Santo Antonius (Abbas)

    2020

    17 Januari

    3

    Santo Fidelis (dari Sigmaringen)

    2005

    24 April

    4

    Santo Fransiskus Assisi 

    2005

    17 September

    5

    Santo Ignatius (dari Antiokia)

    2005

    17 Oktober

    6

    Santa Klara

    2005

    11 Agustus

    7

    Santa Maria (Bunda Gereja)

    2005

    01 Juni

    8

    Santo Markus (Pengarang Injil)

    2005

    25 April

    9

    Santo Mikael (Malaikat Agung)

    2005

    29 September

    10

    Santo Padre Pio

    2020

    23 September

    11

    Santo Paulus

    2005

    25 Januari

    12

    Santo Petrus Rasul

    2005

    29 Juni

    13

    Santo Theresia (dari Avila)

    2005

    15 Oktober

    14

    Santa Thomas Rasul

    2005

    03 Juli

    15

    Santo Vincentius

    2017

    27 September

    16

    Santo Yoakim

    2015

    26 Juli

    17

    Santo Yosef (suami St. Maria)

    2005

    19 Maret

    5. Jarak Gereja Paroki
    Posisi atau letak Gereja Paroki St. Fransiskus dapat dilihat cukup sentral untuk seluruh lingkungan yang ada di wilayah paroki. Jarak gereja Paroki ke lingkungan-lingkungan dapat disebut cukup dekat dan dapat dijangkau umat dengan cukup mudah.
    Letak gereja Paroki cukup strategis dan dekat dengan jalan raya, sehingga mudah dijangkau oleh umat. Namun ada sebagian umat yang berada lumayan jauh ke Paroki yakni lingkungan Santo Thomas dan sebagian dari lingkungan St. Petrus (tersebar di wilayah Stasi Termin, Rambung Merah, dan Martoba) dan sebagain umat St. Theresia (tersebar di wilayah stasi Baringin).
    6. Jumlah Umat
    Pendataan umat di Paroki Jl. Medan telah berjalan sejak tahun 2013 mengikuti program Data Umat Katolik (DUK) yang berlaku di KAM. Hasil dari program DUK ini sudah ada di Sekretariat Paroki dan Paroki sudah mencetak Kartu Keluarga Katolik yang dibagikan ke setiap KK. Program DUK itu kemudian direvisi dengan program baru, yakni Basis Integrasi Data Umat Keuskupan (BIDUK). Secara resmi, Sosialisasi dan pelatihan BIDUK KAM sudah terlaksana pada Oktober 2019 oleh KAM bekerja sama dengan Tim Biduk KAJ dan kemudian di-launching pada 08 Februari 2020 di gedung Catolic Center oleh Uskup Agung KAM, Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap.
    Pengisian BIDUK Paroki sudah terlaksana di Paroki Jl. Medan sejak sosialisasi Biduk tahun 2019. Admin pendataan Biduk tersebut adalah Sekretaris Paroki dan didampingi oleh Pastor Paroki. Data umat Paroki, berdasar pada data BIDUK Paroki, telah disampaikan pada rapat Paripurna Paroki, Desember 2021. Dan, data itu telah disampaikan secara berkala ke Sekretariat Keuskupan melalui pelaporan data statistik paroki. Pengisian BIDUK masih tetap berlanjut hingga sekarang untuk meng-update data umat semaksimal mungkin karena data umat akan selalu bergerak seturut situasi umat yang lahir, meninggal, masuk, pindah, dan pelaksanaan aneka perayaan sakramen dalam gereja yang terlaksana setiap tahun berjalan.
    Pada awal tahun 2018, umat Paroki St. Fransiskus ini berjumlah 365 KK dengan 1.630 Jiwa. Dan pada akhir tahun 2018 umat paroki menjadi 371 KK dengan 1643 jiwa yang tersebar dalam 15 lingkungan. Setiap tahun jumlah KK dan Jiwa bertambah sebagaimana dilihat dalam tabel berikut. Dan, seturut data BIDUK, maka dapat disampaikan bahwa jumlah umat di Paroki St. Fransiskus Assisi Jl. Medan saat ini pada tahun 2021/2022 terdiri dari 385 Kepala Keluarga dan 1.483 jiwa yang tersebar di 17 lingkungan.

    Lingkungan

    2018

    2019

    2020

    2021

    2022

    KK

    JIWA

    KK

    JIWA

    KK

    JIWA

    KK

    JIWA

    KK

    JIWA

    Santo Angelus

    33

    131

    33

    131

    24

    97

    22

    87

    25

    89

    Santo Antonius

    -

    -

     

    -

    18

    64

    19

    64

    20

    66

    Santo Fidelis 

    27

    152

    31

    152

    30

    153

    27

    117

    29

    92

    Santo Fransiskus

    19

    75

    17

    75

    17

    75

    17

    75

    17

    75

    Santo Ignatius

    21

    107

    19

    107

    19

    108

    23

    88

    16

    80

    Santa Klara

    27

    124

    27

    124

    26

    124

    26

    108

    26

    108

    Santa Maria

    21

    80

    21

    80

    21

    80

    19

    80

    21

    63

    Santo Markus

    26

    107

    27

    107

    26

    107

    30

    102

    29

    102

    Santo Mikael

    27

    134

    26

    134

    29

    134

    31

    133

    31

    131

    Santo Padre Pio

    -

    -

    -

    -

    12

    38

    11

    53

    13

    53

    Santo Paulus

    32

    126

    30

    126

    30

    130

    29

    128

    29

    128

    Santo Petrus

    24

    100

    22

    100

    26

    100

    27

    103

    26

    103

    Santo Theresia

    29

    113

    29

    113

    29

    122

    29

    102

    30

    106

    Santa Thomas

    12

    60

    16

    60

    15

    69

    14

    52

    20

    80

    Santo Vincentius

    24

    107

    24

    107

    24

    107

    24

    91

    25

    91

    Santo Yoakim

    27

    114

    30

    114

    13

    59

    12

    59

    11

    58

    Santo Yosef

    16

    100

    16

    100

    16

    99

    16

    49

    17

    58

    JUMLAH

    371

    1.643

    368

    1.630

    375

    1.666

    376

    1.694

    385

    1.483

    7. Persentasi Pertambahan/Perkembangan Umat
    STATISTIK PERKEMBANGAN UMAT PAROKI 2005-2017

     

    2005

    2006

    2007

    2008

    2009

    2010

    2011

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    2017

    Pembaptisan

    76

    61

    54

    75

    58

    59

    54

    57

    42

    45

    41

    47

    48

    Komuni I

    38

    -

    39

    39

    45

    45

    24

    37

    25

    25

    45

    33

    35

    Penguatan

    -

    64

    -

    27

    -

    -

    -

    -

    76

    4

    83

    14

    61

    Perkawinan

    9

    16

    13

    21

    12

    21

    16

    28

    13

    14

    9

    15

    12

    Pengurapan

    1

    8

    4

    6

    4

    4

    10

    1

    6

    3

    3

    7

    9

    Meninggal

    7

    12

    8

    15

    14

    5

    12

    4

    7

    10

    12

    14

    23

    Pindah

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    Masuk

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    JLH KK

    252

    282

    287

    314

    318

    324

    330

    334

    340

    348

    355

    362

    365

    JLH JIWA

    1177

    1291

    1285

    1348

    1368

    1419

    1498

    1546

    1567

    1595

    1630

    1642

    1630

    Secara umum, statistik perkembangan umat sangat dipengaruhi oleh kelahiran, perkawinan, perpindahan (masuk atau keluar), dan kematian. Dari data di atas, tampak bahwa perkembangan umat tidak cukup melonjak tinggi. Jumlah umat berkembang secara landai. Akan tetapi, jumlah tersebut berpeluang lebih besar dalam beberapa tahun ke depan dengan adanya perkembangan pemukiman penduduk di sekitar wilayah paroki St. Fransiskus ini.
    1. Kekhasan Paroki
    Ada beberapa kekhasan Paroki St. Fransiskus Assisi, Jl. Medan ini yang dapat disampaikan berikut ini:
    a. Paroki St. Fransisikus ini tidak mempunyai stasi.
    - Paroki St. Fransiskus merupakan gereja tunggal, tidak mempunyai stasi. Umat paroki tersebar di 17 Lingkungan Paroki yang berada di Kecamatan Siantar Martoba, Pematangsiantar, dan Kec. Siantar.
    - Oleh karena itu, fokus karya pastoral dilaksanakan di gereja dan di lingkungan-lingkungan serta di dalam kelompok-kelompok kategorial melalui perayaan-perayaan iman, katekese, doa lingkungan, dan kegiatan-kegiatan rohani lainnya.
    b. Pelayanan Pemakaman dan Misa Arwah
    - Paroki ini sudah memiliki lahan pemakaman. Lokasi tersebut telah ditata sedemikian sehingga semakin asri. Di dalamnya dibangun bangunan permanen untuk bagian pembusukan jenazah dan bagian penyimpanan tulang-belulang (saring-saring).
    - Umat yang meninggal di Paroki ini selalu dimakamkan oleh Pastor. Dan, sehari sebelum pemakaman akan diadakan Misa Arwah di rumah duka. Disadari bahwa Misa Arwah lebih ideal dilaksanakan di dalam Gereja pada hari pemakaman, tetapi karena alasan situasional, terutama atas alasan acara adat yang tidak dapat dipastikan kapan selesai maka Misa Arwah dilaksanakan di rumah duka pada hari sebelum pemakaman.
    - Pada saat misa, umat dan pengurus (DPP dan Lingkungan, Kelompok Kategorial) berusaha hadir.
    - Pada saat itu, diberikan juga bantuan sosial sebagai tanda turut berduka kepada keluarga. Besaran ilu manetek itu disepakati pada saat paraipurna. Atas pertimbangan pastoral, besaran ilu manetek itu bisa lebih dari ketentuan paripurna.
    c. Katekese 5-10 menit sebelum misa
    - Di Paroki ini sudah menjadi tradisi melaksanakan katekese 5-10 menit sebelum misa dimulai. Katekese ini dilaksanakan oleh Seksi-seksi DPP Paroki seturut jadwal dan penugasan serta oleh seorang Frater Tkt V, sebagai seksi Katekese Biara.
    d. Doa Rosario sebelum misa dan pada hari Jumat sore pada bulan Mei dan Oktober
    - Di Paroki ini semakin dibiasakan doa Rosario pada bulan Mei dan Oktober sebelum misa. Doa ini dipandu oleh Legio Maria.
    - Selain itu, diadakan juga doa Rosario secara bersama pada kedua bulan tersebut setiap hari Jumat sore di Gereja. Doa ini dianimasi oleh Lingkungan secara bergantian.
    e. Kehadiran Frater dan Suster
    - Kehadiran Frater dan Suster di Lingkungan juga menjadi kekayaan dan kekhasan di Paroki ini. Kehadiran mereka dirasakan membawa suasana positif bagi umat di Lingkungan entah dalam peribadatan maupun dalam kesatuan sebagai Lingkungan.
    - Kehadiran Frater dan Suster juga tampak dalam komposisi kepengurusan gereja baik di DPH maupun di DPP melalui seksi-seksi, Bagian Pelayanan, Tim pelayanan, dan Kelompok Kategorial.
    - Selama ini, Frater juga diberikan tugas untuk terlibat membagikan komuni pada hari Minggu di gereja dan melayani membagikan komuni kepada orang sakit dan lansia di lingkungan-lingkungan.
    f. Novena Pesta Pelindung Paroki
    - Di Paroki ini diadakan novena sebelum pesta pelindung Paroki. Novena itu dilaksanakan dalam perayaan Misa pada sore hari, kecuali pada hari Minggu. Misa dianimasi oleh Lingkungan dan Kelompok Kategorial secara bergiliran. Misa dipimpin oleh Pastor Paroki dan Pastor anggota Komunitas Biara Kapusin.
    2. Situasi Sosio-Kultural Umat
    a. Pekerjaan dan Mata Pencaharian
    - Keadaan umum ekonomi umat Paroki Jl. Medan Siantar sangat bervariasi: kebanyakan tergolong ekonomi lemah dan sederhana, meskipun ada yang sejahtera dan ada pula yang termasuk kategori mewah.
    - Sebagian besar umat paroki ini memiliki mata pencaharian sebagai petani, karyawan-ti perusahaan, bertenun (parkasuksak), buruh harian, pemulung, bahkan pengangguran. Sebagian kecil dari mereka memiliki pekerjaan tetap sebagai pegawai kantor pemerintah, guru negeri-swasta, pedagang, wiraswasta, Polisi, TNI, politisi.
    - Kesulitan dalam ekonomi tersebut tampak juga dari kondisi rumah yang dimiliki yang masih sederhana atau mengontrak serta kesulitan untuk mengurus pendidikan anak dan kesehatan keluarga. Dalam hal ini, Paroki bersama dengan DPPH cukup memberi perhatian untuk membantu umat melalui dana APP Paroki.
    b. Keberagaman Suku Paroki St. Fransiskus Assisi terdiri dari beraneka ragam suku. Batak Toba sebagai suku mayoritas, kemudian Simalungun, Karo, Jawa, Flores, Nias, Dayak, dll.
    3. Kekuatan dan Kelemahan umat di Paroki
    3.1 Kekuatan umat
    Beberapa hal tenang kekuatan umat paroki ini dapat digambarkan berikut ini:
    - Umat mau melaksanakan kegiatan umum menggereja dengan semangat,
    - Mempunyai rasa persaudaraan dalam melaksanakan doa-doa di lingkungan maupun kegiatan lainnya di Gereja Paroki,
    - Mempunyai iman Katolik yang cukup baik.
    - Sumber daya manusia dalam mengembangkan paroki cukup besar karena cukup banyak umat yang termasuk berpendidikan dan sudah terbiasa akrab dengan para pastor, frater, dan suster yang berada di paroki.
    - Perkembangan umat di paroki ini tampaknya akan semakin bertambah melihat semakin banyaknya pembangunan pemukiman penduduk atau perumahan-perumahan di wilayah Paroki. Dengan demikian paroki ini akan tetap hidup dan semakin berkembang karena adanya pertambahan umat di masa-masa yang akan datang.
    - Kehadiran pastor, frater, dan suster termasuk menjadi kekuatan bagi umat di paroki ini. Meskipun ada juga sekaligus kelemahan di dalamnya, karena banyak hal karya pastoral akhirnya dilaksanakan oleh Pastor, Frater, dan Suster.
    3.2 Kelemahan umat di Paroki
    Selain kekuatan yang disebutkan di atas, beberapa kelemahan umat boleh juga disebutkan berikut ini, antara lain:
    - Umat masih kurang disiplin waktu pada saat doa lingkungan tetapi misa lingkungan tepat waktu,
    - Ada umat tertentu yang kurang mau mendengarkan masukan, merasa sudah mapan,
    - Kurangnya kehadiran bapak-bapak pada kegiatan lingkungan.
    - Kadang-kadang terjadi kurang komunikasi antara pengurus dengan umat, sehingga informasi tidak sampai dengan baik kepada seluruh umat.
    - Pemberian diri untuk urusan gereja tampaknya semakin sulit karena aneka kesibukan umat dalam hidup sehari-hari.
    - Kehadiran umat untuk misa di gereja terutama pada hari-hari biasa belum menggembirakan. Hanya dua-tiga orang yang hadir misa setiap hari. Usaha untuk mengajak umat untuk ikut misa harian sudah diupayakan tetapi belum membuahkan hasil.
    - Kondisi ekonomi umat yang mayoritas lemah tentu merupakan kelemahan juga. Hal itu akan berkaitan dengan kesanggupan paroki untuk mandiri secara finansial dalam pelaksanaan karya pastoral. Bahkan, Paroki harus mengupayakan bantuan sosial kepada cukup banyak umat.
    4. Pengurus Gereja
    a. Pengurus Gereja secara keseluruhan merupakan pengurus baru karena baru dilaksanakan periodisasi pengurus di Paroki ini untuk tingkat DPL, DPP, dan DPPH.
    b. Beberapa pengurus Gereja masih termasuk orang baru di dalam perutusannya masing-masing, entah di DPPH, DPP (dengan seksi/bagian/tim), DPL, dan kelompok kategorial.
    c. Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) pengurus dalam hal pengetahuan kekatolikan termasuk memadai tetapi ketika tugas itu diterima tampak mereka masih banyak yang canggung.
    d. Kursus-kurus atau pembinaan masih sangat penting disampaikan kepada mereka selain kursus yang telah mereka terima.
    e. Kondisi ekonomi pengurus terbilang belum memadai secara umum. Kondisi ini pun kerap menjadi kendala dalam melaksanakan beberapa tugas di lingkungan dan di paroki.
    f. Kehadiran pengurus gereja dalam rapat-rapat tampaknya masih lemah. Masih sangat sulit untuk menggapai prosentasi kehadiran 50 %. g. Pandangan pastor centris tampaknya masih cukup kuat dalam diri para pengurus. Sehingga banyak hal seputar urusan praktis masih harus disampaikan kepada pastor. Boleh juga hal itu sebagai indikasi masih kurangnya pemahaman mereka akan aturan-aturan yang berlaku di gereja dan paroki.
    5. Kehadiran Komunitas Lembaga Hidup Bakti
    5.1 Kehadiran Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi
    Dalam uraian sejarah di atas telah dibicarakan perihal kehadiran dan peranan biara Kapusin St. Fransiskus Assisi Jl. Medan Pematangsiantar untuk mengembangkan karya pastoral di Paroki St. Fransiskus Assisi ini. Kehadiran Biara Kapusin ini pada tahun 1967 adalah menjadi pemicu berdirinya gereja di Jl. Medan ini sejak tahun 1968. Bahkan gereja itu dijadikan sebagai gereja Paroki Pastor Bonus.
    Dari tahun 1968 hingga berdirinya Paroki St. Fransiskus Assisi sebagai paroki tersendiri dan mandiri pada 03 Desember 2004 Biara Kapusin St. Fransiskus tetap berperan besar dalam pengembangan kerasulan Paroki. Demikian terus peranan itu sungguh tampak hingga sekarang.
    Peranan Biara Kapusin tersebut sangat terasa bagi paroki ini berkaitan dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh paroki, misalnya gedung gereja, kantor paroki. Meskipun pada dasarnya tanah dan gedung itu adalah milik Kapusin. Kebaikan hati dari Kapusin sangat trasa dalam pengembangan Paroki ini. Selain itu kehadiran para Pastor (staf) dan para Frater sangat tampak dalam pelayanan mereka di tengah-tengah umat, entah di dalam gereja atau pun dalam kerasulan di lingkungan-lingkungan. Anggota Biara Kapusin Jl. Medan sungguh menjadi bagian tak terpisahkan dari Paroki St. Fransiskus Assisi.
    5.2 Kehadiran Komunitas “San Damiano” FCJM
    Para suster Kongregasi FCJM telah berdomisili di Paroki St. Fransiskus Assisi ini sejak 18 Agustus 1967. Mereka berkomunitas di lokasi Biara dan Gereja paroki St. Fransiskus Jl. Medan. Kehadiran mereka pada mulanya adalah atas permintaan dari pimpinan Seminari Tinggi St. Fransiskus Assisi. Maka tugas pertama mereka adalah mengurus keperluan dapur dan rumah tangga Biara Kapusin. Tugas para suster kemudian bertambah ke pelayanan sekolah sejak SDRK7 dibuka pada tahun 1971.
    Selain itu, para suster pun terlibat dalam pengembangan paroki dengan aneka pelayanan yang dapat mereka lakukan. Mereka ada yang terlibat dalam pembinaan muda-mudi, pembinaan asmika, terlibat dalam katekese lingkungan, pembinaan kaum ibu, ikut dalam kepengurusan DPPH, dll. Melalui pelayanan tersebut, para suster terlibat menopang perjalanan dan perkembangan Paroki St. Fransiskus Assisi.
    5.3 Kehadiran Komunitas KSSY “St. Dionisius” dan PPU Karangsari.
    Kehadiran para Suster Kongregasi KSSY di wilayah Paroki St. Fransiskus Assisi tidak lepas dari berdirinya PPU KAM di Karangsari. PPU dan Susteran diresmikan oleh Mgr. Pius Datubara OFMCap pada 17 Maret 1982. Tujuan dari pendirian PPU ini adalah untuk mengembangkan karya pastoral umat di Keuskupan Agung Medan melalui kursus-kursus dan pembinaan-pembinaan rohani untuk umat. Untuk itu, Kongregasi KSSY diminta oleh Uskup dalam melaksanakan pelayanan di PPU KAM.
    Kehadiran Suster KSSY tidak hanya untuk PPU KAM saja tetapi juga ikut dalam pelayanan paroki St. Fransiskus Assisi. Para suster aktif dalam pelayanan kerasulan Lingkungan, khususnya Lingkungan St. Theresia, ikut dalam kepengurusan Seksi KS, dan Seksi lainnya seturut kebutuhan paroki.
    Akan tetapi, kehadiran komunitas suster dan PPU ini juga menjadi bagian dari pelayanan Paroki St. Fransiskus dalam hal reksa pastoral kerohanian. Maka Pastor mengadakan pelayanan misa di Komunitas Susteran dan juga untuk kebutuhan pelayanan di PPU seturut kebutuhan PPU sendiri. Dan, sarana serta prasarana PPU cukup sering juga dipergunakan oleh Paroki dalam beberapa keperluan entah untuk pelaksanaan Paripurna atau pembinaan umat lainnya.
    5.4 Kehadiran Komunitas “St. Maria” dan Novisiat SCMM Pematangsiantar
    Suster-suster Kongregasi SCMM memulai kehadiran mereka di wilayah Paroki St. Fransiskus Assisi dengan membangun komunitas St. Maria sejak tahun 1988 dan Novisiat SCMM sejak 1989 di Karangsari. Latarbelakang kehadiran para Suster di sini adalah untuk mengembangkan pendidikan dasar Kongregasi SCMM.
    Selain untuk urusan pengembangan internal pendidikan Kongregas SCMM, para Suster SCMM Komunitas dan Novisiat SCMM juga ikut terlibat dalam karya pelayanan tertentu di Paroki St. Fransiskus. Secara umum mereka terlibat dalam perkembangan Lingkungan St. Thomas. Selain itu mereka juga terlibat dalam pendampingan kaum muda, asmika, animasi liturgi, pendampingan Legio Maria, dll. Para Suster juga terbuka untuk menerima pelayanan lainnya sejauh dibutuhkan oleh Paroki.
    Sementara itu, pihak Paroki pun mempunyai tanggungjawab dalam pelayanan rohani untuk para suster di komunitas melalui misa harian, rekoleksi, sakramen tobat, perayaan-perayaan pesta-pesta kebiaraan Kongregasi SCMM yang dirayakan di Komunitas dan Novisiat Karangsari.
    5.5 Kehadiran Komunitas KYM “Mieke de Bref”
    Komunitas Mieke de Bref di bangun di wilayah Paroki St. Fransiskus Assisi. Lokasinya berada di Simpang Karangsari, dekat PPU KAM. Komunitas ini dibangun untuk menjadi Provinsialat KYM; sebelumya provinsialat berada di Susteran KYM, Jl. Sibolga 17, Pematangsiantar. Komunitas ini diresmikan pada 28 Maret 1989. Anggota komunitasnya bukan hanya pimpinan Provinsi tetapi juga para suster lainnya dengan beragam karya dan perutusan yang diemban.
    Kehadiran para Suster di Komunitas ini sungguh bermakna positif bagi perkembangan Paroki. Para suster terlibat aktif dalam kegiatan pelayanan gereja melalui kepengurusan seksi di DPP, mis. Seksi Keluarga, Katekese. Mereka juga aktif dalam kegiatan lingkungan khususnya di Lingkungan St. Petrus dan Lingkungan St. Vincentius. Tambah lagi, mereka terlibat dalam tugas animasi liturgi pada hari Minggu, Kamis Sore, dan hari-hari lainnya ketika Paroki meminta pelayanan mereka. Sementara itu, dengan kehadiran di wilayah paroki ini, maka Paroki juga punya tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan rohani para Suster di Komunitas. Itu dapat diwujudkan melalui pelayanan misa di Komunitas atau perayaan-perayaan lainnya yang dibutuhkan oleh Komunitas.
    6. Kehadiran Komunitas Pendidikan
    6.1 SD RK 7
    Kehadiran gereja dan paroki Pastor Bonus pada tahun 1968 membuat umat sungguh senang, bangga, dan bersyukur. Kemudian umat Jl. Medan sangat berharap bahwa di Jl. Medan juga didirikan sekolah. Umat sangat yakin bahwa agar iman dapat bertumbuh subur, pengetahuan juga mesti ditingkatkan. Sebab, “iman tanpa pengetahuan adalah buta, pengetahuan tanpa iman adalah lumpuh”. Karena itulah umat bertekad mendirikan SD di kompleks gereja. Niat umat ini ditanggapi positif oleh Ordo Kapusin. Bersama dengan umat, Ordo Kapusin bertekad untuk membangun Sekolah Dasar (SD).
    Dengan segala usaha dan upaya SD dibangun di lahan yang kemudian dibeli di samping lokasi gereja. Gedung SD selesai dibangun pada tahun 1973 dan mulai menerima murid baru pada tahun 1974. Sekolah ini dikenal dengan nama SDRK7 karena dimasukkan dalam naungan Yayasan Perguruan Katolik Cinta Rakyat yang sebelumnya telah memiliki 6 SD di Pematangsiantar.
    Kehadiran SDRK7 di wilayah Paroki ini hingga sekarang sangat positif dalam pengembangan umat paroki karena sekolah ini telah berhasil memberikan pendidikan kepada anak-anak umat paroki. Dengan demikian, selain pendidikan iman melalui Gereja, umat semakin dibekali dengan pengetahuan melalui sekolah. Selain itu, paroki juga sangat bersyukur dengan adanya gedung sekolah SDRK7. Sejak didirikan, gedung sekolah itu sangat sering dipergunakan paroki untuk pelaksanaan katekese, sermon, rapat, tempat kegiatan drama Natal atau Paska, kegiatan-kegiatan gerejawi, dan tempat penampingan Anak Sekami setiap hari Minggu.
    6.2 PAUD Terpadu KSSY
    Kehadiran PAUD Terpadu KSSY telah disampaikan secara resmi oleh Uskup Agung melalui SK. PAUD Terpadu tersebut berada di wilayah Kelurahan Tanjung Tonga Pematangsiantar. Parokus telah melaksanakan ritus peletakan batu pertama pembangunan pada hari Kamis, 19 Mei 2022.
    Besar harapan kita bahwa kehadiran PAUD tersebut akan berperan dalam mengembangkan reksa pastoral di Paroki ini. Sekaligus pula diharapkan bahwa di tempat itu bukan hanya gedung PAUD yang berdiri tetapi juga Komunitas Susteran KSSY.
    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    BASIS INTEGRASI DATA UMAT KEUSKUPAN: Program Pendataan Umat Berbasis Online

    0
    Perjumpaan dengan seseorang sering membawa pencerahan, karena masing-masing punya pengetahuan dan pengalaman dan memang ada banyak hal yang baru di sekitar kita, dan perubahan itu sendiri berlangsung dengan cepat. Salah satu yang lagi hangat, dibicarkan di Keuskupan atau di  masing-masing Paroki Keuskupan Agung Medan adalah, apa yang disebut dengan program BIDUK. Hal ini juga menjadi perhatian bagi kalangan sekretaris paroki. Program BIDUK berawal dari perjumpaan Bapak Uskup Keuskupan Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung dengan beberapa umat yang berasal dari Keuskupan Agung Medan (KAM) yang sekarang sudah lama tinggal dan menetap di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).  Meskipun sudah jauh,  tetapi mereka  tetap peduli dengan “bona pasogit Keuskupan Agung Medan.  Dasarnya adalah kecintaan kepada Gereja Partikular dan kebutuhan umat dan bagaimana mengusahakan pastoral yang efektif dan berdaya guna untuk umat. Latar belakang program BIDUK ini adalah upaya KAJ mengembangkan tata layanan pastoral berbasis data, dimana dengan data tersebut  pelayanan pastoral dapat terselenggara dengan lebih baik, dan dapat dipertanggungjawabkan. Data yang disimpulkan  pada akhirnya diharapkan mampu  memberikan informasi dalam merumuskan kebijakan pelayanan pastoral. Bapa Uskup menawarkan program BIDUK ini secara resmi dalam rapat Dewan Presbiteral Keuskupan Agung Medan (DEPKAM), 8-10 Juli 2019. Kemudian disampaikan juga dalam Hari Study Imam, 29-01 Agustus 2029 yang lalu. Setelah melalui diskusi yang cukup alot, yang tentu saja diikuti dengan rasa pesimisme tetapi juga optimisme, diputuskan bahwa BIDUK menjadi program keuskupan dan menjadi gerakan bersama untuk Keuskupan Agung Medan, yang implementasinya terutama di paroki-paroki se-KAM. Program BIDUK ini disebut dengan Basis Integrasi Data Umat Keuskupan,  Keuskupan Agung Medan (BIDUK KAM). Kebaikan Keuskupan Agung Jakarta Pada tanggal 22 April 2019, telah dikirimkan surat No. 236/KAJ/KA/IV/’19 kepada Mgr. Ign. Suharyo perihal memohon bantuan dalam perencanaan dan pelaksanaan program BIDUK di KAM. Kemudian dijawab dengn Surat No. 263/2.40.15/2019,  Jakarta 14 Mei 2019, BIDUK KAJ setuju membantu BIDUK KAM. Terimkasih kepada Bapak Uskup Suharyo yang ketika tulisan saya tuliskan beliau sudah menjadi Kardinal. Proficiat Bapak Kardinal! Keuskupan Jakarta melalui Tim Biduk Nusantara yang dikomandani oleh Bapak Ivan Sangkareng dan Bapak Henry Irawan telah menuntun BIDUK KAM dengan sangat baik, ditopang dengan antusiasme  para Parochus dan animo para administrator BIDUK dari paroki dan kuasi paroki kita. Lanjutkan! dan semoga  semangat itu tetap bernyala. Dari sekretariat KAM, sejak 10 Juni 2016, dimotori oleh saudara Benisius Manullang, dimulai komunikasi dengan para Parochus sekretaris paroki, dengan membuat group di WhatsApp (WA). Melalui teknologi ini banyak data dan informasi yang bisa disampaikan dengan cepat untuk mendukung program BIDUK. Pada,  20 Agustus 2019 diadakan sosialisasi sekaligus pelatihan awal bagi para Parochus dan calon administrator BIDUK. Hari tersebut ditetapkan sebagai hari  “Go implementasi  BIDUK KAM”, dengan  Paroki Medan Timur  ditunjuk sebagai pilot project di Keuskupan Agung Medan. Antara Kekwatiran dan Harapan Ketika BIDUK pertama kali dimunculkan, ada perasaan skeptis. Hal ini tidak terlepas dengan pengalaman buruk sebelumnya, tetapi juga tingkat kesulitan dan keberlangsungan-nya kelak.   Pengalaman tersebut, sudah diantisipasi. Hanya keyakinan yang kuat, persiapan sumber daya manusia, finansial yang cukup, dan pertolongan Tuhan sendiri, program ini dapat berjalan dengan baik. Barangkali semua kitasepakat, bahwa pastoral berbasis data saat ini, bukan lagi optional tetapi sudah merupakan keharusan bagi paroki-paroki di KAM. Pendekatan pastoral secara objektif dan cermat, melalui riset-riset kecil untuk menggali data kebutuhan umat, menjadi kebutuhan tak terelakkan untuk mengembangkan pastoral yang profesional. Kemajuan dunia perlu diikuti dengan peningkatan pelayanan pastoral, dan untuk itu dibutuhkan data. Kita menyadari berpastoral berbasis data tentu saja tidak akan selalu berjalan mulus. Pasti akan ada tantangan  dan kesulitan,  baik di kantor, dan terutama di lapangan. Selain itu, adalah tantangan tersendiri,  pekerjaan yang sering kurang diperhatikan yaitu pemutahiran data secara berkelanjutan. Oleh sebab itu pastoral berbasis data harus menjadi gerakan bersama, supaya kita memiliki roh yang sama dalam memajukan keuskupan ini. Dalam periode ini program BIDUK KAM dan Website KAM adalah dua program berbasis data yang saling mendukung satu sama lain untuk mengembangkan tata kelola yang baik dalam segala aspek pastoral. Kita harus sampai kepada keyakinan,  menuju pastoral berbasis data, berbasis online, seraya memanfaatkan teknologi yang semakin maju.  Kita semua tahu, dan sadar bahwa  dengan mempertimbangkan data-data tersebut, program-program pastoral bisa direncanakan dengan tepat sehingga pelaksanaannya pun membawa dampak positif bagi perkembangan umat. Sebaliknya, tanpa didasari data-data yang bisa dipertanggungjawabkan, program pastoral cenderung direncanakan berdasarkan pertimbangan pribadi, minat/kesukaan, asumsi-asumsi pelayan pastoral, yang bisa saja tidak sesuai dengan kondisi umat yang hendak dilayani. Akibatnya, Gereja menawarkan banyak kegiatan,  namun tidak menjawab permasalahan dasar umat secara tepat,sehingga tidak  membawa perubahan. Keamanan Data Keamanan data akan menjadi perhatian Keuskupan Agung Medan. Bagaimana dengan keamanan data? Hal ini telah diantisipasi oleh TIM Biduk KAJ. Intinya data kita aman, sehingga kita tidak perlu kwatir. Kalaupun di masa depan ada hal di luar perkiraan, KAM siap menanggung segalanya dalam hubungan dengan data umat. Harapan Bapa Uskup Keuskupan Agung Medan Uskup Keuskupan Agung Medan Mgr. Kornelius Sipayung  mengharapkan dalam sambutannya, dalam pelatihan, 05-06 Oktober yang lalu, kiranya pada bulan Desember 2019, BIDUK KAM sudah bisa online di seluruh paroki secara terbatas. Saya katakan terbatas, karena BIDUK KAM dapat online secara menyeluruh dengan pengandaian semua data umat sudah di input dari form kartu keluarga. Bulan Desember sebagai hari kelahiran dapat menjadi kelahiran  BIDUK KAM sekaligus  hadiah Natal  bagi KAM. Seluruh sumberdaya kita akan kita kerahkan supaya BIDUK KAM ini dapat operasional. Pasti sulit, tapi sulit tidak sama dengan tidak bisa. Bersama kita pasti bisa. BIDUK KAM, jalan terus, tidak ada lagi kata mundur. Semoga! (VAB) Penulis: RP. Frans Borta P. Rumapea, O.Carm

    Dewan Pastoral (DEPASKAM)

    0

    DEPASKAM adalah badan penasehat dan pertimbangan yang bertujuan membantu Uskup Keuskupan Agung Medan dalam hal pengembangan pastoral melalui penelitian, demi semakin terwujudnya keselarasan hidup dan kegiatan Umat Allah dengan Injil (bdk. ES I, §1; KHK kan. 511) dan terlaksananya pelayanan pastoral dalam Gereja yang menjadi hak umat beriman (bdk. KHK kan. 213).

    Untuk mencapai tujuannya, DEPASKAM bertugas:

    1. Mengamati, meneliti, mengkaji, dan mendalami hal-hal yang menyangkut pelayanan pastoral di Keuskupan Agung Medan, dan membuat kesimpulan-kesimpulan praktis mengenai hal-hal tersebut (lih. KHK kan. 511).

    2. Berdasarkan hasil pengamatan, penelitian, pengkajian, dan pendalaman tersebut pada ayat 1 pasal ini, mengajukan rekomendasi kepada Uskup Keuskupan Agung.

    3. Berdasarkan pengamatan atas tanda-tanda zaman, memberi pandangan dan usul untuk perencanaan, koordinasi, dan pelaksanaan, serta evaluasi atas program dan pelayanan pastoral di Keuskupan Agung Medan.

    4. Menjalin komunikasi dan kerja sama dengan lembaga atau badan keuskupan dan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan penelitian berkaitan dengan pokok- pokok pastoral.

    5. Memilih orang-orang beriman kristiani awam dan para anggota tarekat-tarekat hidup bakti untuk diangkat oleh Uskup untuk ambil bagian di dalam Sinode Keuskupan Agung Medan, menurut cara dan jumlah yang ditetapkan oleh Uskup Keuskupan Agung Medan (bdk. KHK kan 463 § 1 butir 5).

    SURAT KEPUTUSAN USKUP KEUSKUPAN AGUNG MEDAN

    No.:367/DEPAS/KA/VI/’25

    1. RP. Serafin Dany Sanusi OSC ex officio Vikep Pastoral
    2. RP. Hilarius Kemit OFMCap
    3. Sr. Immaculata Silalahi SFD
    4. Joanna Donna Yulietta Siagian, SE, MAP
    5. Dr. Aryanto Tinambunan, SP., M.Si

    6. Dr. Bonaraja Purba, M.Si
    7. Dr. Ing. Andy Wahab Sitepu
    8. Dr. Aloysius Dewanto Handoko, SH., MH.
    9. Ermina Waruwu, M.Th, M.Pd
    10. Dr. Dionisius Sihombing, S.Pd, M.Si

    Surat keputusan ini berlaku sejak ditetapkan pada 12 Juni 2025 sampai dengan 13 Juli 2027 sesuai dengan periode dalam surat keputusan Uskup Keuskupan Agung Medan No.:460/DEPAS/KA/VII/’22, 18 Juli 2022 dan/atau berlaku terus sampai ada keputusan lain dari Uskup Keuskupan Agung Medan yang dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai dengan kebutuhan pastoral.
    Ditetapkan di Medan
    Pada tanggal 12 Juni 2025
    Deus Meus et Omnia,
    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap
    Uskup Keuskupan Agung Medan

    Yayasan Pendidikan

    0
    1.
    Yayasan Bina Media
     
    Alamat
    :
    Jl. Setia Budi No. 479-G, Tanjung sari – Medan
     
    Telp.
    :
    061 8215225
     
    Ketua
    :
    RP. Alexander Silaen OFMCap
     
    Mengelola:
    1. SD RK 7, Pematang Siantar
    2. SMK Grafika Bina Media
     
    2.
    YPK Budi Dharma
     
    Alamat
    :
    Jl. A. Yani 2, Kotak Pos 33, Banda Aceh - 23001
     
    Telp.
    :
    0651 33917
     
    Mengelola:
    1. TK Katolik Budi Dharma, Banda Aceh
    2. SD Karya Budi, Banda Aceh
    3. SD Swasta Budi Dharma, Lhokseumawe
    4. SMP Budi Dharma, Banda Aceh
    5. SMA Katolik Budi Dharma, Banda Aceh
     
    3.
    Yayasan Budi Mulia Lourdes (Bruder Budi Mulia)
     
    Alamat
    :
    Jl. Lapangan Bola Bawah 77, Pematang Siantar
     
    Telp.
    :
    0622 24981
     
    Mengelola:
    1. SD Budi Mulia 1, Jl. Melanthon Siregar 161, Pematang Siantar
    2. SD Budi Mulia 2, Jl. Lap. Bola Atas, Pematang Siantar
    3. SD Budi Mulia 3, Jl. Asahan Batu Lima, Pematang Siantar
    4. SMP Budi Mulia, Jl. Marihat 161, Pematang Siantar
    5. SMP Budi Mulia, Pangururan Samosir
    6. SMA Budi Mulia, Jl. Marihat 161, Pematang Siantar
     
    4.
    YPK Budi Murni
     
    Alamat
    :
    Jl. Besar Sibiru-biru Gang Nogio No. 111, Delitua
     
    Telp.
    :
    061-77830174 / Fax. : 061 80039100
     
    Ketua
    :
    Bp. Adil Barus, BSc, M.Si
     
    Mengelola:
    1. Sekolah Tinggi Pastoral St. Bonaventura
     
    5.
    YPK Don Bosco KAM
     
    Alamat
    :
    Jl. Timor No. 34, Kel. Gaharu, Kec. Medan Timur, Medan 20235
     
    Telp.
    :
    061-4535689
     
    Email
    :
    [email protected]
     
    Website
    :
    ypkdonboscokam.org
     
    Ketua
    :
    RP. Yosep Yuki Hartandi, CDD
     
    Mengelola:
    1. TK Santo Thomas 1, Jl. Gatot Subroto Gang Harapan No. 6, Medan 20123
    2. TK Santo Thomas 2, Jl. Mataram No. 18, Medan 20153
    3. TK Budi Murni 1, Jl. Merapi No. 2, Medan
    4. TK Budi Murni 2, Jl. Tembakau 17 No. 2, Perumnas Simalingkar, Medan
    5. TK Santo Antonius 1, Jl. Haji Muhammad Joni No. 52A, Medan 20217
    6. TK Santo Antonius 2, Jl. Mandala By Pass No. 79 Tegal Sari, Kec. Medan Denai
    7. SD Santo Thomas 2, Jl. Gatot Subroto Gang Harapan No. 6, Medan 20123
    8. SD Santo Thomas 4, Jl. Setia Baru No. 45A, Medan 20117
    9. SD Santo Thomas 5, Jl. Mataram No. 18, Medan 20153
    10. SD Budi Murni 1, Jl. Timor No. 34, Medan 20235
    11. SD Budi Murni 2, Jl. Kapiten Purba I, Perumnas Simalingkar
    12. SD Budi Murni 3, Jl. Merapi No. 2, Medan 20212
    13. SD Budi Murni 6, Jl. Pelita V No. 1, Medan 20236
    14. SD Budi Murni 7, Jl. Durung No. 178, Medan
    15. SD Santo Petrus, Jl. Luku I No. 1, Kwala Berkala, Kec. Medan Johor, Medan
    16. SD Santo Yoseph I, Jl. Pemuda No. 3A, Medan 20151
    17. SD Santo Antonius V, Jl. Haji Muhammad Joni No. 52A, Medan 20217
    18. SD Santo Antonius VI, Jl. Raya Menteng, Gang Benteng, Medan 20228
    19. SD Budi Luhur, Jl. Mandala By Pass, Tegal Sari Kec. Medan Denai, Medan
    20. SD Santo Antonius Bangun Mulia, Jl. Sisingamangaraja KM. 11 No. 68 Medan Amplas 20149
    21. SD Katolik Sukamaju, Jl. Sei Mencirim, No. 41, Sukamaju, Sunggal 20325.
    22. SD Katolik Sei Beras Sekata, Dusun II, Sunggal, Deli Serdang 20128
    23. SD Katolik Diski, Jl. Binjai KM. 14,5 Diski, Sunggal, Deli Serdang 20351
    24. SD Budi Murni 4 Percut, Jl. Pardomuan Nauli, Percut, Deli Serdang.
    25. SD Katolik Delitua, Jl. Lorong Nogio No. 117, Delitua, Deli Serdang 20355
    26. SD Santo Fransiskus Xaverius, Pasar III, Namo Rambe, Deli Serdang 20356
    27. SD Santa Maria, Dusun III, Penen, Sibiru-biru, Deli Serdang 20358
    28. SD Serdang Murni, Jl. Pematangsiantar No. 142, Lubuk Pakam 20517
    29. SD Santo Paulus Ramunia, Desa Beringin Ramunia, Lubuk Pakam 20552.
    30. SD Namo Puli, Dusun I Namo Puli Desa Sumbul, Deli Serdang 20363.
    31. SD RK Negara, Jl. Negara, Kec. STM Hilir, Deli Serdang 20363.
    32. SD Santo Xaverius 1, Jl. Irian, Lau Cimba, Kabanjahe 22114.
    33. SD Katolik 1, Rambe Mbelang, Kec. Mardinding, Karo 22164
    34. SD Katolik 2, Sumbeikan, Kec. Mardinging, Karo 22165.
    35. SD Katolik 3, Jl. Renun Lau Baleng, Karo 22164.
    36. SD Katolik Don Bosco, Jl. Sutomo No. 18, Saribudolog 21167.
    37. SD Santo Yosef, Jl. Parikanan, Lawe Bekung, Aceh Tenggara 24652.
    38. SD Santo Yosef Lawe Desky, Aceh Tenggara.
    39. SD Budi Murni, Kuta Tengah, Kotacane, Aceh Tenggara 24673.
    40. SD Santo Vinsensius, Jl. Lae Mbalno, Boang Manalu, Pakpak Bharat 22272.
    41. SMP Santo Thomas 1, Jl. Letjen S. Parman No. 109, Medan 20112.
    42. SMP Santo Thomas 3, Jl. Gatot Subroto, Gang Banteng No. 7, Medan 20123.
    43. SMP Santo Thomas 4, Jl. Letjen. S. Parman No. 107, Medan 20112.
    44. SMP Budi Murni 1, Jl. Timor No. 34, Medan 20235.
    45. SMP Budi Murni 2, Jl. Kapiten Purba I, Perumnas Simalingkar.
    46. SMP Budi Murni 3, Jl. Merapi No. 2, Medan 20212.
    47. SMP Budi Murni 4, Jl. Teratai No. 21A Medan 20371.
    48. SMP Santo Petrus, Jl. Luku I No. 1, Medan 20142.
    49. SMP Santo Yoseph Pemuda, Jl. Pemuda No. 3A, Medan 20151.
    50. SMP Santo Yoseph, Jl. Flamboyan Raya No. 139, Tjg. Selamat, Medan 20134.
    51. SMP Trisakti 1, Jl. Haji Muhammad Joni No. 52A, Medan 20217.
    52. SMP Trisakti 2, Jl. Kenari Raya II, Perumnas Mandala, Medan 20226.
    53. SMP Santo Antonius, Jl. Sisingamangaraja KM. 11 No. 68,
    54. Bangun Mulia, Medan 20149.
    55. SMP RK Deli Murni, Jl. Binjai KM.14,5, Diski, Deli Serdang 20351.
    56. SMP Deli Murni, Jl. Sei Mencirim No. 41, Suka Maju, Sunggal 20352.
    57. SMP Deli Murni, Jl. Lorong Nogio No. 117, Delitua, Deli Serdang 20355.
    58. SMP Santo Fransiskus Xaverius, Pasar III Namo Rambe, Deli Serdang 20356.
    59. SMP Santa Maria, Penen, Sibiru-biru, Deli Serdang 20358.
    60. SMP Serdang Murni, Jl. Pematangsiantar No. 142A, Lubuk Pakam 20517.
    61. SMP Santo Thomas 2, Jl. Ikan Tenggiri No. 21, Binjai 20736.
    62. SMP Cinta Kasih, Jl. Pusara Pejuang No. 5, Tebing Tinggi 20633.
    63. SMP Budi Murni, Pintu Angin, Kec. Mardinding, Karo 22164.
    64. SMP Budi Murni, Jl. Renun, Lau Baleng, Karo 22164.
    65. SMP Xaverius 1, Jl. Katepul No. 2, Kabanjahe, Karo 22112.
    66. SMP Xaverius 2, Jl. Kartini No. 6, Kabanjahe, Karo 22114.
    67. SMP Maria Goretti, Jl. Let. Rata Peranginangin No. 18, Kabanjahe 22111.
    68. SMP Bunda Mulia, Jl. Sutomo No. 20, Saribudolog, Simalungun 21167.
    69. SMP Santo Agustinus, Jl. Besar Haranggaol, Simalungun 21165.
    70. SMP Santo Thomas 5, Jl. Pantai Barat, Lawe Bekung, Aceh Tenggara 24652.
    71. SMP Panti Harapan Lawe Desky, Kec. Babul Makmur, Aceh Tenggara.
    72. SMP Santo Yoseph, Jl. Lae Mbalno, Boang Manalu, Pakpak Bharat 22272.
    73. SMA Santo Thomas 1, Jl. Letjen. S. Parman No. 109, Medan 20112.
    74. SMA Santo Thomas 2, Jl. Letjen. S. Parman No. 107 Medan 20112
    75. SMA Santo Thomas 3, Jl. Gatot Subroto, Gang Banteng No. 7, Medan 20112.
    76. SMA Budi Murni 1, Jl. Timor No. 34, Medan.
    77. SMA Budi Murni 2, Jl. Kapt. Purba I, Perumnas Simalingkar, Medan 20141.
    78. SMA Budi Murni 3, Jl. Teratai No. 21A, Medan 20222.76
    79. SMA Santo Petrus, Jl. Luku I No. 1, Medan 20142.
    80. SMA Santo Yoseph, Jl. Flamboyan Raya No. 139, Tjg. Selamat 20134.
    81. SMA Trisakti, Jl. Raya Menteng Gang Benteng No. 21, Medan 20228.
    82. SMA Santo Antonius, Jl. Sisingamangaraja KM. 11 No. 68, Bangun Mulia, Medan Amplas 20149.
    83. SMA Deli Murni, Jl. Binjai KM.14,5 Diski, Deli Serdang 20351.
    84. SMA Deli Murni, Jl. Lorong Nogio No. 117, Delitua 20355.
    85. SMA Serdang Murni, Jl. Pematangsiantar No. 146, Lubuk Pakam 20517.
    86. SMA Santo Thomas 4, Jl. Ikan Tenggiri No. 21, Binjai 20731.
    87. SMA Cinta Kasih, Jl. Pusara Pejuang No. 5, Rambung, Tebing Tinggi 20633.
    88. SMA Katolik 1, Jl. Irian, Lau Cimba, Kabanjahe, Karo 22114.
    89. SMA Katolik 2, Jl. Kota Cane, Kabanjahe, Karo 22114.
    90. SMA Cinta Rakyat Van Duynhoven, Jl. Kabanjahe No. 50A, Saribudolog.
    91. SMA Panti Harapan, Jl. Kutacane-Medan KM. 28, Lawe Desky, Aceh Tenggara 24673.
     
    6.
    YPK Santo Yoseph
     
    Alamat
    :
    Jl. Melanthon Siregar No. 171, Kompleks SMK Cinta Rakyat, Pematangsiantar
     
    Telp.
    :
    0622 7356190/0813 7521 5804
     
    Email
    :
    [email protected]
     
    Website
    :
    www.yasanjo.or.id
     
    Ketua
    :
    RP. Chrispinus Silalahi OFMCap
     
    Mengelola:
    1. TK Santo Mikhael, Jl. Ronggur Nihuta, Pardomuan 1 Kec. Pangururan.
    2. SD San Francesco, Jl. Pierre Tandean, Kec. Balige, Kab. Toba.
    3. SD Bintang Kejora, Jl. Tugu No. 19, Kec. Lintongnihuta, Kab. Humbahas.
    4. SD Santa Maria, Jl. Perguruan Katolik, Pakkat Hauagong, Kab. Humbahas.
    5. SD Santa Maria, Jl. D.I. Panjaitan No. 39, Partali Toruan, Kec. Tarutung.
    6. SD Santo Thomas 3, Kec. Palipi, Kab. Samosir.
    7. SD Santo Mikhael, Jl. U. A. Soegiopranoto, Kec. Pangururan, Kab. Samosir.
    8. SD Abdi Sejati, Jl. Jend. Sudirman No. 271, Kec. Bandar, Perdagangan.
    9. SD Santo Yoseph, Jl. Serma Maulana Siregar No.48, Aek Kanopan.
    10. SD RK 1, Jl. Gereja No. 12, Indra Sakti, Kec.Tanjung Balai Selatan.
    11. SD Cinta Rakyat. 2, Jl. Sibolga No. 21, Kec. Siantar Selatan, Pematang Siantar.
    12. SD Cinta Rakyat  3, Jl. Kain Batik, Bane, Kec. Siantar Utara, Pematang Siantar.
    13. SD Cinta Rakyat. 4, Jl. Tambun Jaya, Kec. Siantar Timur, Pematang Siantar.
    14. SD Cinta Rakyat 6, Jl. Rakutta Sembiring, Kec. Siantar Martoba, Pematang Siantar.
    15. SD Panti Budaya, Jl. Hamka No. 31 Kec. Kisaran Barat, Kab. Asahan.
    16. SMP Cinta Rakyat 1, Jl. Sibolga No. 21, Kec. Siantar Selatan, Pematang Siantar.
    17. SMP Cinta Rakyat 2, Jl. Asahan, Kec. Siantar Timur, Pematang Siantar.
    18. SMP Cinta Rakyat 3, Jl. Kain Batik, Kec. Siantar Utara, Pematang Siantar.
    19. SMP Tritunggal, Jl. Gereja No. 12, Indra Sakti, Kec.Tanjung Balai Selatan.
    20. SMP Abdi Sejati, Jl. Jend. Sudirman No. 273, Kec. Bandar, Perdagangan.
    21. SMP Santa Maria, Aek Raja, Kec. Parmonangan, Kab. Tapanuli Utara.
    22. SMP Bina Karya, Blok VI Teluk Pulai Dalam, Kec. Kualah Leidong, Kab. Labura.
    23. SMP Santa Maria, Jl. Perguruan Katolik Pakkat, Kab. Humbahas.
    24. SMP Santo Yoseph, Jl. Sisingamangaraja No. 19 Sibuntuon Parpea, Kec. Lintongnihuta, Kab. Humbang Hasundutan.
    25. SMP Santo Yoseph, Jl. Serma Maulana Siregar No. 48, Aek Kanopan.
    26. SMP Santa Maria, Jl. D.I. Panjaitan Hutatoruan VII, Tarutung
    27. SMP Panti Budaya, Jl. Hamka No. 31, Kec. Kisaran Barat, kab. Asahan.
    28. SMP Karya Bhakti, Siantar Sitanduk-Parlilitan.
    29. SMA Santo Yoseph, Jl. Serma Maulana, Kec. Kuala hulu, Aek Kanopan.
    30. SMA Santa Maria, Jl. D.I Panjaitan, Tarutung.
    31. SMA Pandi Budaya, Jl Hamka No. 31 Kisaran.
    32. SMA Seminari Menengah, Jl. Lapangan Bola Bawah, Pematang Siantar.
    33. SMA Santa Maria, Jl. Perguruan Katolik, Pakkat .
    34. SMA Santo Mikhael, Jl. U.A. Sugiopranoto, Pangururan 22392.
    35. SMA Abdi Sejati, Jl. Sudirman No.275, Perdagangan.
    36. SMA Tritunggal, Jl. Abadi No. 25,Tanjung Balai.
    37. SMK Cinta Rakyat, Jl. Melanthon Siregar No. 171.
    38. SMK Abdi Sejati, Jl. Besar Siantar-Perdagangan No. 232, Simalungun.
    7.
    Yayasan Putri Hati Kudus (YPHK)
     
    Alamat
    :
    Jl. Asahan, KM. 6 No. 545, Pematang Siantar – 21151
     
    Telp.
    :
    0622 570696
     
    Email
    :
    [email protected]
     
    Website
    :
    www.yphk.org
     
    Mengelola:
    1. PAUD Ceria Claret NSA, Jl. Susteran Onanrunggu, HP 0812 6526 0555
    2. TK Assisi, Jl. Anggrek Raya No. 24A, Simp. Selayang, Medan.
    3. TK Assisi, Jl. Viyata Yudha, Pematang Siantar.
    4. TK Assisi, Jl. Tandang Buhit No. 29, Balige, HP 0812 8599 5007
    5. TK Assisi, Jl. R.A. Kartini, Pakkat.
    6. TK Assisi, Jl. Pepaya No. 13, Tebing Tinggi.
    7. TK Assisi, Jl. Gereja 12, Tanjung Balai.
    8. TK Assisi, Jl. Janji Matogu, Tomok Parsaoran, HP 0853 6187 9432
    9. TK Santo Antonius Padua, Jl. Besar Parapat KM. 17, Tiga Dolok.
    10. TK Santa Maria, Jl. Asahan KM. 6 No. 545 Pematang Siantar
    11. SD Assisi, Jl. Anggrek Raya No. 24A, Medan, Tlp. 061-8360711
    12. SD Assisi, Jl. Viyata Yudha, Pematang Siantar
    13. SD Assisi, Jl. Pepaya No. 13, Tebing Tinggi, Tlp. 0621-327725
    14. SD Assisi, Jl. Janji Matogu, Tomok Parsaoran, HP 0852 6064 3089
    15. SD Santo Antonius Padua, Jl. Besar Parapat KM. 17, Tiga Dolok.
    16. SD Santo Paulus, Jl. Gereja No. 25, Onanrunggu.
    17. SMP Assisi, Jl. Anggrek Raya No. 24A, Sp. Selayang, Medan, HP 0822 9462 8885
    18. SMP Assisi, Jl. Janji Matogu, Tomok Parsaoran, HP 0852 6064 3089
    19. SMP Assisi, Jl. Asahan KM. 6 No. 545, Pematangsiantar, Tlp. 0622-7551181
    20. SMP Bakti Mulia, Jl. Susteran Onanrunggu, Samosir, HP 0813 6123 8745
    21. SMA Assisi, Jl. Asahan KM. 6, Siantar, Kab. Simalungun.
    22. SMK Assisi, Jl. Asahan KM. 6, Siantar, Kab. Simalungun.
    8.
    Yayasan Santo Laurensius
     
    Alamat
    :
    Jl. Sibolga 17, Pematang Siantar
     
    Telp.
    :
    0622 22547
     
    Email
    :
    [email protected]
     
    Mengelola:
    1. TK Bintang Timur, Jl. Pematangsiantar No. 107, Lubuk Pakam.
    2. TK Bintang Timur, Jl. Melanton Siregar No. 100, Pematang Siantar.
    3. TK Bintang Timur, Jl. Cut Meutia Ujung, No. 48, Rantauprapat.
    4. TK Bintang Timur, Jl. Anggarajim Atas No. 60, Parapat.
    5. TK Bintang Timur, Jl. Santo Stefanus Martir, Sondi Raya, Pamatang Raya.
    6. SD Bintang Timur, Jl. Cut Meutia Ujung No. 48, Rantauprapat.
    7. SD Bintang Timur, Jl. Santo Stefanus Martir, Sondi Raya, Pamatang Raya.
    8. SD Bintang Timur, Jl. Anggarajim Atas No. 60, Parapat.
    9. SMP Bintang Timur, Jl. Laguboti No. 4, Toba, Pematang Siantar.
    10. SMP Bintang Samosir, Palipi.
    11. SMP RK Bintang Timur, Jl. Cut Meutia Ujung No. 48, Rantauprapat.
    12. SMA Bintang Timur, Jl. Marimbun No. 5, Pematang Siantar.
    13. SMA Bintang Timur, Jl. Cut Meutia Ujung No. 48, Rantauprapat.
    14. SMK Bintang Timur, Jl. Melanthon Siregar, Gang Sipahutar, Pematang Siantar.
    9.
    Yayasan Santa Lusia Virgini
     
    Alamat
    :
    Jl. Parapat Km. 5, kel. Simarimbun, kec. Siantar Marimbun, Pematang Siantar – 21129
     
    Telp.
    :
    (0622) 29490
     
    Email
    :
    [email protected]
     
    Mengelola:
    1. TK Cinta Rakyat, Jl. Jenderal Sudirman No. 30, Teladan, Pematang Siantar
    2. TK Santa Lusia, Jl. Medan Batangkuis KM. 14 No. 123, Batangkuis
    3. TK Santa Lusia, Jl. Pelita VI No. 1, Medan Perjuangan, Medan
    4. TK Santa Lusia, Jl. Jenderal Sudirman No. 279, Perdagangan
    5. TK Panti Budaya, Jl. Haji Misbah No. 42, Kisaran
    6. TK Santa Lusia Jl. Sisingamangaraja No. 258, Siborongborong
    7. TK Santa Lusia Jl. Sisingamangaraja No.19, Lintongnihuta
    8. TK Santa Lusia, Jl. Nagori, Tanjung Pasir, Tanah Jawa, Simalungun
    9. TK Santa Maria, Jl. Merdeka No. 47, Dolok Sanggul
    10. SLB - C Santa Lusia, Jl. Sindoro No. 4, Medan
    11. SLB - C Santa Lusia, Jl. Parapat KM. 5, Pematang Siantar
    12. SD Santa Lusia, Jl. Sisinganmangaraja No. 258, Siborongborong
    13. SD Santa Lusia, Jl. Medan Batangkuis KM. 12 No. 123, Batangkuis
    14. SD Santa Maria, Jl. Merdeka No. 47, Dolok Sanggul
    15. SD Santa Lusia, Jl. Nagori Tanjung Pasir, Tanah Jawa, Simalungun
    16. SMP Santa Lusia, Jl. Medan Batangkuis, KM. 14 No. 123, Batangkuis
    17. SMP Santa Lusia, Jl. Sisingamangaraja No. 258, Siborongborong
    18. SMP Santa Lusia, Jl. Merdeka No. 47, Dolok Sanggul
    19. SMA Santa Lusia Jl. Medan Batangkuis KM. 14 No. 123, Batangkuis
    10.
    Yayasan Seri Amal
     
    Alamat
    :
    Jl. Hayam Wuruk 11, Medan – 20153
     
    Telp.
    :
    061 4533294
     
    Email
    :
    [email protected]
     
    Mengelola:
    1. TK Fajar, Jl. Hayam Wuruk No. 11, Medan
    2. TK Santo Ignasius, Jl. Karya Wisata No. 6, Medan
    3. TK Santa Maria, Jl. Klasen No. 1, Sidikalang
    4. TK (PAUD) Santo Yosef, Besitang, Jl. Medan – Banda Aceh, Langkat
    5. SD Santo Antonius I, Jl. Sriwijaya No. 7, Medan
    6. SD Santo Antonius II, Jl. Sriwijaya No. 7, Medan
    7. SD Santo Ignasius, Jl. Karya Wisata No. 6, Medan
    8. SD Santo Yosef, Jl. Dairi No. 18, Sidikalang
    9. SD Santo Pius, Jl. Lumban Rau, Parsoburan, Toba
    10. SD Santo Yosef Besitang, Jl. Medan - B. Aceh, Langkat
    11. SMP Putri Cahaya, Jl. Hayam Wuruk No. 11, Medan
    12. SMP Santo Ignasius, Jl. Karya Wisata No. 6, Gedung Johor, Medan
    13. SMP Kartini, Jl. Lumban Rau, Parsoburan, Toba Samosir
    14. SMP Santo Paulus, Jl. Merga Silima No. 18, Sidikalang
    15. SMA Cahaya, Jl. Hayam Wuruk No. 11,  Medan
    16. SMA Santo Ignasius, Jl. Karya Wisata No. 6, Gedung Johor, Medan
    17. SMA Santo Petrus Jl. Parongil No. 97, Sidikalang
    11.
    Yayasan Setia
     
    Alamat
    :
    Jl. Bunga Terompet No. 30, Selayang II. Padang Bulan, Medan – 20131
     
    Telp.
    :
    061 42081468
     
    Email
    :
    [email protected]
     
    Ketua
    :
    Sr. Imelda Tampubolon SFD
     
    Mengelola:
    1. TK Tunas Harapan, Jl. Sutomo No. 14, Saribudolog
    2. TK Santo Fransiskus Assisi, Jl. Sutomo No. 57, Haranggaol
    3. TK Santo Fransiskus, Janji Matogu, Percut, Medan
    4. TK Santa Theresia, Jl. Ikan Tenggiri No. 21, Binjai
    5. TK Santo Xaverius, Jl. Letnan Rata Peranginangin No. 11, Kabanjahe
    6. TK Santo Yosef, Jl. Palang Merah No. 15, Medan
    7. TK Santo Yosef, Jl. Raekoetta S. Brahmana KM. 2,5, Tiga Binanga
    8. TK Budi Dharma, Takengon
    9. TK Laudato Si School, Jl. Lori Namo Simpur, Pancur Batu
    10. SD Laudato Si School, Jl. Lori Namo Simpur, Pancur Batu
    11. SD Santo Fransiskus Assisi, Jl. Ikan Tenggiri No. 21, Binjai
    12. SD Santo Yoseph, Jl. Letnan Rata Peranginangin No. 11, Kabanjahe
    13. SD Santo Yoseph, Jl. Raekoetta S. Brahmana KM.2,5, Tiga Binanga
    14. SD Budi Dharma, Takengon
    15. SLB - C Karya Tulus, Jl. Namo Pecawir, Tuntungan II, Medan
    16. SMP Santa Maria, Jl. Palang Merah No.15, Medan
    17. SMP Santa Maria, Jl . Berastagi Gang Garuda No. 100, Kabanjahe - 22111
    18. SMP Budi Dharma, Takengon
    19. SMP Assisi, Jl. Rakoetta S. Brahmana, Tiga Binanga
    20. SMA Santa Maria, Jl. Palang Merah No.15, Medan
    21. SMA Santa Maria, Jl . Berastagi Gang Garuda No. 100, Kabanjahe - 22111
    12.
    Yayasan Widya Praliska
     
    Alamat
    :
    Jl. Bunga Terompet No 118, Kel. Sempakata, Kec. Simpang Selayang
     
     
     
    Pasar VIII Padang Bulan, Medan – 20131
     
    Telp.
    :
    061 8214020/0821 6240 6949
     
    Email
    :
    [email protected]
     
    Ketua
    :
    Drs. Sari Monang Sihombing, MBA
     
    Mengelola:
    1. TK Santo Fransiskus Assisi, Delitua
    2. TK Santo Fransiskus Assisi, Lawe Desky
    3. STIKes Santa Elisabeth Medan
    13.
    YPK Santo Alberto KAM
     
    Alamat
    :
    Jl. Matahari Raya No. 84-A, Medan Helvetia – 20124
     
    Telp.
    :
    061 8450764
     
    Ketua
    :
    Bp. Martinus Tjipto, SH
     
    Mengelola:
    1. Lembaga Pelatihan Kerja
    14.
    Yayasan Hermanas Carmelitas
     
    Alamat
    :
    Jl. Sisingamangarja Atas No. 37, Sumbul – 22281
     
    Mengelola:
    1. TK St. Anna, Sumbul
    2. SDK Maria Bunda Karmel, Sumbul
     
     
    15.
    Yayasan Karya Murni
     
    Alamat
    :
    Jl. Karya Wisata Np. 6, Medan Johor
     
    Telp.
    :
    061 7863987
     
    Email
    :
    [email protected]
     
    Mengelola:
    1. SLB - A (Tunanetra) tingkat TK - SMP, Jl. Karya Wisata No. 6, Medan
    2. SLB - B (Tunarungu) tingkat TK - SMP, Jl. Haji Muhammad Joni No. 66A, Medan
    3. Unit Pelatihan untuk anak SLB (Perlilinan, Konveksi, Pertukangan, Salon, Massage)
     
    16.
    Yayasan Santo Thomas
     
    Alamat
    :
    Jl. Setia Budi No. 479-F, Tanjung Sari, Medan
     
    Telp.
    :
    061 8210161
     
    Fax
    :
    061 8213269
     
    Email
    :
    Bp. Anton S. Tampubolon, SH
     
    Mengelola:
    1. Universitas Katolik Santo Thomas, Jl. Setia Budi No. 479-F, Medan
     
    17.
    Yayasan Suster Fransiskanes Misionaris Dari Assisi (SFMA)
     
    Alamat
    :
    Jl. Bunga Rampai II, Simlaingkar B, Medan Tuntungan – 20135
     
    Telp.
    :
    0821 6218 0057
     
    Email
    :
    [email protected]
     
    Mengelola:
    1. TK. Sanata Clara, Jl. Bunga Rampai II, Simalingkar B, Medan - 20135
     
    18.
    Yayasan Santa Maria Berbelaskasih Sibolga (SCMM)
     
    Alamat
    :
    Jl. Brigjen Katamso 12, Kel. Kota Beringin, Kec. Sibolga Kota – 22521
     
    Telp.
    :
    063 24640
     
    Email
    :
    [email protected]
     
    Mengelola:
    1. TK  Santa Maria, Jl. D.I. Panjaitan 39, Tarutung – 22411
    2. TK Budi Dharma, Lhokseumawe
    19.
    Yayasan Don Bosco Manado
     
    Alamat
    :
    Jl. Pastor Sybrandus Van Rossum, Kel. Sangkar Nihuta,
    Kec. Balige, Kab. Toba 22312, Sumatera Utara
     
    Telp.
    :
    0822 1012 1922
     
    Ketua
    :
    Fr. Martinus Lumbanraja, CMM
     
    Mengelola:
    1. SMP Swasta Budhi Dharma Balige, Jl. Pastor Sybrandus Van Rossum, Balige
    2. SMA Swasta Bintang Timur 1 Balige, Jl. Pastor Sybrandus Van Rossum, Balige

     

    Paroki Lubuk Pakam

    Pelindung

    :

    Gembala Yang Baik

    Buku Paroki

    :

    Sejak tahun 1966. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Katedral Medan

    Alamat

    :

    Jl. Siantar No. 111, Lubuk Pakam – 20517

    Telp.

    :

    0821 6216 3900

    Email

    :

    [email protected]

    Jumlah Umat

    :

    1.775 KK / 6.566 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)

    Jumlah Stasi

    :

    19

    1. Ara Payung St. Yohannes Pembaptis
    2. Bah Balua Sta. Maria Bunda Allah
    3. Bah Perak St. Yosep 
    4. Bah Sidua-dua St. Paulus
    5. Bangun Purba St. Antonius
    6. Cinta Air St. Yosep
    7. Galang St. Antonius
    8. Gema Kasih Sta. Elisabeth
    9. Juhar Baru Sta. Theresia
    10. Kotarih St. Yosep
    11. Kuala Lama St. Petrus
    12. Pagar Jati St. Yosep
    13. Pamah Pematang Sta. Maria
    14. Parlobaran St. Leo Agung
    15. Perbaungan St. Martinus
    16. Petapahan St. Laurensius
    17. Pulokali St. Yosep
    18. Ramunia St. Yosep
    19. Sibaganding St. Thomas

     RD. Sudi Monang Sinaga

    14.07.’84

    Parochus

     RD. Rafael Henra Wibowo Sirait

    18.11.'91

    Vikaris Parokial 

    Jadwal Misa

    Harian : 06.00 WIB (Senin - Jumat)
    Jumat Pertama : 18.00 WIB
    Sabtu : 19.00 WIB
    Minggu : 08.00 WIB

    Sejarah Paroki Gembala yang Baik Lubuk Pakam

    Pengantar
    Tonggak sejarah Paroki Gembala Yang Baik Lubuk Pakam tidak dapat dipisahkan dari perjalanan Keuskupan Agung Medan. Kesatuan antara Paroki dan Keuskupan merupakan suatu simbol yang tidak bisa dilupakan, sebab yang mendirikan Paroki ialah Uskup. Oleh karena itu, kehadiran pelayanan Uskup sebagai gembala utama ditampakkan dalam diri para gembala di setiap paroki melalui karya pelayanan: panca tugas Gereja.
    Dengan alasan tersebut, kami tim penyusun Buku Kenangan ini akan mengisahkan sekilas torehan kisah perjalanan para misionaris pendahulu di Sumatera-Keuskupan Agung Medan ini. Kemudian, kita akan melihat kisah perjalanan Paroki Gembala Yang Baik Lubuk Pakam bersama dengan kisah perkembangan stasi-stasi yang tergabung dalam batas-batas wilayah reksa pastoral Paroki Gembala Yang Baik Lubuk Pakam.

    Agama katolik diyakini sudah masuk ke indonesia sekitar abad ke-7. Keyakinan itu berasal dari para ahli sejarah tertulis dari daerah arab yang memastikan bahwa tahun 645 Masehi sudah ada gereja katolik di dekat barus, Tapanuli Tengah dengan nama Gereja Perawan Suci. Namun sayang riwayat Agama Katolik yang terdapat di tempat itu tidak berlanjut dan hilang tak berbekas. Jejaknya pun tidak dapat ditelusuri selain dari naskah kuno tulisan orang Arab seperti disebut diatas. Oleh karena itu disepakati secara historis bahwa awal masuknya agama katolik ke Indonesia ketika Fransiskus Xaverius singgah di Maluku dalam perjalanan ke Tiongkok. Sejak itulah sejarah agama katolik di indonesia berlanjut dan berkembang sampai kini.

    Penyebaran ajaran iman Katolik di tanah Sumatera sangat terbantu oleh kebijakan pemerintah Hindia dan Belanda. Pada permulaan abad ke-19, Pemerintah Belanda yang menguasai Kepulauan Nusantara memberi izin kepada para misionaris Katolik memasuki wilayah Nusantara. Akan tetapi, misionaris yang boleh masuk adalah mereka yang berkebangsaan Belanda. Persyaratan lain yang diatur ialah bahwa misi Katolik tidak boleh dilaksanakan di daerah-daerah yang sudah dimasuki oleh zending Protestan.

    Dengan semakin terbukanya peluang bagi para misionaris itu, para imam Eropa tiba pertama kali di daerah Sumatera pada tahun 1830. Bertolak dari Padang, mereka mewartakan Injil ke Nias. Beberapa misionaris awal yang tercatat ialah Pastor Bernard (meninggal tahun 1832) dan Pastor Vallon (meninggal tahun 1832). Keduanya berkebangsaan Perancis dan makamnya masih ada sampai sekarang di Gunung Sitoli Nias. Perkembangan itu semakin subur dengan adanya pengembangan usaha perkebunan tembakau di daerah Pantai Timur Sumatera di daerah Deli Serdang.

    Seiring dengan pengembangan usaha perkebunan tembakau di Pantai Timur Sumatera, peluang pewartaan Kabar Gembira pun semakin terbuka. Di daerah Deli Serdang (Kesultanan Serdang yang meliputi Batang Kuis, Kuala Namu, dan Pagar Merbau), perkebunan tembakau dibuka sangat luas; sementara perkembangan perkebunan kopi difokuskan di daerah Tanah Abang, Ramunia dan Serdang. Kemudian, perkebunan karet dan kelapa sawit menyusul. Para pengusaha perkebunan tersebut semua berkebangsaan Eropa dan diantaranya ada yang beragama Katolik. Pada tahun 1865, Pator De Vries didatangkan guna menjamin pelayanan pastoral bagi umat Katolik yang terpencar di wilayah perkebunan, instansi sipil dan militer Pemerintah Belanda. Patut dicatat bahwa ternyata pada tahun 1878, seorang imam Jesuit, yakni Pastor C. Wenneker SJ, telah menguasai kultur Batak dan melayani orang Katolik yang tinggal di daerah Batak, namun pada tahun 1884 beliau di tarik kembali ke Batavia. Pada tahun 1878, sebuah paroki telah berdiri di Medan.

    Para tenaga ahli pengelola perkebunan yang dibangun di daerah Deli Serdang adalah warga Eropa, yang sebagian dari mereka sudah memeluk agama katolik sebelum dikirimkan ke Sumatera. Demi terjamin kehidupan rohani mereka, sebuah kapel sebagai tempat ibadah didirikan di perkebunan yang dikelola oleh Keluarga De Guigne. Pada waktu itu, jumlah umat Katolik berjumlah 30-an KK. Untuk melayani orang Katolik di wilayah kesultanan Serdang ini, secara periodik masih mengundang dari Bangka.

    Sampai akhir abad ke-19, Gereja Katolik di Nusantara masih ditangani oleh satu-satunya Vikariat Apostolik yang terdapat di Batavia. Baru pada awal abad ke-20 beberapa Prefektur Apostolik dibentuk, salah satunya di Sumatera pada tahun 1912. Prefek Apostolik Sumatera yang pertama ialah Mgr.Liberatus Cluts,OFM Cap yang berkedudukan di Padang. Beliau kemudian digantikan oleh Mgr.Mathias Brans,OFM Cap. Program pertama Mgr. Mathias Brans adalah pewartaan Kabar Gembira bagi penduduk pribumi, tidak terfokus bagi warga Eropa lagi. Seiring dengan perkembangan umat yang cukup pesat di Sumatera bagian Utara, maka pada tahun 1941 Vikariat Apostolik Padang dipindahkan ke Sumatera Utara dengan nama Vikariat Apostolik Medan.

    Pada masa penjajahan Jepang, para misionaris ke kamp-kamp konsentrasi. Meskipun demikian, iman kekatolikan tidak mati terpenjara bersama dengan para misionaris itu, karena memang para misionaris telah mempersiapkan para katekis awam yang tanggung. Pada masa-masa sulit itu, para katekis dan pemimpin awam sangat berperan menjaga dan melanjutkan perkembangan kekatolikan bahkan hingga masa kemerdekaan, dimana pemberontakan-pemberontakan berkecamuk hingga tahun 1950. Dengan demikian, iman dan Agama Katolik tetap bertumbuh. Berkecambah dan berbuah. Paroki-paroki pun akhirnya berdiri sejak tahun 1950-an hingga sekarang.

    Pada tahun 1952, sesudah kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah Lubuk Pakam telah didatangi oleh orang-orang Batak yang sudah beriman dan beragama Katolik dengan bekal iman yang sudah mereka terima dan hidupi dari tempat asal mereka (Samosir). Mereka umumnya berprofesi sebagai pedagang (penggalas) atau pembuka lahan pertanian (panombak) di daerah pinggiran Lubuk Pakam. Sebagai orang beriman Katolik, mereka saling merindukan untuk mengadakan ibadat bersama secara teratur. Untuk itulah, beberapa keluarga patut disebut sebagai pemrakarsa persekutuan tersebut yakni: keluarga Japaet Sinaga, Bapak Josep Sitanggang, Bapak Daud Hutabalian, Bapak Gidion Barimbing, Bapak S.W Simbolon serta Bapak J.D Saragih. Mereka membentuk komunitas umat beriman. Mereka (sekitar 15 KK) sering memanggil Pastor Van Duynhoven OFM Cap dari Paroki Saribudolok. Mereka beribadat secara teratur di rumah Bapak S.W. Simbolon di Jl Medan (sekarang di depan showroom sepeda motor honda “Rotella”).

    Melihat antusiasme umat yang berhimpun, para gembala pun semakin bersemangat untuk mengunjungi dan melayani mereka. Sampai tahun 1955, Opung dolok (sebutan akrab bagi Pastor Elpidius Van Duynhoven) tidak hanya melayani di Lubuk Pakam tetapi juga sampai ke daerah Ramunia. Beliau mengadakan perjalanannya pastoralnya ke sekitar Lubuk Pakam melalui jalan-jalan hutan/perkebunan via Gunung Meriah sungguh perjuangan pelayanan yang penuh tantangan untuk menjumpai dan melayani komunitas-komunitas umat katolik yang tersebar di sekitar Lubuk Pakam.

    Sejak tahun 1955, karena alasan geografis lebih dekat ke Medan, pelayanan umat di sekitar Lubuk Pakam bukan lagi dari Saribudolok melainkan dari Medan. Pastor Diego van Biggelar, OFMCap (yang akrab disebut opung Bornok) melanjutkan karya pelayanan itu. Pastor opung Bornok ditugaskan ke Lubuk Pakam dari Medan (Jl Pemuda-Katedral Medan). Ia sangat terkenal dengan kesederhanaan dan keramahannya untuk menyapa umat. Beliau sangat prihatin melihat kondisi rumah ibadat di Lubuk Pakam. Karena itu, beliau bermusyawarah dengan umat dan mohon restu dari Uskup Medan Mgr. Dr. Ferrius van den Hurk untuk mengusahakan dan mendirikan gedung gereja yang baru. Mendapat restu dari Uskup, pastor bersama umat Lubuk Pakam mencari lokasi yang memadai untuk gereja. Mereka menemukan lokasi strategis di Jl. Pematang Siantar (lokasi sekarang) pada tahun 1957.

    Proses pembangunan gereja pun dimulai, pertama-tama dikordinir oleh Bapak C.H Lumbansiantar, dilanjutkan Bapak Daniel Tadjuddin Turnip (Oppung Dorris). Menurut beberapa narasumber yang diwawancarai oleh tim penyusun buku kenangan ini, ibu-ibu dan anak-anak turut serta dalam proses pengadaan bahan bangunan: ada yang mencari kayu, bambu, dan ada juga yang mengambil pasir dari sungai ular (sekitar 5km dari lokasi). Dengan semangat gotong royong itu, proses pembangunan gereja terlaksana terus-menerus secara bertahap.

    Pastor Oppung Bornok juga memperhatikan peningkatan taraf pengetahuan umat dan masyarakat di sekitar Lubuk Pakam. Dengan berbagai upaya, beliau pun berhasil menghimpun tenaga dan dukungan untuk mendirikan bangunan Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1958. Setelah berdiri sekolah, pengelolaannya pun diserahkan kepada Bapak K.E. Sinaga (sekaligus kepala sekolah pertama), Bapak Japaet Sinaga dan Bapak Monang Parhusip. Proses pengajaran dan pendidikan berlangsung dengan menggunakan gedung sekolah darurat dan gereja, pastor pun ikut terlibat langsung dalam proses pengajaran di sekolah itu.

    Pengembangan pelayanan Pastor Oppung Bornok dilanjutkan oleh Pastor Harie Pennock, OFMCap (tahun 1965). Pastor Pennock sudah menginap sesekali di gereja serentak sudah mulai membangun pastoran dan menyelesaikan pembangunan gereja stasi Lubuk Pakam. Beliau pula telah menggagas nama pelindung gereja baru ini: Gembala Yang Baik. Dengan terselesaikannya bangunan gereja Stasi Lubuk Pakam dan rumah pastor, maka Mgr. Dr. Ferrius van den Hurk meresmikan pastoran dan gereja tersebut pada tahun 1965. Berdasarkan Liber Baptozorum (Buku Baptis), sudah ada pembaptisan di Lubuk Pakam sebanyak 13 orang oleh Pastor Pennock, tepatnya pada 10 Oktober 1965. Oleh karena itu, seluruh pencatatan administratif sudah dimulai sejak Oktober 1965 secara tersendiri di Lubuk Pakam. Dengan alasan ini, sebenarnya Paroki Gembala Yang Baik Lubuk Pakam telah berdiri pada tahun 1965. Akan tetapi, berdasarkan Surat Ketetapan/Surat Keterangan Uskup Agung Medan, Paroki Gembala Yang Baik Lubuk Pakam didirikan pada tahun 1966.

    Pada tahun 1966, saat didirikan sebagai paroki, Paroki Gembala Yang Baik Lubuk Pakam terdiri dari 7 stasi yang sudah ada pada saat itu, yakni Lubuk Pakam sendiri sebagai stasi induk (1952), Stasi Ramunia (1953), Stasi Serdang (1953), Stasi Pagar Jati (1958), Stasi Petapahan (1961), Stasi Galang (1961) dan Stasi Bangun Purba (1965). Pada tahun itu juga bertambah 2 stasi baru, yakni Stasi Juhar Baru (1966), dan Stasi Kotarih (1966), sehingga pada Bulan Desember 1966 jumlah stasi Paroki Gembala Yang Baik Lubuk Pakam menjadi 9 stasi.

    Empat tahun kemudian yakni pada awal tahun 70-an, bertambah dua stasi lagi yakni Stasi Bah Perak (1967) yang dimekarkan dari Bangun Purba dan Stasi Pulokali (1969) yang dimekarkan dari Galang sehingga jumlahnya menjadi 11 stasi.

    Antara tahun 1970-1980 jumlah stasi berkurang 2 tetapi bertambah. Berkurang dua yakni pada tahun 1971 reksa pastoral Stasi Bangun Purba dan Stasi Bah Perak diserahkan ke paroki Delitua, bertambah 2 yakni dibukanya Stasi Kuala Lama (1975) dan Stasi Perbaungan (1977). Maka, pada awal tahun 1980-an jumlah stasi Paroki Gembala Yang Baik Lubuk Pakam tetap berjumlah 11 stasi.

    Pada kurun waktu antara tahun 1980-1990 bertambah lagi 7 stasi. Pada tahun 1981 Stasi Bangun Purba dan Stasi Bah Perak, yang sebelumnya pelayanannya diserahkan ke Paroki Delitua, dikembalikan kepada reksa pastoral Paroki Lubuk Pakam. Pada tahun itu juga, Stasi Bah Balua yang sebelumnya dibuka oleh P. Antonio Murru pada tahun 1975 tetapi sempat vakum selama 5 tahun dari tahun 1977-1981 dibuka kembali oleh Pastor Yan van Maurik, OFM Cap dan menjadi salah satu stasi dari Lubuk Pakam. Juga pada tahun 1981, Pastor Yan van Maurik OFM Cap meresmikan berdirinya Stasi ST. Yohannes Pembaptis Arapayung, pemekaran dari Stasi Kuala Lama. Setahun kemudian pada tahun 1982, Stasi Pamah Pematang, yang berdiri pada tahun 1974 sebagai bagian dari Paroki Delitua, diserahkan pengembalaannya ke Paroki Lubuk Pakam. Pada tahun 1982 juga dibuka stasi baru di Batang Kuis. Dan pada tahun 1986, dibuka Stasi Cinta Air yang dimekarkan dari Arapayung. Maka pada awal tahun 1990-an, jumlah stasi di Paroki Lubuk Pakam menjadi 18 stasi.

    Limabelas tahun kemudian dibuka 3 stasi lagi, yakni Stasi Saur Matio (1992), Stasi Parlobaran (2000) dan Stasi Gema Kasih (2003). Tetapi sebelumnya Stasi St. Paulus Bah Siduadua yang sebelumnya merupakan stasi dari paroki St. Yoseph Tebing Tinggi, masuk ke paroki Lubuk Pakam karena alasan letak geografis. Maka, sampai tahun 2005, jumlah stasi Paroki Lubuk Pakam menjadi 22.

    Pada tahun 2012, ketika Keuskupan Agung Medan membuka paroki baru di dekat Bandara Kuala Namu dengan pusatnya di Batangkuis, maka Paroki Gembala Yang Baik Lubuk Pakam menyerahkan reksa pastoral 3 stasi ke paroki baru itu, yakni Stasi Batangkuis sendiri, Stasi Serdang, dan Stasi Saur Matio. Maka, pada tahun 2016 ini, ketika Paroki Gembala Yang Baik Lubuk Pakam merayakan pesta emasnya, jumlah stasinya adalah sebanyak 19 stasi.

    Pelayanan pastoral di paroki ini akan dipaparkan dengan mengikuti panca tugas Gereja: Liturgy, Kerygma, koinonia, Diakonia dan Martirnya.

    A. Bidang Liturgya
    Pelayanan sakramen dan sakramentali di usahakan terlaksana secara intens. Pelayanan ekaristi pada hari minggu selalu diusahakan dua stasi oleh imam, bahkan pernah tiga stasi. Usaha ini tempuh dengan maksud supaya umat bisa merayakan ekaristi sesering mungkin. Selain itu, pelayanan ekaristi pun sedapat mungkin di usahakan dirayakan di lingkungan-lingkungan. Permintaan pelayanan sakramen pengurapan orang sakit sudah semakin meningkat dan pastor selalu siap sedia untuk pelayanan ini baik kerumah sakit maupun ke rumah umat. Pelayanan sakramen babtis dilaksanakan tergantung permintaan umat stasi melalui dewan pastoral stasi. Pelayanan sakramen pengakuan dosa secara tetap telah di sediakan pada masa prapaska bersamaan dengan pemercikan rumah umat, meskipun dari segi kuantitas peniten masih jauh dari yang di harapkan. Sedangkan perayaan sakramentalia untuk pemberkatan kendaraan, rumah (termasuk peletakan batu pertama, dll.) dilaksanakan sesuai dengan permintaan umat. Akan tetapi, upacara pemberkatan benih tanaman (padi,dll.) terkesan mulai berkurang. Secara khusus, upacara pemercikan/pemberkatan umat dan rumah telah di laksanakan secara rutin setiap masa pra-paska; di sini terkadang dijumpai bahwa umat menyisipkan permintaannya kepada imam untuk mendoakan/memberkati benih padi.

    Konsili vatikan II mengamanatkan supaya dalam pembaharuan dan pengembangan liturgi suci diperhatikan keikut-sertaan segenap umat secara penuh dan aktif. Paroki Gembala Yang Baik pun telah memperhatikan supaya umat sungguh berperan aktif, partisipatif, sadar dan penuh dalam segala aktivitas liturgi gereja.

    Untuk mencapai hal itu, paroki telah menempuh cara pembekalan dan pelatihan liturgis dengan bantuan komisi liturgi KAM. Melalui seleksi liturgi paroki, paroki pun telah turut menyebar luaskan pemahaman dan pelatihan tersebut ke setiap stasi se-paroki GYB – Lubukpakam. Berdasarkan hal itu, perayaan liturgi di setiap stasi dan lingkungan telah di usahakan sesuai dengan petunjuk-petunjuk liturgis gereja. Petugas ibadat dan perayaan liturgis gereja pun telah melibatkan peran aktif umat; bertugas dalam perayaan ekaristi dan para dewan pastoral stasi/lingkungan telah bertugas sebagai pemimpin ibadat sabda hari minggu dan doa lingkungaan serta ibadat-ibadat lainnya.

    B. Bidang Kerygma
    Pelayanan gereja di bidang kerygma ditempuh oleh paroki ini dengan menata berbagai bidang katekese: persiapan babtis (katekumen), komuni pertama, krisma dan perkawinan. Katekese persiapan penerimaan sakramen baptis, komuni pertama dan krisma dilaksanakan oleh para pengurus gereja (seksi katekese paroki dan stasi) bekerja sama dengan para gembala dan dilaksanakan di stasi masing-masing. Dalam persiapan perkawinan, paroki telah membentuk tim pembina dengan beranggotakan berbagi unsur profesi bersama dengan pastor/frater yang bertugas di paroki ini. Pelaksanaan kursus persiapan perkawinan ini dilaksanakan pada hari saptu minggu ke-2 setiap bulan.

    C. Bidang Koinonia
    Persekutuan gerejani di paroki ini secara konkret, dapat dialami dalam bentuk kebersamaan dalam perayaan ekaristi dan ibadat sabda hari minggu serta doa-doa lingkungan. Selain itu, kegiatan sermon-sermon sekali sebulan, rekoleksi lingkungan/stasi dan rekoleksi pengurus pun menjadi sarana perwujudan persekutuan umat di paroki ini.

    D. Bidang Diakonia
    (Todo Agustinus Pasaribu, Ketua Yayasan Caritas PSE dan Seksi PSE Paroki)

    KARYA-KARYA PELAYANAN SOSIAL EKONOMI DI PAROKI GEMBALA YANG BAIK LUBUKPAKAM
    Dalam perayaan Yubileum 50 tahun paroki dan pendedikasian gereja paroki sekilas hendak kita melihat kebelakang karya-karya sosial ekonomi yang berlangsung dari masa ke masa yang dialami dan dirasakan oleh umat. Pesta syukur dan rahmat ini hendaknya membawa kita juga melihat tugas diakonia gereja khususnya di Paroki Lubuk Pakam.

    Sejak tahun 1975, umat paroki gembala yang baik lubukpakam telah menikmati karya-karya baik pelayanan sosial ekonomi. Karya pelayanan tersebut di gagasi oleh pastor Fidelis Sihotang OFMCap. Yang pada saat itu menjadi pastor paroki dan pada tahun 1976 diangkat oleh bapa Uskup Agung Medan Mgr. Pius Datubara sebagai Delegasus Sosial (Delsos) untuk karya gereja di bidang sosial ekonomi sekaligus ketua Yayasan Karya Bhakti (Yayasan yang dalam anggaran dasarnya ditujukan untuk bekerja pada bidang kemanusiaan).

    Karya-karya pelayanan sosial ekonomi saat itu amat di rasakan dan berguna bagi perkembangan hidup umat antara lain pendistribusian dan pengembangan bibit padi jenis IR, jenis baru hasil penelitian yang menghasilkan produksi tinggi. Dalam rangka kebutuhan pembangunan dikembangkan pula kilang batu yang banyak menerima pekerja khususnya orang muda perantau sekaligus pelatihan untuk membuat batu bata yang baik. Dibuat pula usaha perbengkelan untuk menyelengarakan pelatihan keterampilan bagi anak yang putus sekolah dan perantau. Untuk keterampilan wanita kursus-kursus menjahit, menyulam, tata boga dan bordir serta pusdiklat bagi pelatihan komputer. Pengembangan bidang pertanian dan perternakan juga diselenggarakan. Banyak tanah dibeli yang ditunjukkan untuk demonstrasi plot sebagai tempat belajar pertanian di lubuk pakam. Di samping umat paroki lubukpakam, umat dari paroki-paroki lain juga dapat menikmati karya-karya sosial ekonomi. Hingga saat ini di paroki lubukpakam masih terdapat aula yang disebut aula pengembangan sosial ekonomi (PSE). Masih terdapat juga beberapa persil tanah yang merupakan peninggalan proyek sosial ekonomi di sekitar paroki. Paroki lubukpakam juga pernah mendapatkan dana panitia krisis dari keuskupan untuk pengembangan sosial ekonomi umat saat indonesia dilanda krisis ekonomi.

    Karya pelayanan sosial ekonomi yang tidak kalah pentingnya adalah keuangan mikro yang di Paroki Gembala Yang Baik bernama Bina Mitra Sejahtera (BMS). BMS merupakan lembaga simpan pinjam bertujuan untuk memperkuat permodalan usaha ekonomi umat. Cukup lama bertahan namun akhirnya juga ditutup.

    Sejak tahun 2001 fokus kegiatan pelayanan sosial ekonomi berpusat pada pelayanan karitatif. Membantu umat yang sakit dan menderita serta terdampak bencana alam maupun akibat perbuatan manusia, termasuk musibah kebakaran. Kegairahan pelayanan sosial ekonomi umat paroki kembali muncul sejak 2013. Dimulai lagi dengan membentuk komunitas-komunitas basis yang bertujuan untuk peningkatan ekonomi rumah tangga. Gerakan awal muncul di stasi arahpayung dan kuala lama, dengan perternakan bebek, babi dan kambing. Kini kegiatan tersebut semakin meluas dengan cara penerusan manfaat. Dikembangkan pula perternakan babi dengan sistem ramah lingkungan di beberapa stasi. Ada juga pengembangan budidaya ikan lele. Pelatihan untuk usaha jamur pernah diselenggarakan meskipun kurang di minati umat demikian pelatihan pembuatan pupuk alternatif dan obat-obatan alami yang dipergunakan untuk pertanian pengganti bahan kimia. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut paroki mengandalkan dana aksi puasa pembangunan (APP) keuskupan, caritas PSE keuskupan ditambah dana APP yang tinggal di paroki. Kegiatan tersebut masih menyentuh beberapa stasi belum meluas menjadi gerakan seluruh paroki akibat keterbatasan yang dimiliki.

    Sermon bolon paroki pada awal tahun 2016 semakin meneguhkan semangat ber-PSE di paroki gembala yang baik. Karya PSE diharapkan melibatkan kaum muda dan juga memberi hati terhadap lingkungan hidup. Pengalokasian dana APP juga semakin di perluas untuk guru agama honorer di paroki dan gerakan kaum muda serta tidak lupa mendorong upaya agar anak-anak paroki masuk seminari.

    E. Bidang Martirya
    Gereja, umat allah, dipanggil untuk memberikan kesaksian hidup di tengah masyarakat dan dunia. Sebagai gereja, umat paroki GBY – Lubukpakam secara induvidu tentulah sudah berupaya memperlihatkan kualitas imannya di tempat kerja maupun di sekitar rumah masing-masing. Namun, dalam bentuk komunal paguyuban tertentu (seperti FMKI, Pemuda katolik, WKRI,dll) paroki ini masih harus berjuang lebih giat lagi untuk menjadi promotor kerasulan awam sebagai bentuk kesaksian gereja di tengah masyarakat luas.

    1.Karya-Karya Milik Keuskupan Agung Medan

    a. Sekolah Milik Keuskupan: SD, SMP, dan SMA Serdang Murni Lubuk Pakam dan SD St. Paulus – Ramunia
    Sebelum lubukpakam dinyatakan sebagai paroki GYB, sekolah katolik sudah berdiri tahun 1957. Saat itu, RP. Diego van de biggelar OFM.Cap bersama bapak Djapogu Sinaga dan bapak K.E. Sinaga mendirikan sekolah rakyat (sekarang SD) katolik; awalnya (3) lokal (di lokasi gereja petapahan) dengan jumlah murid 60 orang dan dipindahkan ke Jl. Siantar tahun 1960 (lokasi gereja sekarang). Kepala sekolah SR. RK pertama diemban oleh bapak C.M. Lumban Raja, bapak J.D. Saragih dan bapak Cyrus Hutabarat. Kita juga patut berterimakasih kepada bapak Djudin Saragih, bapak Djapaet Sinaga, bapak H.M. Parhusip, bapak W. Simbolon dan bapak DJ. Simbolon yang turut berjasa mengembangkan gereja dan pendidikan di paroki GYB Lubuk Pakam. Di sini kita patut mengingat nama-nama tenaga pengajar pertama SD; Djapogu Sinaga, Kasiman Edward Sinaga, H. Monang Parhusip, Goliat Sinaga dan Pingkel Sinaga. Nama-nama kepala sekolah SD; Djapogu sinaga, Kasiman Edward Sinaga, C,M. Lumban raja, T.R. Peranginangin, T. Manurung, F.X. Suharsono, R.C. Ginting , A. Hutasoit, BA, dan Sarmauli Siallagan, S.Pd.

    Tahun 1962 RP. Diego van de Biggelar OFMCap bersama umat katolik di paroki GYB serta Bpk. J. D. Saragih dan S.W. Simbolon memprakarsai berdirinya sekolah menengah pertama (SMP) RK Serdang Murni berdampingan dengan SD RK. Para kepala sekolah SMP : Djamura Saragih, Sr. ZTP. Sihombing, B.A., Drs. Masner Simarmata, Drs. Bangun Silalahi dan Drs. Peri Nainggolan, M.Pd.

    SMA RK Serdang Murni berdiri tahun 1977 dikelola oleh paroki Gembala Yang Baik. Pendirian sekolah ini awalnya pengalihan sekolah swasta SMA karya yang menumpang di gedung SMA Negri 1 Lubuk Pakam. Karna tidak memungkinkan lagi menggunakan fasilitas sekolah Negeri, maka Bpk. Djamurah Saragih yang saat itu guru di SMA Negeri 1 dan pengurus sekolah Serdang Murni memindahkan siswa/i SMA Karya menjadi siswa/i SMA RK Serdang Murni Lubuk Pakam, dengan menggunakan gedung SD dan SMP RK Serdang Murni. Mereka belajar pada siang hari setelah SMP dan SD selesai belajar. Tahun 1985 SMA RK memiliki gedung sendiri di komplek yang sekarang. Para kepala sekolah SMA: Ir. Peranginangin, Drs. Djmurah Saragih, Drs. Selamat Meliala, Drs. Jaya Sijabat, Sr. Reynalda Sinaga KYM, Drs. TR. Peranginangin, Drs. Masner Simarmata.

    Pada tahun 1997, SD, SMP, SMA RK Serdang Murni dikelola oleh Yayasan St.Yosep-Medan, kemudian tahun 2014 sampai saat ini dikelola oleh Yayasan Don Bosco – KAM. Gedung SD, SMP, SMA Serdang Murni yang baru (sekarang) diresmikan oleh Uskup Agung Medan MGR. Anicetus B. Sinaga pada 21 Nopember 2014 bersamaan dengan asrama putra.

    Selain pendirian sekolah di Lubuk Pakam, sekolah katolik pun telah berdiri di Ramunia, Kecamatan Beringin. Sekolah ini didirikan pada tahun 1969 di atas tanah yang dijual oleh bapak Ama Sonta Naibaho dengan ukuran 55 x 45 m (2475 m2) seharga 1.700 kg padi kering. Untuk pembayaran biaya tersebut, umat dikenai sumbangan/gugutan 2 kaleng padi per KK. Sekolah ini didirikan atas kesepakatan umat bersama dengan para pengurus gereja mengingat pentingnya pendidikan anak.

    b. Asrama Putra
    Asrama putra telah hadir baru-baru ini tepat berada komplek SD, SMP dan SMA RK Serdang Murni. Asrama ini merupakan milik Keuskupan Agung Medan. Keuskupan Agung Medan melalui Yayasan Don Bosco menyerahkan pengelolaan asrama putra kepada Suster-Suster Kongregasi KYM. Asrama ini didirikan pada 1 juli 2014 dan diresmikan langsung oleh Uskup Agung Medan, MGR. Anicetus B. Sinaga Pada 21 Nopember 2014. Sekarang, anak-anak asrama putra sudah berjumlah 28 orang (5 orang beragama katolik).

    2.Karya Yang Dimiliki oleh Tarekat

    a. Klinik
    Kehadiran gereja di tengah masyarakat Lubuk Pakam pun dirasakan melalui pelayanan di bidang kesehatan. Hal ini sangat di dukung oleh kehadiran klinik katolik (sekarang namanya klinik Pratama Maristella). Dahulu, klinik ini sangat terkenal dengan pelayanan yang cukup memuaskan bagi para pengunjung dan pasien. Sekarang, klinik Pratama Maristella sudah melayani peserta BPJS kesehatan.

    b. Sekolah TK RK Bintang Timur pun sudah hadir di Lubuk Pakam

    c. Asrama Putri
    Asrama putri ini merupakan salah satu karya gerejani yang dimiliki oleh Suster Kongregasi KYM, berada di belakang sekolah TK RK Bintang Timur, satu komplek dengan susteran dan klinik. Sekarang, anak-anak asrama putri berjumlah 10 orang setelah dibuka, meskipun belum didirikan secara resmi oleh Kongregasi. Walaupun demikian, gedung asrama putri sudah digunakan/ditempati sejak akhir tahun 2015.

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Tiga Lingga

    Pelindung
    :
    Santa Maria Bunda Karmel
    Buku Paroki
    :
    Sejak 1967. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Sidikalang dan Parongil.
    Alamat
    :
    Jl. Kota Bunga 16, Tiga Lingga - 22252
    Telp.
    :
    0813 6050 5553
    Email
    :
    [email protected]
    Jumlah Umat
    :
    1.328 KK / 5.039 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)
    Jumlah Stasi
    :
    26
     
    01. Aek Nauli
    04. Gundaling I
    07. Kendet Liang
    10. Lau Kersik
    13. Lau Rambong
    16. Parsaoran
    19. Rindang
    22. Sumbul Karo
    25. Tanah Pinem
    02. Bertungen Julu
    05. Gundaling II
    08. Lau Gambir
    11. Lau Pamulutan
    14. Napambelang
    17. Pertumbungen
    20. Sibenkurung
    23. Sukan Debi
    26. Tanjung Beringin
    03. Bukit Tinggi
    06. Gunung Sitember
    09. Lau Ipuh
    12. Lau Pangkuruken
    15. Pandan II
    18. Rante Besi
    21. Sionom Kodin
    24. Tampok Kite

     
    RP. Yohanes Bello Patty, O.Carm
    Parochus
    RP. Lucianus Meo Wio, O.Carm
    Vikaris Parokial

    Jadwal Misa Gereja Paroki Tiga Lingga

    Harian : 06.00 WIB (Selasa-Sabtu)
    Jumat Pertama : 06.00 WIB
    Minggu : 08.00 WIB
    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Sumbul

    Pelindung
    :
    Beato Dionysius
    Buku Paroki
    :
    Sejak tahun 1967. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Sidikalang dan Parongil.
    Alamat
    :
    Jl. Sisingamangaraja Atas No. 37, Sumbul - 22281
    Telp.
    :
    0627 - 450014
    Email
    :
    [email protected]
    Jumlah Umat
    :
    2.855 KK / 11.108 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)
    Jumlah Stasi
    :
    41
    01. Barisan Nauli
    04. Gunung Selamat
    07. Huta Imbaru
    10. Juma Ramba
    13. Lae Siboban
    16. Langga Suha
    19. Lumban Simbolon
    22. Pangguruan
    25. Parratusan
    28. Ponjian
    31. Siboras Toba
    34. Sipali-pali
    37. Suka Dame
    40. Tumpak Debata

    02. Buluh Ujung
    05. Harungguan
    08. Juma Kancil
    11. Lae Pinagar Atas
    14. Lae Simobi
    17. Linggaraja
    20. Mbinaga
    23. Pardomuan Nauli
    26. Parsaoran
    29. Sibabi Dolok
    32. Sileuleu Atas
    35. Sisolu-solu
    38. Suka Makmur

     
    03. Dolok Tolong
    06. Huta Gorat
    09. Juma Lubang
    12. Lae Pinagar Bawah
    15. Lae Tanggiang
    18. Lumban Sijabat
    21. Pangantaran
    24. Parikki
    27. Pispis
    30. Sibabi Toruan
    33. Sileu-leu PLTA
    36. Suhana
    39. Tiga Baru
     
     
    RP. Bernardus Tamrin Berutu, O.Carm
    13.11.’74
    Parochus
    RP. Yulius Agi Harianto O.Carm
    10.07.’77
    Vikaris Parokial
    RP. Lucianus Meo Wio, O.Carm
    19.06.’85
    Vikaris Parokial
     

    Jadwal Misa

    Harian :

    06.00 WIB (Senin - Kamis, Sabtu)
    18.00 WIB (Jumat)

    Jumat Pertama :

    18.00 WIB

    Hari Minggu :

    08.00 WIB

    Video Profil :
    Lokasi Paroki :

    Paroki Parongil

    Pelindung
    :
    Santo Petrus dan Paulus
    Buku Paroki
    :
    Sejak 1 Mei 1954. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Sidikalang.
    Alamat
    :
    Jl. Sisingamangaraja Atas 62, Kec. Silima Pungga-pungga, Dairi - 22262
    Telp.
    :
    0627 - 340408
    Email
    :
    [email protected]
    Jumlah Umat
    :
    1.109 KK / 4.444 jiwa
    (data Biduk per 05/02/2024)
    Jumlah Stasi
    :
    28
    01. Aek Nauli
    02. Batu Dongkol
    03. Bongkaras
    04. Bukit Baringin
    05. Bulu Duri
    06. Desa Pahlawan
    07. Hutakarangan
    08. Lae Enggan-enggan
    09. Lae Itam
    10. Lae Logan
    11. Lae Luhung
    12. Lae Markelang
    13. Lae Maromas
    14. Lae Pora
    15. Lae Rambong
    16. Lae Sering
    17. Lubuk Raya
    18. Palipi
    19. Pandiangan
    20. Pardamean
    21. Pardomuan II
    22. Paritok-itokan
    23. Sidumpe
    24. Sihorbo
    25. Sinar Pagi
    26. Sopo Butar
    27. Tangga Batu
    28. Tapian Nauli


     
    RD. Julianus Tarigan
    18.10.'96
    Parochus
    RD. Boni Pandapotan Purba
    29.02.'96
    Vikaris Parokial
         

    Jadwal Misa Gereja Paroki Parongil

    Harian : 06.00 WIB (Senin-Jumat)
    Sabtu : 18.30 WIB
    Minggu : 08.00 & 11.00 WIB

    Sejarah Paroki St. Petrus dan Paulus - Parongil

    Awal Misi Katolik di Kabupaten Dairi (1938)

    Paroki St. Petrus dan Paulus Parongil (selanjutnya disebut Paroki Parongil) adalah salah satu dari sekian paroki di Keuskupan Agung Medan yang wilayah pelayanannya terletak di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Di kabupaten ini terdapat lima paroki, yakni Paroki Sidikalang, Paroki Tiga Lingga, Paroki Sumbul, Paroki Salak, dan Paroki Parongil sendiri. Wilayah pelayanan paroki ini berada di bagian Barat dari Kabupaten Dairi yang meliputi seluruh Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kecamatan Siempat Nempu Hilir, dan beberapa desa dari Kecamatan Siempat Nempu dan Kecamatan Lae Parira, serta satu desa dari Kecamatan Tanah Pinem, yakni Desa Sinar Pagi

    Kekristenan khususnya Agama Protestan pertama sekali masuk ke Kabupaten Dairi tanggal 07 September 1905, yakni pada waktu Zending HKBP mengutus Pdt. Samuel Panggabean ke daerah Sumbul. Dari situlah keristenan mulai masuk ke daerah lain di Kabupaten Dairi. Katolik datang kemudian yakni pada tahun 1938 yang diperkenalkan oleh seorang katekis dari Pematangsiantar, yang bernama Johanes Sihombing. Seperti Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus, demikianlah Katekis Yohanes Sihombing, mempersiapkan kedatangan seorang imam Katolik ke Dairi. Tak lama setelah itu datanglah Pastor Cl. Hamers OFMCap ke daerah Dairi tanggal 28 Februari 1938. Kedatangannya mendapat sambutan meriah di Sitinjo Dairi. Kemudian Kota Sidikalang dijadikan sebagai pusat pelayanan pastoralnya untuk seluruh daerah Dairi.

    Misi Katolik di Wilayah Parongil (1939)

    Pada awal Juni tahun 1939, Pastor CL. Hamers mengunjungi daerah Parongil, dan berhenti di Desa Tungtungbatu (1 km dari Parongil) untuk memulai misi kekatolikan ke daerah Barat Kabupaten Dairi. Perjalanan misinya kurang mendapat respon positip dari masyarakat hingga mendapat penolakan oleh masyarakat Tungtungbatu. Dalam perjalanan kembali dari Tungtungbatu menuju ke Sidikalang, tepatnya di Parongil dia berjumpa dengan beberapa keluarga yang adalah pendatang dari Toba. Rupanya sebagian dari mereka sudah mengetahui atau mengenal apa itu Katolik. Mereka menyambut pastor itu di rumah mereka dengan ramah. Karena perjumpaan yang berkesan itu, Pastor Cl. Hamers OFMCap memutuskan untuk tinggal sementara di Parongil dan mendirikan rumah (pastoran) darurat, tepatnya tanggal 10 Juni 1939. Selama tinggal dan beberapa kali kunjungan ke Parongil, pastor ini berhasil membentuk komunitas Katolik (stasi) yang berjumlah 30 kepala keluarga hingga tahun 1942. Sebagian dari keluarga itu adalah pendatang dari Toba yang sudah mengenal dan bahkan sudah dibaptis Katolik. Suatu misi yang mulai berbuah banyak. Namun sayang, karena pastor itu ditangkap pejajah Jepang dan dibawa serta ditahan (internir) di Tarutung pada tahun 1942, komunitas Katolik yang baru terbentuk itu akhirnya hidup tanpa gembala.

    Setelah dibebaskan dari tahanan Jepang pada tahun 1945 dan karena situasi politik tanah air belum menentu, Pastor Cl. Hamers OFMCap masih belum bisa langsung kembali ke Sidikalang. Pada tahun 1950 akhirnya dia kembali ke Sidikalang untuk melanjutkan misi yang telah dirintisnya dulu. Ketika mengunjungi Parongil, dia sungguh senang bahwa komunitas Katolik yang didirikannya itu masih bertahan. Namun rumah atau pastoran darurat yang juga dipakai sebagai gereja untuk beribadat dalam keadaan roboh karena diterpa angin. Tahun 1951 Pastor CL. Hamers OFMCap bersama dengan komunitas Katolik yang ada membangun kembali rumah (pastoran) dan juga gereja yang terpisah dari rumah tersebut. Kedua bangunan itu dibangun secara sederhana atau darurat namun layak untuk tinggal dan beribadat.

    Pendirian Paroki Parongil (1954)

    Untuk semakin mengembangkan misi Katolik di Dairi, tahun 1951 Ordo Saudara Dina Kapusin menambahkan seorang pastor Belanda menemani Pastor Cl. Hamers OFMCap, yakni Pastor A.Kamphof OFMCap. Tahun 1951 misi Katolik mulai berkembang di Kecamatan Siempat Nempu Hilir yang khusus melayani keluarga Katolik pendatang dari Toba dan di tahun itu didirikanlah Stasi Lae Markelang. Inilah stasi kedua yang didirikan di wilayah Barat Dairi setelah Parongil.

    Tahun 1952 Pastor Stephanus Krol OFMCap didatangkan untuk membantu misi Katolik di Dairi. Tak lama kemudian di tahun yang sama berdirilah Stasi Lae Mbereng, Lae Garut (saat ini menjadi Stasi Pardamean), Bulu Duri dan Napabelang. Setahun kemudian yakni 1953 berdirilah Stasi Batu Dongkol dan Stasi Sopo Butar. Karena perkembangan misi kekatolikan di wilayah barat Dairi berkembang dengan cepat, Mgr. A.H.F van Den Hurk (Vikariat Apostolik Medan), yang baru saja menggantikan Mgr. M. Brans, memutuskan untuk mendirikan Paroki Parongil sebagai pemakaran dari Paroki Sidikalang tanggal 01 Mei 1954. Pastor A. Kamphof OFMCap ditunjuk sebagai Pastor Paroki pertama di Parongil, yang wilayah penggembalaannya meliputi beberapa stasi yang kemudian menjadi bagian dari Paroki Tiga Lingga seperti Stasi Tiga Lingga, Stasi Buntu Raja, Stasi Napabelang, Stasi Tumpakraja, Stasi Sukandebi dan Stasi Sibungkurung. Di tahun itu juga berdirilah Stasi Lae Ambat (saat ini menjadi Stasi Lae Rambong) dan Stasi Lae Logan.

    Pada tanggal 06 Desember 1961, Pastor A. Kamphof OFMCap digantikan oleh Pastor R. Pennock OFMCap. Setelah dua tahun menjadi Pastor Paroki, beliau digantikan Pastor A.M Rassens OFMCap yang mulai bertugas di Parongil pada akhir tahun 1963. Para pastor kapusin ini sungguh bersemangat melakukan karya misi dengan cara meninggalkan pastoran dan mengunjungi umat dari stasi ke stasi serta bermalam di rumah umat, yang dikenal dengan istilah turne. Mereka lebih senang tinggal di stasi daripada di pastoran. Begitulah kenangan yang masih diingat umat Paroki Parongil dengan para pastor kapusin yang pernah melayani mereka.

    Peralihan Kegembalaan Paroki dari Ordo Kapusin ke Ordo Carmel (1965)

    Karena keterbatasan tenaga imam untuk melaksanakan misi, awal tahun 1965, sebelum meletusnya G30S-PKI, Mgr. A.H. van Den Hurk OFMCap, yang sudah ditetapkan menjadi Uskup Agung Medan pada tahun 1961, mengadakan perjanjian kerjasama dengan pimpinan Ordo Carmel di Malang, Jawa Timur. Hasil dari perjanjian tersebut salah satunya adalah menyerahkan misi di Dairi kepada pelayanan Ordo Carmel. Pada tanggal 05 September 1965 terjadilah moment bersejarah yakni pergantian kegembalaan dari para imam Ordo Kapusin kepada para imam Ordo Carmel. Pada tanggal tersebut Pastor A.M Rassens OFMCap menyerahkan jabatan Pastor Paroki kepada Pastor H. van Wanrooy OCarm.

    Masa Menuai (1965-1970)

    Di awal pelayanan Ordo Carmel di Paroki Parongil, terjadi pertambahan umat Katolik secara signifikan karena dampak dari G30S-PKI yang mengharuskan masyarakat untuk menjadi anggota dari salah satu agama yang diakui oleh pemerintah. Seperti ketika masih dilayani oleh Ordo Kapusin, para imam dari Ordo Carmel yang menjadi Pastor Paroki di Parongil adalah para misionaris dari Belanda, yakni antara lain Pastor E. Janssens, OCarm dan Pastor A. Hutten OCarm. Para pastor missionaris dari Belanda ini sangat dikenang oleh umat karena kedermawan mereka, yang sering memberi bantuan-bantuan. Misi Katolik pada masa misionaris Belanda biasanya dilakukan bersamaan dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara umum. Para suster KSSY dari Sidikalang sering diikutsertakan dalam misi Katolik khususnya di bidang pelayanan kesehatan. Mereka sering ikut dengan pastor ke stasi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada umat Katolik dan juga masyarakat sekitar. Dengan cara itulah, jumlah umat Katolik di Paroki Parongil berkembang dengan cepat. Pada tahun 1970 diperkirakan umat Katolik sudah mencapai 4000 jiwa.

    Dari Gereja Misi menuju Gereja Mandiri (1970 – 1980)

    Tenaga misionaris dari Belanda telah diperkirakan akan semakin dibatasi oleh pemerintah Indonesia di kemudian hari. Maka mulailah dipikirkan untuk mulai melibatkan para tenaga imam pribumi. Sejak tahun 1970, para pastor yang melayani di Parongil adalah para imam pribumi yang datang dari Jawa, mulai dari Pastor A.J Soedibyo OCarm dan kemudian dilanjutkan dengan Pastor S.C. Pujadarma OCarm. Sejak saat itu, umat Katolik di Parongil memanggil para pastor itu dengan panggilan “Romo” yang dalam bahasa Jawa berarti Bapak.

    Untuk membantu para pastor dalam memberikan pelayanan pastoral bagi umat Katolik yang bertumbuh dengan cepat, semakin disadari perlunya tenaga awam. Tahun 1973 Bp. S.K Sitanggang yang baru saja tiba di Parongil sebagai pendatang ditugaskan oleh Pastor S.C Pujadarma OCarm untuk mengurus administrasi Paroki sekaligus menjaga pastoran. Dia juga sering dilibatkan dalam memberikan katekse kepada umat. Pelibatan awam dalam pelayanan pastoral ini sangat membantu para pastor khususnya ketika memberikan pengajaran iman kepada umat Katolik yang mayoritas bersuku Toba. Pada waktu itu beberapa kegiatan kursus pastoral kepada pengurus Gereja juga mulai diadakan. Pembangunan gedung gereja untuk dapat menampung umat beribadat juga mulai diperhatikan. Namun karena kondisi ekonomi umat dan masyarakat di Parongil sungguh memprihatinkan maka perubahan dari Gereja Misi ke Gereja Mandiri terkesan sangat lambat dan tidak berhasil. Kebanyakan umat masih merindukan kehadiran para misionaris Belanda.

    Masa Pergolakan (1980 – 1990)

    Gerakan Gereja Mandiri yang berkembang di hampir seluruh wilayah Indonesia mendorong arah pelayanan pastoral berubah dari fokus penambahan jumlah umat kepada peningkatan kualitas iman umat. Gerakan ini sungguh menjiwai pelayanan pastoral dari Pastor J. Fulgentius. Dia menjadi Pastor Paroki dari 1 Januari 1981 sampai 1 november 1988. Untuk meningkatkan kualitas iman umat, pastor ini mendirikan kantor paroki pembantu di lokasi gereja Lae Luhung, sehingga tersedia tempat untuk pertemuan dan pembinaan umat. Selama penggembalaannya, dia dikenal sebagai pastor yang sangat tegas dalam menjalankan aturan-aturan Gereja. Baginya kualitas iman umat hanya bisa dicapai bila umat mengikuti segala aturan secara disiplin. Siapa pun yang bersalah harus menerima hukuman. Bila umat terlambat maka tidak diijinkan masuk ke gereja. Bila ribut selama acara maka diusir keluar dari gereja. Bila tidak lengkap berkas administrasi dan tidak dipersiapkan dengan baik, maka tidak diberikan pelayanan sakramen.

    Sikap tegas dari Pastor J. Fulgentius ini menciptakan pergolakan dan perlawanan di kalangan umat. Mereka tidak setuju dengan sikap tegas tersebut karena tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang mereka alami saat itu. Dengan latar belakang pendidikan yang rendah, infrasturktur yang buruk, dan lokasi rumah-rumah umat yang terpencar dan jauh dari gereja, serta harus melewati hutan membuat sangat sulit bagi mereka untuk mengikuti aturan-aturan yang diberlakukan oleh pastor itu. Sering umat mengalami sakit hati. Mereka datang dari jauh hendak ke gereja, namun tidak diijinkan masuk karena terlambat. Bahkan sering terjadi, penerimaan sakramen permandian dan perkawinan dibatalkan karena umat terlambat dan karena alasan lain. Pastor J. Fulgentius tidak mau mundur sedikitpun dari aturan tersebut. Oleh karena itu, sebagai perlawan umat atas kebijakan pastor itu, lebih dari setengah umat Katolik pada masa penggembalaannya murtad atau pindah ke Protestan. Prinsip pastor itu yang masih diingat umat sampai sekarang, “Lebih baik sedikit umat Katolik, yang penting berkualitas”.

    Masa Penyembuhan (1990 – 2010)

    Setelah terjadi gelombang murtad yang menyebabkan jumlah umat Katolik menyusut secara drastis, Uskup Agung Medan, Mgr. A.G. Pius Datubara OFMCap, dengan keras mengingatkan para pastor yang berkarya di Paroki Parongil agar menjadi gembala yang baik, yang mengumpulkan domba-dombanya bukan menceraiberaikan, yang mencari domba yang sesat, bukan menyingkirkan. Para pastor yang bertugas di Parongil ditugaskan untuk mengajak kembali umat yang telah meninggalkan Gereja Katolik untuk kembali dan yang masih sakit hati untuk disembuhkan. Harapan uskup ini berupaya diwujudkan dalam penggembalaan Pastor A. Girin OCarm, Pastor Eligius Ipong OCarm, Pastor Theodorus S. Ocarm, Pastor Agustinus Maryanto OCarm, Pastor Martinus Gunawan OCarm, Pastor P.N. Harsantyoko OCarm, Pastor Siriakus Ndolu OCarm, Pastor Vitalis Tribeno Yowono OCarm, dan Pastor Damian OCarm yang bergantian pernah menjadi Pastor Paroki di masa itu. Pada masa itu juga ditempatkan beberapa pastor pribumi yang bersuku Toba dengan harapan agar lebih bisa mengenal karakter umat Katolik yang mayoritas bersuku Toba, seperti Pastor Godlif J. Sianipar OCarm, Pastor Mandius M. Siringo-ringo OCarm, dan Pastor M. Mangapul Simarmata OCarm. Namun nasi telah menjadi bubur. Kendati para pastor ini dikenal sebagai pastor yang baik, umat Katolik yang murtad itu hampir tidak ada yang kembali. Bahkan pada masa ini tidak ada stasi yang bertambah atau didirikan.

    Dengan pertumbuhan jumlah umat yang sangat lambat dan kehidupan menggereja yang masih dingin atau belum bergairah, para pastor yang bertugas di Parongil sepertinya mulai putus asa. Berbagai upaya pastoral dilakukan tetapi kurang membuahkan hasil. Di samping itu, kehidupan ekonomi mayarakat di Parongil sangat sulit. Banyak warga meninggalkan kota Parongil dan sekitarnya pergi ke tempat lain (merantau) dengan alasan bersekolah dan bekerja. Pembangunan infrastruktur juga kurang mendapat perhatian pemerintah. Situasi ini juga berpengaruh terhadap menurunnya semangat menggereja umat Katolik. Sehingga muncul istilah berkonotasi negatif untuk menggambarkan situasi dan kondisi umat Katolik di Parongil yakni “Parongil adalah Paroki na Ngilngil”, artinya paroki yang kering atau tandus atau tidak punya apa-apa untuk dibanggakan.

    Masa Pengharapan (2010 - 2020)

    Harapan akan perubahan ke arah yang lebih baik mulai muncul di tengah masyarakat Parongil dan sekitarnya, ketika Perusahaan Pertambangan mulai beroperasi dan jalan dari Sedikalang ke Parongil sudah beraspal hotmix. Ekonomi masyarakat mulai mengeliat kembali. Parongil yang sebelumnya telah dianggap “wanita tua” kini menjadi “gadis muda” yang mulai dilirik. Hal ini juga berpengaruh kepada umat Katolik di Paroki Parongil. Semangat menggereja mulai bangkit kembali seiring mulai bangkitnya ekonomi mereka.

    Semangat perubahan juga dihadirkan dalam pelayanan pastoral dari Pastor Monang Sijabat OCarm yang menjadi Pastor Paroki mulai tahun 2014 hingga Juli tahun 2020. Dengan pelayanan pastoralnya melalui pendekatan budaya, dia mulai membangun semangat menggereja di antara umat Katolik. Dia mulai mengadakan pesta gotilon di setiap stasi, sehingga umat yang mayoritas adalah petani sungguh tersentuh dan disapa oleh Gereja. Berbagai kursus pembinaan iman juga mulai diadakan. Para pengurus gereja mulai aktif dalam mengikuti rapat atau sermon. Yang paling membawa sukacita dan menjadi kerinduan dari umat Katolik di Paroki Parongil adalah pesta pelindung paroki yang diadakan secara rutin yakni sekali dalam setahun. Dalam pesta itu diadakan perlombaan dan sekaligus diundang Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus Sinaga OFMCap serta orang-orang tertentu untuk memberikan seminar atau masukan. Cara berpastoral Pastor Monang Sijabat OCarm bersama pastor rekannya yakni Pastor Kardiaman Simbolon OCarm (November 2015 - April 2018) dan Pastor Nampak Wijaya OCarm (Maret 2018 – Juli 2020) telah membangun harapan besar kepada umat Katolik Parongil untuk menjadi jauh lebih baik di masa depan. Kendati jumlah umat Katolik tergolong minoritas di tengah masyarakat, namun bukan berarti tidak dapat dampak positif apa pun kepada Gereja dan masyarakat. Suatu slogan yang sering digaungkan untuk mendorong umat untuk semakin bersemangat dalam menggereja adalah “Mari berbuat banyak dari yang sedikit”.

    Pada masa pengharapan ini didirikanlah CU (Credit Union) milik paroki yang bertujuan untuk membantu umat dalam pengembangan ekonomi mereka. Juga pada masa ini telah dimulai pembangunan gedung aula paroki dengan harapan kelak tersedia tempat nyaman untuk mengadakan kegiatan-kegiatan separoki. Dan beberapa rencana lain bermunculan karena optimisme yang ada di kalangan umat Katolik. Namun muncullah pandemi covid-19 pada Maret 2020, yang mengistirahatkan berbagai rencana-rencana baik bagi Paroki Parongil.

    Quo Vadis Paroki Parongil? (2020 - ……)

    Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap karena melanjutkan harapan dari pendahulunya agar Gereja Katolik di Kabupaten Dairi lebih berwarna (bukan hanya dilayani atau digembalakan oleh para imam dari Ordo Carmel) memutuskan bahwa pada tanggal 05 Juli 2020 dilaksanakan serah terima penggembalaan dari para imam Ordo Carmel kepada para imam Diosesan. Keputusan ini memunculkan keraguan di tengah umat Katolik Paroki Parongil apakah pergantian kegembalaan ini akan meredupkan api pengharapan mereka. Pastor Paroki yang baru RD. Moses Tampubolon bersama dengan rekannya RD. Parlindungan Sinaga akan melanjutkan sejarah Paroki Parongil ini untuk semakin menemukan jati diri mereka.

    Lokasi Paroki :

    Paroki Namo Pecawir – Tuntungan

    Pelindung
    :
    Santo Yohanes Paulus II
    Buku Paroki
    :
    Sejak 25 September 2014. Sebelumnya bergabung dengan Paroki St. Fransiskus Asisi Padang Bulan Medan.
    Alamat
    :
    Jl. Namo Pencawir, Desa Tuntungan II, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang - 22114
    Telp.
    :
    0823-6062-1845
    Email
    :
    [email protected]
    Jumlah Umat
    :
    1.534 KK / 5.399 jiwa 
    (data Biduk per 05/02/2024)
    Jumlah Stasi
    :
    15
    01. Barung Ketang
    04. Gunung Merlawan
    07. Namo Keling
    10. Pasar V
    13. Suka Dame
    02. Belimbingan
    05. Gunung Tinggi
    08. Namo Riam
    11. Pasar X
    14. Taburen
    03. Desa Hulu
    06. Kuta Tualah
    09. Pancur Batu
    12. Rumah Kinangkung
    15. Ujung Jawi
    RP. Andreas Elpian Gurusinga OFMConv
    09.01.'71
    Parochus
    RP. Yohanes K. Sensianus Jebarus OFMConv
    29.08.'78
    Vikaris Parokial
         

    Jadwal Misa

    Harian : 06.00 WIB (Senin - Sabtu)
    Jumat Pertama : 06.00 WIB
    Minggu : 08.00 WIB

    Sejarah Paroki St. Yohanes Paulus II - Namo Pecawir Tuntungan

    Paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir - Tuntungan merupakan pemekaran dari paroki St. Fransiskus Assisi, Padang Bulan – Medan. Sebelum menjadi paroki yang baru, di Namopecawir telah berdiri gereja stasi St. Antonius Padua pada tahun 1981. Wilayah yang sekarang menjadi reksa pastoral Paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir – Tuntungan dulunya adalah rayon 2 dan rayon 3 dari paroki St. Fransiskus Assisi, Padang Bulan – Medan. Paroki St. Fansiskus Asisi, Padang Bulan sendiri memiliki 3 rayon pada masa itu dengan data sebagai berikut:

    RAYON 1  
    - Stasi Pasar VI - Stasi Pasar Baru - Stasi Simpang Kuala - Stasi Perumnas Simalingkar - Stasi Simalingkar B - Stasi Simpang Selayang
    RAYON 2
    - Stasi Pancur Batu - Stasi Desa Hulu - Stasi Ujung Jawi - Stasi Keloni - Stasi Namoriam - Stasi Barung Ketang - Stasi Durin Pitu - Stasi Kuta Tualah - Stasi Suka Dame
    RAYON 3
    - Stasi Namo Keling - Stasi Namopecawir - Stasi Pasar V - Stasi Pasar X - Stasi Rumah Kinangkung - Stasi Gunung Merlawan - Stasi Taburen

    Ketiga rayon tersebut tersebar di Kotamadya Medan dan 2 kecamatan di wilayah kabupaten Deliserdang. Mengingat zona pelayanan yang demikian luas dan demi pelayanan yang lebih efektif maka sejak awal tahun 2014 telah muncul ide tentang pemekaran paroki. Sebagai data dasar maka jumlah umat di masing-masing rayon menjadi satu pertimbangan khusus. Stasi-stasi yang berada di rayon 1 memiliki jumlah umat sekitar 2000 KK sedangkan rayon 2 sejumlah 820 KK dan rayon 3 sejumlah 464 KK. Berdasar pada jumlah umat di masing-masing rayon tersebut maka kesepakatan awal yang didapat adalah pemekaran akan dilakukan dengan menggabung rayon 2 dan 3 menjadi satu calon paroki yang baru.

    Tindak lanjut dari ide pemekaran paroki tersebut adalah membuat rekomendasi kepada Bapa Uskup Keuskupan Agung Medan, MGR. Anicetus B Sinaga OFMCap terkait stasi mana di wilayah rayon 2 dan 3 yang akan menjadi pusat paroki. Setelah memberikan rekomendasi kepada bapa Uskup maka pada tanggal 12 Oktober 2014 bertepatan dengan perayaan ekaristi kenangan 25 tahun kunjungan Paus Yohanes paulus II ke Sumatera, Uskup Keuskupan Agung Medan Mgr. Anicetus B Sinaga OFMCap memutuskan berdirinya kuasi paroki yang baru di Keuskupan Agung Medan yakni kuasi paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan. Namopecawir sendiri merupakan tempat dimana Paus Yohanes Paulus II pernah merayakan perayaan ekaristi pada tanggal 13 Oktober 1989 ketika beliau mengunjungi Indonesia.

    Kuasi paroki St. Yohanes Paulus II Namopecawir-Tuntungan terdiri dari 16 stasi yang tersebar di 2 kecamatan yakni Kecamatan Pancur Batu dan Kecamatan Kutalimbaru. Di kuasi paroki yang baru berdiri tersebut sesuai dengan sejarahnya terdapat 2 rayon yakni rayon St. Bonaventura (dulu disebut rayon 2) dan Rayon St. Lukas (dulu disebut rayon 3) dengan data sebagai berikut:

    Rayon St. Bonaventura
    1. Stasi St. Petrus - Pancur Batu
    2. Stasi St. St. Monika – Ujung Jawi
    3. Stasi St. Stefanus - Keloni
    4. Stasi St. Maria ‘Mater Dei’ – Desa Hulu
    5. Stasi St. Christoforus – Namoriam
    6. Stasi St. Petrus – Barung Ketang
    7. Stasi St. Fransiskus Assisi – Durin Pitu
    8. Stasi St. Fransiskus Assisi – Kuta Tualah
    9. Stasi St. Felix – Suka Dame 10. Stasi St. Cosmas – Namo Keling
    Rayon St. Lukas
    1. Stasi St. Yohanes Paulus II – Namopecawir (Stasi Induk)
    2. Stasi Salib Suci – Pasar V
    3. Stasi St. Maria Diangkat ke Surga – Pasar X
    4. Stasi St. Agustinus – Rumah Kinangkung
    5. Stasi St. Fransiskus Fasani – Gunung Merlawan
    6. Stasi St. Yusuf - Taburen
    Sebagai peletak dasar maka Uskup Agung Medan mempercayakan kuasi paroki yang baru berdiri tersebut dalam kegembalaan Ordo Saudara Dina Konventual (OFMConv). RP. Maximilianus Sembiring OFMConv selaku kustos Provinsial OFMConv di Indonesia segera mengutus tiga orang Saudara Dina Konventual untuk memulai karya pelayanan di kuasi paroki yang baru berdiri tersebut. Ketiga saudara Dina Konventual tersebut terdiri dari 2 orang imam dan satu orang frater, yakni:
    1. RP. Mario Benedict L. Gaol OFMConv,
    2. RP. Andreas Budianto OFMConv dan
    3. Fr. Norbertus Nana Manek OFMConv.
    Dalam pelaksanaan reksa pastoral harian mereka dibantu oleh Dewan Pastoral Paroki Harian masa bakti 2014-2016 dengan struktur sebagai berikut:
    1. RP. Mario Benedict L. Gaol OFMConv (ketua DPPH)
    2. RP. Andreas Budianto OFMConv (wakil ketua DPPH)
    3. Drg. Nathanael Gersan MAP (pelaksana 1 DPPH)
    4. Drs. Alus Tarigan (Pelaksana 2 DPPH)
    5. Jamahi Saragih (Sekretaris 1 DPPH) 6. Parulian Surbakti (Sekretaris 2 DPPH)
    7. Manuarang Sianturi (Bendahara 1 DPPH)
    8. Sr. Maria Viany Tarigan, SFD (Bendahara 2 DPPH)
    9. Benres Tarigan (anggota)
    10. Riswan Depari (anggota)
    11. Sr. Imelda Tampubolon (anggota)
    12. Bernando Sembiring (anggota)
    13. Kabul Gultom (anggota)
    Inaugurasi menjadi kuasi paroki di wilayah Keuskupan Agung Medan menyisakan sejumlah “Pekerjaan Rumah” bagi para pelayan pastoral yang akan berkarya di kuasi paroki yang baru berdiri tersebut. Sejumlah “Pekerjaan Rumah” tersebut mulai dari tempat tinggal sementara yang belum ada dan pastoran yang harus segera dibangun. Terkait dengan pembangunan pastoran maka pada tanggal 8 Maret 2015 dilantiklah panitia pembangunan pastoran oleh RP. Harold Harianja, OFMCap selaku vikaris episkopal kevikepan St. Yohanes Rasul, Hayam Wuruk. Proses pelantikan panitia pembangunan pastoran tersebut digabung dengan peletakan batu pertama pastoran kuasi paroki St. Yohanes Paulus II.
    Menjadi peletak dasar dan memulai sesuatu yang baru bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Dikarenakan belum ditemukannya tempat tinggal sementara (rumah kontrakan) yang sesuai bagi ketiga Saudara Dina Konventual tersebut maka selama 8 bulan setelah inaugurasi kuasi paroki ketiga Saudara Dina Konventual tersebut masih tinggal di Paroki St. Fransiskus Assisi Padang Bulan. Seluruh karya pelayanan untuk umat kuasi paroki St. Yohanes Paulus II, Tuntungan masih dilakukan pergi-pulang dari Padang Bulan. Setelah mencari-cari rumah kontrakan yang sesuai akhirnya pada bulan Juni 2015 ditemukanlah tempat tinggal yang sesuai untuk dijadikan tempat tinggal sementara bagi ketiga Saudara Dina tersebut. Setelah dipugar dan direnovasi akhirnya pada tanggal 1 Juli 2015 tempat tinggal sementara tersebut pun diresmikan/diberkati dan tempat itulah yang menjadi pastoran sementara bagi para pelayan di kuasi paroki St. Yohanes Paulus II, Tuntungan.
    Sebulan berselang setelah tantangan mengenai tempat tinggal dapat dilalui, kuasi paroki St. Yohanes Paulus II, Tuntungan kembali dihadapkan pada tantangan lain, yakni terbakarnya kantor sekretariat kuasi paroki. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 11 Agustus 2015 kira-kira pukul 9 malam. Mendengar kabar tersebut pastor paroki langsung berlari menuju kantor sekretariat yang berada di kompleks gereja induk (sekitar 100 meter dari pastoran sementara) dan sempat mengamankan beberapan dokumen penting seperti Liber Baptizatorum, Liber Matrimonium dan Liber Infirmorum.
    Pada awal tahun 2016, Uskup Keuskupan Agung Medan memekarkan kembali paroki St. Fransiskus Assisi – Padang Bulan, Medan. Stasi Simalingkar B dipersiapkan menjadi calon paroki baru di wilayah Keuskupan Agung Medan. Pemekaran tersebut merubah peta wilayah pelayanan kuasi Paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan. Stasi St. Stefanus – Keloni dan stasi St. Fransiskus Assisi - Durin Pitu masuk ke dalam wilayah pelayanan kuasi paroki Simalingkar B dan sebagai gantinya terdapat 2 stasi baru yang masuk ke wilayah pelayanan kuasi paroki St.Yohanes Paulus II Namopecawir-Tuntungan yakni Stasi St. Agustinus – Gunung Tinggi dan Stasi St. Petrus – Belimbingan. Kedua stasi tersebut sebelumnya berada dalam reksa pastoral paroki St. Maria Ratu Rosari – Tanjung Selamat. Dengan perubahan tersebut maka reksa pastoral kuasi paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir – Tuntungan menjadi sebagai berikut:
    Rayon St. Bonaventura
    1. Stasi St. Petrus - Pancur Batu
    2. Stasi St. St. Monika – Ujung Jawi
    3. Stasi St. Maria ‘Mater Dei’ – Desa Hulu
    4. Stasi St. Christoforus – Namoriam
    5. Stasi St. Petrus – Barung Ketang
    6. Stasi St. Fransiskus Assisi – Kuta Tualah
    7. Stasi St. Felix – Suka Dame
    8. Stasi St. Cosmas – Namo Keling
    Rayon St. Lukas
    1. Stasi St. Yohanes Paulus II – Namopecawir (Stasi Induk)
    2. Stasi Salib Suci – Pasar V
    3. Stasi St. Maria Diangkat ke Surga – Pasar X
    4. Stasi St. Agustinus – Rumah Kinangkung
    5. Stasi St. Fransiskus Fasani – Gunung Merlawan
    6. Stasi St. Yusuf – Taburen
    7. Stasi St. Agustinus – Gunung Tinggi
    8. Stasi St. Petrus - Belimbingan
    Pada tanggal 29 Oktober 2016 menjadi nyatalah perkataan bahwa tiada yang mustahil bagi Allah! Pada tanggal tersebut diresmikanlah pastoran kuasi paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan oleh Mgr. Anicetus Sinaga, OFMCap. Sekitar 1500 umat berkumpul di halaman gedung pastoran kuasi paroki St. Yohanes Paulus II, Tuntungan untuk menyaksikan peresmian pastoran yang baru tersebut! Peresmian pastoran yang dilaksanakan sesudah homili tersebut disusul dengan pembacaan Surat Keputusan Uskup Agung Medan baik Surat Keputusan untuk Pastoran maupun Surat Keputusan untuk Peresmian Paroki. pada tanggal 29 Oktober 2016 inilah secara resmi paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan secara yuridis menjadi paroki ke-59 di wilayah yurisdiksi Keuskupan Agung Medan.
    Dalam kesempatan tersebut Bapa Uskup Agung Medan juga melantik pengurus inti Dewan Pastoral Paroki Harian (DPPH) St. Yohanes Paulus II, Tuntungan untuk periode 2016-2021 dengan susunan:
    Ketua : RP. Mario Benedict L. Gaol OFMConv (ex officio parochus)
    Wakil Ketua : RP. Andreas Budianto OFMConv (ex officio vikaris parokial)
    Pelaksana 1  : Drg. Nathanael Gersang, MAP
    Pelaksana 2 : Drs. Alus Tarigan
    Sekretaris 1 : Petrus Martua Sinaga
    Sekretaris 2 : Riswan Depari
    Bendahara 1 : Edna Br Ginting, M.Pd
    Bendahara 2 : Dhanu Boy Sembiring, ST
    Anggota 1 : Drs. Sofiyan Purba
    Anggota 2 : Serasi Surbakti
    Anggota 3 : Sr. Veneranda, SFD
    Anggota 4 : Rosida Br Surbakti
    Anggota 5 : Tumpak Arizona Sinaga
    Sebagai paroki yang baru maka kajian yang mendalam terkait sejumlah aspek masih harus dilaksanakan. Kebijakan-kebijakan pastoral masih perlu disesuaikan seturut medan pastoral dan cita rasa iman umat di wilayah paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan. Sejumlah kegiatan baik itu kegiatan sakramental maupun yang non-sakramental mulai berjalan walau dengan sistem yang terus menerus harus diperbaiki dan disempurnakan. Peristiwa pandemi Covid-19 membuat seluruh aspek yang telah coba dibangun harus terhenti.
    Pada tahun 2021 ketika pandemi covid-19 telah mulai menunjukkan tren menurun maka dilaksanakanlah sejumlah kegiatan yang sempat tertunda. Pada tanggal 30 Oktober 2021 dilaksanakanlah penerimaan Sakramen Krisma yang sempat tertunda karena Covid-19 dan keesokan harinya pada tanggal 31 Oktober 2021 dilaksanakanlah pelantikan pengurus gereja separoki mulai dari tingkat DPPH sampai ke tingkat lingkungan. Dalam perayaan tersebut juga dirayakan peringatan Hari Ulang Tahun berdirinya paroki yang ke-5 sekaligus penggalangan dana untuk pembangunan gereja pusat paroki. Adapun DPPH yang dilantik untuk masa bakti 2021-2026 adalah:
    Ketua : RP. Simon Kemit OFMConv
    Wakil Ketua : RP. David Barus OFMConv
    Pelaksana 1 : Petrus Martua Sinaga
    Pelaksana 2 : Drs. Emanuel Ginting
    Sekretaris 1 : Fernando Tarigan
    Sekretaris 2 : Riswan Depari
    Bendahara 1 : Drs. Darlan Tinambunan
    Bendahara 2 : Rosida Surbakti
    Koordinator Bidang
    Kerygma : Pemancar Ginting, OFS
    Diakonia : Patris Ginting
    Martyria : Darson Tarigan
    Koinonia : Kabul Gultom
    Liturgya : Sr. Veneranda Milala, SFD
    Ketua DPGP : Serasi Surbakti
    Wilayah pelayanan (reksa pastoral) paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan tersebar di dua kecamatan yakni Kecamatan Pancur Batu dan kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Dalam fungsi koordinasi maka dibentuk satu kesatuan yang dikenal dengan istilah rayon. Secara statistik maka di paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan terdapat 2 rayon, 16 stasi dan 52 lingkungan dengan sejarah dan persebaran sebagai berikut:
    RAYON BONAVENTURA
    1. Stasi St. Petrus – Pancur Batu
    Stasi ini berdiri pada tahun 1954 dan merupakan stasi pertama di wilayah paroki Namopecawir-Tuntungan. Jumlah umat di stasi ini per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 341 KK yang tersebar di 12 lingkungan:
    - Lingkungan St. Anna (29 KK)
    - Lingkungan St. Elisabeth (22 KK)
    - Lingkungan St. Maria Ratu Damai (Marada) (25 KK)
    - Lingkungan St. Maria (34 KK)
    - Lingkungan St. Maria Immaculata (23 KK)
    - Lingkungan St. Teresia (33 KK)
    - Lingkungan St. Antonius (28 KK)
    - Lingkungan St. Fransiskus (29 KK)
    - Lingkungan St. Paulus (35 KK)
    - Lingkungan St. Petrus (30 KK)
    - Lingkungan St. Yoakim (20 KK)
    - Lingkungan St. Yosep (33 KK)
    2. Stasi St. Monika – Ujung Jawi
    Stasi ini berdiri pada 16 April 1989 dan merupakan pemekaran dari stasi St. Petrus – Pancur Batu. Berdasarkan data statistik jumlah umat di stasi ini berjumlah 75 KK yang tersebar di 3 lingkungan yakni:
    - Lingkungan St. Veronika (23 KK)
    - Lingkungan St. Bonaventura (26 KK)
    - Lingkungan St. Yosep (26 KK)
    3. Stasi St. Maria “Mater Dei” – Desa Hulu
    Stasi ini berdiri pada tahun 1994 dan merupakan pemekaran dari stasi St. Petrus – Pancur Batu dengan jumlah umat per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 74 KK yang tersebar di 2 lingkungan yakni:
    - Lingkungan St. Yohanes Rasul (34 KK)
    - Lingkungan St. Bernardus (40 KK)
    4. Stasi St. Petrus - Barung Ketang
    Stasi ini berdiri pada tahun 1972 dengan jumlah umat per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 60 KK yang tersebar di 2 lingkungan yakni:
    - Lingkungan St. Monika (30 KK)
    - Lingkungan St. Agustinus (30 KK)
    5. Stasi St. Christoforus – Namoriam
    Stasi ini berdiri pada 16 Oktober 1983 dengan jumlah umat per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 143 KK yang tersebar di 3 lingkungan yakni:
    - Lingkungan St. Maria (40 KK)
    - Lingkungan St. Petrus (46 KK)
    - Lingkungan St. Yosep (57 KK)
    6. Stasi St. Fransiskus Assisi – Kuta Tualah
    Stasi ini berdiri pada tahun 1992 dengan jumlah umat per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 19 KK.
    7. Stasi St. Felix – Suka Dame
    Stasi ini berdiri pada 1982 dengan jumlah umat per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 90 KK yang tersebar di 2 lingkungan yakni:
    - Lingkungan St. Maria (42 KK)
    - Lingkungan St. Theresia (48 KK)
    8. Stasi St. Cosmas – Namo Keling
    Stasi ini berdiri pada tahun 2002 dengan jumlah umat per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 25 KK.
    RAYON ST. LUKAS
    1. Stasi St. Yohanes Paulus II Namopecawir – Tuntungan (Stasi Induk)

    Stasi ini berdiri pada tahun 1981 dan merupakan pemekaran dari stasi St. Petrus – Pancur Batu. Jumlah umat di stasi ini per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 205 KK yang tersebar di 9 lingkungan:
    - Lingkungan St. Petrus (39 KK)
    - Lingkungan St. Paulus (15 KK)
    - Lingkungan St. Yosep (23 KK)
    - Lingkungan St. Elisabeth (32 KK)
    - Lingkungan St. Maria (30 KK)
    - Lingkungan St. Fransiskus (15 KK)
    - Lingkungan St. Regina (18 KK)
    - Lingkungan St. Antonius (11 KK)
    - Lingkungan St. Rosa (22 KK)
    2. Stasi Salib Suci – Pasar V
    Stasi ini berdiri pada tahun 1963 dengan jumlah umat per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 100 KK yang tersebar di 3 lingkungan yakni:
    - Lingkungan St. Maria Pertolongan Abadi (48 KK)
    - Lingkungan St. Fransiskus Assisi (19 KK)
    - Lingkungan St. Yosep (33 KK)
    3. Stasi St. Maria Diangkat ke Surga – Pasar X
    Stasi ini berdiri pada tahun 1971 dengan jumlah umat per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 115 KK yang tersebar di 3 lingkungan yakni:
    - Lingkungan St. Antonius Padua (55 KK)
    - Lingkungan St. Bonaventura (21 KK)
    - Lingkungan St. Fransiskus Assisi (39 KK)
    4. Stasi St. Agustinus – Rumah Kinangkung
    Stasi ini berdiri pada tahun 1994 dengan jumlah umat per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 55 KK yang tersebar di 2 lingkungan yakni:
    - Lingkungan St. Patrisius Aurelius (32 KK)
    - Lingkungan St. Monika (23 KK)
    5. Stasi St. Fransiskus Fasani – Gunung Merlawan
    Stasi ini berdiri pada tahun 1981 dengan jumlah umat berdasarkan data BIDUK paroki sebanyak 23 KK.
    6. Stasi St. Yosep – Taburen
    Stasi ini berdiri pada tahun 2002 dengan jumlah umat per tahun 2022 berdasarkan data BIDUK paroki berjumlah 27 KK.
    7. Stasi St. Agustinus – Gunung Tinggi
    Stasi ini baru bergabung ke dalam wilayah paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan di pertengahan tahun 2016. Stasi ini berdiri pada tahun 1983 dan berdasarkan data BIDUK paroki per tahun 2022 jumlah umat di stasi ini berjumlah 104 KK yang tersebar di 4 lingkungan:
    - Lingkungan St. Anna (38 KK)
    - Lingkungan St. Petrus (27 KK)
    - Lingkungan St. Yosep (23 KK)
    - Lingkungan St. Yoakhim (16 KK)
    8. Stasi St. Petrus – Belimbingan
    Stasi ini baru bergabung ke dalam wilayah paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan di pertengahan tahun 2016. Stasi ini berdiri pada 25 April 1978 dan berdasarkan data BIDUK paroki per tahun 2022 jumlah umat di stasi ini berjumlah 83 KK yang tersebar di 3 lingkungan:
    - Lingkungan St.Maria (35 KK)
    - Lingkungan St. Theresia (19 KK)
    - Lingkungan St. Yosef (29 KK)
    Pergantian Penggembalaan
    Penggembalaan Paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir – Tuntungan dipercayakan oleh Uskup Keuskupan Agung Medan kepada Ordo Saudara Dina Konventual (OFMConv). Mulai dari kuasi paroki tahun 2014 sampai tahun 2022 telah terjadi 3 kali formasi para pelayan reksa pastoral paroki, yakni:
    Tahun 2014 - 2017
    Parochus : RP. Mario B L.Gaol OFMConv
    Vikaris Parochial : RP. Andreas Budianto OFMConv
    Tahun 2017 - 2020
     Parochus : RP. Paskalis Surbakti OFMConv
    Vikaris Parochial : RP. Fransiskus Mardan Ginting OFMConv
    Ekonom : Fr. Hyasintus Zulsan E Simatupang OFMConv
    Tahun 2020 – Sekarang
    Parochus : RP. Simon Kemit OFMConv
    Vikaris Parochial : RP. David Barus OFMConv
    Ekonom : Fr. Hyasintus Zulsan E Simatupang OFMConv
    Perkembangan Jumlah Umat
    Berdasarkan data statistik paroki maka perkembangan jumlah umat di wilayah paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan sejak menjadi kuasi paroki masih merupakan data mentah karena belum ada pendataan yang valid. Sejak tahun 2016 Keuskupan Agung Medan telah memulai pendataan umat katolik dengan berbasis pada teknologi/aplikasi. Aplikasi yang digunakan pada masa itu dikenal dengan istilah DUK-KAM (Database Umat Katolik - Keuskupan Agung Medan). Setelah melalui sejumlah pengembanan pada aplikasi maka pada tahun 2018 Keuskupan Agung Medan mulai melaksanakan pendataan ulang terhadap seluruh umat katolik di Keuskupan Agung Medan. Program pendataan ini berbasis pada teknologi dan dapat diakses secara online dan dikenal dengan istilah BIDUK (Basis Integral Data Umat Katolik). Berdasarkan data BIDUK maka jumlah umat di Paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir – Tuntungan pada tahun 2021 berjumlah 1539 KK (5587 orang) mengalami peningkatan rata-rata 50-70 KK (100-200 orang) per tahun.
    Model Kerasulan
    Kerasulan di wilayah paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir – Tuntungan berdasar pada prinsip keseperahuan. Paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir – Tuntungan ibarat satu perahu dengan mengarah pada satu tujuan keselamatan. Dalam upaya menuju tujuan tersebut maka sangat dibutuhkan partisipasi dan semangat gotong royong dari seluruh sendi gereja. Setiap orang diajak unjuk ikut ambil bagian dalam upaya mengembangkan dan memajukan paroki seturut fungsinya masing-masing mulai dari tingkat lingkungan sampai ke tingkat DPPH. Dengan model kerasulan yang partisipatif/gotong royong tersebut maka wajah gereja yang coba ditampilkan adalah gereja yang menjemaat dan rumah bagi seluruh umat.
    Kekhasan Paroki
    Kekhasan paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan tidak terlepas dari spiritualitas ordo saudara dina konventual. Semangat persaudaraan dan kesederahanaan yang ditampilkan para gembala yang melayani di wilayah paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan juga memberi warna yang khas untuk paroki ini. Melalui semangat persaudaraan dan kesederhanaa tersebut nilai-nilai utama paroki coba ditampilkan yakni:
    1. Menjemaat yang berarti bahwa hidup menggereja yang ada di wilayah paroki St. Yohanes Paulus II, Namopecawir-Tuntungan harus menekankan persekutuan, solidaritas dan peran awam dalam pelayanan pastoral.
    2. Mandiri yang berarti sanggup memenuhi kebutuhannya, mengembangkan dirinya dan menyumbangkan sumber dayanya di bidang perayaan iman, personalia dan keuangannya.
    3. Solider dan bersaudara berarti memiliki rasa empati, simpati, setia kawan dan senasib dalam suka duka yang dialami sesama.
    4. Misioner yang berarti siap sedia untuk hadir dan diutus untuk mewartakan injil ke tengah dunia.
    5. Inkulturatif yang berarti menghargai budaya setempat dalam konteks penghayatan iman katolik.
    6. Dinamis yang berarti terbuka terhadap bimbingan Roh, tanggap akan perkembangan zaman dan mampu membaharui dirinya dan dunia tanpa kehilangan identitas.
    7. Inklusif yang berarti mengakui keberadaan dan terbuka untuk berdialog dengan agama dan kepercayaan lain.
    8. Rela berkorban yang berarti memiliki semangat unutk memberi diri secara tulus ikhlas 9. Militan yang berarti memahami, menghidupi dan mempraktekkan ajaran yang dianut dengan sungguh-sungguh dan sanggup mempertahankannya terhadap tantangan dan godaan yang ada.
    10. Loyal yang berarti memiliki sikap tulus, setia, hormat dan taat terhadap hirarki
    11. Kudus yang berarti menghayati iman, harapan dan kasih dalam hidup sehari-hari dengan bersumber pada Perayaan Sabda dan Ekaristi serta ulah kesalehan pribadi.
    Video Profil :
    Lokasi Paroki :