Pelindung |
: |
Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga |
Buku Paroki |
: |
Sejak 1 Agustus 1948. Sebelumnya bergabung dengan Paroki Katedral Medan. |
Alamat |
: |
Jl. Letnan. R. Peranginangin No. 13, Kabanjahe - 22111 |
Telp/WA |
: |
|
|
: |
|
Jumlah Umat |
: |
4.012 KK/ 13.750 jiwa (data Biduk per 05/02/2024) |
Jumlah Stasi |
: |
20 |
Rayon Tiga Panah: |
|
|
01. Bulanjahe04. Ketaren07. Pertumbuken10. Sukanalu |
02. Bulanjulu05. Kubu Simbelang08. Seberaya11. Tiga Panah |
03. Bunuraya06. Kuta Kepar09. Suka |
|
|
|
Rayon Sukadame: |
||
01. Bawah04. Rumamis/Tambunen07. Sukamandi |
02. Cingkes05. Sinaman08. Talimbaru |
03. Dokan06. Suka Dame09. Ujung Bawang |
|
|
|
RD. Daniel Manik |
23.03.’85 | Parochus |
RD. Dedi Ananta Sembiring |
20.03.'85 |
Vikaris Parokial |
Sejarah Paroki St. Perawan Maria Diangkat ke Surga Kabanjahe
Pengantar
Kehadiran Gereja Katolik di daerah Kabanjahe dibawa oleh para Misionaris. Para Misionaris ini adalah para pastor dari Ordo Kapusin yang berasal dari Belanda. Misionaris pertama yang membawa ajaran Katolik ialah P. Elpidius Van Duyhoven, OFM,Cap. Pewartaan ajaran Gereja Katolik ini mulai di bawa oleh para misioanaris pada masa kolonial di bawah pemerintahan Belanda. Akan tetapi, pewartaan kemudian menjadi terganggu, ketika pemerintahan Jepang berhasil menguasai Indonesia sejak tahun 1940. Dari catatan sejarah, para misionaris yang datang dari Belanda juga ikut menjadi tawanan tentara Jepang.
Sebelum ditawan oleh jepang P.Elpidius Van Duyhoven,OFM,Cap yang tinggal di Simalungun telah mengunjungi beberapa daerah di tanah Karo. Ketika itu , dikota Berastagi sendiri telah berdiri biara Suster Fransiskanes St. Elisabeth. Sedangkan Suster Fransiskanes Dongen telah mendirikan biara di Kabanjahe. Selain mengunjungi daerah-daerah pedesaan, P.Elpidius juga sering mengunjungi kedua biara suster fransiskanes ini. Selain P.Elpidius, P. De Wolf,Ofm.Cap pun pernah tinggal di biara suster fransikanes Santa Elisabeth. Namun patut disayangkan, kedua biara tersebut terbakar waktu revolusi perang dunia II.
Dalam sejarah perkembangan kehadiran Gereja Katolik di tanah Karo, Paroki St. Perawan Maria yang Diangkat Ke Surga (SPM) merupakan pusat penyebaran kehadiran Gereja Katolik di Kabupaten Karo. Maka melalui tulisan ini, kami akan membagi dalam beberapa periode.
1. Periode Awal 1939 - 1952
Pada tahun 1939 P.Elpidius membuka stasi Sukajulu. Waktu itu ia pun sering mengunjungi daerah Berastepu, Gurukinayan, Munthe dan Sembeiken. Ketika perang dunia II Pecah, para misionaris sangat merasakan akibatnya sejak bulan Mei 1940 semua hubungan dengan belanda terputus. Misionaris dilarang masuk ke Indonesia. Bantuan finansial dan perlengkapan misi terhenti. Pada masa itu P.Elpidius dan beberapa pastor kapusin lainnya dipenjarakan di KAMP Tahanan Siringoringo (Labuhan Batu). Situasi ini terus berlangsung hingga Jepang menyerang kepada sekutu tahun 1945. Para misionaris yang ditahan akhirnya dibebaskan.
Pada tanggal 03 Agustus 1948 Mgr. Matias Brans mengutus P. Maximilianus Brans dan P. Elpidius untuk mendirikan sebuah paroki di tanah Karo. Umat yang sudah tercatat berjumlah 59 KK. Selanjutnya mereka mendirikan pastoran dan sebuah gereja darurat di Kabanjahe yang diresmikan oleh Mgr. Matias Brans pada tanggal 19 Desember 1948. Selain itu mereka juga mengirim 18 anak ke Pematangsiantar untuk melanjutkan pendidikan keguruan(OVVO). Kedua Pastor ini pun dibantu oleh oleh seorang guru agama, yakni Nimbasi Purba.
2. Periode Tahun 1953 - 1997
Pada masa ini tidak ditemukan catatan sejarah yang tepat dan teratur tentang perkembangan Gereja dan Misi Katolik di Tanah Karo. Gerakan Perkembangan Gereja dan Misi lama periode ini diperoleh dan disarikan dari tulisan beberapa orang pastor yang pernah bertugas di Tanah Karo, Tepatnya di Paroki St. Perawan Maria Diangkat Ke Surga (P.Theodosius Van Eijk, P.Kleopas Van Laarhoven, P.Yustinus Tinambunan, P. Simon Sinaga dan P. Ignatius Simbolon) dan beberapa orang awam yang terlibat aktif dalam karya kerasulan. Berikut ini akan disarikan beberapa tulisan yang kiranya bisa membantu kita untuk mengetahui perkembangan Gereja Katolik di Tanah Karo. Periode tahun 1953-1965 diambil dari tulisan P.Theodosius Van Eijk. Menurutnya yang menjadi perintis Misi Gereja Katolik di Tanah Karo adalah P. Brans Sitepu Bebere Ginting. Gereja Katolik ditanah karo resmi dimulai sejak datang dan tinggalnya P.Brans di Kabanjahe. Pada masa ini mulai didirikan sekolah, biara untuk para suster SFD (Tahun 1954), asrama dan beberapa pembenahan lainnya. Keberhasilan mengembangkan Gereja dan Misi Katolik di tanah karo sesungguhnya berlangsung melalui kegiatan pendidikan (SMP dan SKP). Melalui siswa-siswi inilah agama dan Gereja disebarkan. Perkembangan Gereja dan agama katolik di tanah karo semakin pesat setelah tahun 1965.
Pada tahun 1965, P.Kleopas bertugas di paroki St.Perawan Maria- Kabanjahe sampai tahun 1981. Sejak menginjakkan kaki di sumatera P.KLeopas langsung ditempatkan di Kabanjahe untuk membantu P.Lici dan P.Paduanus Kramer. Pada masa itu paroki kabanjahe memiliki 18 stasi dengan jumlah umat sekitar 3.600 jiwa. Setelah 16 tahun jumlah ini bertambah menjadi 56 stasi dengan 16.000 jiwa. Dalam kurun waktu ini pastor yang berkarya di paroki kabanjahe ini antara lain: P.Kramer, P.Lici , P.Justinus Tinambunan, P. Mikael Hutabarat, dan P.Simon Sinaga. Hingga tahun 1977 di Kabupaten Tanah Karo ini hanya terdapat satu paroki dan Kabanjahe lah yang menjadi pusatnya. Karena pesatnya pertumbahan umat dan luasnya wilayah pelayanan, maka sejak bulan juli 1977 P.Simon Sinaga bersama P.Mikael hutabarat memulai membuka paroki yang baru yakni paroki Tiga Binanga.
Pada awal tahun 1980-an di tanah Karo ini terjadi persaingan yang sangat ketat antara agama (Protestan, Islam dan Katolik) dalam rangka merebut simpati umat atau masyarakat yang relative besar masih menganut animisme atau agama sipemena. Pada masa inilah pimpinan Keuskupan Agung Medan menetapkan tanak karo sebagai daerah “evangelisasi”. Hingga tahap ini, Gereja Katolik di tanah karo sangat pesat berkembang.
3. Periode Tahun 1997 - 2005
Setelah kepindahan P.Laurentius Sinaga OFM,Cap, P. Ignatius Simbolon OFM.Cap kembali ditempatkan di kabanjahe sebagai Parokus. Pada periode ini beliau ditemani oleh P.Damianus Anggiat Sihotang, P. Kornelius Sipayung, Uliraja Simarmata dan P.Marselino Simamora, OFM.Cap. Hampir kurang lebih sepuluh bulan P.ignatius Simbolon menjabat sebagai Pastor Paroki menunggu kedatangan P.Leo Joosten, OFM.Cap dari pangururan.
Menurut data statistik 1999 data umat kabanjahe telah mencapai 38.093 jiwa. Pesatnya pertambahan umat dan luasnya wilayah menyebabkan pelayanan pastoralpun kurang memadai. Patut disyukuri bahwa awam dan para susterpun turut ambil bagian dalam kegiatan pastoral di paroki ini. Melihat situasi ini, maka sejumlah pihak dan pimpinan KAM mulai berpikir untuk memekarkan paroki ini menjadi tiga yakni Berastagi dan Tiganderket sebagai pusat paroki yang baru serta kabanjahe. Karena itulah diangkat sebuah komisi khusus untuk mewujudkan pembangunan gereja di Berastagi. Pada periode ini juga atas usul pihak keuskupan direncanakan pastoran kabanjahe, kantor dan sekretariat paroki yang terletak di Jl.Letnanrata perangin-angin dipindahkan ke jalan irian kabanjahe (bekas tempat lembaga latihan pertanian) yang telah diserahkan ke paroki kabanjahe.
4. Periode Tahun 2005 - Pemekaran
Sebelum pemekaran, umat paroki kabanjahe yang berjumlah 45.594 jiwa tersebar di 87 stasi (10 rayon) sesudah pemekaran Paroki kabanjahe memiliki 67 stasi (7 rayon) dan paroki berastagi memiliki 20 stasi (3 rayon). Setelah persemian paroki berastagi , selanjutnya dibuat dalam master plan paroki st. Perawan maria diangkat ke surga kabanjahe tahun 2006 adalah pemekaran paroki. Sebagai tindak lanjut dari master plan tersebut maka diusulkan agar pemekaran kabanjahe dapar direalisasikan pada akhir tahun 2007. Pemekaran telah terealisasi dengan didirikannya paroki St.Petrus dan St.Paulus Jl.Irian kabanjahe(47) stasi. Dengan demikian pelayanan pastoral di SPM semakin ramping. Paroki ini sekarang terdiri dari 21 stasi (3 rayon) dan jumlah umat kurang lebih 18.700 jiwa.
Seiring dengan perjalanan waktu yang lebih dari 50 tahun sejak didirikannya pada tahun 1956, gereja katolik paroki SPM yang berada di Jl.Letnan Rata Perangin-angin kabanjahe mengalami perkembangan pesat. Paroki ini merupakan pusat pengembangan pelayanan dan pewartaan kabar gembira sekaligus paroki induk gereja katolik tanah Karo simalem. Dari paroki inilah mekar 4 paroki baru yakni paroki Tigabinanga(1979), paroki Berastagi (2005), paroki St. Paulus dan Petrus(2007) dan 1 kuasi paroki Tiganderket (2013).
1. Rayon Kabanjahe
Gereja pertama di Kabanjahe didirikan oleh militer-militer Belanda pada bulan November 1948. Pada tanggal 19 Desember 1948, Gereja itu diberkati oleh Mgr. Mathias Brans OFMCap. Pada tahun 1957, Gereja pertama ini menjadi gudang setelah gereja baru dibangun. Gedung gereja kedua dibangun pada tahun 1956 oleh Br. Anscharius OFMcap. Diberkati oleh Mgr Ferrerius van den Hurk OFMCap pada 5 Agustus 1956. Bagian altar disesuaikan dengan Liturgi Konsili Vatikan II pada September 1971. Bangunan gereja sekarang ini diberkati pada tanggal 16 Februari 2014 oleh Mgr. Anicetus Sinaga.
2. Rayon Suka Dame
Gereja pertama di Kabanjahe didirikan oleh militer-militer Belanda pada bulan November 1948. Pada tanggal 19 Desember 1948, Gereja itu diberkati oleh Mgr. Mathias Brans OFMCap. Pada tahun 1957, Gereja pertama ini menjadi gudang setelah gereja baru dibangun. Gedung gereja kedua dibangun pada tahun 1956 oleh Br. Anscharius OFMcap. Diberkati oleh Mgr Ferrerius van den Hurk OFMCap pada 5 Agustus 1956. Bagian altar disesuaikan dengan Liturgi Konsili Vatikan II pada September 1971. Bangunan gereja sekarang ini diberkati pada tanggal 16 Februari 2014 oleh Mgr. Anicetus Sinaga.
a. Stasi Suka Dame
Stasi dibuka pada : 1963
Dibuka oleh : Pastor Maximus Brans OFMCap
Luas tanah aset gereja : 560 m
Tahun pembelian : 26 April 1964
Pembangunan gereja : 1963 (Rumah Papan);
Gereja pertama adalah Rumah Papan berukuran 7 x 9 m. Pada tahun 1999 dibangun gereja baru dan diberkati oleh Bapak Uskup Agung Medan Mgr. Pius Datubara tahun 2001.
b. Stasi Sinaman
Stasi dibuka pada : 1962
Dibuka oleh : Pastor Maximus Brans OFMcap, Licinus Fasol-Ginting OFMcap dan Bapak Tangsi Tarigan
Luas tanah aset gereja : 15 x 20
Tahun pembelian : 1962
Pembangunan gereja : 1962 (Pada 29 Juni 2003 Gereja dibangun kembali karena perkembangan umat)
c. Stasi Rumamis Tambunen
Stasi dibuka pada : 1963
Dibuka oleh : Pastor Licinus Fasol-Ginting OFMCap dan Bungan Raja Sitepu
Luas tanah aset gereja : 20 x 29 m
Tahun pembelian : 6 Oktober 1963
Pembangunan gereja : 1964
d. Stasi Bawang
Stasi dibuka pada : 1956
Dibuka oleh : Pastor Maximus Brans OFMCap
Jumlah umat yang dipermandikan pertama kali: 25 orang
Tanah aset gereja : 10 x 21 m
Tahun pembelian : 1951
Pembangunan gereja : 5 Maret 1990
Ukuran gereja : 8 x 12 m (permanen)Nama pelindung gereja : St. Antonius dari Padua
e. Stasi Suka Mandi
Stasi dibuka pada : 2 Mei 1956
Dibuka oleh : Pastor Maximus Brans OFMcap dan Bapak Purba
Luas tanah aset gereja : 12 x 23 m (276m) hibah dari Nerang Karo-karo tahun 1956. Surat Hibah tanggal 2 Februari 1997.
Tanah ukuran baru : 21 x 12 m (252 m) terbuat dari semi permanen. Ukuran 8 x 12 m.
Nama pelindung gereja : St. Yohanes Rasul
f. Stasi Cingkes
Stasi dibuka pada : 1966
Dibuka oleh : Pastor Licinus Fasol-Ginting OFMCap dan Artis Sembiring dan Bapak Arus Ginting (pindah ke GBKP)
Luas tanah aset gereja : 18 x 25 m
Tahun pembelian : 6 Agustus 1969
Pembangunan gereja darurat : 1966. Pada 23 Juli 1969 Gereja dibangun oleh Bp. Madan berukuran 7 x 9 dan diberkati pada 5 Oktober 1969. Pada 16 Juni 2006 dibangun kembali Gereja baru.
Nama pelindung gereja : St. Maria Diangkat ke Surga
g. Stasi Ujung Bawang
Stasi dibuka pada : 1982
Dibuka oleh : Pastor Thomas Sinabarita OFMcap, Pastor Anggiat Sihotang Pr, Pastor Antonius Siregar OFMCap
Luas tanah aset gereja : 20 x 18 m
Tahun pembelian : 1 Maret 1974
Pembangunan gereja : Gereja awal dibangun darurat pada tanggal 13 Juni 2005
Nama pelindung gereja : St. Maximilianus Kolbe OFM Konv.
h. Stasi Talimbaru
Stasi dibuka pada : 1953
Dibuka oleh : Pastor Maximus Brans OFMcap, Bapak Palas Perangin-angin, Mancang Sitepu, Tambat Barus
Luas tanah aset gereja : 15 x 15 m
Tahun hibah : 10 Desember 1953
Dihibahkan oleh : Motor Barus dan Ngulih Barus
Luas bangunan gereja saat ini : 11 x 14 m
Nama pelindung gereja : St. Fransiskus Xaverius
i. Stasi Dokan
Stasi dibuka pada : 1950
Dibuka oleh : Pastor Maximus Brans OFMcap dan Jangasi Ginting/Purba
Luas tanah aset gereja : -
Tahun pembelian : 1950
Pembangunan gereja : 1951 (Gedung gereja diganti jadi permanen pada tahun 1987 dengan ukuran 8 x 12 m.) ;
2. Rayon Tiga Panah
a. Stasi Suka
Stasi dibuka pada : 1953
Dibuka oleh : Pastor Maximus Brans OFMCap
Luas tanah aset gereja : 8 x 12 m
Tahun pembelian : 18 Mei 1967
Pembangunan gereja : 1961 (Pada tahun 1995 Gereja dibangun kembali karena perkembangan umat)
b. Stasi Suka Nalu
Stasi dibuka pada : 1963
Dibuka oleh : Pastor Licinus Fasol-Ginting OFMCap
Luas tanah aset gereja : 41 x 39 m
Tahun pembelian : Lahan gereja pertama dijual dan diganti dengan tapak gereja baru yang dibeli pada 30 Maret 1967 dengan luas 41 x 39 m.
Pembangunan gereja : 1967 luas 12 x 8 m oleh Pak Madan Sitepu. Gereja selanjutnya dibangun pada tahun 1989.
Nama pelindung gereja : St. Paulus
c. Stasi Bunu Raya
Stasi dibuka pada : 1970
Dibuka oleh : Pastor Licinus Fasol-Ginting OFMCap
Luas tanah aset gereja : 10 x 20 m (26 Desember 1977)
Tahun pembelian : 26 Desember 1977
Pembangunan gereja : 1977 dan dibangun kembali 11 Januari 2004 (13 x 23 m)
d. Stasi Kubu Simbellang
Stasi dibuka pada : 1967
Dibuka oleh : Pastor Licinus Fasol-Ginting OFMCap dan Bapak Mbaru Lingga
Pembangunan gereja : Gereja Darurat 1967
Renovasi Bangunan Gereja : 2021
e. Stasi Bulan Julu
Stasi dibuka pada : 1976
Dibuka oleh : Pastor Licinus Fasol-Ginting OFMCap, Limakuta Girsang, Maju Tarigan dan Sada Ukut Kemit (Tiga Panah)
Gereja Sekarang diresmikan : 2021
Nama pelindung gereja : Sta. Maria Diangkat ke Surga
f. Stasi Bulan Jahe
Stasi dibuka pada : 1967
Dibuka oleh : Pastor Licinus Fasol-Ginting OFMCap dan Pastor Kleopas van Laarhoven OFMCap
Luas tanah aset gereja : 15 x 35
Tahun pembelian : 1 Februari 1969
Pembangunan gereja : 1970 dan pada tahun 2004 dibentuk panitia pembangunan untuk membangun gereja baru
Nama pelindung gereja : St. Petrus
g. Stasi Pertumbuken
Stasi dibuka pada : 1967
Dibuka oleh : Pastor Licinus Fasol-Ginting OFMCap
Tanah aset gereja : 12 x 8 m (Dibangun pada tahun 1985)
Tahun pembelian : 10 Oktober 1967
Pembangunan gereja : 1985
h. Stasi Tiga Panah
Stasi dibuka pada : 1955
Dibuka oleh : P. Maximus Brans OFMcap dan b. Ngolu Purba
Luas tanah aset gereja: 20 x 50 m
Tahun Pembelian : 20 November 1967
Pembangunan gereja : 1968 (12 x 8 m)
Diberkati oleh Mgr. Ferrerius van den Hurk OFMcap pada tanggal 22 September 1968
Nama pelindung gereja : St. Padre Pio
i. Stasi Ketaren
Stasi dibuka pada : 1967
Dibuka oleh : Pastor Licinus Fasol-Ginting OFMCap
Luas tanah aset gereja : 12 x 20 m (240 m persegi)
Tahun pembelian : 1978
Pembangunan gereja : 1979 (7 x 13 m) – semi permanen
Nama pelindung gereja : -
j. Stasi Kutakepar
Stasi kuta kepar berkembang dari stasi Suka. Rencana pendirian stasi ini di mulai tahun 2013. Pemberkatan gereja dilaksanakan pada tahun 2016 0leh Mgr. Pius Datubara
k. Stasi Seberaya
Stasi dibuka pada : 1955
Dibuka oleh : Pastor Maximus Brans Sitepu OFMCap
Luas tanah aset gereja : 20 x 18 m
Tahun pembelian : 1 Maret 1974
Pembangunan gereja : Gereja awal dibangun dengan dinding bambu. Pada tahun 1974 gereja lama dibongkar dan dipindahkan ke Kuta Mbelin.
Nama pelindung gereja : -
Para pastor yang berkarya di paroki Santa Perawan Maria sangat baik dan semangat dalam melaksanakan karya kerasulan sebagai seorang pewarta Injil. Para pastor melakukan banyak tugas pelayanan seperti: kunjungan stasi-stasi, pelayanan sakramen-sakramen, seperti: Ekaristi, perkawinan dan orang sakit, tobat, adorasi dan pemberkatan rumah dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen: baptis, komuni pertama, krisma dan pemeriksaan kanonik untuk perkawinan.
Untuk memperdalam penghayatan iman kekatolikan, para Pastor selalu setia mengadakan sermon (katekese) perihal kehidupan pendalaman iman gereja katolik. Sermon atau katekese ini di laksanakan secara rutin setiap bulan dengan mengundang para pengurus gereja, seksi-seksi dalam kepengurusan gereja dan juga umat Allah.
Umat katolik paroki SPM memiliki semangat yang tinggi untuk merayakan Ekaristi. Hal itu tampak dari banyaknya permintaan umat kepada para pastor untuk melayankan Ekaristi baik untuk keluarga, lingkungan ataupun stasi. Umat paroki SPM sangat meyakini dan menginginkan bahwa setiap kegiatan penting sebisa mungkin diisi dengan Ekaristi. Niat dan penghayatan umat yang tinggi akan imannya menjadikan para pastor sering melakukan kerasulan ke lingkungan dan stasi. Para pastor hampir setiap hari memiliki jadwal pelayanan ke lingkungan dan stasi untuk melayankan pelayanan sakramen.
Para pastor yang melayani di paroki SPM juga melakukan pelayanan dalam kelompok-kelompok kategorial (BIAK, OMK, Paduan Suara, Kerahiman Ilahi, Kumpulan perbapaan dan perkumpulan Pernanden). Para pastor memimpin dan membimbing umat dalam kelompoknya masing-masing demi kemajuan kehidupan religius umat beriman. Para pastor beserta pengurus Gereja sangat aktif dan semangat dalam melaksanakan tugas pelayanan di seksi masing-masing.
Dalam pemberdayaan ekonomi umat, paroki SPM hadir melalui seksi PSE untuk memberikan penyuluhan dalam bidang pertanian. Sebab 80% dari umat di paroki adalah petani. Maka dari itu, paroki ini telah membentuk tiga kelompok tani untuk mengembangkan perekonomian umat Allah.
Selain dari pada itu, paroki SPM juga mengelola sekolah PAUD yang berada di stasi sukanalu dan serberaya. PAUD Santa Maria Sukanalu didirikan dan dibuka pada tahun 2003. Pada awal didirikan PAUD Santa Maria ini adalah atas inisiatif umat setempat dan didukung oleh Pastor Leo Joosten OFM.Cap, yang pada waktu itu sebagai Pastor Paroki Santa Perawan Maria Di angkat Ke surga Kabanjahe. Dengan berdirinya PAUD ini diharapkan anak -anak usia dini mendapatkan pendidikan taman kanak-kanak khususnya yang tinggal di pedesaan. Awal dibuka PAUD ini banyak orang tua yang mempercayakan anak-anak mereka untuk dididik dan berkembang bukan hanya dalam ilmu pengetahuan tetapi juga dalam iman dan budi pekerti dibawah pimpinan seorang umat yang merangkap menjadi guru sekaligus sebagai Kepala Sekolah, namun melihat perkembangan PAUD supaya lebih efektif, maka pihak Yayasan dalam hal kepeminpinan selanjutnya PAUD dipercayakan kepada Suster SFD menjadi Kepala sekolah dan merangkap sebagai guru di PAUD tersebut, dengan harapan PAUD (TK) Santa Maria menjadi lebih berkembang.
Gereja Katolik Paroki SPM Kabanjahe semakin berkembang dengan pesat dalam bidang kerasulan dan petambahan umat dari tahun ke tahun. Hal ini tidak terlepas oleh para gembala yang berusaha memberikan pelayanan dalam bidang pastoral. Di bawah ini adalah para pastor yang pernah bertugas:
-
Pastor Elpidius van Duijnhoven (1948-1949)
- Pastor lukas Renders (1949)
- Pastor Maximus Brans (1948-1962)
- Pastor Licinus Fasol-Ginting (1962-1984)
- Pastor Theodosius Van Eijk (1953-1965)
- Pastor Marianus Van den Acker (1960-1962;1966-1968)
- Pastor Ildofonsus van Atraalen (1961)
- Pastor Fredericus Finaut (1961)
- Pastor Paduanus Kramer (1948-1962)
- Pastor Kleopas van Laarhoven (1965)
- Pastor Stefanus Krol (1970)
- Pastor Yustinus Tambunan (1970)
- Pastor Mikhael Hutabarat (1973-1980)
- Pastor Timoteus Sinaga (1976-1980)
- Pastor Simon Sinaga (1977-1986)
- Pastor Redemptus Simamora (1980-1982)
- Pastor Thomas Sinabariba (1981-1984)
- Pastor Ignatius Simbolon (1981-1984;1997-1998)
- Pastor Nestor Manalu(1984-1988)
- Pastor Anselmus Haloho {1985)
- Pastor Philipus Manalu (1985-1989)
- Pastor Yan van Maurik (1986-1987)
- Pastor Gabriel Lumban Tobing (1986-1996)
- Pastor Monaldus Banjarnahor (1989-1993)
- Pastor Albert Pandiangan (1991-1993)
- Pastor Urbanus Tamba (1992)
- Pastor Laurentius Sinaga (1993-1997)
- Pastor Heribertus Cartono (1994-1997)
- Pastor Antonius Siregar (1996-2002)
- Pastor Anggiat Sihotang 91997-2001)
- Pastor Uliraja Simarmata (1997-2002)
- Pastor Leo Joosten 1998-2005)
- Pastor Marselino Simamora (1998-1999)
- Pastor Kornelius Sipayung (1999-2002)
- Pastor Marianus Manullang (2002-2003)
- Pastor Stefanus Kota Tarigan (2002-2003)
- Pastor Moses Situmorang (2002-2003)
- Pastor Maximilianus (2002)
- Pastor Adrianus Sembiring (2003-2006)
- Pastor Stefanus Sihotang (2005-2008)
- Pastor Martinus Sarjan(2005-2009)
- Pastor Bernardus Sijabat (2010-2015)
- Pastor Rudi Sitanggang (2013-2017)
- Pastor Gundo Saragih (2015-2021)
- Pastor Dedi ananta Sembiring (2020-Sekarang)
- Pastor Jameslin Damanik (2019-2021)
- Pastor Daniel Manik (2021-Sekarang)
Prefek Apostolik di Padang Mgr. Liberatus Cluts mengutur pastor Mattheus de Wolf OFMCap (pastor di Medan) ke Belanda pada Januari 1921. Beliau diutus untuk mencari kongregasi-kongregasi suster yang bersedia untuk mengambil bagian dalam karya kerasulan Ordo Kapusin di Sumatera Utara. Pastor De Wolf pergi ke kota kecil Dongen, rumah induk Kongregasi suster Fransiskanes Dongen dan berbicara dengan Pemimpin Umum Kongregasi SFD. Dewan pimpinan umum SFD sudah berencana memperluas kegiatannya ke luar negeri. Mereka langsung berjanji akan mengutus beberapa suster ke Sumatera Utara. Tujuan mereka ialah untuk menolong Ordo Kapusin yang sedang menanam Gereja Katolik di Sumatera Utara dan membuka sekolah-sekolah Katolik supaya banyak orang pribumi diterangi cahaya iman Katolik. Waktu pimpinan umum mulai mempersiapkan semuanya, Mgr Liberatus Cluts OFMcap meninggal dunia di Padang dan Pastor Mathias brans OFMcap resmi diangkat sebagai penggantinya.
Pada akhir tahun 1922, kontrak Prefektur dengan SFD ditandatangi dan enam suster diutus. Pada 1 April 1923 mereka sampai ke Belawan dan disambut dengan senang hati oleh Mgr. Mathias Brans dan Pastor de Wolf. Para suster mendirikan sekolah St. Yoseph dan diberkati pada 2 Juli 1923. Pada tahun 1926 rumah suster dan Asrama dibuka dengan resmi. Pada tahun 1926, 11 suster Missionaris SFD pergi untuk pertama kalinya ke Kabanjahe. Mgr. mathias Brans, Prefek Apostolik Padang telah membeli sebuah rumah untuk sementara dengan biaya dari Prefektur.
Pada tanggal 25 Juli 1954 dimulai komunitas baru di Kabanjahe. Pemimpin komunitas ialah Zr. Constantinen. Dia mengurus SD. Sr, Bibiana untuk sekolah Frobel/TK dan Suster Maria Magdalena untuk Asrama. Rumah Suster pada waktu itu sedang dibangun dan para suster untuk sementara waktu tinggal di pastoran. Kerasulan di Kabanjahe menghasilkan buah yang baik. Masyarakat pribumi memiliki minat untuk terlibat sepenuhyna dalam karya para Misionaris. Pada 1955, dibuka Novisiat dengan ibu Novis yang pertama Zr. Mauritia.
Suster Fransiskanes Dongen ingin melayani kesehatan masyarakat setempat dan mereka membuka Poliklinik. Di samping kesehatan, pendidikan di sekolah pun diperhatikan. Pada tanggal 1 Agustus 1954 TK Sint Xaverius dibuka. Pada tahun 1990, SFD menangani kembali SD St. Yosep di Jl. Let. Perangin-angin no. 11 kabanjahe. Suster SFD ingin mengangkat harkat wanita karena itu Asrama St. Teresia yang didirikan oleh para missionaris tetap dikelola sampai saat ini.
Pada Agustus 1954, Sekolah Kepandaian Puteri (SKP) dibuka oleh SFD. Sesuai Visi SFD yang mengangkat harkat wanita dan SKP ini digemari oleh orang karena pada waktu itu keterampilan Putri sangat penting. Seiring berkembangnya zaman, minat masyarakat masuk SKP berkurang sehingga SKP diganti menjadi SMP Maria Goretti. SFD juga menangani sekolah SMP-SMA Santa Maria Kabanjahe dan Asrama Putera dan Komunitas Fioretti Kabanjahe.
Pada saat ini, para suster SFD yang berada di biara Maria Ratu Dame, bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan. Para suster memiliki poliklinik yang diberi nama Klinik Bakti murni yang dilengkapi dengan satu Apotik. Sedangkan sekolah yang mereka tangani adalah SMA St. Maria, SD St. Yosef dan TK St. Saverius. Sekolah tepat berada di samping bangunan gereja paroki.
Video Profil :
Lokasi Paroki :