loader image
Kamis, Mei 22, 2025
Lainnya
    BerandaKomisiPesan Hari Raya Waisak 2025

    Pesan Hari Raya Waisak 2025

    Sahabat-sahabat Para Pemimpin dan Umat Buddha yang terkasih,

    Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami dengan senang hati menyampaikan salam hangat dan harapan baik atas perayaan Waisak yang penuh sukacita ini. Perayaan suci ini, yang memperingati Trisuci hari kelahiran, pencerahan, dan wafat Sang Buddha, memiliki makna spiritual yang mendalam bagi Anda. Ucapan salam kami tahun ini semakin diperkaya oleh semangat Yubelium, yang bagi kita umat Kristen Katolik merupakan saat rahmat, rekonsiliasi, dan pembaruan spiritual.

    Sebagai mitra yang berjalan bersama dalam dialog, kami juga menyapa Anda dalam semangat Nostra Aetate, Deklarasi bersejarah Konsili Vatikan II tentang hubungan Gereja dengan agama-agama non-Kristiani, yang peringatan ulang tahunnya yang keenam puluh kita rayakan tahun ini. Sejak diumumkan pada tahun 1965, Nostra Aetate telah memperdalam keterlibatan kami dengan para pengikut dan penganut tradisi agama lain. Terinspirasi oleh visinya, kami sekali lagi menegaskan bahwa “Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang benar dan suci” dalam agama-agama lain dan “Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang” (Nostra Aetate, 2).

    Komitmen kami untuk berdialog semakin ditegaskan oleh pengakuan positif yang diungkapkan dalam Nostra Aetate sehubungan dengan tradisi Anda sendiri: “Buddhisme dalam berbagai bentuk dan alirannya mengakui, bahwa dunia yang serba dan terus berubah ini sama sekali tidak mencukupi. Sang Buddha mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan jiwa penuh bakti dan kepercayaan, memperoleh pembebasan sempurna, atau - entah dengan usaha sendiri entah berkat bantuan dari atas” (Nostra Aetate, 2). Bagi Anda, jalan Buddhis menuju pembebasan melibatkan usaha melampaui ketidaktahuan, hasrat, dan penderitaan melalui wawasan, perilaku etis, dan disiplin mental. Perjalanan menuju Nirwana - kebebasan tertinggi dari siklus kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali - menekankan kuasa hikmat dan bela rasa yang transformatif.

    Kerinduan akan pembebasan sejati ini menemukan resonansi yang mendalam melalui pencarian bersama kita akan kebenaran dan kepenuhan hidup, dan hal ini selaras dengan ajaran tradisi kita masing-masing. Sang Buddha mengajarkan bahwa, “Orang yang telah bebas dari nafsu keinginan dan kemelekatan, pandai dalam menganalisa serta memahami ajaran beserta pasangan-pasangannya, maka ia patut disebut seorang Pemilik Tubuh Akhir (Arahat), orang yang memiliki Kebijaksanaan Agung, seorang manusia agung” (Dhammapada, Bab 24, ayat 352). Bagi Yesus, pengetahuan tentang Kebenaran itu membebaskan: “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran akan memerdekakanmu” (Yohanes 8:32).

    Di zaman kita, yang ditandai oleh perpecahan, konflik, dan penderitaan, kita menyadari kebutuhan mendesak akan dialog yang membebaskan, dialog yang tidak terbatas pada kata- kata tetapi mampu menerjemahkan kata-kata tersebut menjadi tindakan konkret untuk perdamaian, keadilan, dan martabat bagi semua.

    Seperti halnya ketika Nostra Aetate diumumkan, dunia kita saat ini juga dibebani oleh ketidakadilan, konflik, dan ketidakpastian tentang masa depan. Namun, kita tetap yakin akan kapasitas agama yang mendalam untuk menawarkan tanggapan yang bermakna terhadap “teka- teki keberadaan manusia yang belum terpecahkan” (Nostra Aetate, 1). Dialog yang terjadi di antara kita berfungsi sebagai cara untuk mengkomunikasikan kekayaan tradisi agama kita dan memanfaatkan kebijaksanaannya untuk mengatasi tantangan mendesak di zaman kita.

    Kerinduan akan persaudaraan dan dialog yang autentik, yang diungkapkan dengan sangat indah dalam Nostra Aetate, memotivasi kita untuk berjuang demi persatuan dan cinta di antara semua orang dan bangsa. Kerinduan itu mengajak kita untuk membangun di atas kesamaan, menghargai perbedaan, dan saling memperkaya dari tradisi kita yang beragam. Semangat ini tumbuh lebih dalam saat kita berusaha merangkul budaya dialog sebagai jalan ke depan, dengan “kerja sama timbal balik sebagai kode etik (dan) pemahaman timbal balik sebagai metode dan standar” (Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama, Abu Dhabi, 4 Februari 2019).

    Dengan refleksi penuh doa ini, kami sungguh-sungguh percaya bahwa, melalui dialog, tradisi kita masing-masing dapat menawarkan tanggapan yang layak terhadap tantangan zaman kita.

    Selamat Hari Raya Waisak. Kami berharap Anda merayakan Waisak dengan penuh berkat dan buah-buah kedamaian dan kebahagiaan!


    Dari Vatikan, 25 April 2025

    George Jacob Kardinal Koovakad
    Prefek

    Mgr. Indunil Kodithuwakku Janakaratne Kankanamalage
    Sekretaris

    RELATED ARTICLES
    Klik gambar ini untuk info selengkapnyaspot_img

    INFORMASI KAM

    JADWAL USKUP & VIKJEN

    KALENDER LITURGI