Pelindung |
: |
Santo Stefanus Martir |
Buku Paroki |
: |
Sejak 11 Agustus 2011. Sebelumnya bergabung dengan Paroki St. Fransiskus dari Assisi Saribudolok. |
Alamat |
: |
Jl. Santo Stefanus Martir No. 1, Kel. Sondi Raya, Kec. Raya, Simalungun - 21162 |
Telp. |
: |
0822 7706 1088 |
|
: |
[email protected] |
Jumlah Umat |
: |
938 KK / 3.436 jiwa
|
Jumlah Stasi |
: |
19 |
01. Bandar Hanopan04. Bintang Mariah07. Dolog Manahan10. Kampung Baru13. Mappu16. Sirpang Sigodang19. Tumbukan Dalig |
02. Bangun Mariah05. Bongguran08. Dolog Marimbun11. KampungTempel14. Pulian Baru17. Sorba Dolok |
03. Bangun Raya06. Dolog Huluan09. Gunung Mariah Panei12. Kariahan Usang15. Silou Hatomuan18. Tanjung Mariah |
RP. Roy Stepanus Nababan OFMCap |
06.09.'82 |
Parochus |
Jadwal Misa Gereja Paroki Pamatang Raya
Sejarah Paroki St. Stefanus Martir - Pamatang Raya
Paroki St. Stefanus Martir - Pamatang Raya, Keuskupan Agung Medan, terletak di Jl. St. Stefanus Martir No. 01 Kelurahan Sondi Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Paroki ini berdiri pada tanggal 11 Agustus 2011 sebagai pemekaran dari Paroki St. Fransiskus Assisi Saribudolog. Paroki ini adalah wujud dari Jubileum 75 Tahun Paroki Saribudolog di tahun 2010. Pada saat pesta Jubileum pada bulan November 2010 tersebut Bapa Uskup Keuskupan Agung Medan, Mgr. Anicetus Sinaga OFMCap mengumumkan pendirian baru yaitu Paroki Pamatang Raya.
Latar belakang pendirian Paroki Pamatang Raya tidak lepas dari pertumbuhan umat yang begitu cepat di wilayah Pamatang Raya yang tentu juga membutuhkan pelayanan pastoral yang lebih memadai atau lebih intens. Juga perubahan status Pamatang Raya dari ibu kota Kecamatan menjadi ibukota Kabupaten diharapkan akan ikut menjadi pemicu perkembangan Paroki Pamatang Raya di berbagai bidang. Hal lain yang juga penting adalah mewujudkan gereja yang berinkulturasi adat istiadat, bahasa dan kultur budaya yang harus terjaga oleh dan lewat gereja lewat pendirian paroki ini.
Paroki yang dirintis oleh Pastor Elpidius Van Duijnhoven (Oppung Dolog) kini sudah berbuah yakni Paroki St. Stefanus Martir - Pamatang Raya. Dengan demikian iman Katolik di Tanoh Habonaron Do Bona, yang berada di Keuskupan Agung Medan semakin berkembang seturut budaya Simalungun.
Paroki ini di gembalakan oleh pastor dari Ordo Saudara Dina Kapusin (OFMCap). Awal berdiri jumlah gereja stasi hanya 16 gereja termasuk stasi induk yang penyebarannya di tiga (3) Kecamatan: Kec. Raya, Kec. Panei, Kec. Dolog Masagal. Di Kecamatan Raya terdapat 8 stasi yakni: Kampung Baru, Mappu, Tumbukan Dalig, Bongguron, Dolog Manahan, Kariahan Usang dan Pamatang Raya. Di Kecamatan Panei ada 5 stasi yakni: Sirpang Sigodang, Gunung Mariah Panei, Tanjung Mariah, Dolog Marimbun dan Kampung Tempel. Sementara di Kecamatan Dolog Masagal terdapat 3 stasi yakni: Pulian Baru, Bangun Mariah, Dolog Huluan. Pada tanggal 05 Juli 2015 berdiri 1 stasi lagi yaitu Stasi Silou Hatomuan yang dimekarkan dari Stasi Bongguron. Kemudian pada tahun 2018 ada 3 stasi dari Paroki St. Yoseph – Tebing Tinggi yakni Bandar Hanopan, Bangun Raya dan Sorba Dolog diserahkan ke Paroki Pamatang Raya. Ketiga stasi ini berada di dua Kecamatan yaitu: Kec. Silau Kahean dan Kec. Raya Kahean. Alasan penyerahan itu adalah karena jarak yang lebih dekat ke Pamatang Raya dan adanya kedekatan budaya khususnya bahasa yang dipakai masyarakat di sana sama dengan Pamatang Raya yaitu bahasa Simalungun.
Umat Paroki Pamatang Raya menggunakan umumnya memakai Bahasa Simalungun baik dalam percakapan sehari-hari dan juga dalam perayaan Liturgi. Hal ini sejalan dengan semangat Konsili Vatikan II yang mendukung inkulturasi dalam Gereja Katolik. Maka pemakaian bahasa Simalungun dalam setiap perayaan Liturgi termasuk Ibadat Sabda dan Ekaristi tetap dipertahankan.
Di sisi lain dengan berdirinya Pamatang Raya menjadi ibukota Kabupaten Simalungun sangat besar kemungkin Gereja Katolik juga akan ikut berkembang di Pamatang Raya sejalan dengan perkembangan dan kemajuan sosial ekonomi politik dan budaya. Dengan hadirnya Gereja Katolik Paroki di Pamatang Raya, kita semakin mendapat informasi tentang berbagai dinamika sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Fakta sosial itu juga didambakan oleh umat Katolik sebagai bagian utuh dari masyarakat Indonesia dapat ambil bagian sebagai “medan” panggilan dan perutusan berdasarkan prinsip-prinsip kekatolikan atau kristianitas dan nilai-nilai Pancasila.
Kondisi kehidupan ekonomi umat di Pamatang Raya adalah menengah ke bawah. Sebagian besar (90%) umat memiliki mata pencaharian dengan bertani, sebagian kecil pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang, guru dan wiraswasta.
Secara statistik jumlah umat Paroki Pamatang Raya tampak terus bertambah, hingga saat ini per Oktober 2022, jumlah umat Paroki Pamatang Raya ada sebanyak 3.340 jiwa yang terdiri dari 898 Kepala Keluarga (KK) yang sebelumnya ditahun 2011 hanya sebanyak 2.294 jiwa dari 511 Kepala Keluarga (KK).
Paroki Paroki Pamatang Raya sejak awal berdiri selalu digembalakan oleh para pastor dari Ordo Kapusin (OFMCap). Pastor yang menggagas pendirian Paroki ini adalah RP. Ambrosius Nainggolan, OFMCap (11 Agustus 2011–23 Agustus 2012). Kemudian setelah Paroki didirikan RP. Angelo Pk. Purba, OFMCap menjadi Parokus dan berkarya hingga tahun 2016 (23 Agustus 2012 - 12 September 2016). Kemudian RP. Angelo Purba digantikan oleh RP. Giovanno Sinaga, OFMCap yang berkarya sebagai Parokus sejak 12 September 2016 - 03 Maret 2019. Kemudian RP. Giovanno, OFMCap digantikan oleh RP. Togu Nestor Sinaga, OFMCap (03 Maret 2019 - 07 Agustus 2022). Kemudian RP. Togu Nestor Sinaga, OFMCap diganti oleh RP. Roy Stepanus Nababan, OFMCap sejak 07 Agustus 2022 sebagai Pastor Paroki Pamatang Raya hingga sekarang.
Sejak berdirinya Paroki Pamatang Raya, pastor yang melayani dan tinggal di Paroki hanya satu orang pastor saja. Hal ini tentu dapat dianggap kurang ideal di mana biasanya Pastoran dihuni paling tidak 2 atau 3 pastor dan frater. Namun situasi kurangnya tenaga pastor atau imamlah yang kemungkinan besar menyebabkan Paroki Raya baru dilayani oleh satu imam saja.