loader image
Jumat, Februari 7, 2025
BerandaKabar KAMRenunganRenungan Minggu - Uskup Agung Medan

Renungan Minggu – Uskup Agung Medan

Minggu, 2 Februari 2025 - Pesta Yesus Dipersembahkan di Kanisah

Bacaan I : Mal 3:1-4
Bacaan II :  Ibr 2:14-18
Bacaan Injil : Luk 2:22-40

Kotbah Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah Tema: "Mataku Telah Melihat Keselamatan yang Datang Daripada-Mu".

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan.

Hari ini kita merayakan Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah, sebuah peristiwa yang bukan hanya menandai ketaatan Maria dan Yusuf kepada hukum Tuhan, tetapi juga penggenapan janji Allah tentang keselamatan bagi umat manusia. Di dalam peristiwa ini, kita bertemu dengan Simeon, seorang tua yang saleh dan penuh harapan. Roh Kudus telah berjanji kepadanya bahwa ia tidak akan meninggal sebelum melihat Sang Mesias, yang dinanti-nantikan oleh Israel selama berabad-abad. Ketika akhirnya ia melihat bayi Yesus di Bait Allah, Simeon berseru dengan penuh sukacita: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, menurut firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari pada-Mu" (Luk 2:29-30).

Ungkapan ini bukan sekadar kegembiraan pribadi, tetapi sebuah kesaksian iman yang penuh harapan. Simeon melihat dalam diri Yesus janji Allah yang digenapi, terang yang menyinari dunia, dan keselamatan yang membawa pengharapan bagi semua bangsa. Di tengah dunia yang penuh ketidakpastian, penderitaan, dan tantangan, apa yang dapat kita pelajari dari iman dan harapan Simeon? Bagaimana kita juga bisa melihat keselamatan Tuhan dalam kehidupan kita?

  1. Keselamatan yang Dijanjikan, Keselamatan yang Digenapi 
    Simeon adalah simbol dari pengharapan yang teguh dalam janji Tuhan. Ia tidak hidup dalam keputusasaan, meskipun sudah bertahun-tahun menantikan Mesias. Ia percaya bahwa Allah setia dan bahwa janji-Nya pasti akan digenapi.
    ✔ Bangsa Israel telah lama menantikan Sang Mesias, tetapi kebanyakan orang mengira bahwa Mesias akan datang sebagai seorang raja duniawi yang penuh kuasa.
    ✔ Namun, Simeon melihat sesuatu yang lebih dalam: bayi kecil yang dihadirkan di Bait Allah ini adalah Terang yang akan menyinari bangsa-bangsa.
    ✔ Keselamatan ini bukan hanya bagi Israel, tetapi bagi seluruh umat manusia. Dalam kehidupan kita, kita sering kali bertanya-tanya kapan janji Tuhan akan digenapi. Kita mungkin berdoa dan berharap akan pemulihan, keberhasilan, atau jawaban atas persoalan kita. Tetapi apakah kita cukup sabar dan percaya seperti Simeon? Pengharapan dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan. Paus Benediktus XVI berkata: "Pengharapan Kristen bukanlah sekadar optimisme, tetapi kepastian bahwa janji Tuhan akan digenapi dengan cara-Nya sendiri, pada waktu-Nya sendiri." Apakah kita memiliki mata iman seperti Simeon yang mampu melihat karya Tuhan dalam hidup kita?  
  2. Terang dalam Kegelapan: Kristus sebagai Sumber Pengharapan 
    Simeon menyebut Yesus sebagai "Terang bagi bangsa-bangsa" (Luk 2:32). Ini berarti bahwa
    Yesus datang untuk membawa pengharapan bagi dunia yang hidup dalam kegelapan.
    ✔ Dosa, penderitaan, ketidakadilan, dan kejahatan sering kali membuat dunia terasa gelap.
    ✔ Tetapi Kristus adalah terang yang menerangi hati manusia dan menunjukkan jalan menuju kehidupan yang benar.
    ✔ Terang ini mengundang kita untuk membuat pilihan: hidup dalam terang-Nya atau tetap berada dalam kegelapan dunia? Paus Yohanes Paulus II pernah berkata: "Jangan takut! Buka pintu hatimu bagi Kristus. Ia adalah pengharapan sejati yang tidak akan mengecewakan." Jika kita hidup dalam Kristus, maka tidak ada situasi yang begitu gelap hingga kita kehilangan pengharapan. Kristus telah datang untuk menghidupkan kembali harapan kita, bahkan di saat kita merasa lemah dan putus asa.
  3. Menjadi Peziarah Harapan dalam Tahun Yubileum 2025 Tahun 2025 adalah Tahun Yubileum, dengan tema Peziarah Harapan. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk merenungkan makna pengharapan dalam hidup kita.
    ✔ Apakah kita benar-benar hidup sebagai orang yang penuh harapan?
    ✔ Apakah kita sudah menjadi saksi terang Kristus bagi orang lain?
    ✔ Apakah kita membawa harapan bagi mereka yang sedang mengalami kegelapan hidup? Paus Fransiskus berkata: "Pengharapan Kristen tidak didasarkan pada ilusi, tetapi pada kepastian bahwa dalam Kristus, hidup kita memiliki makna, dan masa depan kita memiliki harapan." Seperti Simeon, kita dipanggil untuk melihat kehadiran Tuhan dalam hidup kita dan bersaksi kepada dunia bahwa keselamatan telah datang. 
  4. Kesetiaan Maria dan Yusuf: Teladan bagi Kita Maria dan Yusuf menjalankan kehendak Tuhan dengan penuh kesetiaan. Mereka membawa Yesus ke Bait Allah bukan karena mereka mengerti segala rencana Tuhan, tetapi karena mereka percaya kepada-Nya.
    ✔ Maria akan menghadapi banyak penderitaan, tetapi ia tetap taat pada rencana Allah.
    ✔ Yusuf, seorang yang sederhana, setia menjalankan tugasnya sebagai pelindung Keluarga Kudus.
    ✔ Mereka mengajarkan kepada kita bahwa iman sejati bukan berarti selalu mengerti rencana Tuhan, tetapi percaya bahwa rencana-Nya selalu baik. Ketika kita menghadapi tantangan dalam hidup, apakah kita tetap percaya kepada Tuhan seperti Maria dan Yusuf? 
  5. Hidup Sebagai Saksi Pengharapan Simeon melihat keselamatan dalam diri Yesus, tetapi ia juga menubuatkan bahwa Yesus akan menjadi tanda perbantahan dan bahwa Maria akan mengalami penderitaan (Luk 2:34-35).
    ✔ Artinya, hidup sebagai murid Kristus tidak selalu mudah.
    ✔ Akan ada kesulitan dan tantangan yang harus kita hadapi.
    ✔ Namun, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Kita dipanggil untuk menjadi saksi pengharapan di tengah dunia. Bagaimana caranya?
    ➤ Dalam keluarga: Menebarkan kasih dan kesabaran.
    ➤ Dalam pekerjaan: Hidup dalam kejujuran dan integritas.
    ➤ Dalam masyarakat: Membawa terang Kristus bagi yang tertindas dan tersisih. Sebagaimana Simeon melihat keselamatan dalam Yesus, kita juga dipanggil untuk melihat dan membawa keselamatan itu dalam hidup sehari-hari. 

Kesimpulan: Mataku Telah Melihat Keselamatan

Saudara-saudari yang terkasih, perkataan Simeon "Mataku telah melihat keselamatan yang datang daripada-Mu" adalah pengakuan iman yang penuh harapan.
✔ Ia melihat janji Allah digenapi dalam Kristus.
✔ Ia melihat terang yang akan menyinari dunia.
✔ Ia melihat keselamatan yang membawa pengharapan bagi semua bangsa. Sebagai umat Kristiani, kita dipanggil untuk memiliki pengharapan yang sama.
✔ Maukah kita membuka hati untuk keselamatan yang datang dari Tuhan?
✔ Maukah kita menjadi saksi terang Kristus dalam kehidupan sehari-hari?
✔ Maukah kita hidup sebagai peziarah harapan dalam Tahun Yubileum 2025 ini?

Semoga kita, seperti Simeon, dapat melihat kehadiran Tuhan dalam hidup kita dan bersaksi kepada dunia bahwa keselamatan telah datang dalam diri Yesus Kristus. Amin.

Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap

12 Januari 2025 - Pesta Pembaptisan Tuhan

Minggu 12 Januari 2025 - Pesta Pembaptisan Tuhan

Bacaan I : Yes. 40:1-5,9-11
Bacaan II : Tit. 2:11-14; 3:4-7 
Bacaan Injil : Lukas. 3:15-16,21-22

"Ia Akan Membaptis Kamu dengan Roh Kudus dan dengan Api"

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan.

Hari ini kita merenungkan kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus dalam Injil. Yohanes berkata, “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang… Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” Pernyataan ini bukan hanya pengakuan tentang siapa Yesus, tetapi juga pewartaan tentang misi dan kuasa-Nya untuk mengubah hidup manusia.

Dalam pernyataan Yohanes ini, kita menemukan tiga aspek penting yang dapat kita renungkan: siapa Yesus, apa artinya baptisan dengan Roh Kudus dan api, serta bagaimana kita sebagai murid Kristus dipanggil untuk hidup dalam kuasa Roh Kudus.

 

  1. Yesus: Sang Pembaptis dengan Roh Kudus dan Api
    Yohanes Pembaptis mengakui bahwa Yesus adalah Dia yang lebih besar dan lebih berkuasa. Yohanes hanya membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Yesus datang untuk membawa pembaptisan yang lebih mendalam, yaitu dengan Roh Kudus dan api. Ini adalah pembaptisan yang tidak hanya membersihkan dosa, tetapi juga memperbarui hati, menguduskan hidup, dan memberikan kekuatan ilahi.
    Yesus, sebagai Sang Mesias, adalah Dia yang menggenapi janji Allah untuk mencurahkan Roh Kudus kepada umat-Nya. Dalam Perjanjian Lama, para nabi seperti Yesaya dan Yehezkiel berbicara tentang Roh Kudus sebagai kuasa yang membarui hati dan membawa manusia lebih dekat kepada Allah. Dalam diri Yesus, janji ini menjadi nyata.
    Paus Fransiskus dalam salah satu homilinya menegaskan, “Roh Kudus adalah nafas kehidupan baru yang diberikan Yesus kepada umat-Nya. Roh Kudus tidak hanya membimbing, tetapi juga menyalakan api kasih dalam hati kita.” 
  2. Baptisan dengan Roh Kudus dan Api: Pembaruan Total
    Apa artinya dibaptis dengan Roh Kudus dan api?
    Roh Kudus: Baptisan dengan Roh Kudus adalah pengalaman menerima kehidupan baru dari Allah. Roh Kudus adalah kuasa yang mengubah hati kita, membantu kita memahami sabda Tuhan, dan memampukan kita untuk hidup sebagai murid Kristus. Roh Kudus membawa damai, sukacita, dan pengharapan.
    Api: Api dalam Kitab Suci sering kali melambangkan penyucian, kekudusan, dan semangat. Baptisan dengan api berarti bahwa hidup kita dimurnikan dari dosa, dibersihkan dari segala yang menghalangi kasih Allah, dan dinyalakan dengan semangat untuk melayani Tuhan dan sesama.
    Baptisan dengan Roh Kudus dan api bukan hanya sebuah simbol, tetapi sebuah pengalaman transformasi total yang membuat kita hidup dalam kasih dan kebenaran Allah. 
  3. Hidup dalam Kuasa Roh Kudus
    Sebagai orang yang telah dibaptis, kita telah menerima Roh Kudus dalam hidup kita. Namun, panggilan kita tidak berhenti di sana. Kita dipanggil untuk hidup setiap hari dalam kuasa Roh Kudus:
    Dalam doa: Roh Kudus adalah penolong kita dalam doa. Ia membantu kita untuk berkomunikasi dengan Allah dan memahami kehendak-Nya.
    Dalam tindakan: Roh Kudus memampukan kita untuk mencintai tanpa batas, mengampuni dengan tulus, dan melayani dengan rendah hati.
    Dalam kesaksian: Kita dipanggil untuk menjadi saksi kasih Kristus di dunia. Seperti Yohanes Pembaptis, kita harus berani menunjukkan kepada dunia bahwa Yesus adalah Tuhan. Paus Yohanes Paulus II pernah berkata, “Roh Kudus adalah jiwa dari misi Gereja. Tanpa Roh Kudus, semua usaha kita akan sia-sia. Dengan Roh Kudus, kita menjadi saksi yang hidup bagi Injil.” 
  4. Tantangan untuk Hidup dalam Kuasa Roh Kudus
    Dalam dunia yang sering kali terjebak dalam dosa, ketidakadilan, dan ketidakpedulian, kita dipanggil untuk menjadi pembawa Roh Kudus. Tetapi, ini bukan tugas yang mudah. Dibutuhkan keberanian, ketekunan, dan kasih yang besar untuk hidup sebagai saksi Kristus.
    Baptisan dengan Roh Kudus dan api mengingatkan kita bahwa kita tidak pernah sendiri. Roh Kudus adalah kekuatan ilahi yang memampukan kita untuk menghadapi tantangan dunia dengan sukacita dan pengharapan.
    Penutup: Menjadi Saksi Yesus dengan Roh Kudus dan Api
    Saudara-saudari terkasih, kesaksian Yohanes Pembaptis mengingatkan kita bahwa Yesus adalah Sang Pembaptis dengan Roh Kudus dan api. Dalam Dia, kita menerima hidup baru yang penuh kasih, kekuatan, dan pengharapan.
    Marilah kita membuka hati kita untuk menerima Roh Kudus setiap hari, membiarkan api-Nya menyala dalam hati kita, dan menjadi saksi kasih Allah di dunia ini. Dengan demikian, hidup kita akan menjadi tanda nyata dari kehadiran Tuhan yang membawa pembaruan dan keselamatan. Amin.

Mgr. Kornelius Sipayung

19 Januari 2025 - Hari Minggu Biasa II

Minggu 19 Januari 2025 - Hari Minggu Biasa II

Bacaan I : Yes. 62:1-5;
Bacaan II : Tit. 2:11-14; 3:4-7 
Bacaan Injil : Lukas. 3:15-16,21-22

"Apa yang Ia Katakan Kepadamu, Buatlah"

Pengantar

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan. Hari ini, kita diajak untuk merenungkan salah satu peristiwa paling berkesan dalam Injil, yaitu mukjizat pertama Yesus di Kana. Peristiwa ini bukan hanya tentang air yang diubah menjadi anggur, tetapi juga tentang bagaimana ketaatan dan iman membuka jalan bagi karya Allah yang luar biasa. Kata-kata Maria kepada para pelayan, “Apa yang Ia katakan kepadamu, buatlah,” adalah pesan mendalam yang mengundang kita untuk mempercayai dan taat kepada kehendak Tuhan.

  1. Peran Maria dalam Peristiwa di Kana 
    Maria memainkan peran kunci dalam mukjizat ini. Ketika anggur habis, Maria memperhatikan kebutuhan yang mendesak dan langsung membawa persoalan ini kepada Yesus. Sebagai seorang ibu yang penuh kasih, ia menunjukkan perhatian terhadap kebahagiaan dan kehormatan tuan rumah pesta. Namun, Maria tidak berhenti pada perhatian manusiawi semata. Ia memiliki iman yang mendalam kepada Yesus. Meski Yesus awalnya berkata, “Waktu-Ku belum tiba,” Maria tetap percaya bahwa Yesus akan bertindak. Dengan keyakinan penuh, ia berkata kepada para pelayan, “Apa yang Ia katakan kepadamu, buatlah.” 
    Maria adalah teladan iman yang teguh. Ia mengajarkan kepada kita bahwa doa dan kepercayaan kepada Yesus adalah kunci untuk melihat mukjizat dalam hidup kita. Paus Fransiskus pernah berkata, “Maria adalah ibu yang tahu bagaimana membawa kebutuhan kita kepada Tuhan dan memercayakan segala sesuatu kepada-Nya dengan penuh iman.” 
  2. Perintah Yesus kepada Para Pelayan 
    Yesus memberikan dua perintah kepada para pelayan: Isi tempayan dengan air. Ini tampaknya perintah yang sederhana, tetapi membutuhkan usaha besar. Tempayan-tempayan itu besar, dan mengisinya berarti kerja keras. Cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta. Perintah ini menuntut keberanian. Para pelayan tidak tahu apa yang akan terjadi. Mereka mungkin bertanya-tanya apakah tindakan itu akan mempermalukan mereka jika yang mereka cedok hanyalah air. 
    Perintah Yesus mengajarkan kita bahwa ketaatan kepada Tuhan sering kali melibatkan usaha dan keberanian. Kita mungkin tidak selalu memahami alasan di balik perintah-Nya, tetapi ketika kita melangkah dengan iman, Tuhan bekerja melalui tindakan sederhana kita. 
  3. Sikap dan Aksi Para Pelayan 
    Para pelayan memberikan teladan luar biasa tentang ketaatan. Mereka tidak mempertanyakan atau menunda-nunda perintah Yesus. Meskipun mereka tidak memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi, mereka taat dan melaksanakan perintah dengan setia. 
    Sikap para pelayan ini mengingatkan kita bahwa iman sejati adalah tentang melakukan kehendak Tuhan, bahkan ketika kita tidak sepenuhnya mengerti rencana-Nya. Ketaatan mereka membuka jalan bagi mukjizat yang tidak hanya memuaskan kebutuhan pesta, tetapi juga menyatakan kemuliaan Yesus sebagai Anak Allah. 
  4. Mukjizat yang Kita Alami Ketika Taat pada Sabda Tuhan 
    Mukjizat di Kana bukan hanya tentang air yang berubah menjadi anggur, tetapi juga tentang transformasi yang terjadi ketika kita taat kepada Tuhan. Dalam kehidupan kita, ada banyak “tempayan kosong” yang membutuhkan campur tangan Allah: 
    Tempayan hati yang kosong: Ketika kita taat kepada Tuhan, Ia memenuhi hati kita dengan sukacita, damai, dan pengharapan. Tempayan hubungan yang retak: Tuhan mampu memulihkan hubungan yang rusak ketika kita mendengarkan dan melaksanakan sabda-Nya. 
    Tempayan hidup yang kehilangan arah: Dalam ketaatan kepada Tuhan, kita menemukan tujuan dan panggilan hidup yang sejati. 
    Paus Benediktus XVI berkata, “Mukjizat Yesus di Kana adalah tanda kasih Allah yang melimpah. Kasih-Nya tidak hanya mencukupi, tetapi juga meluap, membawa sukacita yang melampaui harapan manusia.”  
  5. Panggilan untuk Menjadi Pelayan yang Taat 
    Pesan Maria kepada para pelayan adalah undangan bagi kita semua: “Apa yang Ia katakan kepadamu, buatlah.” Dalam kehidupan sehari-hari, Tuhan berbicara kepada kita melalui sabda-Nya, doa, dan suara hati. Kita dipanggil untuk mendengarkan dan melaksanakan kehendak-Nya dengan setia. 
    Sebagai pelayan Tuhan, kita diajak untuk: 
    Peka terhadap kebutuhan sesama: Seperti Maria, kita diajak untuk peduli terhadap mereka yang membutuhkan.
    Berani melangkah dalam iman: Seperti para pelayan di Kana, kita dipanggil untuk melaksanakan kehendak Tuhan meskipun kita tidak sepenuhnya mengerti.
     Percaya pada kuasa Tuhan: Seperti Maria, kita dipanggil untuk percaya bahwa Tuhan mampu melakukan hal-hal yang melampaui pemahaman kita.

Penutup: Menjadi Bagian dari Mukjizat Tuhan

Saudara-saudari terkasih, mukjizat di Kana mengajarkan kita bahwa Tuhan bekerja melalui ketaatan dan iman kita. Ketika kita taat kepada sabda Tuhan, kita membuka diri untuk karya-Nya yang luar biasa dalam hidup kita.

Mari kita, seperti Maria, para pelayan, dan semua yang hadir di Kana, percaya kepada Yesus dan melaksanakan apa yang Ia katakan kepada kita. Dengan demikian, kita akan melihat bahwa mukjizat Tuhan tidak hanya terjadi di masa lalu, tetapi juga dalam hidup kita hari ini. Amin.

Mgr. Kornelius Sipayung

26 Januari 2025 - Hari Minggu Sabda Allah

Minggu 26 Januari 2025 - Hari Minggu Sabda Allah

Bacaan I : Neh. 8:3-5a,6-7,9-11
Bacaan II : 1Kor. 12:12-30
Bacaan Injil : Luk1:1-4;4:14-21

Kotbah: Sabda Tuhan sebagai Kekuatan Transformasi Hari Minggu Sabda Allah

Pengantar

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, semoga Tuhan memberimu damai dan kebaikan. Hari ini, pada Minggu III Masa Biasa, Gereja Katolik merayakan Hari Minggu Sabda Allah. Sebagaimana ditetapkan oleh Paus Fransiskus melalui Motu Proprio Aperuit Illis pada tahun 2019, hari ini adalah undangan bagi kita untuk merenungkan peran Sabda Tuhan dalam hidup kita. Sabda Tuhan bukan hanya teks yang tertulis, tetapi Firman yang hidup, yang memiliki kuasa untuk mengubah hati, menyembuhkan luka, dan memperbarui hubungan kita dengan Allah dan sesama.

  1. Sabda Tuhan Mengubah Hati 
    Dalam Surat kepada Orang Ibrani 4:12, kita membaca, "Sabda Allah itu hidup dan kuat, lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun!" Firman ini memiliki daya untuk menembus kedalaman hati manusia, mengubah pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Seperti dalam kisah pertobatan Saulus, Sabda Tuhan mengubah seorang penganiaya menjadi rasul besar. Dalam Kisah Para Rasul 9, perjumpaan Saulus dengan Yesus yang bangkit mengubah hidupnya secara total. Ia, yang dulunya mengejar umat Kristen, menjadi pewarta Injil yang paling gigih. Ini menunjukkan bahwa ketika kita membuka hati pada Sabda Tuhan, hidup kita dapat diubahkan menjadi lebih penuh kasih, pengampunan, dan kebijaksanaan. Pertanyaannya bagi kita hari ini: Apakah kita telah memberikan ruang bagi Sabda Tuhan untuk mengubah hati kita? 
  2. Sabda Tuhan Menyembuhkan Luka 
    Mazmur 107:20 berkata, “Ia mengirimkan firman-Nya dan menyembuhkan mereka.” Sabda Tuhan memiliki kekuatan untuk menyembuhkan luka batin kita, baik itu akibat dosa, penyesalan, atau trauma. Banyak dari kita membawa beban yang berat dalam hati kita, tetapi Sabda Tuhan hadir untuk memberikan penghiburan dan pemulihan. Dalam Injil, kita melihat bagaimana Yesus menyembuhkan banyak orang hanya dengan kata-kata-Nya. Ketika seorang perwira berkata, “Katakan saja sepatah kata, maka hambaku akan sembuh” (Mat 8:8), ia menunjukkan iman yang dalam pada kekuatan Sabda Yesus. Bagi kita, Sabda Tuhan dalam Kitab Suci dan Sakramen membawa penyembuhan spiritual. Apakah kita bersedia membawa luka-luka kita kepada Tuhan dan membiarkan firman-Nya bekerja dalam hidup kita? 
  3. Sabda Tuhan Memperbarui Hubungan dengan Allah 
    Dosa memisahkan manusia dari Allah, tetapi Sabda Tuhan membawa rekonsiliasi. Dalam Injil Lukas 15, kita membaca kisah anak yang hilang, di mana sang ayah dengan kasih menerima anaknya yang bertobat. Ini adalah gambaran kasih Allah yang selalu siap memulihkan hubungan dengan kita melalui Sabda-Nya. Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh 14:6). Ketika kita merenungkan Sabda Tuhan, kita diarahkan untuk hidup dalam kehendak-Nya, menjadikan Dia pusat hidup kita. 
  4. Sabda Tuhan Memperbarui Hubungan dengan Sesama 
    Sabda Tuhan tidak hanya menghubungkan kita dengan Allah, tetapi juga dengan sesama. Dalam Yohanes 13:34, Yesus memberi kita perintah baru: “Saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu.” Firman Tuhan mengajarkan kita untuk hidup dalam kasih, mengampuni, dan melayani sesama. Ketika Sabda Tuhan menjadi pedoman hidup kita, hubungan dalam keluarga, komunitas, dan masyarakat kita dapat diperbarui. Sebagai contoh, komunitas Kristen awal dalam Kisah Para Rasul 2:42-47 hidup dalam kasih dan solidaritas, saling berbagi, dan mendukung. 
  5. Gereja sebagai Rumah Sabda Tuhan 
    Gereja adalah rumah di mana Sabda Tuhan didengar, direnungkan, dan dihidupi. Dalam setiap perayaan Ekaristi, kita mendengarkan firman Tuhan melalui bacaan Kitab Suci. Homili adalah kesempatan untuk merenungkan dan mengaplikasikan Sabda itu dalam hidup kita. Paus Fransiskus berkata, “Sabda Tuhan adalah hati dari kehidupan Gereja.” Melalui Sabda Tuhan, Gereja menjadi ruang di mana kita dibentuk menjadi saksi kasih Allah di dunia. 

Kesimpulan: Sabda Tuhan, Roh dan Kehidupan.

Saudara-saudari terkasih, Sabda Tuhan memiliki kekuatan untuk mengubah hati, menyembuhkan luka, dan memperbarui hubungan kita dengan Allah dan sesama. Kita dipanggil untuk menjadikan Sabda Tuhan sebagai pusat hidup kita, membaca dan merenungkannya setiap hari, serta menjadikannya pedoman dalam setiap tindakan kita. Marilah kita menjawab undangan Paus Fransiskus untuk hidup dalam terang Sabda Tuhan, yang adalah roh dan kehidupan. Dengan membiarkan firman Tuhan bekerja dalam hidup kita, kita akan menjadi saksi kasih-Nya di dunia ini.

Semoga Sabda Tuhan menuntun kita untuk hidup dalam kasih, pengampunan, dan kebenaran. Amin.

Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap

RELATED ARTICLES

INFORMASI

JADWAL USKUP & VIKJEN

KALENDER LITURGI